OLEH
KELOMPOK IV A
1. Putri Eureka Ndun
2. Raigunda Hilarius Saijo
3. Revista Taklal
4. Ria Rambu Yaku Katibi
5. Richi Ronaldo Tafui
6. Ricky Marthin Ly
7. Sabina Lani Hamu
8. Sri Afriani
9. Veronica Goa
I. TUJUAN
a. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan lansia dapat mengetahui tentang
kesehatan jiwa pada lansia.
b. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Lansia mampu memahami tentang :
1. Pengertian usia lanjut
2. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
3. Penatalaksanaan keperawatan jiwa pada lanjut usia
II. Materi
1. Pengertian usia lanjut
2. Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
3. Penatalaksanaan keperawatan jiwa pada lanjut usia
III. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
IV. Media penyuluhan :
SAP, Leaflet
Setting Tempat
: Penyuluh
: Moderator
: Pembimbing
: Masyarakat
: Observer
: Media (Leflet)
V. Pengorganisasian
1. Pembimbing : Sri Herlin Hernawati, S.Kep.,Ns
Anderias Balalembang, S.Kep.,Ns
2. Moderator : Revista Taklal
3. Penyuluh/Pemateri : Veronica Goa, Putri Ndun & Ricky Ly
4. Observer : Richi Tafui, Ria Rambu Yaku Katibi
5. Fasilitator : Sabina Hamu
6. Dokumentasi : Sri Afriani
VI. Rincian Tugas
1. Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan
menutup acara
2. Penyuluh/pemateri : Memberikan materi penyuluhan
3. Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan dan
memberikan penilaian keberhasilan penyuluhan
4. Fasilitator : Memfasilitasi kegiatan agar berjalan dengan baik
5. Dokumentasi : Mendokumentasikan selama kegiatan berlangsung
Kegiatan Penyuluhan
NO TAHAP KEGIATAN PEYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. Pembukaan
(5 menit) 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan mendengar
dan media yang digunakan 3. Memperhatikan dan
4. Kontrak waktu menjawab
5. Menggali pengetahuan
2. Pelaksanaan 1. Menjelaskan materi dan Memperhatikan dan
mendemonstrasikan mengenai : mengikuti demonstrasi
(10 menit)
1) Pengertian sehat jiwa
2) Kriteria sehat jiwa
3) Cara meningkatkan
kesehatan jiwa
4) Prinsip dalam kesehatan jiwa
2. Diskusi
1) Memberi kesempatan kepada
sasaran untuk menanyakan
hal- hal yang belum jelas
1) Bertanya
2) Menjelaskan pertanyaan
2) Memperhatikan
sasaran
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Peserta hadir di tempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di tempat yang telah ditentukan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Masyarakat antusias terhadap materi penyuluhan
Masyarakat konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Masyarakat dapat mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar (jelaskan apa pertanyaan dan jawabannya)
3. Evaluasi Hasil
1. Masyarakat dapat menjelaskan pengertian lanjut usia
2. Masyarakat dapat menyebutkan penatalaksanaan keperawatan jiwa pada
lanjut usia
4. Pertanyaan untuk sasaran
1. Jelaskan pengertian usia lanjut !
2. Sebutkan apa saja perubahan yang terjadi pada lansia yang anda ketahui !
3. Sebutkan lima cara penatalaksanaan keperawatan jiwa pada lanjut usia yang
anda ketahui !
LAMPIRAN MATERI
Otak
Terjadi penurunan kemampuan berpikir, daya ingat, dan konsentrasi. Penurunan
kemampuan berpikir terutama untuk memikirkan hal baru (new learning),
kalaupun bisa terjadi secara lambat (slow learning). Sering lansia tidak bisa
menerima pemikiran anak muda, karena menganggap bahwa apa yang lansia
pikirkan itulah kebenaran. Lansia menjadi skeptis dengan pola pikirnya, sehingga
sulit menerima sesuatu yang baru.
Meskipun demikian, masih banyak lansia yang tetap pandai pada masa tuanya,
kemampuan kognitifnya sama sekali tidak berkurang, bahkan cenderung lebih
hafal daripada yang muda. Kemampuan asah otak ternyata sama dengan asah
pedang, yaitu semakin sering diasah, maka semakin tajam pedang itu. Hal ini
bergantung pada apa yang dipelajari saat muda. Ibarat belajar di masa kecil, bagai
mengukir di atas batu. Hal yang dipelajari di masa kecil yang terus digunakan
sampai tua akan terukir pada pola pikir. Sementara belajar sesudah dewasa, bagai
mengukir di atas air, yaitu hal yang dipelajari seolah sudah paham semua, tetapi
saat sang guru pergi akan hilang semua yang telah dipelajari.
Kemampuan konsentrasi yang menurun mengakibatkan lansia mengalami
kesulitan fokus perhatian (sustain attention). Jika bercerita atau mengajar harus
satusatu, tidak bisa dua topik sekaligus. Selain itu, kewaspadaan juga menurun,
sehingga perlu bantuan dan pengawasan apabila lansia melakukan aktivitas di luar
rumah.
Paru
Kekuatan otot pernapasan menurun dan kaku, elastisitas paru menurun, kapasitas
residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli melebar dan
jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi penyempitan pada
bronkus. Akibatnya, lansia selalu mengeluh dada sesak, serta bernapas cepat dan
terengahtengah (breath holding spell dan hyperventilation). Tindakan yang paling
tepat untuk mengatasi hal ini adalah jalan mars setiap hari selama 20 menit di
udara terbuka. Solusi dengan metode farmakologi tidak terlalu disarankan karena
gangguan terjadi karena menurunnya kemampuan anatomi dan fisiologi paru.
Gastrointestinal
Pada sistem ini esofagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, dan
peristaltik menurun sehingga terjadilah penumpukan makanan. Apabila daya
absorbs masih baik, maka racun akan ikut terabsorbsi, sehingga terjadi konstipasi.
Ukuran lambung mengecil serta fungsi organ asesori menurun sehingga
menyebabkan berkurangnya produksi hormon dan enzim pencernaan. Lansia
menjadi sangat banyak keluhan terkait gastrointestinal.
Saluran Kemih
Kondisi ginjal mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasikan urine ikut menurun. Plastisitas buli-buli menurun, sehingga
menjadi sering kencing. Kemampuan sfinkter uri menurun, sehingga lansia
menjadi ngompol. Respons perilaku berupa lansia sering mengeluh tidak bisa
tidur, sering terbangun untuk kencing, ngompol, beser, dan sebagainya.
Otot dan Tulang
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis),
persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor, tendon
mengerut, serta mengalami sklerosis. Respons perilaku berupa lansia menjadi
banyak mengeluh dengan sistem muskuloskeletalnya. Hal ini sangat bergantung
pada aktivitas olahraga semasa muda. Tindakan yang sesuai adalah senam taichi
atau jalan mars.
Kardiovaskular
Katub jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah menurun
(menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun, serta
meningkatnya resistansi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat. Risiko terjadi infark, stroke, dan sebagainya.
Endokrin
Kemampuan tubuh untuk meregulasi endokrin menurun, sehingga mudah terjadi
asam urat, kolesterol, diabetes, dan sebagainya.
2. Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis lansia sering terjadi karena perubahan fisik, dan mengakibatkan
berbagai masalah kesehatan jiwa di usia lanjut. Beberapa masalah psikologis lansia antara
lain sebagai berikut.
Paranoid
Respons perilaku yang ditunjukkan dapat berupa curiga, agresif, atau menarik
diri. Lansia selalu curiga pada orang lain, bahkan curiga pada televisi. Oleh
karena lansia tidak mendengar suara TV, tetapi melihat gambarnya tersenyum
atau tertawa, maka TV dianggap mengejek lansia. Pembantu dianggap mencuri,
karena mengambil gula atau beras untuk dimasak, padahal instruksi pembantu
berasal dari majikan yang tidak diketahui lansia. Tindakan untuk mengatasi hal ini
adalah jangan mendebat, karena kita dianggap menantang, serta jangan
mengiyakan, karena dianggap kita berteman. Berikan aktivitas sesuai kemampuan
lansia, sehingga lansia tidak sempat memperhatikan apa yang dapat menimbulkan
paranoid.
Gangguan Tingkah Laku
Sifat buruk pada lansia bertambah seiring perubahan fungsi fisik. Lansia merasa
kehilangan harga diri, kehilangan peran, merasa tidak berguna, tidak berdaya,
sepi, pelupa, kurang percaya diri, dan sebagainya. Akibatnya bertambah sangat
banyak sifat buruk setiap adanya penurunan fungsi fisik. Tindakan untuk
mengatasi hal ini adalah berikan kepercayaan kepada lansia untuk melaksanakan
hobi lama sesuai kemampuannya, sehingga harga diri lansia meningkat dan
merasa tetap berguna dalam masyarakat.
Gangguan Tidur
Lansia mengalami tidur superfisial, tidak pernah mencapai total jam tidur, merasa
setiap detik jam selalu terdengar, desakan mimpi buruk, serta bangun lebih cepat
dan tidak dapat tidur lagi. Lansia selalu mengeluh tidak bisa tidur. Padahal jika
diamati, kebutuhan tidur lansia tidak terganggu, hanya pola tidur yang berubah.
Hal ini terjadi karena lansia mengalami tidur superfisial, sehingga tidak pernah
merasa tidur nyenyak. Misalnya, jam 04.00 sudah bangun, lalu aktivitas
beribadah, jalan-jalan, minum kopi atau susu dengan makanan ringan, selanjutnya
mengantuk dan tertidur. Waktunya sarapan bangun, beraktivitas sebentar,
mengantuk lagi, lalu tertidur. Pada siang hari, setelah makan siang tertidur lagi
dan jam 8 malam sudah tertidur. Oleh karena kebutuhan tidur sudah terpenuhi di
pagi dan siang hari, maka jam 3 pagi atau jam 4 pagi sudah bangun dan tidak
dapat tidur lagi. Tindakan untuk mengatasi hal ini adalah membuat lansia tidak
tidur siang (schedulling), sehingga malam dapat tidur lebih lama. Batasi konsumsi
makanan yang membuat mengantuk, serta cegah nonton TV atau acara yang
menakutkan atau menegangkan. Obat farmokologi tidak disarankan kecuali ada
indikasi.
Keluyuran (wandering)
Hal ini biasanya terjadi akibat bingung dan demensia. Lansia keluar rumah dan
tidak dapat pulang, hilang, berkelana, atau menggelandang. Sebenarnya ini tidak
dikehendaki oleh lansia. Hal tersebut terjadi karena lansia tidak betah di rumah,
tetapi saat keluar tidak tahu jalan untuk pulang. Tindakan yang dapat dilakukan
adalah beri tanda pengenal, cantumkan nama, nama keluarga, dan nomor telepon,
sehingga jika ditemukan masyarakat dapat menghubungi anggota keluarga.
Tingkatkan aktivitas harian, sehingga lansia tidak ingin keluar rumah. Untuk
penyegaran, dampingi saat keluar rumah (tapi yang sejalur) dan setelah hafal,
boleh jalan sendiri. Pagar di kunci apabila ditinggal oleh pendamping.
Sun Downing
Lansia mengalami kecemasan meningkat saat menjelang malam (di rumah), terus
mengeluh, agitasi, gelisah, atau teriak ketakutan. Jika di panti, hal tersebut dapat
memengaruhi lansia yang lain. Keadaan ini terjadi karena lansia gelisah pada saat
malam. Pada zaman dahulu, belum ada listrik, sehingga saat menjelang malam,
kecemasan lansia meningkat. Oleh karenanya, semua anak dan cucunya dicari dan
disuruh pulang, semua hewan peliharaan harus sudah ada di kandang, serta semua
anggota keluarga harus sudah di dalam rumah. Semua itu terjadi karena
kekhawatiran dengan gelapnya malam. Tindakan yang dapat dilakukan adalah
berikan orientasi realitas, aktivitas menjelang maghrib, dan penerangan yang
cukup.
Depresi
Ada banyak jenis depresi yang terjadi pada lansia, di antaranya depresi
terselubung, keluhan fisik menonjol, berkonsultasi dengan banyak dokter
(umum/spesialis), merasa lebih pusing, nyeri, dan sebagainya. Depresi sering
dialami oleh lansia muda wanita karena terjadinya menopause. Apabila lansia
muda wanita tidak siap menghadapi menopause, maka depresi sangat menonjol
akan dialami. Namun, bagi yang siap menghadapi menopause akan merasa lebih
bahagia karena dapat beribadah sepanjang waktu tanpa harus cuti haid. Pada
lansia pria, penyebab depresi terutama karena sindrom pascakekuasaan
(postpower syndrom). Lansia mulai berkurang penghasilan, teman, dan harga diri.
Tanda yang sering muncul adalah tidur meningkat, ketertarikan menurun, rasa
bersalah meningkat, energi menurun, konsentrasi menurun, nafsu makan
menurun, psikomotor menurun. Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan
penyebab yang ditemukan. Selain itu, tingkatkan harga diri lansia, serta yakinkan
bahwa lansia masih tetap dihargai dalam keluarga dan tetap bermanfaat bagi
masyarakat.
Demensia
Demensia adalah suatu sindrom gejala gangguan fungsi luhur kortikal yang
multipel, seperti daya ingat, daya pikir, daya tangkap, orientasi, berhitung,
berbahasa, dan fungsi nilai sebagai akibat dari gangguan fungsi otak. Demensia
banyak jenisnya yang bergantung pada penyebab dan gejala yang timbul, di
antaranya demensia, multiinfark demensia, alzheimer, atau bahkan retardasi
mental. Tindakan yang dapat dilakukan adalah berikan aktivitas sesuai
kemampuan dan kolaborasi pengobatan dengan farmakologis.
Syndrom Pasca Kekuasaan (Post Power Syndrome)
Sindrom pascakekuasaan adalah sekumpulan gejala yang timbul setelah lansia
tidak punya; kekuasaan, kedudukan, penghasilan, pekerjaan, pasangan, teman,
dan sebagainya. Beberapa faktor penyebab lansia tidak siap menghadapi pensiun
adalah kepribadian yang kurang matang, kedudukan sebelumnya terlalu tinggi dan
tidak menduduki jabatan lain setelah pensiun, proses kehilangan terlalu cepat,
serta lingkungan tidak mendukung. Alternatif tindakan yang dapat dilakukan
adalah optimalkan masa persiapan pensiun (MPP) selama 1 tahun, serta gaji
penuh tetapi masih boleh mencari pekerjaan lain untuk menyiapkan alih kerja.
Jika lansia bukan seorang PNS, maka siapkan jaminan sosial hari tua yang
memadai ketika masih muda. Upayakan lingkungan tetap kondusif, seperti
keluarga dan anak tetap menghargai. Usahakan kebiasaan di rumah masih tetap
dilakukan, misalnya makan bersama, mengobrol bersama, dan sebagainya.
Usahakan tetap ada kedudukan di masyarakat, seperti menjadi ketua yayasan
sosial, koperasi, atau takmir masjid. Dengan demikian, lansia masih akan tetap
merasa dihormati dan berguna bagi masyarakat.
C. Penatalaksanaan Keperawatan Jiwa Pada Usia Lanjut
Penatalaksanaan secara holistik meliputi penatalaksanaan fisik, psikologis, serta sosial
yang termasuk keluarga dan lingkungan. Secara fisik, perhatikan asupan nutrisi baik
secara kuantitas maupun kualitas, serta hindari makanan pantangan yang dapat
memperparah penyakit yang diderita. Apabila harus menggunakan obat-obatan harus
dimulai dari dosis rendah dan ditinggalkan secara perlahan (start low go slow).
Secara psikologis, perhatikan kegemaran intelektual (intellectual interest), seperti
keterkaitan hobi lama dengan kesibukan baru, pekerjaan sejenis yang berguna, hindari
waktu luang, serta kesendirian dan pikiran kosong. Perhatikan peningkatan kualitas
hidup, cita-cita, tujuan hidup, makna kehidupan, dan pengembangan spiritualitas agar
lansia bisa menjadi lebih terhormat.
Lingkungan dan keluarga harus disiapkan dan harus tahu bahwa lansia banyak
mengalami perubahan, sehingga berikan aktivitas sesuai kemampuan dan hobinya. Selain
itu, jangan harap lansia untuk membantu memasak, mengasuh anak, dan sebagainya.
Jangan kucilkan lansia dan bantulah sesuai kebutuhan. Bila perlu, berikan gelang
identitas. Perhatikan desain interior rumah, dapur, serta kamar mandi diusahakan ada
pegangan dinding sampai tempat tidur dan gunakan kloset duduk. Usahakan rumah
menjadi tempat yang nyaman untuk lansia. Selain itu, perhatikan fasilitas kesehatan yang
diperlukan untuk lansia.
1. Penanggulangan masalah akibat perubahan fungsi tubuh.
Perawatan diri sehari-hari
Senam atau latihan pergerakan secara teratur
Pemeriksaan kesehatan secara rutin
Mengikuti kegiatan yang masih mampu dilakukan
Minum obat secara teratur jika sakit
Memakan makanan bergizi
Minum paling sedikit delapan gelas setiap hari
2. Penanggulangan masalah akibat perubahan psikologis.
Mengenal masalah yang sedang dihadapi
Memiliki keyakinan dalam memandang masalah
Menerima proses penuaan
Memberi nasihat dan pandangan
Beribadah secara teratur
Terlibat dalam kegiatan sosial dan keagamaan
Sabar dan tawakal
3. Penanggulangan masalah akibat perubahan sosial/masyarakat
Saling mengunjungi
Memiliki pandangan atau wawasan
Melakukan kegiatan rekreasi