Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

                                                                                                       

1. LATAR BELAKANG

Kanker laring adalah keganasan pada laring. Kanker laring banyak dijumpai pada usia lanjut
diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan
kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat.

Kanker laring dapat menyebabkan kematian. Kematian dapat terjadi tergantung stadium dan
lokasinya. Pengangkatan kanker laring stadium IV membuat pasien bisa bertahan sampai 10
tahun, tetapi kalau sudah menyebar ke organ tubuh lain bisa menyebabkan kematian sebelum
10 tahun.

Menurut Meyer terdapat 12.000 kasus karsinoma laring setiap tahun di Amerika dan lebih dari
50% berasal dari pita suara, tetapi di Finlandia dan beberapa negara Eropa 2/3 bagian dari
karsinoma laring merupakan karsinoma supraglotis sedang 113 bagiannya dari glotis. Bailey
mendapatkan 75% dari karsinoma laring berasal dari pita suara. Di Indonesia, tumor laring di
pita suara mencapai satu persen dari semua keganasan. 

II. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari Ca Laring ?


2. Bagaimana konsep Asuhan Keperawatan pada klien dengan Ca. Laing ?

III. TUJUAN

 Tujuan Umum

Mahasiswa mendapat gambaran dan pengalaman tentang konsep dasar serta asuhan
keperawatan secara komprehensif terhadap klien dengan ca Laring.

 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar Ca Laring
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar Asuhan Keperawatan
tentang Ca Laring

1
BAB II

PEMBAHASAN

3. DEFENISI

Laring adalah organ suara yang terletak dibawah dan depan pharynx, serta ujung procsimal
trachea.

Carcinoma adalah pertumbuhan ganas yang berasal dari sel epitel atau pertumbuhan jaringan
yang abnormal (Kamus Keperawatan Edisi 17 Sre Itichlitt)

Ca. laring adalah adanya pertumbuhan ganas dijaringan epitel yang menggangu jaringan suara
yang terletak diantara larynx atau di ujung prixsimal trachea. (Kamus Kedokteran . Dr. Heidra
T. Kaksman)

Tracheostomy adalah fenetrasi (pembuatan lubang ) pada dinding anterior trachea dengan
mengangkat kartilago dari cincin traghea katiga dan keempat sehingga terbentuk saluran
nafas yang aman dengan bantuan pipe trakeostomi (Kamus Keparawatan, Edisi 17 Sre
Itichlitt hal 440)

Ca. laring merupakan tumor yang ketiga menurut jumlah tumor ganas dibidang THT dan lebih
bannyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun. Yang sering adalah jenis karsinoma sel
skuamosa. (Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3. Hal : 136)

Karsinoma laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara ( laring ) atau daerah lain di
tenggorokan. (K.D Jayanto, 2008)

Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang meliputi bagian supraglotik, glotis, dan
subglotis. (Suddart and Brunner)

Jadi dapat disimpulkan bahwa karsinoma laring adalah suatu keganasan yang menyerang
bagian leher tepatnya pada kotak suara (laring).

4. ETIOLOGI

1. Belum diketahui pasti


2. Faktor predisposisi merokok, alcohol, dan paparan sinar radio aktif (Kapita Selelcta
Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, hal : 136)
3. Seseorang yang mengalami kanker dikepala dan dileher sering kali adalah seseorang
yang menggunakan alcohol dan tembakau sebelum pembedahan. ( Buku Ajar.
Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2 hal. 1015)

2
5. PATOFISIOLOGI

Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada orang
laki-laki.Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu serbuk
kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum diketahui secara
pasti oleh para ahli.

Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari semua penyakit keganasan.Terutama
neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel skuamosa.

Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.Pita suara miskin
akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar limfe.Bila kanker
melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.

Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara sehingga
mengakibatkan suara serak.Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini biasanya pada
waktu pita suara masih dapat digerakan

6. MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri tenggorok
 Sulit menelan
 Suara Serak
 Hemoptisis dan batuk
 Sesak nafas
 Berat Badan turun

7. KLASIFIKASI

A. Tumor Ganas Laring

1. Glotis

Tis Karsinoma insitu

a. T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik,
atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior.
b. T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak
atau sudah terfiksir (impaired mobility).
c. T3 Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.

3
2. Subglotis

        Tis karsinoma insitu

a. T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis


b. T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau sudah terfiksir.
c. T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
d. T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau
dua-duanya.

3. Metastasis Jauh (M)

a. Mx Tidak terdapat/ terdeteksi


b. M0 Tidak ada metastasis jauh
c. M1 Terdapat metastasis jauh.

A. Stadium

1. ST1 T1 N0 M0

Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita suara masih baik, atau
tumor sudah terdapat pada komisura anterior atau posterior. Tumor terbatas pada daerah
subglotis. Tidak ada metastasis jauh

2. ST II T2 N0 M0

Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir (impaired mobility). Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat
bergerak atau sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh

3. STIII T3 N0 M0, T1/T2/T3 N1 M0

Tumor meliputi laring dan pira suara sudah terfiksir. Tidak ada metastasis jauh

4. STIV T4 N0/N1 M0

Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau sudah keluar dari laring.
Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan ke luar laring atau dua-
duanya.

5. T1/T2/T3/T4 N2/N3
6. T1/T2/T3/T4 N1/N2/N3 M1

4
8. KOMPLIKASI

Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin terjadi termasuk:

1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)

2. Hemoragi

3. Infeksi

9. PENATALAKSANAAN

Pada kasus karsinoma laring dapat dilakukan pengobatan dengan radiasi dan pengangkatan
laring (Laringektomi).

Pengobatan dipilih berdasar stadiumnya.Radiasi diberikan pada stadium 1 dan 4.


Alasannya mempunyai keuntungan dapat mempertahankan suara yang normal, tetapi
jarang dapat menyembuhkan tumor yang sudah lanjut,lebih-lebih jika sudah terdapat
pembesaran kelenjar leher.

Oleh karena itu radioterapi sebaiknya dipergunakan untuk penderita dengan lesi yang kecil
saja tanpa pembesaran kelenjar leher. Kasus yang ideal adalah pada tumor yang terbatas
pada satu pita suara, dan masih mudah digerakkan. Sembilan dari sepuluh penderita dengan
keadaan yang demikian dapat sembuh sempurna dengan radioterapi serta dapat
dipertahankannya suara yang normal.

Fiksasi pita suara menunjukkan penyebaran sudah mencapai lapisan otot. Jika tumor belum
menyebar kedaerah supraglotik atau subglotik, lesi ini masih dapat diobati dengan
radioterapi, tetapi dengan prognosis yang lebih buruk.

Penderita dengan tumor laring yang besar disertai dengan pembesaran kelenjar limfe leher,
pengobatan terbaik adalah laringektomi total dan diseksi radikal kelenjar leher.Dalam hal
ini masuk stadium 2 dan 3. Ini dilakukan pada jenis tumor supra dan subglotik.Pada
penderita ini kemungkinan sembuh tidak begitu besar, hanya satu diantara tiga penderita
akan sembuh sempurna.

Laringektomi diklasifikasikan kedalam :

1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita
suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan napas.
Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
2. Hemilaringektomi atau vertikal. Bila ada kemungkinan kanker termasuk pita suara
satu benar dan satu salah.Bagian ini diangkat sepanjang kartilago aritenoid dan

5
setengah kartilago tiroid.Trakeostomi sementara dilakukan dan suara pasien akan
parau setelah pembedahan.
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis atau
pita suara yang salah, dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien
masih utuh atau tetap normal.Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat
makanan peroral meningkat.
4. Laringektomi total. Kanker tahap lanjut yang melibatkan sebagian besar laring,
memerlukan pengangkatan laring, tulang hihoid, kartilago krikoid,2-3 cincin trakea,
dan otot penghubung ke laring.Mengakibatkan kehilangan suara dan sebuah lubang (
stoma ) trakeostomi yang permanen. Dalam hal ini tidak ada bahaya aspirasi
makanan peroral, dikarenakan trakea tidak lagi berhubungan dengan saluran udara –
pencernaan.Suatu sayatan radikal telah dilakukan dileher pada jenis laringektomi ini.

Hal ini meliputi pengangkatan pembuluh limfatik, kelenjar limfe di leher, otot
sternokleidomastoideus, vena jugularis interna, saraf spinal asesorius, kelenjar salifa
submandibular dan sebagian kecil kelenjar parotis (Sawyer, 1990).

Operasi ini akan membuat penderita tidak dapat bersuara atau berbicara. Tetapi kasus yang
dermikian dapat diatasi dengan mengajarkan pada mereka berbicara menggunakan esofagus
(Esofageal speech), meskipun kualitasnya tidak sebaik bila penderita berbicara dengan
menggunakan organ laring.Untuk latihan berbicara dengan esofagus perlu bantuan seorang
binawicara.

6
KONSEP ASKEP PADA CA. LARING

I. PENGKAJIAN

1. Identitas Diri

Identitas yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
kepercayaan, status pendidikan dan pekerjaan klien.

2.  Identitas Penaggung jawab

Identitas yang harus diketahui perawat meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,
kepercayaan, status pendidikan dan pekerjaan penanggung jawab dan hubungan dengan
klien.

3. Keluhan Utama

Keluhan utama pada klien ca. Laring meliputi nyeri tenggorok. sulit menelan,sulit
bernapas,suara serak,hemoptisis dan batuk ,penurunan berat badan, nyeri tenggorok,
lemah.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan kanker pada
daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan,
suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia,
dispnoe, penurunan berat badan.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


a. Tanyakan apakah klien pernah mengalami infeksi kronis
b. Tanyakan pola hidup klien (merokok, minum alkohol)
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan pada klien apakah ada keluarga yang pernah mengalami penyakit yang sama.
Atau adakah keluarga yang meninggal akibat penyakit ini

Pemeriksaan Fisik

1. System pencernaan

Adanya Kesulitan menelan.

7
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak, sakit menelan, sakit tenggorok yang
menetap.Bengkak, luka. Inflamasi atau drainase oral, kebersihan gigi buruk.
Pembengkakan lidah dan gangguan reflek.

2. Neurosensori

Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.

Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau menetap atau
kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring intrinsik). Kesulitan
menelan. Kerusakan membran mukosa

3. System  Pernapasan
1. Adanya benjolan di leher
2. Asimetri leher
3. Nyeri tekan pada leher
4. Adanya pembesaran kelenjar limfe
5. Dipsnoe
6. sakit tenggorokan
7. suara tidak ada
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Laringoskop : Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor.
2. Foto thoraks : Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru.
3. CT-Scan : Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan
tiroid dan daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher.
4. Biopsi laring : Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi
anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa

II. DIAGNOSA

1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian


atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi (pengangkatan
batang suara).
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan penekanan serabut syaraf
oleh sel-sel tumor
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
saluran pencernaan.(disfagia)
5. Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi
wajah dan leher.

8
III.  INTERVENSI

Dx 1 : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan pengangkatan sebagian


atau seluruh glotis, gangguan kemampuan untuk bernapas, batuk dan menelan,
serta sekresi banyak dan kental.
Tujuan : Klien akan mempertahankan jalan napas tetap terbuka.
Kriteria hasil : Bunyi napas bersih dan jelas, tidak sesak, tidak sianosis,frekwensi napas
normal.
INTERVENSI RASIONAL
10. Awasi frekwensi atau kedalaman 1. perubahan pada pernapasan, adanya
pernapasan. Auskultasi bunyi napas. ronki,mengi,diduga adanya retensi sekret.
Selidiki kegelisahan, dispnea, dan
sianosis. 2. memudahkan drainase sekret, kerja
pernapasan dan ekspansi paru.
11. Tinggikan kepala 30-45 derajat
3. mencegah pengumpulan sekret oral
menurunkan resiko aspirasi. Catatan :
12. Dorong menelan bila pasien mampu. menelan terganggu bila epiglotis diangkat
atau edema paskaoperasi bermakna dan nyeri
13. Berikan humidifikasi tambahan, contoh terjadi.
tekanan udara atau oksigen dan
peningkatan masukan cairan. 4. fisiologi normal ( hidung) berarti menyaring
atau melembabkan udara yang
lewat.Tambahan kelembaban menurunkan
14. Awasi seri GDA atau nadi oksimetri, foto mengerasnya mukosa dan memudahkan
dada. batuk atau penghisapan sekret melalui stoma.

5. pengumpulan sekret atau adanya ateletaksis


dapat menimbulkan pneumonia yang
memerlukan tindakan terapi lebih agresif.

Dx 2 : Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan defisit anatomi


(pengangkatan batang suara) dan hambatan fisik (selang trakeostomi).
Tujuan : Komunikasi klien akan efektif .
Kriteria hasil : Mengidentifikasi atau merencanakan pilihan metode berbicara yang tepat
setelah sembuh

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji atau diskusikan praoperasi mengapa 1. untuk mengurangi rasa takut pada klien.
bicara dan bernapas terganggu,gunakan

9
gambaran anatomik atau model untuk
membantu penjelasan.

2. Tentukan apakah pasien mempunyai 2. adanya masalah lain mempengaruhi rencana


gangguan komunikasi lain seperti untuk pilihan komunikasi.
pendengaran dan penglihatan
3. memungkingkan pasien untuk menyatakan
3. Berikan pilihan cara komunikasi yang kebutuhan atau masalah. Catatan : posisi IV
tepat bagi kebutuhan pasien misalnya pada tangan atau pergelangan dapat
papan dan pensil, papan alfabet atau membatasi kemampuan untuk menulis atau
gambar, dan bahasa isyarat. membuat tanda.

4. Konsul dengan anggota tim kesehatan 4. Kemampuan untuk menggunakan pilihan


yang tepat atau terapis atau agen suara dan metode bicara (contoh bicara
rehabilitasi (contoh patologis wicara, esofageal) sangat bervariasi, tergantung pada
pelayanan sosial, kelompok laringektomi) luasnya prosedur pembedahan, usia pasien,
selama rehabilitasi dasar dirumah sakit dan motivasi untuk kembali ke hidup aktif.
sesuai sumber komunikasi (bila ada). Waktu rehabilitasi memerlukan waktu
panjang dan memerlukan sumber dukungan
untuk proses belajar.

Dx 3 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, pembengkakan jaringan,adanya


selang nasogastrik atau orogastrik.
Tujuan : Nyeri klien akan berkurang atau hilang.
Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri hilang, tidak gelisah, rileks dan ekpresi wajah ceria
INTERVENSI RASIONAL
1. Sokong kepala dan leher dengan 1. kelemahan otot diakibatkan oleh reseksi otot
bantal.Tunjukkan pada pasienbagaimana dan saraf pada struktur leher dan atau bahu.
menyokong leher selama aktivitas. Kurang sokongan meningkatkan
ketidaknyamanan dan mengakibatkan cedera
pada area jahitan.
2. Dorong pasien untuk mengeluarkan saliva
atau penghisap mulut dengan hati-hati bila 2. menelan menyebabkan aktivitas otot yang
tidak mampu menelan dapat menimbulkan nyeri karena edema atau
regangan jahitan.
3. Catat indikator non verbal dan respon
automatik terhadap nyeri. Evaluasi efek 3. alat menentukan adanya nyeri dan
analgesik. keefektifan obat
4. derajat nyeri sehubungan dengan luas dan
4. Kolaborasi dengan pemberian analgesik, dampak psikologi pembedahan sesuai
contoh codein, ASA, dan Darvon sesuai dengan kondisi tubuh.Diharapkan dapat

10
menurunkan atau menghilangkan nyeri.
indikasi.

Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan


jenis masukan makanan sementara atau permanen, gangguan mekanisme
umpan balik keinginan makan, rasa, dan bau karena perubahan pembedahan
atau struktur, radiasi atau kemoterapi.
Tujuan : Klien akan mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Membuat pilihan diit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam situasi
individu, menunjukkan peningkatan BB dan penyembuhan jaringan atau insisi
sesuai waktunya
INTERVENSI RASIONAL
15. Auskultasi bunyi usus 1. makan dimulai hanya setelah bunyi usus
membik setelah operasi.
16. Pertahankan selang makan, contoh
periksa letak selang : dengan 2. selang dimasukan pada pembedahan dan
mendorongkan air hangat sesuai indikasi biasanya dijahit.Awalnya selang
digabungkan dengan penghisap untuk
menurunkan mual dan muntah. Dorongan air
untuk mempertahankan kepatenan selang.

17. Ajarkan pasien atau orang terdekat teknik


makan sendiri, contoh ujung spuit, 3. membantu meningkatkan keberhasilan
kantong dan metode corong, nutrisi dan mempertahankan martabat orang
menghancurkan makanan bila pasien akan dewasa yang saat ini terpaksa tergantung
pulang dengan selang makanan. Yakinkan pada orang lain untuk kebutuhan sangat
pasien dan orang terdekat mampu mendasar pada penyediaan makanan.
melakukan prosedur ini sebelum pulang
dan bahwa makanan tepat dan alat tersedia 4. macam-macam jenis makanan dapat dibuat
di rumah untuk tambahan atau batasan faktor tertentu,
seperti lemak dan gula atau memberikan
18. Berikan diet nutrisi seimbang (misalnya makanan yang disediakan pasien
semikental atau makanan halus) atau
makanan selang (contoh makanan
dihancurkan atau sediaan yang dijual)
sesuai indikasi.

Dx 5 : Gangguan citra diri berhubungan dengan kehilangan suara,perubahan anatomi


wajah dan leher

11
Tujuan : Mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri
sendiri
Kriteria hasil : menunjukkan adaptasi awal terhadap perubahan tubuh sebagai bukti dengan
partisipasi aktivitas perawatan diri dan interaksi positip dengan orang
lain.Berkomunikasi dengan orang terdekat tentang perubahan peran yang telah
terjadi.Mulai mengembangkan rencana untuk perubahan pola hidup.
Berpartisipasi dalam tim sebagai upaya melaksanakan rehabilitasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan arti kehilangan atau perubahan 1. alat dalam mengidentifikasi atau
dengan pasien, identifikasi persepsi situasi mengartikan masalah untuk memfokuskan
atau harapan yang akan dating perhatian dan intervensi secara konstruktif

2. Catat bahasa tubuh non verbal, perilaku 2. dapat menunjukkan depresi atau
negatif atau bicara sendiri. Kaji keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian
pengrusakan diri atau perilaku bunuh diri lanjut atau intervensi lebih intensif
3. pasien dapat mengalami depresi cepat
3. Catat reaksi emosi, contoh kehilangan, setelah pembedahan atau reaksi syok dan
depresi, marah menyangkal. Penerimaan perubahan tidak
dapat dipaksakan dan proses kehilangan
membutuhkan waktu untuk membaik
4. pendekatan menyeluruh diperlukan untuk
4. Kolaboratif dengan merujuk pasien atau membantu pasien menghadapi rehabilitasi
orang terdekat ke sumber pendukung, dan kesehatan. Keluarga memerlukan
contoh ahli terapi psikologis, pekerja bantuan dalam pemahaman proses yang
sosial, konseling keluarga. pasien lalui dan membantu mereka dalam
emosi mereka. Tujuannya adalah
memampukan mereka untuk melawan
kecendrungan untuk menolak dari atau
isolasi pasien dari kontak sosial.

12
BAB IV

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus, tidak pernah mati. Tumbuh
dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain, akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh.
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah lainnya di
tenggorokan.

Penyebab utama dari kanker laring tidak diketahui. Kanker laring mewakili 1% dari semua
kanker dan terjadi lebih sering pada pria, faktor-faktor penyebabnya adalah Tembakau, Alkohol
dan efek kombinasinya, Ketegangan vocal, Laringitis kronis, Pemajanan industrial terhadap
karsinogen, Defisiensi nutrisi (riboflavin) dan, Predisposisi keluarga

II. SARAN

1. Untuk Instansi

Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan

2. Untuk Klien dan Keluarga

Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya


pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak
tercapai.

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC

Kepacitan. 2010. Askep Kanker Laring. http://kepacitan.wordpress.com/2010/12/15/askep-


kanker-laring/.

/ASUHANKEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN CA LARING_


%20rikayuhelmi116.html

14

Anda mungkin juga menyukai