Anda di halaman 1dari 16

KONSEP CA LARING

A. Definisi

Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring.

Laring terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring berperan dalam

koordinasi fungsi menelan dan bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran

makan dan minum (Cahyadi, 2016).

Kanker laring adalah penyakit kanker pada pita suara, laring atau daerah

lainnya ditenggorokan. Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria yang

berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol walaupun juga ditemukan

pada beberapa wanita. (Tompunu, 2012).

Karsinoma laring adalah karsinoma (keganasan sel) skuamosa pita

suara dan jaringan sekitarnya. Karsinoma laring adalah pertumbuhan dan

pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang tidak normal/abnormal

yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik

yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan

sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan

meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian

dalam.

B. Insidensi

Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Laring

terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring berperan dalam koordinasi

fungsi menelan dan bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran makan dan

minum. Karsinoma laring adaalah urutan kedua terbanyak keganasan bagian


kepala dan leher di seluruh dunia, dengan kejadian diperkirakan lebih dari

151.000 kasus yang mengakibatkan sekitar 82.000 kematian setiap tahun

(Cahyadi, 2016).

Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan penyebab karsinoma

laring. Sebuah studi oleh Hashibe dkk tahun 2009, menunjukan bahwa kejadian

kanker yang disebabkan tembakau dan alkohol sebanyak 89% dan sekitar 5%

terjadi pada perokok dan bukan peminum, faktor-faktor lain, gastroesophageal

refluks, riwayat radiasi dan infeksi human papilloma virus tipe 16 dan 18 telah

terdeteksi sebanyak 5%-32% dari sample yang dianalisis di kanker

tenggorokan. Paparan debu kayu, polisklik hidrokarbon, dan juga asbes yang

telah sikaitkan dengan peningkatan resiko untuk kanker laring (Cahyadi, 2016).

C. Patofisiologi

Karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas paling sering menyerang

laring, yang timbul dari membran pelapis saluran pernapasan. Metastasis

kanker epiglotis terjadi karena tidak adanya aliran limfatik dari pita suara

(plika vokalis). Kanker laring akan menyebar lebih cepat karena terdapat

banyak pembuluh limfe. Penyakit metastasis dapat dipalpasi sebagai masa

pada leher leher. Metastasis yang lebih jauh juga dapat terjadi di paru.
Nurarif & Kusuma (2016)

D. Etiologi Kanker Laring

Penyebab kanker laring menurut Black & Hawks (2014) sebagai berikut:

1. Genetik

Keturunan atau genetik merupakan salah satu penyebab kanker


2. Merokok

Agen etiologi utama pada kanker laring adalah merokok. tiga dari

empatklien yang kanker laringnya merokok atau sedang merokok

3. Alkohol

Alkohol tampaknya bertindak secara sinergis dengan tembakau

untukmeningkatkan risiko perkembangan tumor ganas di saluran napas

bagianatas.

4. Faktor risiko tambahan

Faktor risiko tambahan termasuk paparan terhadap asbes, debu

kayu, gasmustard, dan produk minyak bumi dan penghirupan asap

berbahaya lainnya.

5. Radang tenggorokan dan penyalahgunaan suara

Radang tenggorokan kronis dan penyalahgunaan suara juga dapat

menyebabkan gangguan ini. Penelitian menunjukkan hubungan antara

paparan tembakau dan mutasi gen p53 pada karsinoma sel skuamosa

kepala dan leher.

E. Klasifikasi

Ada 4 tahap ‘T’ utama tumor laring (Nugroho, 2012):

1. T1 berarti tumor hanya satu bagian dari laring dan pita suara mampu

bergerak dengan normal.

2. T2 berarti tumor telah tumbuh menjadi bagian lain dari laring. Pita suara

mungkin atau mungkin tidak akan terpengaruh.


3. T3 berarti tumor seluruh laring tetapi belum menyebar lebih jauh dari

penutup laring.

4. T4 berarti tumor telah berkembang menjadi jaringan tubuh luar laring. Ini

mungkin telah menyebar ke tiroid, pipa udara (trakea) atau pipa makanan

(esofagus).

F. Manifestasi Klinis Kanker Laring

Tanda dan gejala menurut Brunner dan Suddarth (2013), sebagai berikut:

1. Suara serak, tercatat lebih awal terjadi pada kanker diarea glottis suara

kasar, serak, dengan puncak suara rendah

2. Batuk persisten, nyeri dan rasa terbakar ditenggorokan ketika meminum

cairan panas dan jeruk.

3. Benjolan teraba dileher.

4. Gejala akhir, disfagia, dyspnea, obstruksi nasal unilateral atau rabas, serak

persisten, atau ulserasi dan napas berbau tidak sedap

5. Pembesaran nodus serviks, penurunan berat badan kelemahan umum dan

nyeri yang menyebar ke telinga dapat terjadi disertai dengan metastasi

G. Komplikasi Karsinoma Laring

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fistula. Dari data yang

didapatkan sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12% pasien

mendapat komplikasi fistula dan 4% terjadi rekurensi. Hasil tersebut sesuai

dengan penelitian oleh hermani dkk tahun 2000. Yang menyatakan bahwa

karsinoma laring lebih banyak mengenai laki-laki dari pada perempuan usia

terbanyak dialami pada dekade 5-6, begitu juga dengan faktor resiko yang
menyebabkan yaitu rokok dan alkohol. Pasien datang pada umumnya dengan

keluhan suara serak yang meningkat menjadi sesak nafas seiring dengan

meningkatnya stadium dari tumor (Cahyadi, 2016).

H. Pemeriksaan penunjang

Menurut Sudiana (2010), pemeriksaan diagnosa pada tumor laring terdiri

dari:

a. Pemeriksaan radiologi : Pemeriksaan radiologi digunakan untuk

menentukan letak tumor

b. Laringoskopi : laringoskopi digunakan untuk memvisualisasi bentuk atau

pertumbuhan tumor

c. Biopsy- Tindakan biospsi digunakan untuk menentukan keganasan sel

d. Pemeriksaan fungsi paru, scaning tulang atau scaning organ yang lain jika

dicurigai metastase

I. Penatalaksanaan Medis

Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari (Nugroho, 2012):

a. Laringektomi

1) Laringektomi parsial : Laringektomi parsial di indikasikan untuk

karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi

dan tumor stadium II

2) Laringektomi total : Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur

laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah

cincin trakea
b. Diseksi leher Radikal

Tindakan ini tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 -

T2) karena kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah.

Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut

sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga perlu

dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak disarankan bila

telah terdapat metastase jauh.

c. Radioterapi

Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dansupraglotis

T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%).

Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara

masih dapat dipertahankan.

d. Kemoterapi

Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant

ataupun paliativ. Obat yang di,erikan adalah cisplatinum 80-120 mg/m2

dan 5 FU 800-1000 mg/m2.

e. Pilihan bedah lain mencakup:

a. Pengangkatan pita suara: digunakan untuk mengatasi displasia,

hyperkeratosis, dan leukoplakia serta sering kali bersifat kuratif atau

menyembuhkan untuk lesi ini.

b. Kordektomi: untuk lesi yang terbatad pada sepertiga bagian tengah pita

suara.

c. Pembedahan laser: untuk terapi kanker glotis dini.


ASUHAN KEPERAWATAN CA LARING

A. Assessment / Pengkajian

a. Identitas klien yang terdiri dari nama, Umur, Suku/bangsa, status

perkawinan, agama, pendidikan, alamat, nomor register, tanggal datang ke

rumah sakit.

b. Riwayat kesehatan yang terdiri dari :

1) Keluhan utama

Adalah keluhan atau gejala apa yang menyebabkan pasien berobat

atau keluhan atau gejala saat awal dilakukan pengkajian pertama kali

yang utama. Keluhan utama klien Ca laring biasanya batuk disertai secret

berwarna putih dan encer. Batuk dirasakan ketika tenggorokannya terasa

gatal dan banyak secret, batuk berhenti bila dilakukan suctionning, batuk

tidak dapat dikontrol dan hilang timbal

2) Riwayat kesehatan sekarang

Adalah faktor yang melatar belakangi atau mempengaruhi dan

mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala (mendadak,

perlahan-lahan, terus menerus atau berupa serangan,hilang dan timbul

atau berhubungan dengan waktu), lokasi gejalanya dan bagaimana

sifatnya (menjalar, menyebar, berpindah-pindah atau menetap).

Bagaimana berat ringannya keluhan berkurang, lamanya keluhan

berlangsung, atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan untuk

penyembuhan.
3) Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Dapat ditanyakan seperti riwayat pemakaian jenis obat, jumlah dosis

dan pemakaiannya, riwayat atau pengalaman masa lalu tentang kesehatan

atau penyakit yang pernah dialami atau riwayat masuk rumah sakit atau

riwayat kecelakaan.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

a) Adakah keluarga yang menderita penyakit ca laring.

b) Penyakit kronik yang lain seperti diabetes melitus, batu ginjal,

kardiovaskuler, dll.

5) Status sosial

Status sosial ekonomi atau mempengaruhi tingkat pendidikan,

sedangkan tingkat pendidikan akan mempengaruhitingkat pengetahuan

klien dan hal ini akan berpengaruh pada pola hidup dan kebiasaan sehari-

hari yang akan mencerminkan tingkat kesehatan klien

6) Penampilan Umum

a) Tanda-tanda vital : pola pernafasan dan suhu tubuh.

b) Tingkat kesadaran : composmetis, somnolen, sofor, koma,delirium

c) konsentrasi : mampu berkonsentrasi atau tidak.

d) kemampuan bicara : mampu bicara atau tidak.

e) gaya jalan : seimbang atau tidak

f) koordinasi anggota gerak : mampu menggerakan anggota tubuh atau

tidak.
c. Pola Fungsi Kesehatan.

1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan adanya tanda dan gejala yang

menyebabkan klien mencari pertolongan kesehatan seperti : nyeri pada

tenggorokan, susah untuk menelan, peningkatan suhu tubuh, kelemahan

hebat, kehilangan perhatian pada lingkungan.

2) Pola nutrisi dan metabolik: Anoreksia, mual, muntah, BB menurun

karena intake kurang,nyeri untuk menelan, nafas berbau.membran

mukosa kering.

3) Pola eliminasi: Warna urin kuning pekat, ureum meningkat.

4) Pola aktivitas dan latihan : Kelelahan (fatique), kelemahan.

5) Pola tidur dan istirahat : Gelisah, tidur sering terganggu karena nyeri

pada tenggorokan.

6) Pola persepsi sensor dan kogniti : Kurangnya pendengaran perhatian

berkurang atau menyempit,kemampuan berfikir abstrak menurun,

kehilangan perhatianuntuk lingkungan, sakit kepala.

7) Pola persepsi diri dan konsep diri : Penurunan harga diri, perubahan

konsep diri dan body image,menurunnya harga diri, menurunnya tingkat

kemandirian dan perawatan diri.

8) Pola peran dan hubungan sesama : Tidak dapat menjalankan sekolah,

penurunan kontak sosial dan aktivitas.

9) Pola koping dan toleransi terhadap stress : Ketidak efektifan koping

individu dan keluarga, mekanisme pertahanan diri : denial proyeksi,

rasionalisasi, displasmen
10) Pola nilai dan kepercayaan.

11) Kehilangan kepercayaan kepada pemberi pelayanan kesehatan.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum ini dapat meliputi kesan keadaan sakit termasuk

ekspresi wajah posisi pasien, kesadaran (GCS/ Gaslow ComeScale),

yang dapat meliputi penilaian secara kualitas seperti comosmetis, apatis,

somnolen, sofor, koma, delirium, dan status gizinya.

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi nadi, tekanan darah, pola

pernafasan dan suhu tubuh.

3) Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.

a) Kulit meliputi warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterik, pucat,

eritema), turgor, kelembaban kulit dan atau ada tidaknya edema.

b) Rambut meliputi dapat dinilai dari warna, kelebatan,distribusi dan

karakteristik

c) Kelenjar getah bening meliputi dapat dinilai dari bentuknyaserta

tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerahservikal anterior,

inguinal oksiptil, dan retroavrikuler.

4) Pemeriksaan Kepela Dan Leher

Laksanakan pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh :

palpasi leher dan tiroid untuk merasakan adanya

pembengkakan,nodularitas, atau adenopati. Kaji adanya suara serak,

luka pada tenggorokan, dispnea, disfagia, atau nyeri dan rasa terbakar

ditenggorokan (Smeltzer, 2013).


5) Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum bentuk

dada, keadaan paru yang meliputi simetris atau tidaknya, pergerakan

nafas, ada tidaknya femitus suara, krepitasi serta dapat dilihat batas ada

saat perkuasi didapatkan (bunyi perkusinya bagaimana apakah

hipersenosor atau timpani). Pada pemeriksaan jantung dapat diperiksa

tentang denyut apeks atau dikenal dengan siklus kordis dan aktivitas

artikel, getaran bsising, bunyi jantung.

6) Pemeriksaan abdomen meliputi bentuk perut, dinding perut, bising usus,

adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeritekan serta dilakukan

palpasi pada organ hati, limfa, ginjal,kandung kemih, yang ditentukan

ada tidaknya nyeri pada pembesaran pada organ tersebut, kemudian

pada daerah anus, rectum, serta genitalia.

7) Pemeriksaan anggota gerak dan neurologi meliputi adanya rentang

gerak keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman tangan, otot kaki

dan lainnya.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan

napas

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi

hemoglobin

3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

4. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan hambatan fisik

(terpasang trakheostomi)
C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Observasi
napas tidak asuhan keperawatan, 1. Monitor frekuensi, irama,
efektif b.d jalan napas membaik kedalaman dan upaya napas
hipersekresi dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
jalan napas - frekuensi nafas 3. monitor adanya sumbatan jalan
membaik napas
- pola napas membaik 4. monitor kemampuan batuk efektif
5. Monitor saturasi oksigen
6. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
7. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head-tlit atau jaw trust bila
perlu
8. Posisikan semi fawler atau fowler
9. Lakukan fisioterapi dada
10. Lakukan penghisapan lendir
jika perlu
11. Berikan oksigen jika perlu
Edukasi
12. Anjurkan teknik batuk efektif
13. Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu

2. Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Observasi


agen cedera asuhan keperawatan, 1. Idenifikasi lokasi, karakeristik,
fisiologis skala nyeri berkurang durasi, frekuensi, kualitas,
(prosedur atau nyeri hilang intensitas nyeri
operasi) dengan kriteria hasil:- 2. Identifikasi skala nyeri
- Skala nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non-
berkurang verbal
- Pola tidur 4. Identifikasi faktor yang
membaik memberberat dan memperingan
nyeri
5. Monitor tanda-tanda vital
Terapeutik
1. Berikan teknik non-farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(hipnosis, terapi relaksasi dan
terapi murrotal
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
KONSEP CA LARING

A. Definisi

Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring.

Laring terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring berperan dalam

koordinasi fungsi menelan dan bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran

makan dan minum (Cahyadi, 2016).

Kanker laring adalah penyakit kanker pada pita suara, laring atau daerah

lainnya ditenggorokan. Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria yang

berhubungan dengan rokok serta pemakaian alkohol walaupun juga ditemukan

pada beberapa wanita. (Tompunu, 2012).

Karsinoma laring adalah karsinoma (keganasan sel) skuamosa pita

suara dan jaringan sekitarnya. Karsinoma laring adalah pertumbuhan dan

pembelahan sel khususnya sel skuamosa laring yang tidak normal/abnormal

yang terbatas pada pita suara yang bertumbuh perlahan karena suplai limpatik

yang jarang ketempat sekitar jaringan seperti epiglotis, pita suara palsu dan

sinus-sinus piriformis yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan

meluas dengan cepat dan segera bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian

dalam.

B. Insidensi

Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Laring

terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring berperan dalam koordinasi

fungsi menelan dan bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran makan dan

minum. Karsinoma laring adaalah urutan kedua terbanyak keganasan bagian


DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. 2014. Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen


Klinis untuk Hasli yang di Harapkan (8th.ed). Jakarta: Salemba Medika
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ed.8.
Jakarta: Kedokteran EGC
Cahyadi. I. 2016. Karakteritik Penderita Karsinoma Laring di Departemen Ilmu
Kesehatan Telingan Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah
Sakit Dr Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2013-Juli 2015. Tunas
Medikal Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 3(1)
Nugroho, A. I. 2012. ABC Telinga, Hidung, dan Tenggorok, Ed.5. Jakarta: EGC.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2016. Askep Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus. Yogyakarta:
Mediaction Publishing
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi dan
Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Smeltzer, S. C. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Kedokteran EGC.
Sudiana, I. 2010. Patobiologi Molekuler Kanker. Jakatra: Salemba Medika.
Tompunu, Alan, N., Salamah, I., Sardjono, T. 2012. Rehabilitasi Suara Penderita
Tuna Laring Menggunakan Electrolaring Berbasis Microcontroller.
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang.

Anda mungkin juga menyukai