OLEH
KELOMPOK MALIGNANT :
1. Richi Ronaldo Tafui, S.Kep
2. Ricky Marthin Ly, S.Kep
3. Sabina Lani Hamu, S.Tr.Kep
4. Sri Afriani, S.Tr.Kep
5. Waldetrudis Muke, S.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
Berkat dan Hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penulisan ‘’Laporan
Asuhan Keperawatan pada Ny. A.N dengan Penyakit Kanker Laring’’ sebagai bagian dari
penugasan praktik klinik Home Care dan Paliatif Care di wilayah kerja Puskesmas Pasir
Panjang, Kota Kupang. Selain menjadi tugas dalam praktik klinik Home Care dan Paliatif,
laporan ini juga bisa menjadi acuan bagi pihak manapun dalam rangka pengembangan
Keperawatan pada umumnya dan praktik Home Care dan Paliatif pada khususnya. Kami
berharap tulis ini dapat bermanfaat bagi pihak manapun yang membutuhkan referensi terkait
praktik Home Care dan Paliatif dan khususnya menjadi bukti bakti mahasiswa-mahasiswi
Prodi Pendidikan Profesi Ners angkatan 3 kelompok malignant, bagi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Pendahuluan
Latar belakang
Tujuan
Manfaat
Profil Puskesmas
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan keperawatan di rumah merupakan program yang sudah ada sejak dulu
dan berkembang sangat pesat, karena menjadi kebutuhan masyarakat sekarang. Salah satu
bentuk pelayanan kesehatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat yaitu pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah atau Home care (Kemenkes RI, 2016). Home care
merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat komunitas kepada individu
dan keluarga di tempat tinggal mereka dalam suatu rentang sehat sakit secara
berkesinambungan dan komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan, memulihkan,
mempertahankan status kesehatan klien tersebut. Pelayanan paliatif care adalah perawatan
pasien pada fase akhir kehidupan. Pelayanan ini berfokus pada pendampingan pasien
selama proses klien menjelang akhir hayat (dying care) pada kasus penyakit yang secara
klinis dinyatakan sulit untuk sembuh.
Karsinoma laring adalah suatu keganasan yang terdapat pada kotak suara, pita
suara ataupun daerah lain yang terdapat pada tenggorokan. Laring terbagi atas tiga
bagian anatomi yaitu supraglotis, glotis dan subglotis. Kurang lebih 60% kanker laring
ditemukan pada daerah glotis, sedangkan 35% berasal dari daerah supraglotis dan hanya
5% berasal dari daerah subglotis. Menurut perkiraan terbaru di America Serikat,
terdapat sebanyak 13,430 kasus baru karsinoma laring.10,550 daripada penderita
karsinoma laring pada laki-laki dan 2,880 adalah pada wanita. Angka kematian dapat
mencapai 3,620 kasus yaitu 2890 pada kasus laki-laki sedangkan 730 kasus pada wanita
(American Cancer Society, 2016).
Di negara-negara maju rata-rata satu banding empat kematian (1:4) disebabkan
oleh karsinoma. Di Eropa dan Amerika karsinoma laring merupakan penyakit kanker
nomor satu, sedangkan di Indonesia yang terbanyak merupakan karsinoma
nasofaring dan karsinoma laring menempati urutan ke-2 atau ke-3 dari setiap tahun di
bidang THT (Siti HH, 2004).
Karsinoma laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT.
Karsinoma laring lebih sering diderita oleh pasien pada usia 56 -69 tahun. Etiologi
pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa hal yang berhubungan
erat dengan terjadinya keganasan laring, yaitu rokok, alkohol, sinar radioaktif dan polusi
udara (Toyibah R, 2016).
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa Profesi Ners Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Kupang
mampu mengaplikasikan konsep dasar home care dan paliatif dan juga asuhan
keperawatan keluarga secara holistic dan komprehensif yang berfokus pada
pelayanan pada anggota keluarga yang mempunyai masalah penyakit yang tidak
mungkin disembuhkan (end of life) cancer secara langsung pada keluarga di
tempat tinggal masing-masing.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien home care dan
paliatif
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien home care dan
paliatif
c. Mampu menyusun rencana intervensi keperawatan pada pasien home care dan
paliatif
d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien home care dan
paliatif
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien home care dan
paliatif
1.3 MANFAAT
a. Bagi keluarga
Keluarga dapat mengetahui bentuk dukungan terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual
dan mampu merawat pasien.
b. Bagi institusi
Bentuk aplikasi ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan home care dan
paliatif.
c. Bagi mahasiswa
Dapat menjadi pembelajaran bagi mahasiswa terkait pengelolaan pelayanan kesehatan
home care, dapat ikut serta dalam memberikan dukungan keluarga terhadapat
pemenuhan kebutuhan spiritual dan asuhan keperawatan pada pasien home care dan
paliatif.
2
PROFIL PUSKESMAS
1. Sejarah Puskesmas
Puskesmas Pasir Panjang merupakan salah satu Puskesmas dari 10 Puskesmas
yang ada dikota Kupang. Puskesmas Pasir Panjang terletak di Jalan Maumere RT 23 / RW
07, Kelurahan Nefonaek, Kecamatan Kota Lama, Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Berbatasan sebelah utara dengan teluk Kupang, sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Oebobo, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Merdeka dan sebelah
timur berbatasan dengan Kelurahan Kelapa Lima. Luas Wilayah Kerja Puskesmas Pasir
Panjang adalah 2,23 Km² atau 4 % dari Luas keseluruhan Kota Kupang.
Wilayah kerja Pukesmas Pasir Panjang terdiri atas 5 kelurahan yaitu Kelurahan
Pasir Panjang, Kelurahan Nefonaek, Kelurahan Oeba, Kelurahan Fatubesi, dan Kelurahan
Tode Kisar. Kelurahan Pasir Panjang adalah kelurahan dengan Wilayah Kerja terkuas
yaitu 0,93 Km² dengan Jumlah Penduduk terbesar yaitu 7.850 Jiwa, diikuti oleh Kelurahan
Nefonaek dengan luas wilayah 0,41 Km² dengan jumlah penduduk 4.162 Jiwa. Sementara
Kelurahan Tode Kisar merupakan kelurahan dengan wilayah kerja terkecil diantara 5
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang yaitu seluas 0,17 Km² dengan jumlah
penduduk yaitu 1.251 Jiwa. Adapun luas wilayah dan jumlah penduduk masing-masing
kelurahan dapat dilihat pada tabel terlampir (Tabel 1).
Tabel 1. LuasWilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk
Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Pasir Panjang
3
Tahun 2008, telah dilakukan pemecahan Puskesmas Pasir Panjang dengan dibangun dan
dioperasionalkannya Puskesmas Oesapa, sebagai pemekaran Puskesmas Pasir Panjang.
Dari sisi bangunan dan lokasipun, Puskesmas Pasir Panjang mengalami perubahan
pada Tahun 2009, Puskesmas Pasir Panjang mengalami relokasi gedung pelayanan dari
awalnya berlokasi di Jalan Timor Raya Kelurahan Pasir Panjang berpindah lokasinya ke
Jalan Maumere Kelurahan Nefonaek oleh karena pemanfaatan lahan Puskesmas yang
dialihfungsikan menjadi pengembangan pembangunan Rumah Sakit Kota Kupang, yang
saat ini namanya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) S.K.Lerik. Pelayanan yang
ada di Puskesmas Pasir Panjang juga mengalami beberapa perubahan sejalan dengan
relokasi gedung Puskesmas. Saat awal berdirinya Puskesmas Pasir Panjang adalah
Puskesman Non-Perawatan, kemudian tahun 2004 Puskesmas Pasir Panjang
dikembangkan menjadi Puskesmas Perawatan dengan jenis layanan adalah perawatan
umum tanpa fasilitas persalinan, dengan jumlah tempat tidur sebanyak 10 Tempat Tidur.
2. Gambaran Umum
Penyusunan gambaran umum Puskesmas Pasir Panjang didasarkan pada Permenkes 75
Tahun 2014.
a) Nama Organisasi : Puskesmas Pasir Panjang
b) Alamat : Jl. Maumere RT 23/RW 7 Kelurahan Nefonaek Kecamatan Kota
Lama Kota Kupang
c) Produk : Segala macam jenis pelayanan jasa dibidang kesehatan dengan
kegiatan pokok meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui UKM dan
UKP serta Jaringan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan
d) Kriteria : Puskesmas Kawasan Perkotaan dengan kemampuan Penyelenggaraan Rawat
Inap
e) Kondisi Wilayah :
1) Luas Wilayah kerja Puskesmas Pasir Panjang adalah Km²
Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kelapa Lima
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Merdeka
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Fatululi
2) Wilayah Kerja :
Puskesmas Pasir Panjang berada di wilayah Kecamatan Kota Lama yang
membawahi 5 Kelurahan yaitu Kelurahan Nefonaek, Pasir Panjang, Oeba, Fatubesi
4
dan Tode Kisar, serta didukung oleh 2 (dua) Puskesmas Pembantu (Pustu) yakni
Pustu Oeba dan Pustu Fatubesi.
3) Pendanaan dan Jaminan Kesehatan
a. Pendanaan
Pendanaan Puskesmas Pasir Panjang bersumber dari dana :
Alokasi Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Alokasi Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Yakni Dana DAK Non Fisik
(BOK)
Kapitasi dan Non Kapitasi (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
b. Jaminan Kesehatan
Sistem jaminan kesehatan terhadap pembayaran jasa pelayanan di Puskesmas
Pasir Panjang memberlakukan 4 sistem pembayaran yaitu :
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN-KIS, Askes, Jamkesmas)
Jaminan Kesehatan Daerah/Jamkesda (APBD Kota Kupang)
Jaminan Kesehatan Berbasis E-KTP (APBD Kota Kupang)
Umum (Berbasis tarif pasien umum diatur dalam Peraturan Daerah Kota
Kupang No 11 Tahun 2013)
c. Sarana Transportasi
Dalam mendukung pelayanan di Puskesmas Pasir Panjang dilengkapi oleh:
Mobil Puskesmas Keliling (Pusling) : 1 buah
Mobil Operasional Kepala Puskesmas : 1 buah
Kendaraan Roda 2 : 14 buah
d. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Puskesmas Pasir Panjang sebanyak : 74 orang, dengan status
kepegawaian. PNS : 52 Orang, PTT/Honor Daerah Kota Kupang : 11 Orang.
PTT/Honor Provinsi NTT : 4 Orang dan tenaga magang/sukarela sebanyak 7
Orang.
Dari bagan tersebut terlihat bahwa usulan struktur organisasi Puskesmas Pasir Panjang Kota
Kupang terdiri dari :
1. Pemimpin organisasi dijabat oleh Kepala UPT Puskesmas
2. Pejabat Keuangan dijabat oleh Kepala Tata Usaha
3. Empat Koordinator teknis, yaitu :
UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Esensial dan Perawatan Kesehatan
Masyarakat
UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Pengembangan
UKP ( Upaya Kesehatan Perorangan), Kefarmasian dan Laboratorium
Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Untuk kelompok jabatan fungsional medis dan non medis Puskesmas merupakan unsur
pelaksana operasional Puskesmas sesuai dengan fungsinya. Dalam gambar struktur diatas,
sesuai dengan ketentuan perundangan, Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang akan
mempertahankan unit-unit non struktural berupa unit rawat jalan, UGD, unit rawat inap,
puskesmas pembantu, polindes dan failitas pelayanan kesehatan lain yang menjadi kebutuhan
puskesmas.
BAB 2
6
TIANJAUAN TEORITIS
7
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain virus epstein-
Bar( di Afrika) menyebabkan limfoma burkitt, sedangkan di cina virus ini
meyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan
dan genetik.
Menurut Bunner dan Sudad, Barbara C. Long, Robin dan Kumar serta D. Tone R,
Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya CA Laring meliputi :
Tembakau (berasap atau tidak )
Alkohol serta efek kombinasinya,
Penajaman terhadap obseton,
Gas mustard
Kayu, kulit dan logam,
Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan(penyanyi roch)
Laring tis kronis,
Defisiensi nutrisi
Riwayat keluarga CA Laring
Asap debu pada daerah industri,
Perokok diatas 40 tahun.
Lebih sering pada laki-laki daripada wanita.
Epiglotis
Hemophilus influensa
2.1.3 Tanda dan Gejala
1. Serak
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor
pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas nada
sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara,
oklusi atau peyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamen cricoarytenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita
suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut. Serak
menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan
nadanya lebih rendah dari biasa (Munir M, 2007).
8
2. Dispnea dan stridor
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan
napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi
pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala
tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang
baik (Munir M, 2007).
3. Nyeri tenggorokan
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam (Munir
M, 2007).
4. Disfagia
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus
piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas
postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor
ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring (Munir M, 2007).
5. Batuk dan hemoptysis
Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan
tertekannya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Hemoptisis
sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik. Gejala lain berupa batuk,
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring
atau metastasis jauh (Munir M, 2007).
6. Nyeri tekan laring
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi
tumor yang menyerang cartilago thyroidea dan perikondrium (Munir M, 2007).
2.1.4 Anatomi dan Fisiologi
1. Anatomi Laring
Laring adalah organ untuk produksi suara atau fonasi. Laring juga
merupakan saluran udara dan bertindak sebagai sfingter di bagian dalam dari saluran
pernapasan bagian bawah yang merupakan bagian dari sistem pernapasan yang
memungkinkan aliran dua arah gas. Laring terletak di bagian atas saluran udara. Laring
terletak di antara trakea dan akar lidah, di bagian atas dan depan leher, di mana
proyeksi di lini tengah. Ia membentuk bagian bawah anterior dinding faring dan
9
tertutupi oleh lapisan mukosa rongga. Laring terdapat sepanjang vertebra IV- VI tetapi
laring terletak lebih tinggi pada wanita dan selama masa kanak- kanak.Sampai
pubertas, ukuran laring pada laki- laki berbeda sedikit dari wanita.Bagi wanita,
pembesaran laring selepas pubertas hanya sedikit.Bagi laki- laki pula terdapat
perubahan ukuran laring yang cukup besar.Semua cartilago membesar dan cartilago
thyroidea menonjol di lini tengah leher, sementara panjang rima glottidis hampir
dua kali ganda.Laring adalah luas di bagian atas dalam bentuk kotak segi tiga yang
diratakan di belakang dan di sisi serta dibatasi di hadapan oleh vertikal ridge yang
menonjol.Pada bagian bawah, laring ini sempit dan berbentuk silinder. Laring terdiri
dari cartilago, yang terhubung oleh ligamentum dan digerakkan oleh otot. Laring
dilapisi oleh membran mukosa yang menyambung dari faring hingga ke trakea (Snell.
RS, 2019).
a. Cartilago Laring
Terdapat sembilan tulang rawan di laring, yaitu tiga yang tidak berpasangan dan
tiga yang berpasangan (Maqbool. M, 2007).
11
7. Cartilago Cuneiformis
Cartilago cuneiformis terletak di setiap lipatan aryepiglotik di depan
cartilago corniculata. Cartilago ini berbentuk club (Maqbool. M, 2007).
b. Otot-otot Laring
1. Otot Laring Instrinsik
Otot instrinsik laring bertanggungjawab mengubah panjang, ketegangan, bentuk
dan posisi spasial lipatan vokal dengan mengubah orientasi dari otot dan vokal
proses dari arytenoid dengan komisura anterior tetap. Otot dikategorikan ke
dalam skema berikut : tiga lipatan utama adduktor, satu abduktor, dan satu
musculus tensor (Snell. RS, 2019).
- Musculus adduktor terdiri dari: Musculus Cricoarytenoideus lateralis,
Musculus thyroarytenoideus, Musculus Interarytenoidea
- Musculus abduktor terdiri dari : Musculus Cricoarytenoideus posterior
- Musculus tensor terdiri dari : Musculus Cricothyroideus
2. Otot Laring Ekstrinsik
Otot-otot strap infrahyoid bekerjasama untuk memberikan laring stabilisasi
dan secara tidak langsung mempengaruhi posisi lipatan vokal.
c. Sistem Limfatik
Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu : (Adam, et. al, 2002)
1) Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul
membentuk saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar
limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan
middle jugular node.
2) Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea,
middle jugular node, dan inferior jugular node.
3) Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan
sistem limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase
12
Gambar 2.2: Sistem limfatik laring
2. Fisiologi Laring
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut: (Ratiola, 2000).
a. Fungsi Fonasi
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi
seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada
dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsic
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk
dan massa ujung- ujung bebas dan tegangan pita suara sejati. (Ratiola, 2000).
b. Fungsi Proteksi.
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup.Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut afferent Nervus Laringeus Superior.Sebagai hasilnya, sfingter dan
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke
lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esophagus
(Ratiola, 2000).
13
c. Fungsi Respirasi
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan musculus cricoaritenoideus posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2 dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring
mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2
arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial
CO2 darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara (Ratiola,
2000).
d. Fungsi Sirkulasi.
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring (Ratiola,
2000).
e. Fungsi Fiksasi.
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap tinggi,
misalnya batuk, bersin dan mengedan (Ratiola, 2000).
f. Fungsi Menelan
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
terlangsungnya proses menelan. Pada waktu menelan faring bagian bawah
mengalami kontraksi sepanjang cartilago cricoidea dan cartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke
bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.Laring menutup untuk mencegah
makanan atau minuman masuk ke saluran pernafasan dengan jalan
menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi
lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus, sehingga
makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan masuk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esophagus (Ratiola, 2000).
14
g. Fungsi Batuk
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi
pada mukosa laring (Ratiola, 2000).
h. Fungsi Ekspektorasi.
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut (Ratiola, 2000).
i. Fungsi Emosi
Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada
waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan (Ratiola, 2000).
2.1.5 Patofisiologi
Paparan terdahap karsinogen berulang-ulang akan menyebabkan struktur
DNA sel normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi
abnormal. Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel berakibat
padaburuknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-
onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gen menurun, keadaan ini
mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan mengambil
suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga penderitaakan mengalami
penurunan berat badan. Selain itu akan terjadi penurunan serta destruksi
komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan perdarahan, penurunan
jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan leukosit menyebabkan
gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker yang terus berlanjut
hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada pembuluh darah sekitar
dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri pada kartilago tiroid. Massa
tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan nafas. Iritasi pada nervus laringeus
menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutase yang terjadi sangat progresif,
kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan kelenjar getah bening. (Munir M,
2007).
15
2.1.6 Patway
Faktor predisposisi :Alkohol, rokok, radiasi, zat kimia
karsinogenik lainnya.
CA. Laring
Penurunan berat
badan Bersihan jalan
tidak efektif
Perubahan nutrisi:
kurang dari
kebutuhan tubuh
16
2.1.7 Jenis-jenis CA Laring
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC, 2006 dalam, sebagai berikut:
Supraglotis :
1) T1: Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan pita
suara asli masih normal.
2) T2: Tumor menginfasi >1 mukosa yang berdekatan dengan supraglotis atau
glotis atau daerah di luar supraglotis (misalnya: mukosa dasar lidah, vallecula,
dinding medial sinus pyriformis) tanpa fiksasi laring.
3) T3: Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli dan/atau
menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik dan/atau
invasi minor kartilago tiroid.
4) T4 a: Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid/atau jaringan yang jauh dari
laring (misalnya: trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid
atau esofagus).
5) T4b: Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
Glotis :
1) T1: Tumor terbatas pada pita suara asli (mungkin melibatkan komisura anterior
atau posterior) dengan pergerakan yang normal
2) T1a: Tumor terbatas pada satu pita suara asli
3) T1b: Tumor melibatkan kedua pita suara asli
4) T2: Tumor meluas ke supraglotis dan atau subglotis, dan atau dengan gangguan
pergerakan pita suara asli
5) T3: Tumor pada laring dan fiksasi pita suara asli dan atau menginvasi ruang
paraglotik dan/atau erosi minor kartilago tiroid
6) T4a: Tumor menginvasi kartilago tiroid dan atau jaringan yang jauh dari laring
(misalnya: trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid, atau
esofagus)
7) T4b: Tumor menginvasi ruang preventebra, sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
Subglotis :
1) T1: Tumor terbatas pada subglotis
17
2) T2: tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal atau terjadi
gangguan
3) T3: Tumor terbatas pada jaringan dengan fiksasi pita suara asli
4) T4a: Tumor mrnginvasi kartilago tiroid dan atau jaringan yang jauh dan laring
(misalnya: trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid, atau
esofagus)
5) T4b: Tumor menginvasi prevertebra sarung arteri karotis atau struktur
mediastinum
2.1.8 Penatalaksanaan Karsinoma Laring
Penatalaksanaan karsinoma laring dapat berupa kemoterapi, radioterapi maupun
operasi (laringektomi) serta kombinasi ketiganya. Dari data didapatkan sebanyak 14%
penderita menjalani operasi, 6% menjalani radioterapi, sebanyak 44% menjalani operasi
dan radioterapi, sebanyak 28% menjalani operasi, radioterapi dan kemoterapi dan
sebanyak 8% kemoiradiasi. Sebagaian besar penderita mendapatkan operasi total
laringektomi yang dilanjutkan dengan radioterapi.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah fistula. Dari data yang didapatkan
sebanyak 6% pasien menderita stenosis, sebanyak 12% pasien mendapat komplikasi
fistula dan 4% terjadi rekurensi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian oleh hermani
dkk tahun 2000. Yang menyatakan bahwa karsinoma laring lebih banyak mengenai
laki-laki dari pada perempuan usia terbanyak dialami pada dekade 5-6, begitu juga
dengan faktor resiko yang menyebabkan yaitu rokok dan alkohol. Pasien datang pada
umumnya dengan keluhan suara serak yang meningkat menjadi sesak nafas seiring
dengan meningkatnya stadium dari tumor.
2.1.10 Prognosis
Angka kesintasan 5 tahun pada pasien karsinoma laring stadium awal adalah
sebesar 95%. Angka kesintasan pada pasien yang mendapat terapi radiasi dan laryngeal
preservation surgery dilaporkan di atas 90% pada kanker stadium I dan sekitar 80%
pada kanker stadium II. Karsinoma laring stadium lanjut (III dan IV) berkaitan dengan
risiko tinggi rekurensi lokal dan metastasis jauh. Studi prospektif acak Veteran Affairs
(VA) yang membandingkan karsinoma laring stadium lanjut yang diterapi dengan terapi
radiasi dan pembedahan definitif menunjukkan angka kesintasan 2 tahun yang mirip,
yaitu 68%. Studi lain, seperti studi EROTC (European Organization for Research and
18
Treatment of Cancer) juga mendukung hasil tersebut. Seiring berkembangnya teknik
pembedahan, gabungan antara terapi radiasi atau kemoradioterapi pasca bedah dengan
tindakan bedah yang menjaga fungsi laring (laryngeal preservation), terkadang via
tindakan invasif minimal, telah meningkatkan prognosis pasien karsinoma laring
stadium lanjut. Berbagai studi melaporkan bahwa tindakan ini menghasilkan 5-year
local control rate sebesar 69-76% dan angka kesintasan keseluruhan 37%
(Alomedika.com, 2021).
19
b) Pemeriksaan Penunjang
(1) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi terhadap
sisi luar laring pada leher dan gerakangerakan pada saat menelan. Pada
kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah saat inspirasi atau
tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya pembesaran dan nyeri.
(2) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada tenggorokan.
(3) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan adanya
lesi-lesi loca
(4) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
3. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak
pada pasien dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan
nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di
belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat penyakit keluarga : Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa positif
kanker laring.
B. Diagnosa Keperawatan (SDKI)
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (Prosedur operasi) (D.0077 Hlm.172)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan (D.0019 Hlm.56)
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas (D.0149 Hlm.18)
4. Gangguan Integritas Kulit b.d Faktor mekanis (D.0129 Hlm.2820)
5. Risiko Infeksi B.d Kerusakan Integritas Kulit (D.0142 Hlm 304)
6. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian (D.0080 Hlm.180)
C. Intervensi Keperawatan
21
dan benar bagi pasien
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi (1.01014
tidak efektif b.d keperawatan dalam jangka Hlm.247)
hipersekresi jalan napas waktu 1x24 jam diharapkan Observasi
(D.0149 Hlm.18) bersihan jalan napas kembali 1. Kaji frekuensi, irama,
paten dengan menunjukan kedalaman dan upaya napas
kriteria hasil : bersihan jalan 2. Kaji pola napas (seperti
napas (SLKI L.01001) bradipnea, takipnea)
1. Batuk efektif meningkat 3. Kaji kemampuan batuk
2. Produksi sputum efektif
menurun 4. Kaji adanya sumbatan jalan
3. Frekuensi napas napas
membaik 5. Auskultasi bunyi napas
4. Pola napas membaik Terapeutik
5. Ronchi Menurun 1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi
pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
Kulit b.d Faktor mekani keperawatan dalam jangka (1.11353 Hlm.316)
s (D.0129 Hlm.2820) waktu 1x24 jam diharapkan Observasi
integritas kulit membaik Identifikasi penyebab gangguan
dengan menunjukan kriteria integritas kulit (mis. Perubahan
hasil : sirkulasi, perubahan starus nutrisi,
Integritas kulit dan penurunan kelembaban, suhu
jaringan (SLKI L.14125) lingkungan ekstrem, penurunan
1. Elastisitas meningkat mobilitas
2. Perfusi jaringan Terapeutik
22
meningkat Hindari produk berbahan dasar
3. Nyeri menurun alkohol pada kulit kering
4. Kemerahan menururn Edukasi
5. Suhu kulit membaik 1. Anjurkan menggunakan
6. Sensasi membaik pelembab (mis. Lotion,
7. Tekstur membaik serum)
2. Anjurkan minum air putih
yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pengontrolan Infeksi (1.01020
Kerusakan Integritas keperawatan selama 1x24 Hlm. 299)
Kulit jam diharapkan risiko infeksi Observasi
(D.0142 Hlm 304) dapat berkurang dengan Identifikasi pasien-pasien yang
kriteria hasil : mengalami penyakit infeksi
Tingkat Infeksi menular
(SLKI L. 14137 Hlm. 139) Terapeutik
1. Kebersihan tangan 1. Terapkan kewaspadaan
meningkat universal (misalnya cuci tangan
2. Kebersihan badan aseptik, gunakan alat pelindung
meningkat diri seperti masker, sarung
3. Nafsu makan tangan, pelindung wajah,
meningkat pelindung mata, apron, spatu boot
sesuai model transmisi
mikroorganisme)
2. Tempatkan pada ruang isolasi
bertekanan positif untuk
pasiennya mengalami penurunan
23
imunitas
3. Berikan tanda-tanda khusus
untuk pasien dengan penyakit
menular
Edukasi
1. Ajarkan mencuci tangan
dengan benar
2. Ajarkan etika batuk dan
bersin
Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (1.09326
terhadap kematian keperawatan selama 1x24 Hlm.436)
(D.0080 Hlm.180) jam diharapkan tingkat Observasi
kecemasan dapat berkurang, 1. Kaji tingkat kecemasan
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penurunan tingkat
(Tingkat ansietas L.09093 energy, ketidakmampuan
Hlm.132) berkonsentrasi atau gejala lain
1. Perilaku gelisah menurun yang mengganggu kemampuan
2. Perilaku tegang menurun kognitif
3. Keluhan pusing menurun 3. Identifikasi teknik relaksasi
4. Ansietas menurun yang pernah efektif digunakan
Terapeutik
Ciptakan lingkungan yang tenang
tanpa adanya gangguan dengan
pencahayaan atau suhu ruangan
yang nyaman
Edukasi
1. Jelaskan secara rinci jenis
teknik relaksasi secara rinci
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
D. Implementasi Keperawatan
24
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent),
saling ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan tindakan dependen atau
ketergantungan.
E. Evaluasi Keperawatan
Menurut Potter, Perry (2010:501) untuk eveluasi hasil yang diharapkan dan respons
terhadap asuhan keperawatan, dibandingkan hasil yang didapatkan pada klien saat ini
dengan hasil yang diharapkan saat perencanaan: seperti kemampuan klien untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesejajaran tubuh, meningkatkan mobilisasi, dan
melindungi klien dari bahaya imobilisasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
unntuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi terus menerus
dilakukan terhadap respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan, digunakan komponen SOAP/SOAPIE.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Analisa Situasi
25
Asuhan Keperawatan Home care dan paliatif merupakan salah satu Praktek Kerja Nyata
PROFESI NERS Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan yang
telah dilaksanakan di Keluarga Ny A.N usia 61 tahun yang bertempat tinggal di Kelapa
lima RT 08 RW 04Kota Kupang NTT.
3.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa tanggal 09 November 2021 pada pukul 10.00
WITA, dengan melakukan pengumpulan data secara langsung di rumah keluarga
Ny A.N.
3.1.2 Identitas Klien
Klien atas nama Ny. A.N, jenis kelamin perempuan berusia 61 tahun, status perkawinan
cerai mati, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan IPT dan
bersuku bangsa Rote.
3.1.3 Identitas Penanggung Jawab
Identitas penangung jawab atas nama Ny. A.K, jenis kelamin perempuan, usia 27 tahun
yang merupakan cucu kandung dari klien. Pekerjaan pedagang dan tinggal serumah
dengan klien.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
Tingkat kesadaran klien composmentis; E : 4, V : 5 dan M : 6. Keluhan utama
yang dirasakan saat pengkajian adalah pasien mengatakan sulit bernapas dan batuk-
batuk. Sifat keluhan menetap dan tidak ada perbaikan kondisi. Keluhan lain yang
menyertai antara lain; klien susah makan mengakibatkan berat badan menurun dan
terjadinya kerontokan rambut. Klien memiliki riwayat penyakit asam urat, cara
mengatasinya klien berobat ke puskesmas terdekat. Keluhan utama terjadinya penyakit
Klien mengatakan telah mengalami sejak April 2021, awalnya muncul benjolan kecil
yang gatal di area pipi kanan tepat diatas os. mandibularis. Hal tersebut terjadi karena
beberapa hari sebelumnya pasien mengatakan ia mengonsumsi ikan asin dengan porsi
yang banyak sehingga munculnya benjolan yang membuat rasa gatal semakin menjadi-
jadi. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan bahwa pasien mengatakan ia sering sekali
mengonsumsi makanan berlemak atau daging-daging yang di goring, sering sekali
mengonsumsi makanan yang dibakar seperti halnya ikan bakar, daging asap-asap. Selain
itu pasien juga mengatakan ia merupakan perokok pasif dikarenakan anak pertama laki-
laki nya seorang perokok aktif. Semakin hari benjolan tersebut semakin membesar.
Karena benjolan makin membesar dan menyebabkan pasien mengalami kesulitan
26
bernafas maka klien berinisiatif untuk memeriksakan dirinya ke puskesmas. Setelah
diperiksa di puskesmas, klien kemudian dirujuk ke RSUD S.K Lerik kota Kupang dan
kemudian didiagnosis mengalami CA Laring stadium 2 yang merupakan metastase dari
kanker mukosa disekitar area mandibularis dekstra. Operasi pengangkatan kanker
dilakukan pada 24 Agustus 2021.
Pada pemeriksaan fisik area kepala Tidak terdapat benjolan abnormal di area
kepala pasien, distribusi rambut tidak merata, terdapat luka post operasi di pipi kanan ± 5
cm. Bentuk kepala normal, mata dan telinga simetris, tidak terdapat polip atau sumbatan
pada hidung. Tidak terdapat gangguan penglihatan, pendengaran, penciuman dan perasa.
Tidak terdapat gigi geraham atas kanan dan bawah, mukosa mulut normal. Terdapat luka
post operasi trakeostomi, tidak terdapat warna abnormal pada kulit leher. Bentuk leher
simetris, tidak terdapat benjolan abnormal disekitar leher kiri maupun kanan. Bentuk
dada simetris, terdapat bunyi ronki pada ics 3 sinistra. Tidak ada penggunaan otot bantu
napas. Pada pemeriksaan area ekstremitas Tonus otot baik, rentang gerak leluasa, tidak
ada hambatan gerakan, kekuatan otot berskala 5 pada semua kuadran ekstremitas, tidak
terdapat kelainan pada ekstremitas. Tidak terdapat abnormalitas bentuk abdomen,
distribusi warna kulit abdomen normal, tidak terdapat lesi, tidak teraba masa, bising usus
terdengar di kuadran bawah abdomen dengan frekuensi 16 kali permenit.
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 100/70 mmHg,
RR : 18x/mnt, N:82x/mnt, S: 36,4̊ C, akral dingin, Pola BAK: frekuensi ± 6 x/hari
dengan volume 700ml/cc, tidak adanya sianosis, kemampuan BAB juga dilakukan secara
mandiri, terdapat bunyi ronchi pada ics 3 sinistra oleh karena penumpukan lendir, pasien
mengatakan ia merasa sangat sesak saat bernafas. Kemampuan BAK dan perawatan diri
dapat dilakukan secara mandiri tanpa bantuan siapapun, konjungtiva pucat, mata cekung,
bibir tampak pucat, CRT > 3 detik, terdapat laserasi pada integumen. Fungsi penglihatan
baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Pada system pencernaan pasien
mengatakan tidak mampu menelan makanan, bising usus 10x/mnt, kebiasaan makan
dapat dilakukan secara mandiri. Pada saat pengkajian pasien tampak lemah, mata
cekung, bibir pucat, pasien mengatakan tidak ada nafsu makan dan malas makan akhir-
akhir ini, terjadi penurunan berat badan dari sebelum sakit hingga saat sakit yakni
sebanyak 8 kg. BB saat sebelum sakit adalah 40kg sedangkan BB saat sudah sakit 32 kg,
dengan TB 150 cm.
27
Pada pengkajian system muskulo tonus otot pasien baik, dengan kekuatan otot 5
dalam artian normal mampu menahan tekanan maksimal. Kebutuhan istirahat dan tidur
pasien baik dengan jam tidur malam pukul 22.00 – 04.00 wita. Komunikasi dengan
keluarga baik dan intens, berdandan dan berpakaian mampu dilakukan secara mandiri.
Pada pengkajian nyeri didapatkan pasien mengatakan nyeri pada luka di area pipi nya,
pasien merasa nyut-nyutan pada saat-saat tertentu saja, pasien merasa nyut-nyut dengan
durasi atau lama waktunya 3-6 detik, dengan skala 1-2. Pasien tampak meringis
kesakitan pada saat-saat tertentu, tampak adanya reaksi nonverbal saat nyeri dengan cara
menarik nafas dalam. Pada hasil pengkajian keadaan psikologis pasien mengatakan ia
merasa sangat cemas dan takut terhadap penyakitnya. Pada pengkajian penampilan
pasien, tampak pada area luka pasien sangat kotor, terdapat banyak sekali jaringan mati
(nekrosis), verban pasien tampak kotor.
3.1.5 Pemeriksaan Penunjang
Ht 33.6% (37.0-47.0)
0.02 ug/L ( Nilai rujukan <0.6 )
Serologi Troponin 1
3. Foto Thorax Cor : Besar dan bentuk normal
Pulmo : ukuran tampak
infiltrate/nodul, corakan
bronchovaskular normal
Sinus pleura : tajam
Diafragma kanan kiri : normal
Tulang tidak tampak kelainan
DO :
- Pasien tampak lemah, mata cekung,
bibir pucat, kehilangan konsentrasi,
- Bising usus 10x/mnt, tampak
terpasang selang gaster yang
terhubung langsung ke lambung.
- Terjadi penurunan berat badan 8 kg
dari sebelum sakit hingga saat pasien
sakit.
BB Sebelum sakit : 40 kg
BB saat sakit : 32 kg
29
TB : 150 cm
Hasil pemeriksaan laboratorium :
Hematologi :
Hb 11.0 g/dL, Hematokrit 33.6%
Serologi Troponin 1 : 0.02 ug/L
3. DS : Hipersekresi jalan Bersihan jalan nafas
Pasien mengatakan ia merasa sesak nafas tidak efektif
saat bernafas
DO :
- Pasien tampak sesak
- Terdengar bunyi ronchi pada pada
intercosta 3 sinistra oleh karena
adanya penumpukan lendir
4. DS : Factor mekanis Gangguan integritas
Pasien mengatakan terdapat luka (Pemasangan selang kulit
bekas operasi pada area abdomen, gaster)
pada area trakea anterior dan luka
pada area pipi atau pada
submandibular gland
DO :
Pasien tampak lemas, kehilangan
konsentrasi, tampak terpasang alat
trakeostomi pada trakea anterior, kulit
tampak kering dan terdapat banyak
jaringan mati disekitar luka pada area
pipi atau submandibular gland
5. DS : Kerusakan integritas Risiko infeksi
Pasien dan keluarga mengatakan tidak kulit
paham cara membersihkan lukanya, ia
hanya dibantu oleh anak bungsunya
untuk mengganti verban luka nya saja
tanpa membersihkan luka
DO :
Tampak luka sangat kotor, balutan
luka tampak kotor dan jarang diganti
6. DS : Ancaman terhadap Ansietas
Pasien mengatakan sangat cemas kematian
dengan keadaannya dan ia mengatakan
bahwa hidupnya hanya begini-begini
saja. Dan beliau meyakini mungkin ini
sudah tidak lama lagi karena apa yang
mau diharapkan dari penyakt kanker
seperti ini sudah banyak merenggut
nyawa.
DO:
30
Pasien tampak pucat, mukosa bibir
kering, tampak kehilangan
konsentrasi.
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (Prosedur operasi) (D.0077 Hlm.172)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan (D.0019 Hlm.56)
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas (D.0149 Hlm.18)
4. Gangguan Integritas Kulit b.d Faktor mekanis (Terpasang selang gaster) (D.0129
Hlm.282)
5. Risiko Infeksi B.d Kerusakan Integritas Kulit (D.0142 Hlm 304)
6. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian (D.0080 Hlm.180)
3.4 Intervensi Keperawatan
31
memperberat rasa nyeri
Edukasi
1. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
2. Anjurkan mengkaji nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (1.03119
ketidakmampuan keperawatan dalam jangka Hlm.200)
menelan makanan waktu 1x24 jam diharapkan Observasi
(D.0019 Hlm.56) asupan nutrisi adekuat 1. Identifikasi status nutrisi
dengan menunjukan kriteria 2. Identifikasi makanan yang
hasil : disukai
Status nutrisi (SLKI 3. Mengkaji asupan makanan
L.03030) 4. Mengkaji berat badan pasien
1. Kekuatan otot penguyah Terapeutik
membaik Fasilitasi menentukan pedoman
2. Kekuatan otot menelan diet
baik Edukasi
3. Frekuensi makan Anjurkan program diet yang
membaik digunakan
4. Nafsu makan normal Kolaborasi
Membran mukosa baik Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet yang baik dan
benar bagi pasien
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Respirasi (1.01014
tidak efektif b.d keperawatan dalam jangka Hlm.247)
hipersekresi jalan napas waktu 1x24 jam diharapkan Observasi
(D.0149 Hlm.18) bersihan jalan napas kembali 1. Mengkaji frekuensi, irama,
paten dengan menunjukan kedalaman dan upaya napas
kriteria hasil : bersihan 2. Mengkaji pola napas (seperti
jalan napas (SLKI bradipnea, takipnea, dll)
L.01001) 3. Pantau kemampuan batuk
32
1. Produksi sputum menurun efektif
2. Ronchi menurun 4. Mengkaji adanya produksi
3. Frekuensi napas membaik sputum
4. Pola napas membaik 5. Mengkaji adanya sumbatan
jalan napas
6. Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu
Gangguan Integritas Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas Kulit
Kulit b.d Faktor mekani keperawatan dalam jangka (1.11353 Hlm.316)
s waktu 1x24 jam diharapkan Observasi
(Terpasang selang integritas kulit membaik Identifikasi penyebab gangguan
gaster) dengan menunjukan kriteria integritas kulit (mis. Perubahan
(D.0129 Hlm.282) hasil : sirkulasi, perubahan starus nutrisi,
Integritas kulit dan penurunan kelembaban, suhu
jaringan (SLKI L.14125) lingkungan ekstrem, penurunan
1. Elastisitas meningkat mobilitas
2. Perfusi jaringan Terapeutik
meningkat 1. Gunakan produk berbahan
3. Nyeri menurun petrolium atau minyak pada kulit
4. Kemerahan menururn kering
5. Suhu kulit membaik 2. Hindari produk berbahan dasar
6. Sensasi membaik alkohol pada kulit kering
Tekstur membaik Edukasi
1. Anjurkan minum air putih yang
33
cukup
2. Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
3. Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
4. Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
Risiko Infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Pengontrolan Infeksi (1.01020
Kerusakan Integritas keperawatan selama 1x24 Hlm. 299)
Kulit jam diharapkan risiko infeksi Terapeutik
(D.0142 Hlm 304) dapat berkurang dengan 1. Terapkan kewaspadaan
kriteria hasil : universal (misalnya cuci tangan
Tingkat Infeksi aseptik, gunakan alat pelindung
(SLKI L. 14137 Hlm. 139) diri seperti masker, sarung tangan,
1. Kebersihan tangan pelindung wajah, pelindung mata,
meningkat apron, spatu boot sesuai model
2. Kebersihan badan transmisi mikroorganisme)
meningkat Edukasi
3. Nafsu makan meningkat 1. Ajarkan mencuci tangan dengan
benar
2. Ajarkan etika batuk dan bersin
Ansietas b.d ancaman Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi (1.09326
terhadap kematian keperawatan selama 1x24 Hlm.436)
(D.0080 Hlm.180) jam diharapkan tingkat Observasi
kecemasan dapat berkurang, 1. Kaji tingkat kecemasan
dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi penurunan tingkat
(Tingkat ansietas L.09093 energy, ketidakmampuan
Hlm.132) berkonsentrasi atau gejala lain
1. Perilaku gelisah menurun yang mengganggu kemampuan
2. Perilaku tegang menurun kognitif
3. Keluhan pusing menurun 3. Identifikasi teknik relaksasi
4. Ansietas menurun yang pernah efektif digunakan
Terapeutik
Ciptakan lingkungan yang tenang
34
tanpa adanya gangguan dengan
pencahayaan atau suhu ruangan
yang nyaman
Edukasi
1. Jelaskan secara rinci jenis
teknik relaksasi secara rinci
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
Hari Ke - 1
No Hari/tgl/jam Dx Keperawatan Implementasi Evaluasi
1. Rabu, 10 I Observasi S : Pasien
November 1. Mengidentifikasi lokasi, Mengatakan nyeri
2021 karakteristik, durasi, frekuensi, sedikit berkurang
kualitas dan intensitas nyeri O : Pasien tampak
Pkl 09.00- dengan cara mengkaji PQRST rileks
selesai pada pasien TTV= TD : 110/80
P: Nyeri muncul saat-saat tertentu mmHg, N: 86x/mnt,
saja S:36,8℃, RR:18x/m
Q: nyeri menusuk/tertusuk-tusuk nt
dan rasa nyut-nyut P: Nyeri muncul
R:Pada area luka bagian pipi saat-saat tertentu
kanan saja
S: 1 – 2 Q: nyeri
T : Tidak menentu hilang muncul menusuk/tertusuk-
2. Mengidentifikasi skala nyeri yakni tusuk dan rasa nyut-
dengan cara memberikan nyut
penjelasan kepada pasien tentang R: Pada area luka
rentang respon skala nyeri 1-10 bagian pipi kanan
beserta kategori nya dan S: 1 – 2
35
menentukan nyeri yang dialami T : Tidak menentu
pasien berada pada kategori apa. hilang muncul
Nyeri pasien berada pada kategori
nyeri sedang. A: Masalah belum
3. Mengidentifikasi respon nyeri non teratasi
verbal : P: Intervensi
dengan melihat respon atau reaksi dilanjutkan
fisik, emosi dan tingkah laku - Observasi: poin
terhadap nyeri, apakah 4,5,6
ditampakkan melalui wajah yang - Terapeutik : Poin 1
meringis kesakitan ataukah saat dan 2
pasien menarik nafas panjang dan - Edukasi : poin 2
dalam. Respon yang di tunjukkan - Kolaborasi
oleh Ny. A.N adalah dengan cara
menampakkan wajah yang
meringis kesakitan kadang juga
menarik nafas dalam.
4. Mengidentifikasi factor yang
memperberat dan memperingan
nyeri : menanyakan kepada pasien
hal apa yang membuat nyeri
semakin bertambah dan
bagaimana cara mengatasinya dan
apa yang membuat rasa nyeri
menjadi berkurang. Pasien
melakukan teknik relaksasi
dengan menarik nafas dalam saat
nyeri terasa berat.
Terapeutik
1. Memberikan teknik non
farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri : dengan cara melatih
dan mengajarkan pasien teknik
36
nafas dalam dan relaksasi
2. Mengontrol lingkungan yang mem
perberat rasa nyeri : Memberikan
penjelasan bahwa jangan sampai
berada pada lingkungan yang
bising, lingkungan yang nyaman
dan tenang jauh lebih baik
sehingga mempercepat proses
penyembuhan dan tidak
merasakan nyeri yang berlebihan
lagi.
Edukasi
1. Menjelaskan strategi meredakan
nyeri : pasien dan keluarga
diajarkan bagaimana melakukan
relaksasi secara mandiri ini
merupakan metode untuk
meredakan nyeri secara sederhana
yang dapat dilakukan pasien
secara mandiri di rumah.
2. Mengkaji nyeri secara mandiri :
Mengajarkan pasien menilai
rentang respon skala nyeri 1-10
dengan kategori-kategorinya,
sehingga pasien memahami ia
berada pada kategori nyeri apa.
Kolaborasi
Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik : Kolaborasi bersama
dokter dan apoteker jika perlu
penanganan khusus dan jika
nyerinya bertambah parah.
2. Rabu, 10 II Observasi S: Pasien
37
November 1. Mengidentifikasi status nutrisi : mengatakan masih
2021 Menilai status nutrisi dengan belum bisa makan,
cara mengukur TB, BB dan nafsu makan tidak
Pukul 09.00 kemudian menghitung IMT ada
Sampai pasien, selanjutnya lihat apakah O : Pasien tampak
selesai pasien berada dalam kategori lemah
status overweight ataukah Perhitungan IMT:
underweight, pasien masuk BB=32kg,
dalam kategori underweight TB=150cm,
dengan perolehan hasil hitungan IMT:BB/TBxTB
14,2 dalam antrian masuk dalam IMT:32/150x150
status nutrisi kurang baik. = 14,2
2. Mengidentifikasi makanan yang (Under weight)
disukai : bertanya pada pasien Turgor kulit :
jenis makanan apa yang paling >3 detik
pasien sukai dan yang sering A : masalah belum
pasien konsumsi. teratasi
3. Memantau asupan makanan : kaji P: Lanjutkan
keluarga pasien mengenai intervensi edukasi.
frekuensi dan pola makan pasien Apakah berhasil
apakah dari hari kehari edukasi terkait diet
mengalami peningkatan ataukah yang baik pada
sebaliknya. penyakit pasien.
4. Mengkaji berat badan : mengukur
BB pasien, hasil pengukuran
didapatkan Bb pasien saat ini
adalah 32 kg.
Edukasi
Menganjurkan program diet yang
digunakan: Memberikan penjelasan
kepada pasien dan keluarga agar
tidak mengonsumsi makanan yang
38
berlemak tinggi seperti danging
ayam yang digoreng, ikan yang
diasap-asap, fast food atau makanan
cepat saji, hindari juga makanan
yang diawetkan, makanan yang
dibakar, sayuran-sayuran mentah.
Menganjurkan pasien mengonsumsi
makanan yang kaya akan nutrisi
mudah dicerna khususnya yang
mengandung tinggi protein,
makanan yang ringan.
Kemudian menjelaskan kepada
pasien bagaimana pola makan
setelah operasi, setelah kemoterapi
dll.
3. Rabu, 10 III Observasi S : Pasien
November 1. Mengkaji frekuensi, irama, mengatakan masih
2021 kedalaman dan upaya napas: sedikit merasa sesak
Saat mengkaji frekuensi nafas O: Pasien tampak
Pkl 09.00 dengan cara memegang satu sedikit sesak
wita- selesai pundak pasien sambil A: Masalah belum
memperhatikan pergerakan bahu teratasi
satu dengan bahu yang lain P: Lanjutkan
sambil menghitung selama satu Intervensi terapeutik
menit penuh, hasil
yang Memberikan air
putih hangat kepada
didapatkan adalah pernapasan
pasien untuk
pasien 22x/mnt. Mengkaji irama mengencerkan
dahak nya
nafas dengan cara mendengar
apakah ada bunyi abnormal dan
yang ditemukan adalah bunyi
ronci pada ics 3 sinistra. Lalu
pengkajian kedalaman
pernapasan dengan cara
39
auskultasi dan didapatkan suara
napas vesikuler dimana bernada
sangat rendah terdengar suara
napas pasien lebih panjang saat
inspirasi daripada ekspirasi
2. Mengkaji pola napa pasien :
Melihat apakah pasien bradipnea
(Nafas lambat), takipnea (napas
cepat), kussmaul (Pola napas
yang sangat dalam)
3. Mengkaji adanya sumbatan jalan
napas :
Asukultasi menggunakan
stetoskop
Terapeutik
Memberikan air putih hangat
kepada pasien untuk mengencerkan
dahak nya.
4. Rabu, 10 IV Observasi S : Pasien
November Mengidentifikasi penyebab mengatakan merasa
2021 gangguan integritas kulit : tidak nyaman,
Yaitu dengan cara perawat melihat terdapat luka di area
apakah terdapat perubahan sirkulasi, pipinya
perubahan starus nutrisi, penurunan O : Tampak adanya
kelembaban, suhu lingkungan luka dan kulit kering
ekstrem. terdapat banyak
Terapeutik jaringan mati
Menghindari produk berbahan dasar A: Masalah belum
alkohol pada kulit kering : teratasi sebagian
Menganjurkan pasien menghindari P: Lanjutkan
penggunaan pembersih wajah atau Intervensi 1-5
kosmetik yang berbahan dasar
alkohol
40
Edukasi
1. Menganjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion, serum)
2. Menganjurkan minum air
hangat yang cukup
3. Menganjurkan meningkatkan
asupan nutrisi dengan makan
makanan yang sudah
dianjurkan sebelumnya
4. Menganjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
5. Menganjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
5. Rabu,10 V Terapeutik S: Pasien
november 1. Menerapkan kewaspadaan mengatakan sudah
2021 universal: paham bagaimana
Yaitu dengan cara melatih pasien cara mencuci tangan
dan keluarga langkah-langkah yang baik dan benar,
mencuci tangan aseptik, gunakan O : Pasien tampak
alat pelindung diri seperti masker, baik, pasien tampak
sarung tangan, pelindung wajah, memperhatikan
pelindung mata dan lain sebagainya dengan baik apa
tergantung pasien berada pada yang diperagakan
lingkungan yang mana sesuai perawat dan mampu
dengan transmisi penyakitnya jika mengulangi/memper
berada di rumah sakit menganjurkan agakan ulang cara
pasien menggunakan penutup mencuci tangan
kepala dan masker. yang baik dan benar,
2. Melakukan demonstrasi dan pasien mengatakan
teknik perawatan luka secara masih belum paham
mandiri dirumah bagi pasien dan betul bagaimana
keluarga cara membersihkan
41
Edukasi luka dengan alat-alat
1. Mengajarkan mencuci tangan steril
dengan benar yaitu 6 langkah A : Masalah
mencuci tangan : yang pertama Teratasi Sebagian
pasien harus siapkan air P : Intervensi
mengalir kemudian gosok kedua dilanjutkan
telapak tangan, kedua (Menjelaskan SOP
menggosok punggung tangan perawatan luka
dan sela-sela jari tangan kiri dan secara mandiri
kanan dan sebaliknya, langkah dirumah bagi
ketiga gosok kedua telapak keluarga dan pasien
tangan dan sela-sela jari, Mengajarkan teknik
kemudian langkah selanjutnya membersihkan luka,
jari-jari sisi dalam kedua tangan mengganti balutan
saling mengunci, ke lima gosok luka dengan
ibu jari kiri berputar dalam menggunakan alat-
genggaman tangan kanan dan alat steril)
lakukan sebaliknya, yang
terakhir dengan cara gosokkan
dengan memutar ujung jari-jari
tangan kanan yang menguncup
ditelapak tangan kiri dan
sebaliknya.
2. Mengajarkan etika batuk dan
bersin yang baik dan benar
dengan langkah-langkah berikut:
Gunakan masker, tutup mulut
dan hidung dengan tissue jika
batuk/bersin kemudian buang
tisunya pada tempat sampah
yang sudah disediakan dan cuci
tangan bersih. Kemudian etika
bersin tutup mulut dan hidup
42
dengan lengan bagian dalam
(bukan telapak tangan) saat
batuk/bersin.
6. Rabu, 10 VI Observasi S: Pasien
November Mengidentifikasi penurunan tingkat mengatakan masih
2021 energy, ketidakmampuan merasa cemas
berkonsentrasi atau gejala lain yang O: pasien tampak
Pukul 09.00 mengganggu kemampuan kognitif gelisah, hilang
sampai atau berpikir, perawat mengajak konsentrasi
selesai pasien untuk bercerita. A: Masalah belum
Terapeutik teratasi
Menciptakan lingkungan yang P: Lanjutkan
tenang tanpa adanya gangguan Intervensi 1-3
dengan pencahayaan atau suhu
ruangan yang nyaman
Edukasi
1. Menjelaskan secara rinci jenis
teknik relaksasi secara rinci :
dimulai dari tujuan dilakukan
tindakan relaksasi maupun manfaat
yang akan diperoleh dari tindakan
tersebut antara lain: pasien dapat
mempertahankan keadaan yang
aman dan nyaman serta rileks,
terjadi penurunan tingkat
kecemasan, dll.
2. Menganjurkan mengambil posisi
nyaman
3.Menganjurkan rileks dan
merasakan sensasi relaksasi
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Pengkajian
46
Berdasarakan tinjauan teori menurut (Smeltzer, Suzanne C . 2013) pengkajian
terdiri dari, identitas klien, keluhan utama riwayat penyakit sekarang riwayat kesehatan
sebelumnya pola hidup atau kebiasan riwayat kesehatan keluarga, pengkajian
psikososial, pemeriksaan fisik persistem serta analisa data.
Tinjauan kasus pada Ny. A.N yang dilakukan oleh kelompok pengkajian terdiri
dari identitas klien, identitas penanggung jawab,riwayat kesehatan, riwayat penyakit
sebelumnya, riwayat alergi, riwayat operasi, genogram, pemeriksaan fisik persistem, dan
pola kebiasaan sehari-hari, pola interkasi social, kegiatan keagamaan spiritual, keadaan
psikososial selama sakit, keadaaan spiritual, persepsepsi klien tentang sakit, pemeriksaan
diagnostic laboratorium, kondisi rumah dll. Kesimpulan menurut kelompok tidak ada
kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus.
1.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian data-data pasien Ny.A.N didapatkan enam diagnose
yang sesuai dengan masalah keperawatannya antara lain : Nyeri akut b.d agen pencedera
fisik (Prosedur operasi) (D.0077 Hlm.172), Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan
makanan (D.0019 Hlm.56), Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan
napas (D.0149 Hlm.18), Gangguan Integritas Kulit b.d Faktor mekanis (D.0129
Hlm.2820), Risiko Infeksi B.d Kerusakan Integritas Kulit (D.0142 Hlm 304), Ansietas
b.d ancaman terhadap kematian (D.0080 Hlm.180).
Kesimpulan menurut kelompok tidak ada perbedaan antara tinjauan teori dan
tinjauan kasus yakni pada tinjauan teori terdapat 6 diagnosa keperawatan, begitupula
dengan tinjauan kasus diangkat 6 diagnosa keperawatan yang sama.
1.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan tinjauan teori intervensi diambil dari SDKI, SLKI, SIKI, untuk
diagnosa pertama yaitu Nyeri akut b.d agen pencidera fisik (prosedur operasi) dengan
tujuan dan kriteria hasilnya : Tingkat nyeri (SLKI L.08066 Hlm.145) Keluhan nyeri
menurun, Wajah meringis menurun, Gelisah menurun, Kesulitan tidur menurun,
Mobilitas fisik membaik. Selanjutnya untuk intervensi Manajemen Nyeri (1.08238
Hlm.201) Observasi : Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
Intensitas nyeri, Identifikasi skala nyeri, Identifikasi respon nyeri non verbal, Identifikasi
factor yang memperberat dan memperingan nyeri, Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri. Terapeutik: Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri. Edukasi :
47
Jelaskan strategi meredakan nyeri, Anjurkan mengkaji nyeri secara mandiri.
Kolaborasi : Kolaborasi pemberian analgetik. Untuk diagnose deficit nutrisi b.d
ketidakmampuan menelan makanan dengan kriteria hasilnya Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam jangka waktu 1x24 jam diharapkan asupan nutrisi adekuat dengan
menunjukan kriteria hasil : Status nutrisi (SLKI L.03030) : Kekuatan otot penguyah
membaik, Kekuatan otot menelan baik, Frekuensi makan membaik, Nafsu makan
normal, Membran mukosa baik. Untuk intervensi yang dilakukan antara lain
Manajemen Nutrisi (1.03119 Hlm.200), Observasi : Identifikasi status nutrisi,
Identifikasi makanan yang disukai, Mengkaji asupan makanan, Mengkaji berat badan
pasien. Terapeutik : Fasilitasi menentukan pedoman diet. Edukasi :Anjurkan program
diet yang digunakan. Kolaborasi : Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diet
yang baik dan benar bagi pasien. Diagnose selanjutnya Bersihan jalan nafas tidak efektik
b.d hipersekresi jalan napas dengan kriteria hasilnya Setelah dilakukan tindakan
keperawatan dalam jangka waktu 1x24 jam diharapkan bersihan jalan napas kembali
paten dengan menunjukan kriteria hasil : bersihan jalan napas (SLKI L.01001)
Produksi sputum menurun, Ronchi menurun, Frekuensi napas membaik, Pola napas
membaik dengan intervensi yang dilakukan antara lain, Pemantauan Respirasi
(1.01014 Hlm.247) Observasi : Mengkaji frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas,
Mengkaji pola napas (seperti bradipnea, takipnea, dll), Pantau kemampuan batuk efektif,
Mengkaji adanya produksi sputum, Mengkaji adanya sumbatan jalan napas, Auskultasi
bunyi napas. Terapeutik: Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien,
Dokumentasikan hasil pemantauan. Edukasi : Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan, Informasikan hasil pemantauan, jika perlu. Diagnose selanjutnya gangguan
integritas kulit b.d factor mekanis (terpasang selang gaster) dengan kriteria hasil Setelah
dilakukan tindakan keperawatan dalam jangka waktu 1x24 jam diharapkan integritas
kulit membaik dengan menunjukan kriteria hasil : Integritas kulit dan jaringan (SLKI
L.14125) Elastisitas meningkat, Perfusi jaringan meningkat, Nyeri menurun, Kemerahan
menurun, Suhu kulit membaik, Sensasi membaik, Tekstur membaik. Dengan kriteria
hasil Perawatan Integritas Kulit (1.11353 Hlm.316) Observasi : Identifikasi penyebab
gangguan integritas kulit (mis. Perubahan sirkulasi, perubahan starus nutrisi, penurunan
kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas. Terapeutik: Gunakan
produk berbahan petrolium atau minyak pada kulit kering, Hindari produk berbahan
dasar alkohol pada kulit kering. Edukasi: Anjurkan minum air putih yang cukup,
48
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi, Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur,
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun secukupnya. Diagnose risiko infeksi b.d
kerusakan integritas kulit dengan kriteria hasil Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam diharapkan risiko infeksi dapat berkurang dengan kriteria hasil :
Tingkat Infeksi (SLKI L. 14137 Hlm. 139) Kebersihan tangan meningkat, Kebersihan
badan meningkat, Nafsu makan meningkat Pengontrolan Infeksi (1.01020 Hlm. 299),
Terapeutik: Terapkan kewaspadaan universal (misalnya cuci tangan aseptik, gunakan
alat pelindung diri seperti masker, sarung tangan, pelindung wajah, pelindung mata,
apron, spatu boot sesuai model transmisi mikroorganisme). Edukasi : Ajarkan mencuci
tangan dengan benar, Ajarkan etika batuk dan bersin. Diagnose yang terakhir adalah
ansietas b.d ancaman terhadap kematian dengan intervensinya Terapi Relaksasi
(1.09326 Hlm.436). Observasi : Kaji tingkat kecemasan, Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan berkonsentrasi atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif, Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan. Terapeutik :
Ciptakan lingkungan yang tenang tanpa adanya gangguan dengan pencahayaan atau suhu
ruangan yang nyaman. Edukasi : Jelaskan secara rinci jenis teknik relaksasi secara rinci,
Anjurkan mengambil posisi nyaman, Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi.
Kesimpulannya berdasarkan intervensi pada tinjauan teori dan kasus tidak
ditemukan adanya perbedaan yang signifikan jadi tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus.
1.4 Implementasi
Berdasarkan tinjauan teori implementasi disesuaikan dengan intervensi.
Berdasarkan tinjauan kasus yang dilakukan kelompok pada Ny.A.N implementasi juga
di sesuaikan dengan intervensi. Kesimpulan menurut kelompok tidak ada perbedaan
implementasi tinjauan teori dan tinjauan kasus.
1.5 Evaluasi
Berdasarkan tinjauan teori evaluasi menjawab Kriteria hasil. Berdasarkan tinjauan
kasus yang dilakukan kelompok pada Ny. A.N menjawab kriteria hasil. Kesimpulan
menurut kelompok tidak ada perbedaan antara evaluasi tinjauan teori dan evaluasi
tinjauan kasus.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
49
Dari hasil pengkajian didapatkan data keluhan utama klien yakni Pasien
mengatakan ia merasa nyeri pada area pipi yang luka, pasien merasa nyut-nyut dengan
durasi atau lama waktunya 3-6 detik, pasien mengatakan merasa nyeri dengan skala 1-2.
Pasien tampak meringis kesakitan pada saat-saat tertentu, tampak adanya reaksi
nonverbal saat nyeri dengan cara menarik nafas dalam. Pasien mengatakan ia merasa
sesak saat bernafas, Pasien tampak sesak, kehilangan konsentrasi, terdengar bunyi ronchi
pada pada ics 3 sinistra oleh karena penumpukan lendir. Kemudian pada tindakan
implementasi keperawatan yang diberikan kepada klien adalah memfasilitasi pemberian
air hangat kepada pasien dan melakukan teknik nafas dalam untuk mengurangi
penumpukan secret pada jalan nafas pasien serta tindakan pengurangan nyeri dengan
cara melakukan pengkajian skala nyeri secara komprehensif dari lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, melakukan perawatan luka, mengukur tanda-tanda vital,
mengajarkan pada keluarga dan pasien bagaimana cara enam langkah mencuci tangan
dengan benar serta melakukan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri. Dari tindakan
yang sudah dilakukan keluarga mampu bekerja sama dengan baik
5.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Diharapkan keluarga mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan apa yang
telah dipelajari dalam penanganan kanker laring.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan home care dan paliatif.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu memberikan perawatan paliatif dan home care
kepada pasien paliatif (Dying care)
DAFTAR PUSTAKA
H, N. A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-
NOC. Jakarta: Media Action.
50
Lamone, d. (2016). Keperawatan Medikal bedah. Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2008 . Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP . (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP . (2018) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP . (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
American Cancer Society. Laryngeal and Hypopharyngeal Cancers. Washington:
American Cancer Society; 2016.
Siti HH. Tumor Ganas Laring. USU (Internet). 2004 (cited 2016 April 5); Diunduh dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti20%hajar.pdf
Munir M. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher:
th
Keganasan di Bidang Telinga Hidung Tenggorok. 6 ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2007. p. 162-173.
Lee KJ. Essential Otorlaryngology: Head & Neck Surgery. USA: Mc Graw- Hill;
2003. p. 597-605.
th
Snell RS. Clinical Anatomy: Head and Neck. 9 ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2013.
p. 624-636.
th
Maqbool M. Textbook of Ear, Nose and Throat Diseases: Throat. 11 ed.New Delhi,
India: Jaypee Brothers; 2007. p. 307-312.
th
Adams GL, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar THT: Laring. 6 ed. Jakarta: EGC; 2002. p.
176, 250-257.
https://www.alomedika.com/penyakit/telingahidung tenggorokan/karsinoma laring/progno
sis diakses pada 11 November 2021, pukul 23.50 Wita.
51
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN I
52
Kunjungan Pertama
Gambar 1. Pengkajian pada pasien Gambar Gambar 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien
Kunjungan Kedua
Gambar 3. Pemeriksaan fisik pada pasien (auskultasi bunyi napas) Gambar 4. Pengkajian keluarga pasien
Kunjungan Kedua
53
Lampiran 2 Leaflet dan SAP
54
KELOMPOK MALIGNANT PUSKESMAS PASIR PANJANG
55
Mata Kuliah : Home Care dan Paliatif
Topik : Kanker Laring
Hari/ Tanggal : Kamis, 18 November 2021
Pukul : 09.50 – Selesai
Waktu : 45 Menit
Sasaran : Pasien dan Keluarga
Tempat : RSUD W.Z YOHANES KOTA KUPANG
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mendapat penyuluhan klien dan keluarga dapat memahami konsep
Kanker Laring
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapat penyuluhan tentang kanker laring diharapkan klien dan
keluarga dapat:
a. Menyebut pengertian kanker laring
b. Menyebutkan penyebab kanker laring
c. Menyebut tanda dan gejala kanker laring
d. Menyebut stadium-stadium kanker
e. Menyebut pencegahan kanker laring
B. MATERI
Materi penyuluhan terlampir :
1. Pengertian kanker laring
2. Penyebab kanker laring
3. Tanda dan gejala kanker laring
4. Stadium-stadium kanker
5. Pencegahan kanker laring
C. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
D. MEDIA PENYULUHAN
56
1. Materi SAP
2. Liflet
: Penyuluh
: Observer/fasilitator
: Klien/Audiens
:Keluarga
: Tempat tidur
F. Pengorganisasian
1. Pembimbing : Maria Irene Bela, S.Kep.,Ns
2. Moderator : Richy Tafui
3. Penyuluh/Pemateri : Richy Tafui
4. Observer : Sabina Lani Hamu
5. Dokumentasi/Fasilitator : Sri Afriani
G. Rincian Tugas
1. Moderator : Mengatur jalannya penyuluhan, membuka dan
menutupacara
2. Penyuluh/pemateri : Memberikan materi penyuluhan
3. Observer : Mengawasi jalannya acara penyuluhan dan memberikan
penilaian keberhasilan penyuluhan
4. Fasilitator/Dokumentasi : Memfasilitasi kegiatan agar berjalan dengan baik dan
mendokumentasikan tindakan/kejadian selama kegiatan berlangsung
57
Kegiatan Penyuluhan
NO TAHAP KEGIATAN PEYULUHAN KEGIATAN PESERTA
1. Pembukaan 1. Memberi salam 1. Menjawab salam
(15 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan dan
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan mendengar
dan media yang digunakan 3. Memperhatikan dan
4. Kontrak waktu menjawab
5. Menggali pengetahuan
2. Pelaksanaan 1. Menjelaskan materi dan Memperhatikan dan
(20 menit) mendemonstrasikan mengenai : mengikuti demonstrasi
1) Pengertian kanker laring 1) Bertanya
2) Penyebab kanker laring 2) Memperhatikan
3) Tanda dan gejala kanker
laring
4) Stadium-stadium Kanker
5) Pencegahan kanker laring
2. Diskusi
1) Memberi kesempatan kepada
sasaran untuk menanyakan
hal- hal yang belum jelas
2) Menjelaskan pertanyaan
sasaran
4. Penutup 1. Evaluasi 1. Menjawab pertanyaan
(10 menit) a. Memberikan pertanyaan 2. Memperhatikan
kepada peserta penjelasan penyuluh
b. Menyimpulkan materi yang 3. Menjawab salam
telah disampaikan
2. Memberi salam dan terima kasih
Total : 45
menit
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
58
Audiens/klien hadir di tempat penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di tempat yang telah ditentukan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
Audiens/klien antusias terhadap materi penyuluhan
Audiens/klien konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Audiens/klien dapat mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar
(jelaskan apa pertanyaan dan jawabannya)
3. Evaluasi Hasil
a. Audiens/klien dapat menjelaskan pengertian kanker
b. Audiens/klien dapat menyebutkan penyebab kanker laring
c. Audiens/klien dapat menjelaskan tanda dan gejala penyakit kanker laring
d. Audiens/klien memahami stadium-stadium kanker
e. Audiens/klien dapat mengetahui cara pencegahan kanker laring
4. Pertanyaan untuk sasaran
a.Jelaskan pengertian kanker laring !
b. Sebutkan penyebab kanker laring!
c.Sebutkan tanda dan gejala kanker laring!
d. Sebutkan stadium-stadium kanker!
e. Sebutkan Pencegahan kanker laring !
5. Total waktu pelaksanaan : 45 menit
Lampiran Materi
1. Pengertian Kanker
Kanker adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel-sel abnormal yang
tidak terkendali, menyebabkan jaringan tubuh normal rusak. Pada dasarnya, tubuh
manusia terdiri dari triliunan sel yang tersebar di setiap organ dan bagian. Nantinya, sel-sel
ini akan terus tumbuh dan berkembang menjadi sel baru. Karena sudah tergantikan, secara
alami sel-sel yang tidak sehat, tidak berfungsi dan tua akan mati. Sementara sel kanker
tidak akan mati dengan sendirinya. Sel tersebut akan memperbanyak diri hingga jumlah
yang sudah tak bisa dikendalikan lagi. Perubahan inilah yang bisa memicu munculnya sel
kanker. Penyakit ini bisa muncul pada bagian tubuh mana pun karena asalnya dari sel
dalam tubuh manusia (Halodoc.com, 2019).
59
2. Penyebab kanker laring
Penyebab kanker laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap terjadinya kanker laring. Peneliti epidemiologic menggambarkan
beberapa hal yang diduga menyebabnya terjadinya kanker laring yang kuat ialah
perokok, alkohol dan oleh sinar radioaktif. Namun ada beberapa faktor yang diduga
meningkatnya resiko terjadinya kanker sebagai berikut (Munir M, 2007) :
a. Faktor lingkungan
Merokok sigaret meningkatkan resiko terjadinya kanker paru-paru ,mulut, laring ,
(pita suara) dan kandungan kemih darah seperti leukimia.
b. Faktor makanan yang mengandung bahan kimia
Makanan juga dapat menjadi faktor resiko penting lain penyebab kanker, terutama
kanker pada saluran pencernaan. Contoh jenis makanan yang dapat menyebabkan
kanker adalah makanan yang diasap dan diasamkan (dalam bentuk acar)
meningkatkan resiko terjadinya kanker lambung. Minuman yang mengandung
alkohol menyebabkan berisiko lebih tinggi terhadap kanker kerongkongan. Zat
pewarna makanan. Logam berat seperti merkuri yang sering terdapat pada makanan
laut yang tercemar seperti: kerang dan ikan. Berbagai makanan (manis, tepung) yang
diproses secara berlebihan.
c. Virus.
Virus yang dapat dan dicurigai menyebabkan kanker laring antara lain virus epstein-
Bar (Di Afrika) menyebabkan limfoma burkitt, sedangkan di cina virus ini
meyebabkan kanker hidung dan tenggorokan. Ini terjadi karena faktor lingkungan
dan genetik. Menurut Bunner dan Sudad, Barbara C. Long, Robin dan Kumar serta
D. Tone R, Cody. Faktor-faktor predisposisi yang memicu munculnya CA Laring
meliputi :
Tembakau (berasap atau tidak )
Alkohol serta efek kombinasinya
Penajaman terhadap obseton
Gas mustard
Kayu, kulit dan logam
Pekerjaan yang menggunakan suara berlebihan(penyanyi roch)
60
3. Tanda dan gejala kanker lambung
a. Serak
Serak adalah gejala utama karsinoma laring, merupakan gejala paling dini tumor
pita suara.Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring.Kualitas nada
sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara, ketajaman tepi pita
suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita suara.Pada tumor ganas laring, pita
suara gagal berfungsi secara baik disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara,
oklusi atau peyempitan celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan
ligamen cricoarytenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di
pita suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar, mengganggu, sumbang dan
nadanya lebih rendah dari biasa (Munir M, 2007).
b. Dispnea dan stridor
Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan napas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan
napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret, maupun oleh fiksasi
pita suara. Pada tumor supraglotik atau transglotik terdapat kedua gejala
tersebut.Sumbatan yang terjadi secara perlahan-lahan dapat dikompensasi oleh
pasien. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis yang kurang
baik (Munir M, 2007).
c. Nyeri tenggorokan
Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam (Munir
M, 2007).
d. Disfagia
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus
piriformis.Keluhan ini merupakan keluhan yang paling sering pada tumor ganas
postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan (odinofagi) menandakan adanya tumor ganas
lanjut yang mengenai struktur ekstra laring (Munir M, 2007).
61
sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik. Gejala lain berupa batuk,
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring
atau metastasis jauh (Munir M, 2007).
f. Nyeri tekan laring
Nyeri tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi s upurasi
tumor yang menyerang cartilago thyroidea dan perikondrium (Munir M, 2007).
Beberapa kasus kanker dapat terdeteksi sejak stadium awal, namun tidak sedikit
pula orang yang baru mengetahui adanya pertumbuhan sel kanker di dalam tubuhnya
setelah memasuki stadium akhir. Stadium kanker bermanfaat bagi dokter untuk memahami
seberapa parah kanker yang dialami dan peluang hidup penderita kanker. Selain itu,
stadium kanker juga dapat menjadi bahan pertimbangan dokter untuk menentukan rencana
penanganan terbaik dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan secara menyeluruh
penderita kanker tersebut. Berikut ini adalah tingkat keparahan atau stadium kanker:
a) Stadium 0
Pada stadium 0, sel kanker baru tumbuh dan belum menyebar ke jaringan atau organ
lain di sekitarnya. Kanker stadium 0 yang disebut juga karsinoma in situ ini,
umumnya tidak bergejala sehingga banyak orang tidak menyadari bahwa terdapat sel
kanker di dalam tubuhnya. Akan tetapi, jika sel kanker terdeteksi sejak dini dan
segera diangkat, tingkat keberhasilan pengobatan penyakit kanker pada stadium awal
ini cukup tinggi.
b) Stadium I
Kanker stadium I menggambarkan kondisi ketika sel kanker sudah tumbuh dan
membentuk jaringan tumor berukuran kecil. Pertumbuhan sel-sel atau jaringan
kanker di stadium ini umumnya juga tidak menimbulkan gejala yang khas, sehingga
banyak orang tidak mengetahui bahwa mereka mengalami kanker. Sel kanker pada
stadium ini juga belum tumbuh sampai ke dalam jaringan tubuh atau belum
menyebar ke bagian tubuh lainnya.
62
c) Stadium II
Pada stadium II, sel kanker sudah berkembang dan tumbuh hingga berukuran lebih
besar dibandingkan dengan stadium I. Sel kanker pada stadium ini masih bertahan di
tempat awal muncul dan belum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kanker stadium
II yang tidak segera ditangani bisa berkembang menjadi kanker stadium lebih lanjut.
d) Stadium III
Sel-sel kanker stadium III memiliki kemiripan dengan sel kanker stadium II. Namun,
sel-sel tersebut sudah tumbuh lebih dalam ke jaringan atau organ tubuh. Sel-sel
kanker di stadium III juga umumnya sudah mulai menyebar ke kelenjar getah bening
di sekitarnya. Meski demikian, sel kanker belum sampai menyebar ke bagian tubuh
lain yang jauh dari lokasi awal tumbuhnya sel kanker.
e) Stadium IV
Pada stadium ini, sel kanker yang semula tumbuh di jaringan tubuh tertentu sudah
berkembang dan menyebar ke organ tubuh lain. Misalnya, sel kanker yang awalnya
tumbuh di paru-paru dapat menyebar ke otak ketika sudah mencapai stadium IV.
Penyebaran sel kanker ini dikenal dengan istilah metastasis sel kanker. Semakin
tinggi stadium kanker yang terbentuk di dalam tubuh, semakin rendah pula peluang
untuk sembuh dari kanker. Itulah alasannya sel kanker penting untuk dideteksi sejak
dini agar bisa diangkat sepenuhnya dari tubuh. Umumnya, dokter akan
menghilangkan sel kanker melalui beberapa cara, di antaranya dengan operasi,
radioterapi, kemoterapi atau terapi hormon.
g. Mengelola stres
64
Stres berat atau berlebihan dapat mengacaukan sistem kerja tubuh, mengganggu
keseimbangan proses mekanisme tubuh, termasuk melemahkan sistem kekebalan
tubuh untuk melawan kanker (Kompas.com, 2020).
h. Hindari penggunaan plastik sebagai wadah makanan
Plastik dengan kandungan BPA (Bisphenol A) misalnya, diyakini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti penurunan kesuburan. Ada lagi PS
(Polystyrene), yang bersifat karsinogenik dan memicu kanker, atau PVC (Polyvinyl
Chlorida) yang tak kalah berbahaya bagi kesehatan (Kompas.com, 2020).
DAFTAR PUSTAKA
65
https://www.alodokter.com/memahami-sel-kanker-beserta-stadium-dan-tingkatannya, diakses
pada 10 November 2021 pukul 18.45 Wita
https://dharmais.co.id/page/171/Cancer-Wound-Care , diakses pada 11 November 2021 pukul
23.30 Wita
https://dharmais.co.id/news/262/Kanker---Ayooo-Kenalan-dengan-NEOPLASIA , diakses
pada 10 November 2021 pukul 18.45 Wita
https://www.halodoc.com/kesehatan/kanker, diakses pada 10 November 2021 pukul 18.45
Wita
https://health.kompas.com/read/2020/07/11/133200368/12-cara-mencegah-kanker-secara-
alami?page=all , diakses pada 10 November 2021 pukul 18.45 Wita
https://www.kompas.com/sains/read/2021/04/03/200000623/kasus-baru-dan-kematian-
akibat-kanker-di-indonesia-naik-8-8-persen?page=all , diakses pada 10 November
2021 pukul 18.45 Wita
RS TIPE A
RS TIPE B
RS TIPE C
PUSKESMAS
(Dokter, Perawat,
Ahli gizi.
Direktur
Waldetrudis Muke, S.Kep
Keterangan
68
69
70
LAMPIRAN 6 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DAN KELUARGA
71
Hematemesis ( - ) Nyeri saat BAK Dispnea ( - )
72
Muntah ( - ) Kontraktur (-) Memar (-) Dll
Kembung ( + ) Fraktur (-) Laserasi (+)
Anoreksia ( -+ ) Nyeri otot/tulang (-) Ulserasi (-)
Sulit menelan ( + ) Drop Foot (-) Pus/Nanah (+) Fungsi Perasa
Disphasia ( - ) Jika ya: Lokasi Melepuh (-) Mampu (+)
Bau nafas ( - ) …………. Hematome (-) Terganggu (-)
Kerusakan : Tremor (-) Luka bakar (-) Fungsi Penciuman
Gigi ( + ) Malaise (-) JIka ya:: lokasi Mampu (+)
Gusi ( - ) Fatique (-) Terganggu (-)
Lidah ( - ) Atropi (-) Perubahan warna kulit (-)
Geraham ( - ) Kekuatan Otot : 5 Dekubitus (-) KEBERSIHAN DIRI
Distensi abdomen (+) Postur tidak normal (-) Jika ya: lokasi Gigi/mulut kotor (-)
Bising usus Ekstremitas atas : Normal ……. Mata kotor (-)
10x/menit
Konstipasi Bebas (+) Derajat: …. Kulit kotor (-)
Diare: …. X/hari Terbatas (-) Hidung kotor (-)
Hemaroid (-) Kelemahan (kanan/Kiri) ISTIRAHAT DAN TIDUR Telinga kotor (-)
massa di abdomen (-) Kelumpuhan Susah tidur Kuku Kotor dan panjang (-)
(kanan/ Kiri)
Stomatitis (-) Ektremitas bawah Waktu tidur Genitalia/perianal kotor (-)
Warna: Normal Bebas (+) Bantuan obat: Rambut - kepala kotor (-)
Riwayat Terbatas (-) ……………………………….. PERAWATAN DIRI SEHARIA_HARI
Obat
pencahar (-)
………………. …………………………… Mandi
73
Konsistensi (-) Kelemahan (kanan/Kiri) KOMUNIKASI DAN BUDAYA Mandiri (+)
Diet Khusus (-) Kelumpuhan Berinterkasi dengan kleuarga Bantu sebagian (-)
(kanan/ Kiri) Komunikasi dalam keluarga baik dan
intens
Kebiasaan makan Berdiri Baik (+) Tergantung
Mandiri (+) Mandiri (+) Terhambat Berpakaian
Bantu sebagian Sebagian di bantu Berkomunikasi Mandiri (+)
Tergantung Tergantung Lancar (+) Bantu sebagian
Alergi Alat bantu: Terhambat Tergantung
Makanan/Minuman Tidak ada
a
Jika ya: sebutkan Nyeri Kegiatan social sehari- hari: Berdandan (-)
(-) (PQRST) Tidak ada
P: Nyeri muncul saat-
saat tertentu saja
Q: nyeri
menusuk/tertusuk-tusuk
dan rasa nyut-nyut
R: Pada area luka
bagian pipi kanan
S: 1 – 2
T : Tidak menentu
hilang muncul
SPIRITUAL: Mandiri
Bantu sebagian
74
Alat bantu (-)
Apa yang menjadi sumber, Tergantung
kekuatan klien
PSIKOLOGIS PERSEPSI KLIEN TENTANG SAKIT
Apa yang menjadi harapan, klien
Bagaiaman harapan klien terhadap perawatan
Cemas (+) Rendah diri (-) Apa makna kehidupan bagi klien
yang di berikan…………………………….
Bagaiaman klien mencari
Denial (-) Menarik diri (-)
kedamaiandalam kehidupan spiritual Jika ada masalah , Bagaiaman
Marah (-) Agresif (_) : Dengan cara berdoa klien menyelsaikannya,
Bagaimana klien melakuakn praktek …………………………………
Takut (+) Perilaku spiritual dan religius dalam
kekerasa ……..
kehidupan sehari hari
n (-)
Apakah mempengaruhi Aapakah klien merasa cemas dan takut?
Putus asa Tidak mau perawatan klien :
lihat bagian Bantuan rohani membantu
Depresi Jika ya… Aapa penyebabnya
tubuh yang pasien untuk bisa lebih kuat
rusak (-) dan yakin.
Bagaimana dukungan/peran dari
pendeta atau alim ulama...........
Tidak ada.
Apakah klien puas dengan
pelayanan tersebut
KETERANGAN TAMBAHAN TERKAIT KLIEN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
75
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (Prosedur operasi) (D.0077 Hlm.172)
2. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan (D.0019 Hlm.56)
3. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas (D.0149 Hlm.18)
4. Gangguan Integritas Kulit b.d Faktor mekanis (Terpasang selang gaster) (D.0129 Hlm.282)
5. Risiko Infeksi B.d Kerusakan Integritas Kulit (D.0142 Hlm 304)
6. Ansietas b.d ancaman terhadap kematian (D.0080 Hlm.180)
Cc kelompok malignant
……………………… ………………………….
LAMPIRAN 6
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN PASIEN DAN KELUARGA
76
Fasilitas Yankes PKM Pasir Panjang No Reg -
Nama Perawat yg mengkaji Sabina Lani Hamu & Ricky M. Ly TGl Pengkajian Selasa, 9 November 2021
DATA KELUARGA
Nama KK Getreha Lete Bahasa sehari- hari Bahasa indonesia
Alamat Kelurahan Kelapa Lima Jarak Yankes 3 cm dengan puskesmas
RT 02 RW 01 pasir panjang
Terdekat
Agama Kristen Protestan Alat transportasi Kendaraan pribadi
Suku Timor
77
Bersih √ Perawat pribadi ……………………….
Perabot Rumah Dokter pribadi
BUDAYA
Rapi √ Apakah perawatan yang di lakukan berlawanan
Peralatan Listrik dengan budaya ? = Tidak
Ya Tidak √
Transportasi ke Faskes (sebutkan)
Motor
Mengetahui Hari/Tgl:……………
Perawat Pelaksana
Koordinator Perawat.
Cc Kelompok Malignant
………………………
78
79
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI HASIL KEGIATAN PENKES
80
81