OLEH:
NI KETUT CHANDRA
FEBRIYANTI
NIM.P07120319057
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
TAHUN 2020
e. Kartilago aritenoid
Digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilagotiroid
f. Pita Suara
Ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyisuara ,
pita suara melekat pada lumen laring.
3. Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa
hal yang berhubungan erat dengan terjadinya keganasan laring yaitu : rokok,
alkohol, sinar radio aktif, polusi udara,dan radiasi leher. Ada peningkatan resiko
terjadinya tumor ganas laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan debu
kayu.
4. Patifisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun.
Kebanyakan pada orang laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan
merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam
berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara pasti oleh para ahli.Kanker
kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama
neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.Bila kanker terbatas
pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin akan
pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker
melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.Tumor supraglotis
dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga
mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya
pada waktu pita suara masih dapat digerakan
5. Pathway
6. Manisfestasi klinis
a. Serak
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien dengan kanker
pada daerah glotis karena tumor mengganggu kerja pita suara selama
berbicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah.
b. Dispneu dan stridor.
Gejala ini merupakan gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan nafas oleh massatumor, penumpukkan kotoran atau sekret,maupun oleh
fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat dua gejala
tersebut. Sumbatan dapat terjaadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi
oleh pasien. Pada umumnya dispneu dan stridor adalah tanda dan prognosis
kurang baik.
c. Nyeri tenggorok
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
d. Disfagia ( Kesulitan Menelan)
Adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus
piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumior
ganas postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya
tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
e. Batuk dan hemoptisis.
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring.
Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan supraglotik.
f. Gejala lain nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk hemoptisis dan
penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar jaringan atau
metastase lebih jauh.
g. Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis
tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut.
h. Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi
supurasi tumor yang menyerang kaartilago tiroid dan perikondrium
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laringoskopi
Untuk menilai lokasi tumor dan penyebaran tumor.
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis
di paru.
c. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid
dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa
8. Penatalaksanaan
Pada kasus Ca laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan
pengangkatan laring (Laringektomi). Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.
Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4. Alasannya mempunyai keuntungan
dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi jarang dapat menyembuhkan
tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat pembesaran kelenjar
leher.Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan
lesi yang kecil saja tanpa pembesaran kelenjar leher.
Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas pada satu pita suara, dan
masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan keadaan yang
demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat
dipertahankannya suara yang normal. Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran
sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum menyebar kedaerah supraglotik
atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan radioterapi, tetapi dengan
prognosis yang lebih buruk.
Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe leher, pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi
radikal kelenjar leher. Dalam hal ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada
jenis tumor supra dan subglotik. Pada penderita ini kemungkinan sembuh tidak
begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita akan sembuh sempurna.
Laringektomi diklasifikasikan kedalam :
a. Laringektomi parsial.
Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita suara dan trakeotomi
sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas. Setelah sembuh
dari pembedahan suara pasien akan parau.
b. Hemilaringektomi atau vertikal.
Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara satu benar dan satu
salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan setengah kartilago
tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan parau setelah
pembedahan.
c. Laringektomi supraglotis atau horisontal.
Bila tumor berada pada epiglotis atau pita suara yang salah, dilakukan diseksi
leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap normal.Karena
epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral meningkat.
d. Laringektomi total.
Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring, memerlukan
pengangkatan laring, tulang krikoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea, dan
otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang
(stoma) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran
udara – pencernaan. Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis
laringektomi ini. Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar
limfe di leher, otot sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal
asesorius, kelenjar salifa submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis
(Sawyer, 1990). Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau
berbicara. Tetapi kasus yang dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada
mereka berbicara menggunakan esofagus (Esofageal speech), meskipun
kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan menggunakan organ
laring. Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang
binawicara.
9. Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi
termasuk:
1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi
7. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif
b. Gangguan komunikasi verbal
c. Nyeri Akut
d. Risiko Difisit Nutrisi
8. Intervensi
Terapi Oksigen
4. Risiko Difisit Nutrisi: berisiko Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Gangguan Makan
mengalami asupan nutrisi tidak selama ... x jam diharapkan status 9. Observasi
cukup untuk memebuhi nutrisi membaik dengan kriteria hasil : □ Monitor asupan dan kelaurnya makanan dan cairan serta
kebutuhan metabolisme Termotergulasi kebutuhan kalori
□ Porsi makanan yang dihabiskan 10. Terapeutik
Penyebab: meningkat
□ Timbang berat badan secara rutin
□ Ketidakmampuan menelan □ Kekuatan otot mengunyah □ Diskusikan prilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
makanan meningkat (termasuk olahraga) yang sesuai
□ Ketidakmampuan mencerna □ Kekuatan otot menelan meningkat □ Lakukan kontrak perilaku (mis, target berat badan,
makanan □ Serum albumin meningkat tanggung jawab perilaku)
□ Ketidakmamuan □ Verbalisasi keinginan untuk □ Dampingi ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku
mengabsorpsi nutrien meningkatkan nutrisi meningkat memuntahkan kembali makanan
□ Peningkatan metabolisme □ Pengetahuan tentang pilihan □ Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target
□ Faktor ekonomi (mis, makanan yang sehat meningkat dan perubahan perilaku
finansial tidak mencukupi) □ Pengetahuan tentang pilihan □ Berikan konsekuensi jika tidak mencapai terget susuai
□ Faktor psikologis (mis, minuman yang sehat meningkat kontrak
stres, keengganan untuk □ Pengetahuan tentang standar asupan □ Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di
nutrisi yang tepat meningkat
makan) rumah (mis, medis, konseling)
Kondisi Klinis terikat □ Penyiapan dan penyimpanan
11. Edukasi
makanan yang aman meningkat
□ stroke □ Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
□ Sikap terhadap makanan/minuman
□ parkinson situasi pemicu pengeluaran makanan (mis, pengeluaran
sesuai dengan tujuan kesehatan
□ moblus Syndrome meningkat yang disengaja, muntah, aktivitas berlebih)
□ cerebral palsy □ Persaan cepat kenyang menurun □ Ajarkan pengaturan diet yang tepat
□ cleft lip □ Nyeri abdomen menurun □ Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian
□ cleft palate □ Sariawan menurun masalah perilaku makan
□ amyotropic lateral scierosis □ Rambut rontok menurun 12. Kolaborasi
□ kerusakan neuromuskuler □ Diare menurun □ Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
□ luka bakar □ Berat badan membaik kebutuhan kalori dan pilihan makanan
□ kanker □ Indeks massa tubuh membaik
□ infeksi □ Frekuensi makan membaik
□ AIDS □ Nafsu makan membaik
□ Penyakit Crohn’s □ Bising usus membaik
□ Enterokolitis □ Tebal lipatan kulit trisep membaik
□ Fibrosis kistik □ Membran mukosa membaik