Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN INDIVIDU

SISTEM IMUN & HEMATOLOGI


LEUKIMIA

OLEH :

BAYU AGUNG KUSUMA


1002009

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES BETHESDA YAKKKUM YOGYAKARTA
2012
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA

A. PENGERTIAN

Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah dalam sumsum
tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur
atau akumulasi ssel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum
tulang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi
organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.

B. ETIOLOGI

Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang
menyebabkan terjadinya leukemia yaitu :
a. Faktor genetik : virus tertentu meyebabkan terjadinya perubahan struktur gen ( T cell
leukemia-lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi ionisasi : lingkungan kerja, pranatal, pengobatan kanker sebelumnya
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen anti
neoplastik.
d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
e. Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot
f. Kelainan kromosom : Sindrom Bloom’s, trisomi 21 (Sindrom Down’s), Trisomi G
(Sindrom Klinefelter’s), Sindrom fanconi’s, Kromosom Philadelphia positif,
Telangiektasis ataksia

C. JENIS LEUKEMIA

1. Leukemia Mielogenus Akut


AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia
dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia
nonlimfositik yang paling sering terjadi.
2. Leukemia Mielogenus Kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML
jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran
AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama
bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
3. Luekemia Limfositik Akut
ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-anak,
laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia
15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum
tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal..
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.

D. PATOFISIOLOGI

Gugus sel mengalami kelainan proliferasi, kelainan sitogenetik dan morfologi, kegagalan
diferensiasi dan perbedaan biokimia terhadap sel normal. Sel-sel ini mendesak komponen
normal sehingga terjadi kegagalan fungsi sumsum tulang. Disamping itu sel-sel abrovmal
melalui peredaran darah melakukan infiltrasi keorgan-organ tubuh.

E. TANDA DAN GEJALA

 Aktivitas : kelelahan, kelemahan, malaise, kelelahan otot.


 Sirkulasi :palpitasi, takikardi, mur-mur jantung, membran mukosa pucat.
 Eliminsi : diare, nyeri tekan perianal, darah merah terang, feses hitam, penurunan
haluaran urin.
 Integritas ego : perasaan tidak berdaya, menarik diri, takut, mudah terangsang,
ansietas.
 Makanan/cairan: anoreksia, muntah, perubahan rasa, faringitis, penurunan BB dan
disfagia
 Neurosensori : penurunan koordinasi, disorientasi, pusing kesemutan, parestesia,
aktivitas kejang, otot mudah terangsang.
 Nyeri : nyeri abomen, sakit kepala, nyeri sendi, perilaku hati-hati gelisah
 Pernafasan : nafas pendek, batuk, dispneu, takipneu, ronkhi, gemericik, penurunan
bunyi nafas
 Keamanan : gangguan penglihatan, perdarahan spontan tidak terkontrol, demam,
infeksi, kemerahan, purpura, pembesaran nodus limfe.
 Seksualitas : perubahan libido, perubahan menstruasi, impotensi, menoragia.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan
13. Anemia normositik normokromik, kadang kadang dijumpai normoblas.
14. Pada hitung jenis terdapat limfoblas. Jumlah limfoblas dapat menyampai 100%.
15. Trombositopeni, uji tourniquet positif dan waktu perdarahan memanjang.
16. Retikulositopenia.
17. Kepastian diagnostic : fungsi sumsum tulang, terdapat pendesakan eritropiesis,
trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang di dominasi oleh limfoblas.
18. Rontgen foto toraks AP dan lateral untuk melihat infiltrasi mediastinal.
19. Lumbal fungsi : untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal.

G. PENATALAKSANAAN

1. Pelaksanaan kemoterapi

2. Irradiasi cranial

3. Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi:

a. Fase induksi
Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi
kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan
behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum
tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.

b. Fase Profilaksis Sistem saraf pusat

Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui
intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial
dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf
pusat.

c. Konsolidasi

Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis dan
mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala,
mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon
sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka
pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

H. EPIDEMIOLOGI
 Di Afrika, 10-20% penderita LMA memiliki kloroma di sekitar orbita mata
 Di Kenya, Tiongkok, dan India, LMK mengenai penderita berumur 20-40 tahun
 Pada orang Asia Timur dan India Timur jarang ditemui LLK.

I. PROGNOSIS

Sampai saat ini leukimia masih merupakan penyakit yang fatal, tetapi dalam
kepustakaan dilaporkan pula beberapa kasus yang dianggap sembuh karena dapat hidup
lebih dari 10 tahun tanpa pengobatan. Biasanya bila serangan pertama dapat diatasi
dengan pengobatan induksi. Penderita akan berada dalam keadaan remisi untuk beberapa
bulan. Pada stadium remisi ini secara klinis penderita tidak sakit, sama seperti anak biasa.
Tetapi selanjutnya dapat timbuk serangan yang kedua (kambuh). Yang disusul lagi oleh
masa remisi yang biasanya lebih pendek dari masa remisi pertama. Demikian seterusnya
masa remisi akan lebih pendek lagi sampai akhirnya penyakit ini resistensi terhadap
pengobatan dan penderita akan meninggal. Kenatian biasanya disebabkan perdarahan
akibat trombositopenia, leukimia serebral atau infeksi (sepsis, infeksi jamur).
Sebelum ada prednison, penderita leukimia hanya dapat beberapa minggu sampai
2 bulan. dengan pengobatan prednison jangka waktu hidup penderita diperpanjang sampai
beberapa bulan. dengan ditambahkannya obat sitostatika (MTX,6-MP) hidup penderita
dapat diperpanjang 1-2 tahun lagi dan dengan digunakannya sitostatika yang lebih poten
lagi disertai cara pengobatan yang mutakhir, usia penderita dapat diperpanjang 3-4 tahun
lagi, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun.

Leukimia monositik akut mempunyai prognosis yang lebih buruk dibandingkan


dengan leukimia limfosistik akut dan juga lebih sukar diobati. Demikian pula halnya
dengan mielosis eritremik.

J. ASUHAN KEPERAWATAN

a. PENGKAJIAN
 Riwayat penyakit : pengobatan kanker sebelumnya
 Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar monozigot)
 Kaji adanya tanda-tanda anemia : kelemahan, kelelahan, pucat, sakit kepala,
anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat
 Kaji adanya tanda-tanda leukopenia : demam, stomatitis, gejala infeksi pernafasan
atas, infeksi perkemihan; infeksi kulit dapat timbul kemerahan atau hiotam tanpa
pus
 Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia : ptechiae, purpura, perdarahan membran
mukosa, pembentukan hematoma, purpura; kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra
medula: limfadenopati, hepatomegali, splenomegali.
 Kaji adanya pembesaran testis, hemAturia, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi di
sekitar rektal dan nyeri.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a) Resiko tinggi infeksi berhubungn dengan menururnnya sistem pertahanan tubuh
sekunder gangguan pematangan SDP, peningkatan jumlah limfosit immatur,
imunosupresi, peneknan sumsum tulang.
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
a. Normotermia
b. Hasil kultur negatif
c. Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
a. Tempatkan pada ruangan yang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi.
b. Cuci tangan untuk semua petugas dan pengunjung.
c. Awsi suhu, perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan pengobatan
kemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan takikardia, hipotensi,
perubahan mental samar.
d. Cegah menggigil : tingkatkan cairan, berikan mandi kompres
e. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam dan batuk.
f. Auskultsi bunyi nafas, perhatikan gemericik, ronkhi; inspeksi sekresi terhadap
perubahan karakteristik, contoh peningktatan sputum atau sputum kental, urine
bau busuk dengan berkemih tiba-tiba atau rasa terbakar.
g. Inspeksi kulit unutk nyeri tekan, area eritematosus; luka terbuka. Besihkan kulit
dengan larutan antibakterial.
h. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan sikat gigi halus.
i. Tingkatkan kebersihan perianal. Berikan rendam duduk menggunakan betadine
atau Hibiclens bila diindiksikan.
j. Berikan periode istirahat tanpa gangguan
k. Dorong peningkatan masukan makanan tinggi protein dan cairan.
l. Hindari prosedur invasif (tusukan jarum dan injeksi) bila mungkin.
m. Kolaborasi :
o Awasi pemeriksaan laboratorium misal : hitung darah lerngkap, apakah
SDP turun atau tiba-tiba terjadi perubahan pada neutrofil; kultur
gram/sensitivitas.
o Kaji ulang seri foto dada.
o Berikan obat sesuai indikasi contoh antibiotik.
o Hindari antipiretik yang mengandung aspirin.
o Berikan diet rendah bakteri misal makanan dimasak, diproses

b) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


berlebihan : muntah, perdarahan,diare ; penurunan pemasukan cairan :
mual,anoreksia ; peningkatan kebutuhan cairan : demam, hipermetabolik
Tujuan : volume cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
a. Volume cairan adekuat
b. Mukosa lembab
c. Tanda vital stabil : TD 90/60 mmHg, nadi 100 x/menit, RR 20 x/mnt
d. Nadi teraba
e. Haluaran urin 30 ml/jam
f. Kapileri refill < 2 detik

Intervensi :

a. Awasi masukan/haluaran. Hitung kehilangan cairan dan keseimbangna


cairan. Perhatikan penurunan urin, ukur berat jenis dan pH urin.
b. Timbang berat badan tiap hari
c. Awasi TD dan frekuensi jantung
d. Evaluasi turgor kulit, pengisian kapiler dan kondisi membran mukosa.
e. Beri masukan cairan 3-4 L/hari
f. Inspeksi kulit/membran mukosa untuk petekie, area ekimosis;
perhatikan perdarahan gusi, darah warna karat atau samar pada feses
dan urin; perdarahan lanjut dari sisi tusukan invsif.
g. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera
jaringan/perdarahan.
h. Batasi perawatan oral untuk mencuci mulut bila diindikasikan
i. Berikan diet halus.
j. Kolaborasi :
Berikan cairan IV sesuai indikasi
Awasi pemeriksaan laboratorium : trombosit, Hb/Ht, pembekuan.
Berikan SDM, trombosit, faktor pembekuan.
Pertahankan alat akses vaskuler sentral eksternal (kateter arteri
subklavikula, tunneld, port implan)
Berikan obat sesuai indikasi : Ondansetron, allopurinol, kalium asetat
atau asetat, natrium biukarbonat, pelunak feses.

c) Nyeri berhubungan dengan agen fisikal seperti pembesaran organ/nodus limfe,


sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemia; agen kimia pengobatan
antileukemik
Tujuan : nyeri teratasi
Kriteria hasil :
a. Pasien menyatakan nyeri hilang atau terkontrol
b. Menunjukkan perilaku penanganan nyeri
c. Tampak rileks dan mampu istirahat

Intervensi :
a. Kaji keluhan nyeri, perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan skala
0-10)
b. Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non-verbal misal tegangan otot, gelisah.
c. Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stres.
d. Tempatkan pada posis nyaman dan sokong sendi, ekstremitas dengan bantal.
e. Ubah posisi secara periodik dan bantu latihan rentang gerak lembut.
f. Berikan tindakan kenyamanan ( pijatan, kompres dingin dan dukungan
psikologis)
g. Kaji ulang/tingkatkan intervensi kenyamanan pasien sendiri
h. Evaluasi dan dukung mekanisme koping pasien.
i. Dorong menggunakan teknik menajemen nyeri contoh latihan relaksasi/nafas
dalam, sentuhan.
j. Bantu aktivitas terapeutik, teknik relaksasi.
k. Kolaborasi :
o Awasi kadar asam urat
o Berikan obat sesuai indikasi : analgesik (asetaminofen), narkotik
(kodein, meperidin, morfin, hidromorfon)
o Agen antiansietas (diazepam, lorazepam)

d) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, peningkatan laju


metabolik
Tujuan : pasien mampu mentoleransi aktivitas
Kriteria hasil :
a. Peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur
b. Berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat kemampuan
c. Menunjukkan penurunan tanda fisiologis tidak toleran misal nadi, pernafasan
dan TD dalam batas normal

Intervensi :
o Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam aktivitas.berikan lingkungan tenang dan periode
istirahat tanpa gangguan
o Implementasikan teknik penghematan energi, contoh lebih baik duduk
daripada berdiri, pengunaan kursi untuk mandi
o Jadwalkan makan sekitar kemoterapi. Berikan kebersihan mulut
sebelum makan dan berikan antiemetik sesuai indikasi
o Kolaborasi : berikan oksigen tambahan
e) Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
Tujuan : pasien bebas dari gejala perdarahan
Kriteria hasil :
a. TD 90/60mmHg
b. Nadi 100 x/mnt
c. Ekskresi dan sekresi negtif terhadap darah
d. Ht 40-54% (laki-laki), 37-47% ( permpuan)
e. Hb 14-18 gr%

Intervensi :
a. Pantau hitung trombosit dengan jumlah 50.000/ ml, resiko terjadi
perdarahan. Pantau Ht dan Hb terhadap tanda perdarahan
b. Minta pasien untuk mengingatkan perawat bila ada rembesan darah dari gusi
c. inspeksi kulit, mulut, hidung urin, feses, muntahan dan tempat tusukan IV
terhadap perdarahan
d. Pantau TV interval sering dan waspadai tanda perdarahan.
e. Gunakan jarum ukuran kecil
f. Jika terjadi perdarahan, tinggikan bagian yang sakit dan berikan kompres
dingin dan tekan perlahan.
g. Beri bantalan tempat tidur untuk cegh trauma
h. Anjurkan pada pasien untuk menggunakan sikat gigi halus atau pencukur
listrik.

f) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan terhentinya aliran darah


sekunder adanya destruksi SDM
Tujuan : perfusi adekuat
Kriteria hasil :
a. Masukan dan haluaran seimbang
b. Haluaran urin 30 ml/jam
c. Kapileri refill < 2 detik
d. Tanda vital stabil
e. Nadi perifer kuat terpalpasi
f. Kulit hangat dan tidak ada sianosis

Intervensi :
a. Awasi tanda vital
b. Kaji kulit untuk rasa dingin, pucat, kelambatan pengisian kapiler
c. Catat perubahan tingkat kesadaran
d. Pertahankan masukan cairan adekuat
e. Evaluasi terjadinya edema
f. Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan laboratorium ; GDA, AST/ALT, CPK, BUN
Elektrolit serum, berikan pengganti sesuai indikasi

K. Legal Etik Keperawatan


1. Respect (Hak untuk dihormati)

Perawat harus menghargai hak-hak pasien/klien

2. Autonomy (hak pasien memilih)

Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya

3. Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien)

Kewajiban untuk melakukan hal tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara
aktif berkontribusi bagi kesehatan dan kesejahteraan pasiennya

4. Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain)

Kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera
Prinsip :Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkab
nyeri atau penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan
melukai perasaaan orang lain.

5. Confidentiality (hak kerahasiaan)

Menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang pasien/klien yang


dipercayakan pasien kepada perawat.

6. Justice (keadilan)

Kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri berarti tidak
memihak atau tidak berat sebelah.

7. Fidelity (loyalty/ketaatan)
 Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan bertanggungjawab terhadap
kesepakatan yang telah diambil
 Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada
satu profesi). 80% kebutuhan pt dipenuhi perawat
 Masing-masing profesi memiliki aturan tersendiri yang berlaku
 Memiliki keterbatasan peran dan berpraktik dengan menurut aturan yang disepakati.

8. Veracity (Truthfullness & honesty)

Kewajiban untuk mengatakan kebenaran.

 Terkait erat dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consent


 Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.
L. Advokasi
1. Perawat melayani pasien sesuai prosedur keperawatan
2. Perawat menghargai keputusan pasien
3. Perawat membela pasien untuk mendapatkan informed consent
4. Perawat menjelaskan informasi tentang penyakit atau prosedur yang akan dilakukan
sejelas-jelasnya
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998
Doenges, Marilynn E. Nursing Care Plans: Guidelines For Planning And Documenting
Patient Care. Alih Bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC; 1999
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
Reeves, Charlene J et al. Medical-Surgical Nursing. Alih Bahasa Joko Setyono. Ed. I.
Jakarta : Salemba Medika; 2001
 http://askep-akper.blogsppot.com
 http://akperppnisolojateng.blogspot.com
 http://askep-u.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai