BLOK THT
SKENARIO 3
ADA APA DENGAN TENGGOROKANKU?
KELOMPOK IV
ALDORA DUTA P G0015013
LEONARD SARWONO ATTA G0015137
THEODORE AMADEO N G0015225
MUHAMMAD RAIS G0015167
CHRISTA ADELINE G0015047
SIWI HESTI UTAMI G0015215
FAIZAH NUR N G0015077
NI PUTU DIAN A G0015187
HELENA CHRISTINA YOL G0015107
ISMI CAHYA DHELIMA G0015117
KARISA INDRIATI G0015123
SYIFA ADIBA SARI G0015219
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
SKENARIO III
2. Laringitis kronis
Terjadi inflamasi karena troponema pallidum & tubrcolosis. Mukosa
hiperemis dan edema Rienick
3. Vocal nodule
4. Faringitis
Langkah IV: Menginventarisasi permasalahan secara sistematis dan
pernyataan sementara mengenai permasalahan pada langkah III
anatomi, histologi,
batuk
fisiologi organ terkait
patofisiologi
akut
pemeriksaan fisik dan
laringitis
penunjang
kronis
diagnosis vocal nodul
tatalaksana faringitis
3. Patofisiologi keluhan
4. Pemeriksaan fisik dan penunjang pada kasus beserta indikasi, kontra indikasi, dan
intrepretasi hasil
Faring
Anatomi
Nasopharynx
Oropharynx
Disebut juga mesopharynx, pars oralis pharynges Merupakan bagian pharynx yang
terletak di belakang cavum oris Membentang dari setinggi palatum molle hingga
bagian atas epiglottis Skeletopis setinggi VC 2- bagian atas VC 3 Dihubungkan
dengan cavum oris oleh isthmus faucium dengan batas-batas :
Bangunan-bangunan penting :
Arcus palatoglossus
o Merupakan suatu pelipatan mukosa di bagian anterior
o Membentang dari palatum molle hingga tepi lingua
o Terbentuk karena adanya desakan dari M. Palatoglossus
Arcus palatopharyngeus
o Merupakan suatu pelipatan mukosa di bagian posterior
o Membentang dari palatum molle hingga dinding lateral pharynx
o Terbentuk karena adanya desakan dari M. Palatopharyngeus
Diantara arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus terdapat
suatu cekungan yang disebut dengan fossa tonsilaris yang
merupakan cekungan terdapatnya tonsilla palatina.
Tonsilla palatina merupakan sepasang jaringan limfoid yang dilapisi
oleh membana mukosa di bagian luarnya. Benda asing yang runcing
dan kecil seperti tulang ikan atau potongan tulang ayam sering
tersangkut disini. Tonsilla palatina mendapatkan vaskularisasi dari
R.tonsilaris A.facialis dan aliran limfenya menuju ke nodus limfe
cervicalis profundus.
Antara radix lingua dan epiglottis dihubungkan oleh membrana
glossoepiglotica. Pada membrana tersebut terdapat penebalan di
bagian medial disebut dengan plica glossoepiglotica mediana.
Penebalan di bagian lateral disebut dengan plica glossoepiglotica
laterale. Diantara dua penebalan tersebut terdapat cekungan yang
disebut dengan vallecula epiglotica yang berfungsi untuk
menampung benda tumpul yang tertelan. Bila benda asing berada di
vallecula epiglotica dan menekan epiglotis dapat menyumbat saluran
nafas
Saat menelan, isthmus faucium terbuka, palatum terelevasi, cavitas
laryngis tertutup dan makanan bergerak mengarah ke esofagus.
Seseorang tidak dapat bernafas dan menelan bersamaan karena
saluran nafas tertutup pada 2 sisi yaitu isthmus pharyngeum dan
larynx.
LARYNGOPHARYNX
Merupakan bagian pharynx yang teletak sepanjang larynx maka juga disebut
sebagai hypopharynx Membentang dari epiglottis hingga batas bawah cartilago
cricoideaSkeletopis setinggi VC 3-6Bangunan-bangunan penting :
Fossa piriformis
o Terletak di kanan dan kiri dari laryngopharynx
o Berbatasan di bagian medial dengan plica aryepiglotica
o Berbatasan di bagian lateral dengan cartilago thyroidea dan
membrana thyroidea
o Berfungsi untuk menampung benda tajam yang tertelan
Adytus laryngis
o Merupakan pintu masuk menuju larynx
o Terletak pada dinding anterior laryngopharynx
Histologi Faring
Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan dan
sistem pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring. Faring
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah bagian
respirasi yang tidak mengalami gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh epitel
bertingkat silindris bersilia bersel goblet. Faring mengandung tonsila, mukosa
faring memiliki banyak kelenjar mukosa kacil dalam lapisan jaringan ikat padat.
Muskular konstriktor dan longitudinalis faring terletak di luar lapisan ini.
LARING
Anatomi Laring
Merupakan saluran pernapasan, sfingter, dan organ fonasi yang membentang dari
lingua hngga trachea. Larynx merupakan saluran yang fleksibel saat proses
menelan. Saat istirahat, larynx terletak setinggi skeletopis VC 3- VC 6.
Skeleton Laryngeus
Merupakan bagian keras dari larynx yang dibentuk oleh kartilago yang
dihubungkan oleh ligamentum-ligamentum dan memrana fibrosa serta digerakkan
oleh beberapa muskulus.Cartilagines Laryngis
Cartilago hyoid VC 3
Cartilago thyroid VC 4- VC 5
Cartilago cricoidea VC 6
Corniculata Thyroid
Epiglottis Cricoidea
Tritiata (triticea)
Cavitas Laryngis
Membentang dari adytus laryngis (pintu masuk larynx) sampai setinggi tepi bawah
cartilago cricoidea yang akan beralih menjadi lumen trachea.
Adytus laryngis
- Vestibulum laryngis
Daerah di bawah aditus laryngis sampai ke atas plica vestibularis
- Ventriculus laryngis
Terletak diantara plica vestibularis dengan plica vocalis. Pada bagian
anterior meluas dan membentuk suatu katung buntu yang disebut
dengan sacculus laryngis yang banyak terdapat glandula mucosa
untuk lubrikasi plica vocalis.
- Rima vestibuli
Merupakan celah yang terletak antara kedua plica vestibularis dexter
et sinister.
- Rima glotidis
Celah antara plica vocalis dexter et sinister
Histologi Laring
Epiglotis, yang menonjol dari pinggir laring, meluas ke faring dan karena itu
mempunyai permukaan yang menghadap ke lidah dan laring. Seluruh permukaan
yang menghadap ke lidah dan bagian permukaan apikal yang menghadap ke laring
diliputi oleh epitel berlapis gepeng. Ke arah basis epiglottis pada permukaan yang
menghadap laring, epitel mengalami perubahan menjadi epitel bertingkat toraks
bersilia. Kelenjar campur mukosa dan serosa terutama terdapat di bawah epitel
toraks, bebas menyebar ke dalam, yang menimbulkan bercak pada rawan elastin
yang berdekatan. Di bawah epiglottis, mukosa membentuk dua pasang lipatan yang
meluas ke dalam lumen larynx. Pasangan yang di atas merupakan pita suara palsu
(atau lipatan vestibular), dan mereka mempunyai epitel respirasi yang di bawahnya
terletak sejumlah kelenjar seromukosa dalam lamina proprianya. Pasangan yang
bawah merupakan lipatan yang merupakan pita suara asli. Di dalam pita suara, yang
diliputi oleh epitel berlapis gepeng, terdapat berkas-berkas besar sejajar dari selaput
elastin yang merupakan ligamentum vocale. Sejajar dengan ligamentum terdpat
berkas-berkas otot lurik, m.vocalis, yang mengatur regangan pita dan ligamentum
dan akibatnya, waktu udara didorong melalui pita-pita menimbulkan suatu suara
dengan tonus yang tidak sama.
Virus
Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Faringitis yang
disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis3
Gejala lain dari faringitis penyebab virus yaitu demam yang tidak terlalu
tinggi dan sakit kepala ringan.5
Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan
tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring
Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan
biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk
Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan
eksudat faring.2 Selain itu, terdapat juga konjungtivitis3
Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan
dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle
Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum
molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal
putih
Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan,
limfadenopati generalisata, dan splenomegali
Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak
kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus,
limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat2
Bakteri
Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan bercak
kemerahan dan lidah berwarna stoberi
Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan atau
tanpa tanda klinis lainnya
Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara yang dingin, turunnya daya tahan
tubuh yang disebabkan infeksi virus influenza, konsumsi makanan yang kurang
gizi, konsumsi alkohol yang berlebihan, gejala predormal dari penyakit scarlet
fever dan seseorang yang tinggal di lingkungan kita yang menderita sakit
tenggorokan atau demam.
Faktor risiko Laringitis
3. Patofisiologi Keluhan.
Suara serak
Gangguan fonasi disebabkan oleh gangguan organik dan fungsional dari produsen,
aktivator, dan resonator suara. Banyak faktor yang menyebabkan suara serak
(hoarseness). Penyebab dasar dari suara serak adalah penutupan glottis yang
insufisien selama fonasi (glottal gap), perubahan kekakuan plica vocalis, dan
ketidakseimbangan mekanik antara kedua plica.
Nyeri telan
Nyeri telan atau nyeri tenggorok atau odinofagia merupakan gejala yang sering
dikeluhkan akibat adanya kelainan atau peradangan di daerah nasofaring,
orofaring, dan hipofaring. Odinofagia dapat menyertai kelainan atau kesulitan
menelan atau disebut juga disfagia, yang merupakan gejala kelainan atau penyakit
di orofaring dan esofagus. Biasanya odinofagia menjadi gejala dan tanda dari
faringitis.
1. Tumor dan keganasan: Odinofagia adalah gejala awal dari tumor ganas
esofagus. Tumor ganas dapat berkembang karena kebiasaan merokok yang
menahun, konsumsi alkohol berlebihan, heartburn yang menetap, atau
faktor keturunan.
2. Infeksi Candida: Jamur ini dapat menginfeksi bagian mulut dan menyebar,
menyebabkan inflamasi yang berujung pada odinofagia.
3. Gastroesophageal reflux disease (GERD): GERD disebabkan oleh sfingter
esofagus bagian bawah tidak tertutup dengan sempurna. Dampaknya adalah
asam lambung dapat memasuki esofagus, menyebabkan gejala odinofagia
dan gejala lain seperti nyeri dada dan heartburn.
4. Ulserasi: Ulserasi di bagian mulut, tenggorokan, dan esofagus dapat terjadi
sebagai akibat dari GERD yang tidak ditangani dan penggunaan obat anti-
inflamasi jangka panjang seperti ibuprofen.
Tenggorokan kering
Tenggorokan kering merupakan salah satu gejala dari faringitis. Bagian faring
memiliki epitel dengan sel goblet yang berfungsi memproduksi mukus, yang dapat
menjaga agar tenggorokan tidak kering. Jika terjadi inflamasi dan fungsi sel goblet
terganggu, maka produksi mukus juga terganggu.
T2: tonsil melewati pilar posterior namun tidak melewati garis pertengahan
(imajiner antara uvula dan pilar posterior)
T3: tonsil mencapai garis pertengahan antara uvula dan pilar posterior
Kriteria Poin
Demam (38oC) 1
Usia
3-14 1
15-44 0
45 -1
Laringitis
Laryngitis difteri
Tatalaksana:
Trakeostomi
Serum anti difteri
Antibiotic
Istirahat total
Laryngitis kronik
Tatalaksana:
Vocal rest
Mengobati peradangan di hidung, faring, serta bronkus yang
mungkin menjadi penyebab laryngitis kronis
Faringitis
Faringitis Akut
Tatalaksana:
a. Terapi umum:
Istirahat
Minum air yang cukup
Kumur dengan air hangat
Analgetik dan antipiretik bila perlu
b. Terapi spesifik bila disebabkan oleh bakteri (sama kaya yang faringitis
streptococcal)
Faringitis streptococcal
b. Antibiotic
Penicillin IM, oral
Alternative: amoxicillin, cephalosporin
c. Antiinflamasi
Dexametason IM
d. Analgetika
e. Edukasi
Istirahat cukup
Minum cukup
Berkumur dengan air hangat
Vocal rest (2-3 Hari)
Menghindari iritan
Menghindari kontak dengan pasien
Cuci tangan sebelum makan
Faringitis Kronik
Kronik hiperplastik
Tatalaksana:
Kronik Atrofi
Tatalaksana:
SARAN
Saran untuk kelompok tutorial kami adalah kami harus terus mengolah
kemampuan kami dalam mencari bahan- bahan yang kredibel serta lebih dalam lagi
agar kami dapat membahas skenario- skenario selanjutnya dengan lebih mantap
serta untuk menambah wawasan kami akan blok THT, agar dapat menerapkan
aplikasinya dalam kehidupan nyata nanti.
DAFTAR PUSTAKA
Diseases of Ear, Nose, Throat, Head and Neck Surgery 6th edition. Oleh PL
dhingra & Shruti Dhingra. Tahun 2014. Penerbit: Elsevier
Diseases of Ear, Nose, Throat. Oleh Mohan Bansal. Tahun 2013. Penerbit: Jaypee
Brothers Medical Publishers
Textbook of Ear, Nose, Throat Second Edition oleh BS. Tuli. Tahun 2013.
Penerbit: Jaypee Brothers Medical Publishers
Soepardi, E., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R. (2012). Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher Edisi 7. Jakarta: Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, pp.190-245.
Adams, G., Boeis, L., Higler, P. (1997). Boeis Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6.
Jakarta: EGC, pp.328-336.