Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SITEM T.H.

T
PADA PASIEN TUMOR TONSIL

A. KONSEP DASAR PENYAKIT.


1. Pengertian
Kanker Tonsil adalah keganasan pada tonsil (amandel).
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang
memiliki keaktifan munologik (Ganong, 1998). Tonsil berfungsi mencegah
agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh dengan cara menahan kuman
memasuki tubuh melalui mulut, hidung dan tenggorokan, oleh karena itu,
tidak jarang tonsil mengalami peradangan.

2. Penyebab/factor resiko.
Menurut National Cancer Institute, faktor resiko Kanker tonsil terutama
menyerang pria dan berhubungan erat dengan merokok serta pemakaian
alkohol. Baru baru ini ada indikasi bahwa etiologi virus juga harus
dipertimbangkan. Meskipun virus Epstein Barr( EBV ) merupakan
pertimbangan utama pada karsinoma nasofaring, Human Papilloma Virus (
HPV ) telah terbukti sebagai ancaman. Penyebab yang lainnya yaitu :
Kesehatan mulut kurang.
Pemakaian sirih.
Makanan dan minuman yang panas.
Sugi tembakau.
Tonsilitis.
Diet rendah buah dan sayur.
3. Klasifikasi tumor tonsil.
Tumor Primer
1 = Diameter terbesar 2 cm
2 = Diameter 2-4 cm
3 = Diameter > 4 cm
4 = Perlengketan ke basis lidah - tulang otot.
Metastase Regional
N 1 = Kelenjar limfe regioner homolateral, mudah di gerakkan.
N 2 = Kelenjar limfe regioner kontralateral, mudah di gerakkan.
N 3 = Kelenjar limfe yang sudah mengadakan perlengketan.
Metastase Jauh.
M 0 = Tidak di jumpai metastase jauh.
M 1 = Terdapat metastase jauh.
Stadium tumor tonsil.
Stadium I = T1, N0, M0.
Stadium II = T1, N0, M0.
Stadium III = T3, N0, M0.
T1, N1, M0.
T2, N1, M0.
T3, N1, M0.
Stadium IV = T4, N0-1, M0.
T4, N0-1, M1.
4. Patofisiologi.
Karsinoma sel skuamosa tonsil mungkin terbatas pada fosa tonsil, tetapi
perluasan pada ke struktur yang berdekatan sering terjadi.Karsinoma
umumnya menyebar sepanjang sulkus glosotonsilar melibatkan dasar lidah.
Selain itu, penyebaran sering melibatkan palatum mole atau nasofaring.Fosa
tonsil dibatasi oleh otot superior konstriktor yang mungkin berisi
penyebaran karsinoma.
Namun ketika otot konstriktor dilampaui, ini menjadi keuntungan tumor
untuk mengakses ke ruang parafaring. Ini melibatkan otot otot pterigoid
atau mandibular.Penyebaran ke arah superior dari ruang parafaring bisa
melibatkan dasar tengkorak dan penyebaran ke arah inferior bisa melibatkan
leher bagian lateral.Akhirnya keterlibatan yang luas dalam ruang parafaring
mungkin melibatkan arteri karotis.
Metastase ke daerah limfatik sering terjadi. Metastase ke leher sebanyak
kurang lebih 65%.Karsinoma sel skuamosa tonsil juga dapat bermetastase ke
kelenjar getah beningretrofaring. Metastase jauh dari karsinoma sel
skuamosa tonsil terjadi sekitar 15 30%. Lokasi yang paling umum adalah
paru paru, diikuti oleh hati dan kemudian tulang.
5. Tanda dan gejala.
Biasanya gejala awal adalah nyeri tenggorokan.
Sakit menelan
Barat badan menurun.
Bengakak pada leher.
Trismus.
Nyeri seringkali menjalar ke telinga pada sisi yang sama dengan tonsil yang
terkena.
Kadang suatu benjolan di leher akibat penyebaran kanker ke kelenjar getah
bening timbul sebelum gejala lainnya muncul.
6. Penatalaksanaan medik..
Untuk menegakkan diagnosis, dilakukan biopsi terhadap jaringan amandel.
Karena merokok dan alkohol juga berhubungan dengan kanker lainnya, maka
dilakukan pemeriksaan laringoskopi, bronkoskopi dan esofagoskopi.
Pengobatannya berupa terapi penyinaran dan pembedahan. Pembedahan
dilakukan untuk mengangkat tumor, kelenjar getah bening leher dan
sebagian rahang.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN.
1. Pengkajian.
a. Pengumpulan Data.
1) Identitas.
Identitas kx meliputi : nama, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan,
agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal MRS / jam, diagnosa masuk,
no. reg, ruangan, serta identitas yang bertanggung jawab.
2) Keluhan utama.
Sakit tenggorokan, sakit telinga, sensasi benda asing di tenggorokan
dan perdarahan semuanya mungkin terjadi.
b. Riwayat Keperawatan.
1) Riwayat penyakit sekarang.
Sakit tenggorokan, sakit telinga, sensasi benda asing di tenggorokan
dan perdarahan semuanya mungkin terjadiakan mengalami nyeri
telan, kehilangan berat badan badan lesu, nafsu makan berkurang
(anorexia), hidung buntu, tidur mendengkur, demam munkin terjadi.
2) Riwayat penyakit dahulu.
Sebelumnya pernah sakit tenggorokan, tonsilitis dan penyakit THT
lainnya, mempunyai penyakit saluran nafas dan paru lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga.
Di keluarga ada yang pernah menderita penyakit tumor atau penyakit
tertentu (misal : TBC, DM, HT dll).
4) Riwayat penyakit psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis dengan
timbul gejala. Gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap
penyakitnya.
c. Pola-Pola Kesehatan
1) Pola persepsi dan tata hidup sehat.
Meliputi perawatan mulut dan pola kebiasaan sehari hari termasuk
merokok dan minum minuman beralkohol.
2) Pola nutrisi dan metabolisme.
Meliputi makan dan minum, sebelum masuk rumah sakit dan sesudah
masuk rumah sakit.
3) Pola eliminasi.
Meliputi kebiasaan BAK dan BAB, warnanya, konsistensi, frekuensi,
dan bau baik sebelum masuk rumah sakit atau masuk rumah sakit.
4) Pola istirahat dan tidur.
Meliputi lama tidur pasien, sebelum masuk rumah sakit dan setelah
masuk rumah sakit, serta gangguan waktu tidur.
5) Pola aktifitas dan latihan.
Meliputi aktivitas pasien dirumah dan masyarakat serta lamanya
pasien beraktivitas.
6) Pola persepsi dan konsep diri.
Dapat terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan hal itu
merupakan dampak psikologi kx. Konsep diri meliputi : body image,
ideal, harga diri, peran dan identitas.
7) Pola sensori dan kognitif.
Daya pengelihatan, pendengaran bisa berkurang karena adanya
metastase, penciuman bisa berkurang, peraba dan perasa terjadi
gangguan atau tidak, pengetahuan pasien dan keluarga tentang
penyakitnya.
8) Pola reproduksi sosial.
Meliputi hubungan kx dan keluarga (orang tua), mempunyai beberapa
saudara dan termasuk anak keberapa.
9) Pola hubungan dan peran.
Meliputi hubungan kx dengan teman sebaya, masyarakat, keluarga
dan peran kx dalam keluarga.
10)Pola penanggulangan stress.
Meliputi penyebab stress, koping terhadap stress, adaptasi terhadap
stress dan pemecahan masalah.
11)Pola tata nilai dan kepercayaan.
Agama dan keyakinan serta ritualitas.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum.
Massa pada leher. Hal ini karena karsinoma muncul jauh di dalam
kriptus. Sebuah karsinoma sel skuamosa mungkin berasal dari 1 atau
lebih lokasi dari tonsil itu sendiri.Selain itu tonsil juga dapat
membesar dan menonjol ke dalam rongga mulut yang menjadikan
tanda pada penderita
2) Kepala dan leher.
Adanya pembengkakan pada tonsil, kemerahan pada tonsil, bibir
kering, kriptus melebar dan terisi detritus.
3) Tingkat kesadaran.
Pasien tidak mengalami gangguan kesadaran (compos mentis).
4) Tingkat respirasi.
Bisa sesak tergantung tingkat metastase tumor.
5) Sistem thorak dan abdomen.
Tidak terdapat kelainan, bentuk dada simetris, pada daerah abdomen
tidak ditemukan nyeri tekan.
6) Sistem integuman.
Akral hangat, turgor kulit baik, kelembaban kulit baik.
7) Sistem cardiovaskuler.
Pada pemeriksaan jantung iramanya teratur, tidak didapatkan
takikardia mapun bradikardia.
8) Sistem gastrointestinal.
Lidah kotor, nyeri telan, penurunan nafsu makan.
9) Sistem muskuluskeletal.
Tidak ada gangguan otot pada anggota gerak.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
Tes fungsi hati, diperlukan pengetahuan tentang fungsi hati karena
untuk mengetahui riwayat diet pasien dan penyalahgunaan etanol
yang sering menyebabkan fungsi hati. Selain itu untuk mengetahui
metabolisme hepar terhadap pemakaian agen kemoterapi atau obat
lain sebelumnya dan terakhir metastase ke hati yang selalu mungkin
terjadi.
Tes fungsi paru diperlukan pada setiap bedah kepala dan leher
yang dapat membawa risiko tambahan komplikasi pernapasan
perioperative dan pasca operatif.
Tes fungsi ginjal ketika akan memulai kemoterapi, tes fungsi ginjal
diperlukan untuk memastikan apakah pasien dapat menghilangkan
agen yang ditangani oleh ginjal.
Pembekuan dan koagulasi ( termasuk jumlah trombosit dan lain
lain ). Kepala dan leher adalah salah satu daerah yang paling kaya
akan vaskularisasi dalam tubuh manusia. Perdarahan adalah salah
satu masalah besar dalam operasi tonsil
2) Radiologi
CT scan leher dengan atau tanpa kontras diperlukan untuk
mengevaluasi metastasis dan untuk menilai sejauh mana
perkembangan tumor.Hal ini penting dalam staging tumor tonsil.
MRI juga sangat berguna untuk menilai ukuran tumor dan invasi
jaringan lunak. CT scan dada adalah yang paling sensitive untuk
mengungkapkan metastasi ke paru paru dan karenanya harus
menjadi modalitas pilihan, setidaknya pada pasien berisiko tinggi (
stadium 4, T4, N2 atau N3 ataupun tumor yang timbul dari orofaring,
laring, hipofaring, atau supraglotis.
3) Prosedur diagnostik
Biopsi adalahsatu satunya alat untuk mendiagnosis keganasan
tonsil berupa limfoma, karena itu hali patologi dan timnya harus
segera siap untuk menangani jaringan dengan tapat. Beberapa
jaringan segar mungkin diperlukan untuk studi, yang tergantung
waktu dan memerlukan penanganan segera. Beberapa jaringan harus
dibekukan dalam nitrogen cair. Pertimbangan lain yang sangat
penting adalah kenyataan bahwa karsinoma sel skuamosa biasanya
timbul jauh di dalam kripta. Hal ini memerlukan ahli bedah untuk
mengambil biopsy yang mendalam sehingga neoplasma tidak
meleset.Mengingat kecenderungan lesi ini bisa menimbulkan
perdarahan yang merupakan prosedur yang rumit maka ahli bedah
harus siap untuk yang hal yang tak terduga.
Panendoskopi, endoskopi operatif memungkinkan ahli bedah
untuk menilai sepenuhnya tentang tumor.Hal ini sangat membantu
ketika memilih antara pendekatan bedah terbuka dan
endoskopi.Bronkoskopi dan esofagoskopi digunakan untuk menilai
tumor primer yang mungkin hadir pada saat diagnosis.
Tes HPV merupakan rekomendasi National Comprehensive Cancer
Network ( NCCN ) sebagai faktor prognosis. Quantitative reverse
transcriptase pcr ( QRT PCR ) memungkinkan perhitungan jumlah
relatif dari mRNA yang ada pada sampel. HPV 16 ini paling sering
digunakan untuk memeriksa karsinoma orofaring.Hal ini bersifar
sensitif dan spesifik. P-16 dapat diuji sebagai biomarker untuk
aktivitas HPV E7.
2. Diagnosa keperawatan.
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan nyeri tenggorokan.
b. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nyeri telan, anorexia.
c. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan hidung buntu,
pembesaran tonsil.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan sumber
informasi.

3. Perencanaan keperawatan
a. Dx : Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan nyeri
tenggorokan.
Tujuan : Nyeri berkurang dalam waktu 1 x 24 jam.
KH : - Kx tidak menyeringai kesakitan
- Kx tenang
- Skala nyeri O
Intervensi :
- Tingkatkan upaya untuk dapat melakukan proses menelan yang
efektif seperti bantu Kx dengan mengontrol kepala
R/ menetralkan hiperkstensi, membantu mencegah aspirasi dan
meningkatkan kemampuan menelan
- Letakkan Kx pada posisi / tegak selama dan setelah makan
R/ menggunakan gravitasi untuk memudahkan proses menelan dan
menurunkan resiko terjadinya aspirasi
- Anjurkan Kx untuk makan / minum sedikit tapi sering
R/ meningkatkan intake cairan dan makanan serta melatih kempuan
menelan
- Bila perlu berikan cairan melalui IV dan atau makan selalui selang
R/ memberikan cairan pengganti dan juga makanan jika Kx tidak
mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut
b. Dx : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nyeri telan, anorexia.
Tujuan : Nutrisi terpenuhi dalam waktu 1 x 24 jam.
KH : - Cukup
- Nafsu makan meningkat
Intervensi :
- Kaji kemampuan kx untuk mengunyah atau menelan.
R/ faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga
kx harus terlindungi dari aspirasi.
- Timbang BB sesuai indikasi.
R/ mengevaluasi keefektifab atau kebutuhan mengubah pemberian
nutrisi.
- Bersihkan mulut kx sebelum dan sesudah makan.
R/ membersihkan sisa makanan dan memberikan rasa nyaman
sehingga nafsu makan meningkat.
- Berikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering
dengan teratur.
R/ meningkat intake makanan dalam memenuhi kebutuhan tubuh.
- Konsultasi dengan ahli gizi.
R/ merupakan sumber efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan
kalori / nutrisi tergantung pada usia, BB, keadaan penyakit sekarang.
DAFTAR PUSTAKA

Selly (2012). Tumor tonsil, http://sely-biru.blogspot.com/2010/06/amandel-tonsil-. di


dowload tgl 30.4.2012.

Doengos, Marilyn E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Buku Kedokteran, EGC,


Jakarta.

Mansjoer, Arif dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.

Efendi, Nasrul, Pengantar Proses Keperawatan, EGC, Jakarta. 1995

Pedoman Diagnosis dan Terapi Lab / UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, RSUD dr. Soetomo, Surabaya, 1994.

---------, Diskusi kelompok tumor tonsil, http://www.scribd.com/mobile di download


tgl 30.4.2012.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN SISTEM THT
PADA PASIEN TUMOR TONSIL

OLEH

AFRIZAL

NIM. P 17320111324

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES R.I BANDUNG


PRODI D.IV KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
BANDUNG 2012

Anda mungkin juga menyukai