Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUTORIAL IN CLINIC (TIC)

PADA KASUS CA LARING DI RUANG KEMUNING 4


RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Medikal Bedah

Disusun oleh Kelompok II :

Fathurrahman Thahir

Dwi Intan Indah Susanti

Fitria Afiaty

Helpika Windiany

Julvia Nurvitasari

Illyana Maulydia

Eva Dewi Setiawati

Ai Nani Suartini

Reny Ismeliyana Munggari

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Karsinoma laring merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Laring berperan
dalam koordinasi fungsi menelan, bernafas, berbicara dan aliran masuknya makanan serta
minuman. Tumor ganas laring adalah 1-2% dari seluruh kejadian tumor ganas di seluruh dunia.
Pada tahun 2011 diperkirakan 12.740 kasus baru tumor ganas laring di Amerika Serikat dan
diperkirakan 3560 orang meninggal. Kasus tumor ganas laring di RS. M. Djamil Padang januari
2011-Desember 2012 tercatat 13 kasus baru dan ditatalaksana dengan laringektomi total
sebanyak 6 kasus. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis tumor ganas laring primer yang sering
ditemukan lebih dari 95% kasus. Kejadian tumor laring berhubungan dengan kebiasaan merokok
dan konsumsi alkohol. Faktor etiologi lain yang mempengaruhi timbulnya karsinoma sel
skuamosa meliputi : konsumsi tembakau, konsumsi alkohol yang lama, bahan karsinogen
dilingkungan, status sosial ekonomi, pekerjaan yang berbahaya, makanan dan kerentanan
genetik. Adapun terapi modalitas untuk tatalaksana kasus tumor ganas laring tergantung
stadiumnya seperti laringektomi parsial/total, kemo-radiasi atau terapi kombinasi (Irfandi, D &
Rahman, S.2015).

Gangguan menelan secara klinis relevan dengan komplikasi akut dan jangka panjang
pada pasien dengan berbagai macam kanker. Disfagia (gangguan menelan ) bisa menjadi akibat
dari keganasan di daerah kepala dan leher, terutama kanker faring, lidah dan esophagus.
Frekuensi dan keparahan dari pre-treatmen disfagia dan aspirasi tergantung pada stadium dan
lokasi tumor, karena tumor dapat mempengaruhi motilitas struktur yang terlibat dalam menelan.
Pauloski dkk mengatakan bahwa prevalensi disfagia pra-perawatan sebanyak 28,6% terjadi pada
kanker laring.

Di ruangan kemuning 4 Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung rata-rata pasien dirawat
karena kanker dan masalah orthopedy. Dalam tutorial in clinic (TIC) ini akan membahas
permasalahan pada Tn. R dengan diagnosa medis disfagia carcinoma laring.
2. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa disfagia carcinoma laring ?

3. Tujuan Studi Kasus

Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa disfagia
carcinoma laring di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep disfagia carcinoma laring
b. Mengkaji klien dengan diagnosa disfagia carcinoma laring di RSUP dr. Hasan Sadikin
Bandung
c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan disfagia carcinoma laring di
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
d. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa disfagia carcinoma
laring di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa disfagia carcinoma
laring di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
f. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan disfagia carcinoma laring di
RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan klien dengan diagnosa disfagia carcinoma
laring di RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kanker laring merupakan kondisi keganasan pada laring akibat dari pertumbuhan
dan pembelahan sel yang abnormal. Kanker laring dapat menyebabkan penderita
mengalami suara serak, kesulitan bernapas dan sakit tenggorokan. Penderita kanker laring
juga akan mengalami gangguan dalam berbicara. Kanker laring lebih sering dijumpai
oleh laki-laki dibanding perempuan dengan perbandingan 5:1 (Hermani, 2001).
2.2 Etiologi
Penyebab pasti kanker laring belum dapat diketahui, namun terdapat hal-hal yang
berhubungan dengan terjadinya keganasan, yaitu konsumsi rokok dengan jangka waktu
yang panjang (Ramalingam KK, 1993), berusia lebih dari 60 tahun, konsumsi alkohol
(Hanna, 1998), terpapar sinar radio aktif, polusi udara, radiasi leher dan absestosis (Robin
PE, 1997). Peningkatan resiko terjadinya kanker laring juga terdapat pada pekerja yang
terpapar pada debu kayu.
2.3 Anatomi
Laring merupakan organ bagian dari saluran pernapasan bagian atas yang
dibentuk oleh serangkaian tulang dan beberapa tulang rawan yang saling berhubungan
satu sama lain dan berbentuk seperti corong. Tulang bagian atas dan tulang rawan
tersebut diikat oleh otot intrinsik dan ekstrinsik dan dilapisi oleh mukosa. Laring
merupakan organ yang selalu terbuka, namun tertutup ketika sedang menelan makanan.
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi di daerah leher. Macam-
macam tulang dan tulang rawan yang membentuk laring adalah tulang hioid, kartilago
tiroid dan kartilago krikoid. Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding
kartilago tiroid di sebelah atas, dan kartilago krikoid disebelahh bawah. Tulang hioid
menyatu dengan laring oleh membran tiroid. Tulang hioid merupakan tempat melekatnya
otot-otot dan ligamen dan akan mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun. Secara
keseluruhan, laring dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot. (Sofyan,
2011)
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu:
1. Kelompok kartilago mayor terdiri dari Kartilago Tiroidea 1 buah, Kartilago
Krikoidea 1 buah, dan Kartilago Aritenoidea 2 buah
2. Kartilago minor terdiri dari Kartilago Kornikulata Santorini 2 buah, Kartilago
Kuneiforme Wrisberg 2 buah, Kartilago Epiglotis 1 buah
Ligamen dan membran laring terbagi atas 2 kelompok, yaitu ligamentum
ekstrinsik dan instrinsik. Ligamen ekstrinsik terdiri dari, membran tirohioid, ligamentum
tirohioid, ligamentum tiroepiglotis, ligamentum hioepiglotis dan ligamentum
krikotrakeal. Sedangkan ligamen instrinsik terdiri dari, membran quadrangularis,
ligamentum vestibular, konus elastikus, ligamentum krikotiroid media, dan ligamentum
vokalis.
Otot-otot laring terbai dalam 2 kelompok besar yaitu otot ekstrinsik dan otot
instrinsik (Ballenger, 1993). Otot ekstrinsik berfungsi untuk menghubungkan laring
dengan struktur disekitarnya, sehingga kelompok otot ini berfungsi untuk menggerakkan
laring secara keseluruhan. Otot ekstrinsik terbagi atas otot suprahioid (elevator laring)
dan otot infrahioid (depresor laring). Sementara otot instrinsik berfungsi untuk
menghubungkan kartilago dengan kartilago lalinnya, sehingga berfungsi untuk
menggerakan struktur didalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernapas.
Yang termasuk dalam kelompok otot instrinsik adalah otot-otot adduktor yang berfungsi
untuk menutup pita suara, otot abduktor untuk membuka pita suara, dan otot tensor untuk
menegangkan pita suara.
2.4 Patofisiologi
Kanker laring tumbuh secara perlahan akibat suplai limfatik yang sedikit di
tempat yang kering seperti epiglotis atau pita suara. Bagian tersebut mengandung banyak
pembuluh limfe, sehingga biasanya ketika terdapat kanker pada jaringan tersebut dapat
meluas secara cepat dan dapat bermetastase ke kelenjar limfe leher bagian dalam dan
biasanya memicu terjadinya serak. Suara serak merupakan tanda awal kanker laring.
Tanda-tanda metastase pada laring biasanya dapat ditemukan pembengkakan pada leher,
nyeri pada jakun yang menyebar ke telinga, disfagia, pembesaran kelenjar limfe dan
batuk.
2.5 Klasifikasi
Berdasarkan Stadium tumor ganas laring ditentukan melalui klasifikasi TNM, menurut
American Joint Committee on Cancer (AJCC) 2011 klasifikasi dan stadium tumor ganas
laring terbagi atas :
1. Supraglotis
2. Glotis
3. Subglotis
Yang termasuk supraglotis adalah permukaan posterior epiglotis yang terletak di sekitar
os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di bawah os hioid, pita
suara palsu, ventrikel. Yang termasuk glottis adalah pita suara asli, komisura anterior dan
komisura posterior. Yang termasuk subglotis adalah dinding subglotis.
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan AJCC :
1. Tumor primer (T)
Supra glottis :
T is: tumor insitu
T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l
T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika ariepiglotika, ventrikel atau
pita suara palsu satu sisi.
T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga ventrikel atau pita suara
palsu
T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya infiltrasi ke dalam.
T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.
Glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior) dengan
pergerakan normal
T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
T 1b : tumor mengenai kedua pita suara
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra glotis maupun subglotis
dengan pergerakan pita suara normal atau terganggu.
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke dua pita suara
T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring
Sub glotis :
T is : tumor insitu
T 0 : tak jelas adanya tumor primer
T 1 : tumor terbatas pada subglotis
T 1a : tumor terbatas pada satu sisi
T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi
T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau kedua pita suara asli
dengan pergerakan normal atau terganggu
T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua pita suara
T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas keluar laring.

Pembesaran kelenjar getah bening leher (N)


N x : kelenjar tidak dapat dinilai
N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar.
N 1 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm
N 2 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 – <6 cm atau klinis terdapat
kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤6 cm
N 2a :klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter > 3 cm - ≤6 cm.
N 2b :klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan diameter ≤ 6 cm
N 3 :kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral
N 3 a :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6 cm
N 3 b :klinis terdapat kelenjar bilateral
N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral
Metastase jauh (M)
M 0 : tidak ada metastase jauh
M 1 : terdapat metastase jauh
Stadium :
Stadium I : T1 N0 M0
Stadium II : T2 N0 M0
Stadium III : T3 N0 M0
T1, T2, T3, N1, M0
Stadium IV : T4, N0, M0
Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Laringoskop, untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor
2. Foto thorak, untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan
metastasis di paru
3. CT Scan , memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid
dan daerah preepiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher
4. Biopsi laring, untuk pemeriksaan patolog anatomik dan dari hasil patologi anatomik
yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa

2.7 Penatalaksanaan Medis dan Nonmedis


Kanker laring terjadi pada 2 sampai 3% keganasan. Perawatan klien dengan
kanker laring memberikan tantangan unik pada perawat karena deformitas fungsional
sering terjadi akibat gangguan ini dan terapinya. Tumor jinak dan ganas stadium dini
dapat diterapi dengan bedah terbatas dan klien dapat sembuh dengan sedikit penurunan
fungsi. Tumor lanjut membutuhkan terapi ekstensif, meliputi bedah, radiasi dan
kemoterapi. Jika dibutuhkan laringektomi total, pascaoperasi klien tidak dapat berbicara,
bernafas lewat mulut atau hidung dan makan secara normal. Pembuatan trakeostomi
permanen akibat bedah akan menghasilkan efek yang buruk pada kemampuan fungsional
klien dan kualitas hidupnya.
Penatalaksanaan secara umum :
1. Stadium I dikirim untuk radiasi, stadium 2 dan 3 untuk operasi dan stadium 4oper
asi dengan rekonstruksi atau radiasi
2. Terapi Radiasi
Pada pasien yang hanya mengalami satu pita suara yang sakit dan normalnya
dapat digerakkan. Terapi radiasi juga dapat digunakan secara proferatif untuk men
gurangi ukuran tumor.
3. Operasi : Laringektomi
Laringektomi Parsial: direkomendasikan pada kanker area glottis tahap diniketika
hanya satu pita suara yang terkena.
Leringektomi Supraglotis: digunakan untuk tumor supraglotis.
Laringektomi hemivertikal: dilakukan jika tumor meluas diluar pita suara,
tetapi perluasan tersebut kurang dari 1 cm dan terbatas pada area subglotis.
Laringektomi Total : dilakukan ketika tumor meluas diluar pita suara.
4. Pemakaian Sitostatika belum memuaskan,biasanya jadwal pemberian sitostatikati
dak sampai selesai karena keadaan umum memburuk.
5. Rehabilitasi khusus (voice rehabilitation), agar pasien dapat berbicara/ bersuarase
hingga dapat berkomunikasi secara verbal.
6. Rehabilitasi suara dapat dilakukandengan pertolongan alat bantu suara yakni
semacam vibrator yang ditempelkan didaerah sub mandibula, ataupun dengan sua
ra yang dihasilkan dari esofagus(esophangeal speech) melalui proses bel

2.8 Komplikasi
Yang kemungkinan dapat terjadi adalah distres pernapasan, hemoragi dan infeksi.
2.9 Rencana tindakan keperawatan
ANALISA DATA

No Data Fokus Etiologi Masalah


1. DS: Massa pada laring Hambatan
- Pasien mengatakan ↓
Mobilitas Fisik
Peningkatan
tidak bisa metabolisme sel-sel
menggerakan anggota epitel kanker

tubuhnya sebelah kiri Nutrisi jaringan
- Pasien mengatakan normal diambil oleh
sel-sel kanker
anggota badannya ↓
seperti kesemutan, Sel-sel kekurangan
energi
kesetrum dan kram ↓
DO: ATP kurang
- Pasien tampak lemah ↓
Kelelahan
- Kekuatan otot

3 2 Keterbatasan gerak
3 3 ↓
Gangguan mobilitas
fisik
2 DS: Adanya massa pada Nyeri Akut
laring
- Pasien mengatakan

merasa nyeri berat Penekanan pada
jeringan sekitar
dengan skala NRS 8 di
sekujur tubuh ↓
Penekanan serabut
khususnya bagian saraf
pinggang belakang ↓
yang menyebar ke Stimulasi saraf nyeri
punggung dan eedua ↓
ekstremitas Sensasi nyeri ke SSP
melalu serabut saraf
DO: sensorik
- Pasien tidak dapat ↓
menggerakan tubuh Hipotalamus
dan ekstremitas yang ↓
nyeri Saraf motorik
- Pasien meringis ↓
kesakitan jika Nyeri dipersepsikan

bergerak ↓
Nyeri
- Kekuatan otot
2 4
4 1
- kesulitan membuka
mata sebelah kiri
- Sesak jika nyeri
dirasakan sangat berat
mencapai RR
>20x/menit

3 DS : Massa pada laring Ansietas



- Keluarga Hospitalisasi
mengatakan

klien sudah Krisis situasi
dirawat lama ↓
Stress psikologis
DO :

- Klien dinyatakan akan Perasaan takut dan
khawatir
dilakukan perawatan

lama Ansietas

4 DS : Massa pada laring Bersihan Jalan


↓ Nafas Tidak Efektif
- Pasien mengangguk Metastasis ke jaringan
saat ditanya sesak sekitar

Inflamasi

DO : Akumulasi sekret
masuk ke rongga
- Terdapat ronkhi kering pernapasan
di bagian bronkus ↓
Bersihan jalan nafas
- Keluar sekret dari tidak efektif
trakheostomy

5 DS: Massa pada laring



- Berdasarkan penuturan Peningkatan Ketidakseimbangan
metabolisme sel-sel nutrisi kurang dari
suami pasien, pasien epitel kanker
kebutuhan
lemas kekurangan ↓
Nutrisi jaringan
energi normal diambil oleh
sel-sel kanker
DO: ↓
Sel-sel kekurangan
- IMT kurang energi

- Hilang lemak subkutan ATP kurang

- Hemoglobin: 11,3 g/dL Penurunan berat
badan, anoreksia
(rendah), Hematokrit:

35,2 % (rendah), Kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Albumin: 2,9 (rendah),
tubuh
Natrium: 141, Kalium:
2,8 (rendah)

- Pasien terpasang NGT

6. DS: Massa laring



- Berdasarkan penuturan Massa menekan Plica Gangguan
keluarga, pasien sulit Vocalis

untuk Suara parau Komunikasi Verbal
mengkomunikasikan ↓
Afonia
rasa sakitnya

Kerusakan komunikasi
DO:
verbal
- Pasien menggunakan
bahasa isyarat

- Pasien kesulitan untuk


berbicara

7 DS: Massa pada laring



- Pasien mengeluh lemas, Sel kanker Gangguan
kelemahan otot, keram, membutuhkan protein Keseimbangan
(termasuk albumin)
tremor, kesemutan, Cairan dan

Protein albumin dalam Elektrolit
DO:
intrasel berkurang

- Hemoglobin ,: 6,3 g/dL
Tekanan osmotik
(rendah), Albumin : 1,10 plasma menurun
g/dL (rendah) Kreatinin ↓
Clearence : 2,92 Tekanan hidrostatik
meningkat
ml/menit (tinggi) ↓
Hematokrit :18,9 % Shift cairan dari
(rendah) intrasel ke intersisial

Edema anasarka

Gangguan cairan dan
elektrolit

8 DS: Massa pada laring Intoleransi aktivitas



- Keluarga Klien
Peningkatan
mengatakan klien metabolisme sel-sel
epitel kanker
mudah lemas bila

beraktifitas Nutrisi jaringan
normal diambil oleh
- Klien mengatakan
sel-sel kanker
sekarang sudah tidak ↓
Sel-sel kekurangan
sekuat dulu, mudah
energi
capai sejak setelah ↓
ATP kurang
sakit

DO: Kelemahan

- Aktifitas klien di batasi Intoleran aktifitas


- Nilai hemoglobin 8,5
gr/dl
- Konjungtia anemis
9 DS : Pembesaran tumor Ketidakefektifan
DO : pada laring Pola Nafas
 Klien mengalami
penurunan kesadaran.
 Tanda-tanda Vital Menekan jalan napas
dalam batas tidak
normal
 Retraksi dada (+) Depresi pusat
pernapasan

Terjadi perubahan pola


nafas

Sesak

Pola napas tidak


efektif

10 DS : Massa pada laring Defisit perawatan


DO : ↓ diri
 Klien mengalami Peningkatan
metabolisme sel-sel
penurunan kesadaran
epitel kanker
 Klien menggunakan ↓
pampers untuk BAB Nutrisi jaringan
 Klien terpasang folley normal diambil oleh
sel-sel kanker
kateter ↓
 Klien terpasang infis, Sel-sel kekurangan
ngt dan selang ke energi

lambung
ATP kurang


Kelemahan


Tidak dapat merawat
diri sendiri


Defisit perawatan diri

11 DS : Massa pada laring Resiko Dekubitus


DO :
 Klien tidak dapat Peningkatan
mobilisasi secara metabolisme sel-sel
mandiri epitel kanker

Nutrisi jaringan
normal diambil oleh
sel-sel kanker

Sel-sel kekurangan
energi

ATP kurang


Kelemahan


Tirah baring lama


Penekanan lama antara
anggota tubuh dengan
tempat tidur


Resiko Luka Tekan

Resiko dekubitus

12 DS : Dilakukan Resiko Infeksi


DO : pembedahan dan
 Klien sudah lebih dari pemasangan
3 hari setelah operasi trakeostomi
 Area luka yang ↓
terpasang Port of entry
tracheostomy masih ↓
terlihat kemerahan dan Resiko infeksi
membengkak
 Terdapat keluaran
cairan pada luka

13 DS: Pemasangan alat Risiko cedera


DO: (infus, oksigen,
▪ Klien terpasang infus, suctions)
oksigen, ngt, dan selang ↓
ke lambung. Tenaga kesehatan
kurang fokus

Klien tertusuk jarum,
kesalahan dalam
penggunaaan alat

Risiko cedera
14 DS : - Massa di laring Gangguan menelan

DO : Metastase pada
supraglotik
- Penurunan kesadaran
- Refleks menelan ↓
menurun Obstruksi pada lumen
esofagus

Disfagia progesif

Kesulitan dalam
menelan makanan

Gangguan menelan
15 DS : Massa pada laring Kurang pengetahuan
- Istri klien mengatakan ↓
klien merokok 5 Perubahan kondisi
bungkus sehari ↓
- Istri klien mengatakan Kurang terpapar
klien selalu minum informasi
kopi setiap hari ↓
Kurang pengetahuan
DO :
- TD : 160/100 mmHg
- BB : 80 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 31,25 cm
- LLA : 29,7 cm

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kelemahan


2. Nyeri Akut berhubungan massa pada laring
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan prosedur
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret
5. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan
untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
6. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penuruna fungsi neurologi (kesulitan
berbicara)
7. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan diuresis osmotik
8. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan
9. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neurologis
10. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan neuromuscular,
11. Resiko decubitus berhubungan dengan proses tirah baring lama
12. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas tubuh
13. Risiko cedera berhubungan dengan penurunan kesadaran
14. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nervus vagus ditandai dengan
penurunan kemampuan menelan.
15. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
INTERVENSI

No
Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Dx

1 Setelah dilakukan □ Ciptakan lingkungan yang aman □ Lingkungan yang tidak


tindakan keperawatan bagi pasien (hindari benda-benda aman bagi pasien dapat
selama 2x24 jam pasien berbahaya, karpet yang longgar, menimbulkan cedera.
tidak mengalami
kelamahan dengan □ Ubah posisi tiap 2 jam □ Menurunkan resiko
kriteria hasil: terjadinya trauma/iskemia
jaringan daerah yang terkena
□ Pasien dapat
mengalami
melakukan ambulasi
perburukan/sirkulasi yang
secara mandiri.
lebih jelek dan menurunkan
□ Pasien dapat
sensasi dan lebih besar
melakukan ROM
menimbulkan kerusakan
secara berkala
□ Ajarkan ROM aktif/pasif pada pada kulit (dekubitus)
□ Pasien dapat
pasien □ Pergerakan dan ROM
memenuhi
aktif/pasif bertujuan untuk
kebutuhan ADL
. mempertahankan
secara bertahap
□ Monitor kemandirian klien dalam fleksibilitas sendi
□ Keluarga pasien
hal melakukan aktivitas □ Ketidakmampuan fisik dan
dapat memenuhi
sehari/ADL psikologis klien dapat
ADL pasien
menurunkan perawatan diri
sehari-hari dan dapat
terpenuhi dengan bantuan
agar kebersihan diri klien
dapat terjaga.
□ Bantu mobilisasi dan ADL pasien □ Memastikan kebutuhan
ADL pasien terpenuhi
2 Setelah dilakukan □ Ciptakan lingkungan yang aman □ Mencegah terjadinya risiko
tindakan keperawatan untuk pasien cedera
selama 2 x 24 jam, □ Hilangkan bahaya lingkungan □ Untuk mencegah terjadinya
diharapkan resiko jatuh resiko cedera
tidak terjadi, dengan □ Pasang atau pastikan bedplang □ Mencegah resiko jatuh
kriteria hasil: tetap terpasang pasien

- Perilaku
pencegahan jatuh : □ Ajari pasien bagaimana cara □ Melatih pasien untuk

tindakan individu duduk, berdiri dan berjalan yang meminimalisir faktor

atau pemberi aman tanpa menimbulkan cedera penyebab risiko cedera

asuhan untuk □ Sediakan pasien yang memiliki □ Memudahkan pasien untuk


meminimalkan ketergantungan suatu alat untuk meminta pertolongan dan
faktor resiko yang meminta pertolongan (seperti bel) mendeteksi lebih cepat jika
dapat memicu jatuh saat keluarga/perawat tidak ada. pasien terjadi sesuatu.
dilingkungan □ Instruksikan pasien untuk memakai □ Membantu pasien agar dapat
individu kacamata yang diresepkan dengan melihat dengan jelas, dan
- Pasien dapat tepat pada saat keluar dari tempat mencegah terjadinya resiko
menunjukan sikap tidur. cedera.
melindungi diri
sendiri dari resiko
cedera.

3 NOC : Pain Control NIC : Pain management

Setelah dilakukan
- Lakukan pengkajian nyeri secara - Mengetahui tingkat nyeri
tindakan keperawatan
komprehensif pasien
selama 2x24 jam, pasien
- Observasi reaksi ketidaknyamanan
dapat mengontrol nyeri
non verbal - Mengetahui tingkat
dengan kriteria hasil:
- Gunakan teknik komunikasi ketidaknyamanan akibat nyeri
- Tahu penyebab nyeri terapeutik dalam menggali - Mengetahui tingkat koping
- Mampu menggunakan pengalaman nyeri dan pasien akibat nyeri
teknik nonfarmakologi penerimaannya
untuk mengurangi - Tentukan faktor yang memperburuk - Mengurangi faktor yang dapat
nyeri nyeri memperburuk nyeri
- Wajah pasien tenang - Supaya pasien dapat
- Melaporkan bahwa - Ajarkan cara penggunaan teknik melakukan teknik
nyeri berkurang nonfarmakologi seperti distraksi, nonfarmakologi untuk
- TTV normal tarik napas dalam atau guided mengurangi nyeri
imagery - Sebagai salah satu metode
mengurangi nyeri
- Mengurangi rasa nyeri

- Lakukan masase - Memonitor keadaan umum

- Kolaborasi analgetik pasien

- Pantau TTV pasien

4. NOC : anxiety level NIC : anxiety reduction □


- Dengarkan penyebab kecemasan
Setelah dilakukan pasien dengan penuh perhatian
tindakan keperawatan
selama 1x24 jam, - Observasi tanda-tanda verbal dan
kecemasan pasien non verbal dari kecemasan
berkurang, dengan
kriteria hasil :

- Mimik muka tidak NIC : calming technique


gelisah - Anjurkan keluarga untuk tetap
- Pasien melaporkan mendampingi pasien
bahwa kecemasan - Hilangkan rangsangan yang
berkurang menyebabkan kecemasan pada
- Pasien mengetahui pasien
mengenai
penyakitnya dan
tindakan medis yang NIC : coping enhancement
akan dilakukan - Tingkatkan pengetahuan dan
infromasi mengenai penyakit dan
tindakan yang akan dilakukan
5. Setelah dilakukan - Kaji suara nafas pasien dan - Mengetahui gangguan yang
tindakan keperawatan gangguan seperti suara nafas terjadi pada saluran
selama 3x24 jam, dapat tambahan pernapasan pasien
mempertahankan - Mengurangi kebutuhan
keseimbangan cairan - Anjurkan pasien untuk istirahat dan oksigen pada pasien
dan elektrolit, dengan nafas dalam - Memposisikan untuk
kriteria hasil : - Posisikan pasien untuk menambah kenyamanan
memaksimalkan ventilasi pasien dalam bernafas
1. Menunjukkan
- Mengeluarkan sekret yang
jalan napas yang
- Ajarkan batuk efektif tertimbun
paten
- Menjaga agar sekret yang
2. Suara ronkhi /
- Bersihkan sekret yang keluar melalui keluar tidak tertumpuk dan
sekret berkurang
luka di dagu menimbulkan infeksi yang
3. Sekret dapat
lebih jauh
dikeluarkan
- Memantau sejauh mana
4. Pasien merasa
permasalah respirasi
nafas lebih lega
mengganggu hemodinamik
- Monitor status hemodinamik - Mengencerkan sekret

- Pertahankan hidrasi yang adekuat

6. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan - Kaji berat badan, status gizi, alergi, - Informasi memberikan data
selama 2x24 jam, asupan intoleransi makanan, dasar untuk mengevaluasi
nutrisi terpenuhi , kebutuhan/keefektifan
dengan kriteria hasil : intervensi
- Hitung kebutuhan nutrisi pasien - Mengetahui kebutuhan nutrisi
- Pasien mengatakan
pada pasien
lemas berkurang - Pemberian makanan diet tinggi
- Meningkatkan nilai albumin
protein
- Tubuh pasien lebih - Memudahkan makanan untuk
segar masuk ke tubuh pasien tanpa
melewati oral
- Pemeriksaan lab - Kolaborasi pemberian makanan
- Mengevaluasi intervensi yang
dalam rentang yang sudah di blender (blenderized)
diberikan
normal melalui NGT

- Monitor kecenderungan kenaikan


atau penurunan berat badan serta
hasil lab

7. Setelah dilakukan - Kaji kemampuan pasien dalam - Mengetahui kemampuan


tindakan keperawatan berkomunikasi. pasien dalam berkomunikasi
selama 1x24 jam, - Kurangi pertanyaan yang - Menyederhanakan
komunikasi verbal membutuhkan jawaban verbal pertanyaan untuk
pasien membaik , berkomunikasi yang efektif
dengan kriteria hasil : - Lakukan teknik komonukasi - Mendapatkan kepercayaan
terapeutik dan membangun trust pasien
- Pasien mampu
- Memberikan metode alternatif - Membantu pasien
menggunakan cara
komunikasi bicara (misalnya berkomunikasi selain
komunikasi lain
menukis tablet, berkedip mata, menggunakan cara verbal
untuk berkomunikasi
papan komunikasi dengan gambar sehingga pasien dapat
-
dan huruf, kode tangan atau menyatakan apa yang ingin
gerakan lainnya) disampaikan
- Anjurkan pasien untuk berbicara - Melatih pasien untuk dapat
perlahan berbicara normal
- Kolaborasi dengan keluarga dan - Mengajarkan keluarga untuk
terapi untuk menyusun rencana tetap berkomunikasi efektif
komunikasi efektif dengan pasien

8. Setelah dilakukan NIC : fluid management


tindakan keperawatan
selama 2x24 jam, dapat - Kumpulkan spesimen untuk - Untuk mendapatkan informasi
mempertahankan mengetahui status cairan pasien memberikan data dasar untuk
keseimbangan cairan mengevaluasi kebutuhan/
dan elektrolit, dengan keefektifan intervensi
kriteria hasil : - Timbang berat badan dan monitor - Untuk mengetahui status
status pasien cairan tubuh pasien
- Pemeriksaan lab
seperti Hb dan - Monitor status hidrasi (misalnya - Mengetahui manifestasi
albumin dalam mukosa lembab, denyut nadi kekurangan cairan pada
rentang normal adekuat, dan tekanan darah pasien
- Pasien mengatakan ortostatik)
manifestasi - Monitor hasil laboratorium yang - Mengetahui status cairan yang
ketidakseimbangan relevan dengan status cairan seperti harus dikoreksi
cairan dan eletrolit : hemoglobin, hematokrit, dan
seperti lemas, tremor, lainnya) - Menyelaraskan hasil lab dan
luka sulit sembuh, - Monitor manifestasi tanda gejala yang dirasakan
dan sakit kepala ketidakseimbangan cairan pasien
berkurang
- Mengetahui tingkat keparahan
- Monitor tanda-tanda vital pasien penurunan status cairan dan
pengaruhnya apda TTV

- Pemberian intake untuk


- Tingkatkan asupan cairan oral mengurangi perubahan status
untuk menjaga hidrasi cairan
- Menghitung kebutuhan
transfusi darah
- Hitung jumlah darah untuk
transfusi - Meningkatkan Hb pasien
pasca debridemen
- Berikan produk-produk darah untuk
transfusi darah - Meningkatkan nilai albumin
pasien pasca debridemen
- Pemberian albumin
9 Setelah dilakukan 1. Anjurkan klien untuk mengatur 1. Penghematan energi dan
perawatan selama 2x jadwal harian penyiapan diri
24jam, aktifitas 2. Ketahanan dan kemampuan
tertoleransi dengan 2. Pantau aktifitas klien klien dalam beraktifitas
kriteria: 3. Tanda-tanda kelelahan
- Klien tidak 3. Monitor TTV tubuh
mengeluh 4. Hindari jadwal pemeriksaan saat 4. Menghindari keletihan
mudah letih klien beristirahat 5. Memudahkan klien
- Klien 5. Modifikasi lingkungan beraktifitas
melakukan 6. Beri bantuan sesuai dengan 6. Memeuhi aktifitas yang di
penjadwalan tingkat kemampuan klien perlukan
aktifitas
- TTV dalam
batas normal

10 Setelah dilakukan Lakukan pemasangan mayo bila perlu Pemasangan mayo dapat
tindakan selama 1 x 24 membuka jalan nafas sehingga
jam status respirasi proses respirasi lebih efektif
pasien dalam keadaan
baik dengan kriteria
hasil : Jumlah oksigen yang tepat dan
1. Irama nafas, Berikan terapi oksigen sesuai dengan alat bantu nafas yang tepat dapat
frekuensi pernafasan kebutuhan pasien membantu proses respirasi
dalam rentang menjadi lebih efektif
normal, tidak ada
suara nafas abnormal
2. Tanda tanda vital
dalam rentang
normal
11 Setelah dilakukan Mandikan pasien dengan cara diseka Memandikan menggunakan
tindakan selama 1 x 24 menggunakan washcloth washclot dilakukan jika pasien
jam, personal hygine tidak dapat mobilisasi ke kamar
klien terpenuhi dengan mandi
kriteria hasil :

1. Kulit dalam keadaan


bersih Kuku yang panjang dapat
2. Kuku dalam keadaan Potong kuku pasien jika sudah panjang menjadi tempat berkembangnya
pendek dan bersih bakteri yang memungkinkan
3. Mulut dan gigi dalam menyebabkan infeksi
keadaan bersih
4. Area genital dan anal
dalam keadaan
bersih Oral hygine dapat menghambat
pertumbuhan bakteri pada gigi
dan mulut

Lakukan oral hygiene


Area genital dan anal rentan
terjadi infeksi karena terpapar
oleh urine dan feses

Bersihkan area genital dan anal pasien

12 Setelah dilakukan Kaji adanya luka decubitus pada tubuh Pemantauan dini terhadap
tindakan selama 1 x 24 pasien decubitus dapat mengurangi
jam, resiko dekubitas kejadian decubitus pada pasien
terhindari dengan
kriteria hasil :

1. Tidak terdapat luka Dalam kondisi tirah baring


decubitus pada tubuh lama, jika terus menerus dalam
pasien Mobilisasi pasien dengan miring kiri posisi yang sama maka akan
atau miring kanan menimbulkan penekanan secara
terus menerus pada anggota
tubuh yang akan berkembang
menjadi luka decubitus
13 Setelah dilakukan Ciptakan lingkungan yang bersih di Lingkungan yang bersih dapat
tindakan selama 1 x 24 area sekitar pasien mengurangi resiko
jam, tidak terdapat tanda perkembangan bakteri yang
– tanda infeksi dengan dapat menyebabkan infeksi
kriteria hasil :

1. Klien bebas dari


tanda – tanda infeksi Perilaku cuci tangan dapat
2. Jumlah leukosit mengurangi perpindahan bakteri
dalam batas normal dari petugas kesehatan ke
Cuci tangan setiap sebelum dan pasien, begitupun sebaliknya
sesudah melakukan tindakan
keperawatan
Antibiotik merupakan obat yang
bekerja untuk mengobati infeksi
akibat mikroorganisme

Kolaborasi pemberian antibiotik

14 Setelah dilakukan 1. Sediakan Iingkungan yang aman 1. Lingkungan yang aman


tindakan keperawatan untuk klien mendukung untuk
selama 3x24 jam klien meningkatkan keamanan
terbebas dari risiko jatuh
klien
ditandai dengan: 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
pasien, sesuai dengan kondisi fisik
 Klien terbebas dari dan satatus fungsional pasien dan 2. Kondisi fisik dan satatus
cedera riwayat penyakit terdahulu pasien fungsional yang menurun
 Restrain terpasang mengakibatkan peningkatan
 Keluarga 3. Memasang restrain risiko cedera klien
menempatkan
barang-barang yang
berbahaya jauh dari
klien

3. Kondisi klien dengan


penurunan kesadaran
membuat klien tidak bisa
mengontrol perilaku klien:
4. Menganjurkan keluarga untuk
klien sering mencabut infus,
menemani pasien.
mencabut NGT, dll.
4. Klien dengan penurunan
kesadaran mengakibatkan
5. Memindahkan barang-barang yang perilaku klien tidak
dapat membahayakan
terkontrol sehingga akan
meningkatkan risiko cedera

5. Pemindahan barang-barang
6. Berikan penjelasan pada pasien yang bisa membahayakan
dan keluarga atau pengunjung jauh dari klien membuat
adanya perubahan status kesehatan risiko cedera menjadi
dan penyebab penyakit.
terminimalisir

6. Pelaporan adanya
perubahan status kesehatan
klien akan membuat
penanganan klien menjadi
lebih cepat dan tepat

15 Setelah dilakukan a. Waspadai terjadinya aspirasi a. Aspirasi dapat


tindakan keperawatan (pantau tingkat kesadaran, refleks memunculkan mekanisme
selama 3x24 jam tidak batuk, refleks muntah dan pertahanan paru yaitu batuk,
ada gangguan menelan kemampuan menelan) sementara batuk dapat
dengan kriteria hasil : b. Menyuapkan makanan dengan meningkatkan tekanan
jumlah kecil intrakranial
- Toleransi makanan
c. Hindari makan jika residu tinggi b. Mencegah terjadinya
tanpa tersedak atau
d. Kolaborasi dengan ahli gizi : aspirasi dan makanan
aspirasi
pemberian makanan yang mudah tertinggal di mulut
- Status menelan baik
ditelan c. Mencegah terjadinya refluks
e. Kolaborasi : pemasangan NGT dan aspirasi
d. Melatih kemampuan
menelan klien dengan
memberikan makanan yang
mudah ditelan
16. Setelah dilakukan a. Kaji tentang pengetahuan keluarga a. Mempermudah dalam
tindakan keperawatan 3 tentang proses penyakit memberikan penjelasan
x 30 menit pengetahuan b. Jelaskan tentang patofisiologi pada klien
klien dan keluarga penyakit dan tanda gejala penyakit b. Meningkatkan pengetahuan
meningkat bertambah c. Berikan informasi pada keluarga dan mengurangi cemas
dengan kriteria hasil : dan rasional terapi yang diberikan c. Memberikan gambaran
d. Diskusikan perubahan gaya hidup tentang pilihan terapi yang
- Klien dan keluarga
yang mungkin diperlukan untuk bisa dilakukan
mneyatakan
mencegah komplikasi di masa yang d. Mencegah keparahan
pemahaman tentang
akan datang dan atau proses penyakit jangka panjang
penyakit, kondisi,
pengontrolan penyakit e. Memberikan pilihan pada
prognosis dan
e. Diskusikan pilihan terapi atau keluarga akan intervensi
program
penanganan f. Meningkatkan pengetahuan
pengobatan
f. Jelaskan pada keluarga tentang dan mengurangi kecemasan
- Klien dan keluarga
persiapan/tindakan yang akan akan tindakan
mampu
dilakukan
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar
- Klien dan keluarga
mampu
menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat
KASUS TIC CA LARING

Tn. R 69 tahun laki2 dengan diagnosa medis disfagia carcinoma larink t4n3m0 stadium
4b. Telah dipasang trakeostomy, dan kemarin dilakukan gastrotomy karena keluhan tidak bisa
menelan dan belum makan setelah 2 hari. Trakheostomy dipasang sejak april 2018. Dan pada
jantung sudah dipasang ring.
Pada saat pengkajian, klien tidak bisa berbicara. Menurut keterangan keluarga pasien
mengalami sesak napas. Klien memiliki riwayat perokok aktif sedari kecil. Tidak memiliki
alergi. Ada riwayat ibu DM.
Untuk pemenuhan nutrisi,klien hanya meminum susu 1 gelas sto 3x/hari,minum 1.5L.
Lila : 17.6
Aktivitas pada saat di rumah sakit butuh bantuan. Kuku panjang,mandi hanya di waslaf.
Kesadaran compos mentis (GCS:15; E4,M6,V5).
Nadi 77x/menit, RR 22x/menit, TD 100/60 mmHg, T 36,6.
Pemeriksaan Fisik
Kepala bersih tidak ada lesi.
Wajah terdapat bengkak di sebelah kiri
Bibir kering,
Leher terdapat trakeostomi, ada benjolan di sebelah kanan
Dada simetris, vesikuler,tidak ada bunyi jantung tambahan , Abdomen terdapat gastrotomi dan
ada selangnya buat masukin makanan. Datar dan halus.. Kekuatan otot tangan kanan 3 kiri 2.
Kaki kanan 3 kaki kiri 3.

STEP I
- Istilah yang tidak di mengerti
1) Gastrotomy
2) Tracheostomy
3) Disfagia
- Jawaban step 1
1) Gastrostomy
Gastrostomy adalah tindakan menginsersikan tube/selang ke dalam abdomen (gaster)
untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2) Tracheostomy
Tracheostomy adalah suatu tindakan membuka dinding depan/anterior trachea untuk
mempertahankan jalan napas agar udara dapat masuk ke paru-paru (Smeltzer and
Bare, 2013).
3) Disfagia
Suatu kondisi dimana seseorang sulit menelan.

STEP 2
1) Jelaskan mengenai T4N3M0
2) Kenapa pasien mengalami sesak padahal sudah terpasang tracheostomy?
3) Pasien terpasang tracheostomy, lalu bagaimana komunikasi pasien?
4) Bagaimana status nutrisi pasien setelah terpasang gastrostomy?
5) Penatalaksanaan pada kanker laring?
6) Pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnose tersebut?
7) Masalah keperawatan pada kasus diatas?
8) Legal etik pada kasus tersebut?
9) Penkes apa saja yang dapat diberikan kpd keluarga terkait kasus di atas?
10) Penyebab terjadinya penyakit yang dialami pasien?

STEP 3
1) Tumor primer (T)
Penyebaran kanker ke kelenjar getah bening (N)
Sejauh mana tumor menyebar (M)
T4N3M0
T4 : Batas kanker sudah sampai ke luar laring
N3 : Kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau kontra lateral
M0 : Tidak ada metastase
2) Karena produksi sekret meningkat dan pasien tidak mampu mengeluarkan sekretnya
secara spontan sehingga menghalangi jalan nafas -> sesak (sesuai data pasien)
3) Menurut data pengkajian, pasien sudah tidak dapat berbicara setelah dilakukan tindakan
tracheostomy. Pasien berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh atau menulis di kertas.
4) Menurut penuturan keluarga, pasien mengalami penurunan berat badan setelah tindakan
trakeostomi. Nafsu makan pasien berkurang dan pasien hanya mengonsumsi makanan
cair melalui selang. BB 38kg, TB 168cm, IMT 14.
5) Pasien dengan kanker dapat melakukan pengobatan berupa kemoterapi atau tindakan
pembedahan lainnya.
6) Pasien dapat melakukan pemeriksaan laringoskop untuk menilai lokasi tumor dan
penyebaran tumornya. Selain itu, biopsi laring, untuk pemeriksaan patologi anatomik
dan dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.
7) Bersihan jalan nafas tidak efektif (data: pasien sesak, RR 22x/menit, secret (+) )
1) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan (LILA 17, IMT 14 (kurus)
2) Gangguan keseimbangan cairan (bengkak di wajah dan lengan kiri)
3) Gangguan mobilitas fisik (klien tirah baring)
4) Deficit perawatan diri (tirah baring, kemampuan melakukan ADL (-) )
5) Resiko gangguan integritas kulit (tirah baring, pada area tumit kanan kemerahan)
6) Hambatan komunikasi (pasien terpasang tracheostomy)
8) Legal etik pada kasus yaitu respect for autonomy, beneficienece, dan justice.
9) Mobilisasi dini pasca operasi (mika-miki), tentang kebersihan badan pasien, terkait cara
pemberian nutrisi lewat gastrotube, mobilisasi untuk mencegah dekubitus, kebutuhan
nutrisi.
STEP 4 – MINDMAP
STEP 5

Learning Objective:

1) Jelaskan mengenai T4N3M0


2) Kenapa pasien mengalami sesak padahal sudah terpasang tracheostomy?
3) Pasien terpasang tracheostomy, lalu bagaimana komunikasi pasien?
4) Bagaimana status nutrisi pasien setelah terpasang gastrostomy?
5) Penatalaksanaan pada kanker laring?
6) Pemeriksaan penunjang untuk menguatkan diagnose tersebut?
7) Penkes apa saja yang dapat diberikan kpd keluarga terkait kasus di atas?
8) Penyebab terjadinya penyakit yang dialami pasien?
9) Legal etik pada kasus tersebut?
10) Masalah keperawatan pada kasus diatas?

STEP 6
Cari referensi terkait LO.
Daftar Pustaka

American Joint Committee on Cancer, (2011). AJCC Cancer Staging Manual. Edisi 8.
New York. Springer
Ballenger, J.J. 1993. Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear, head and neck.
13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger.
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Brennar,M.T.,Verdonck-de leeuw, et.al,.2012.ReviewArtikel ; Swallowing Dysfungtion in
Cancer Patients.Support Care Cancer.Vol.20 No.433-443.Spingerlink. Retrieved from
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3271214/pdf/520_2011_Article_1342.pdf)
Brown Scott. 1997. Orolaryngology. 6th ed. Vol. 1. Butterworth, Butterworth & Co Ltd. page
1/12/1-1/12/18
Cahyadi, I., Permana, A.D. et.al.2016. Karakteristik Penderita Karsinoma Laring di Departemen
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Rumah Sakit dr.
Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2013-Juli 2015.Bandung: Universitas
Padjadjaran, Tunas Medika Jurnal Kedokteran Kesehatan dan Fakultas Uswaganti
CireboN

Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N Ed. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher. Edisi ke-5. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI. 2001. h. 156-62
Irfandi, D & Rahman, S.2015.Laporan Kasus : Diagnosis Dan Penatalaksanaan Tumor Ganas
Laring. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol 4 No.2. Padang. Bagian THT-KL Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas)

Lawson W, Biller HFM, Suen JY. Cancer of the Larynx. Dalam Myers EN, Suem JY. Ed.
Cancer of the Head and Neck. Churchill Livingstone.

h. 533-60
Nurarif, Amin Huda, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC.
Jakarta. Medi Action Publishing
Ramalingam KK, Sreeramamoorthy B. A. Short Practice of Otolaryngylogy India : All Publisher
& Disatributor, 1993. h. 335-43
Sofyan, F. (2011). EMBRIOLOGI, ANATOMI, DAN FISIOLOGI LARING.

Anda mungkin juga menyukai