BAHASA DAN KREATIVITAS)
MENGALAMI KESULITAN MEMBUAT PROPOSAL, HUBUNGI 081337999117
(PEKANBARU)
BAB I
PENDAHULUAN
Dari uraian di atas peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang
“Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Melalui Permainan
Permata Tersembunyi di TK Tunas Baru Ranah Air Tiris Kecamatan Kampar
Kabupaten Kampar “.
1. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi
masalah antara lain :
1. C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak
usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi di TK Tunas Baru Ranah Air Tiris
Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.
1. D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini
adalah: Apakah kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 dapat ditingkatkan melalui
permainan permata tersembunyi di TK Tunas Baru Ranah Air Tiris Kecamatan
Kampar Kabupaten Kampar?.
1. E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kreativitas berbahasa lisan anak
usia 5-6 tahun melalui permainan permata tersembunyi di TK Tunas Baru Air Tiris
Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.
1. F. Manfaat Penelitian
2. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan
anak usia 5-6 melalui permainan permata tersembunyi di TK Tunas Baru Ranah Air
Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.
1. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru,
serta sekolah antara lain:
1. Bagi Anak
Bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui
Permainan Permata Tersembunyi
1. Bagi Guru
Bemanfaat sebagai pedoman bagi guru TK Tunas Baru Ranah Air Tiris
Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar dalam meningkatkan kreativitas berbahasa
lisan, terutama berbahasa lisan.
1. Bagi Sekolah
Bermanfaat untuk meningkatkan prestasi TK Tunas Baru Ranah yang dapat
dilihat dari meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS
1. Anak prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana
anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi,
manipulasi dan permainan.
2. Anak prasekolah yang kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang
terhadap hal membutuhkan usaha kreatif. Anak yang kreatif tidak mudah
bosan terhadap sesuatu yang baru, seperti mainan, biasanya ketertarikannya
lebih dari 60 menit bahkan lama.
3. Anak yang kreatif memiliki sesuatu yang menakjubkan, seperti kegiatan
memimpin, mengorganisasi teman-temannya.
4. Anak prasekolah kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan
permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.
5. Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai
pencerita yang alamiah.
Menurut Munandar (Alex Sobur, 2009: 187) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai
berikut:
1. Aspek Penginderaan
Kreativitas dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan, yaitu
kemampuan menggunakan pancaindera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan
ini menyebabkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau
dipikirkan oleh orang lain.
Sisca Puspitasari (2006:11) mengatakan sering kali kita menemukan anak-
anak taman kanak-kanak berbicara. Mereka sering berbicara tentang apa yang terjadi
baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka sering berbicara untuk
mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong
meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog dengan yang lain. Salah satu jalan bagi
mereka untuk menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan. Sebagian anak
mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata dan
menunjukkannya dengan perbuatan, terkadang mereka lebih mudah
mengekspresikan perasaan bonekanya sendiri daripada perasaan mereka sendiri.
Karakteristik kemampuan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun anatara lain
(Imam ,2010:163.)
1. Dapat menguasai kosa kata 4-5 suku kata, meyerupai bunyi suara tertentu.
2. Dapat berkomunikasi/berbicara secara lisan, menyebutkan nama diri, jenis
kelamin serta alamat rumah secara sederhana.
3. Dapat mengatakan bermacam-macam kata benda yang berada di lingkungan
sekitar.
4. Dapat menceritakan isi gambar atau isi cerita sederhana menghubungkan
gambar/benda dengan kata.
5. Dapat mengurutkan tulisan sederhana dengan mengenal bentuk-bentuk
simbol yang melambangkan.
Depdiknas (2007:15) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara
merupakan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain.
Kemampuan/kesanggupan anak menyusun kosa kata menjadi suatu rangkaian
pembicaraan secara berstruktur dapat dilatih agar mereka biasa berinteraksi dengan
yang lainnya, serta anak dapat memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal
secara sederhana. Vygotsky dalam Rita Kurnia (2009:47) menjelaskan tiga tahap
perkembangan berbahasa lisan anak yang berhubungan erat terhadap perkembangan
berpikir anak yaitu:
1. Tahap eksternal, hal ini terjadi karena anak berbicara, sumber berpikir anak
berasal dari luar diri anak. Artinya sumber pikiran anak berasal dari orang
dewasa yang memberikan informasi/pengarahan.
2. Tahap internal, dimana proses pemikiran anak telah mengalami penghayatan
sepenuhnya, kemampuan berbahasa lisan anak secara lisan berurutan dengan
benar, dapat menceritakan kembali cerita sederhana yang mudah dipahami,
mengucapkan lebih dari tiga kalimat serta mengenal tulisan sederhana.
3. Tahap egosentris, dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan
pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi prasyarat.
1. B. Bermain
1. 1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para
pendidik, psikologi ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk
lebih memahami arti bermain yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain
merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka macam
bentuk. Kehidupan sehari-hari kegiatan bermain begitu mudah dipahami namun
dalam beberapa situasi sulit dibedakan dengan kegiatan yang bukan bermain.
“Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukan sesuatu
kegiatan yang produktif dan sebagainya…..bekerjapun dapat diartikan bermain
sementara kadang-kadang bermain dapat dipahami sebagai bekerja; demikian pula
anak-anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga seringkali
dianggap nyata sungguh sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang
sebenarnya”.
1. 2. Manfaat Bermain
Hasil penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan menyatakan bahwa
bermain bagi anak mempunyai arti yang sangat penting karena melaui bermain anak
dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan kreativitas serta imajinasinya.
Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik belajar bergaul
dengan teman sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai
dengan jenis kelamin, menambah perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan
tertekan .
Berikut ini akan diuraikan satu persatu manfaat bermain bagi anak di TK
(Montolalu, 2007 :1I5-1I8).
1. 4. Nilai-nilai Bermain
Para peneliti telah menemukan bahwa nilai bermain bagi anak sangat luas dan
meliputi seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif bahasa sosial
emosional maupun kreativitas. Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai bermain bagi
tiap-tiap aspek perkembangan anak, yaitu bagi aspek pertumbuhan dan
perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional (Montolalu,
2007:112).
5. Proses/Tahap Bermain
Sri Ratna Dyah (2009:6) menerangkan bahwa proses bermain itu kaya akan
makna, disitulah terjadi tranformasi dari jati diri objek serta situasi mejadi sifat-sifat
pribadi, objek serta kejadian-kejadian yang hanya ada dalam khayalan anak-anak.
Proses bermain anak diberi kegiatan yang sangat berharga untuk mempraktekkan
keterampilan sosial dan kognitif. Pelaksanaan kelompok bermain ialah suatu
kegiatan yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengaturan, dan pelaksanaan
kepada unsur-unsurnya (uang, orang dan barang) yang kegiatannya mengarah pada
tujuan kelompok bermain yang hendak dicapai.
1. Tahap Manipulatif
Yaitu, suatu proses pada saat anak berusia 2-3 tahun. Dengan menggunakan alat-alat
atau benda yang ia pegang, anak akan melakukan penyelidikan dengan cara
membolak-balik meraba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut
kembali, dan sebagainya.
2. Tahap Simbolis
Tahap dari manipulatif ke tahap simbolis hampir tidak terlihat. Tahap ini, anak
melakukan kembali apa yarng pernah ia lakukan pada tahap manipulatif, contohnya
kadang berbicara sendiri.
3. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini anak bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain.
Permainannya lebih banyak ke arah yang berhubungan dengan pasir, seperti
mengayak pasir, menuangkannya dan meletakkan kembali dalam wadah.
4. Tahap Eksperimen
Tahap ini, dimana anak mulai melakukan percobaan, yang berarti mereka memasuki
tahap eksperirnen.
1. Pasir di wadah plastik yang besar atau kotak pasir di halaman (pilihan lain:
beras, kacang, atau pasir ukuran kecil di dalam karung, plastik besar di dalam
baskom, jika aktivitas ini lakukan di dalam ruangan).
2. Kotak kecil yang berbentuk permata dari plastik
3. Gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema pembelajaran
Adapun cara melaksanakan permainan tersebut adalah sebagai berikut:
b) Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang
tersembuyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di
dalam pasir, Arsya bisakah kamu temukan semuanya?”
c) Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir,
alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
Menurut Tara Delaney (2010:38) jika guru melakukan permainan di dalam
ruangan dan tak punya kesempatan untuk membuat kotak pasir maka sembunyikan
permata yang sangat menarik bagi anak itu ke dalam wadah plastik yang sangat
cekung, isi setengahnya dengan beras atau kecang, atau yang lainnya dan
sembunyikan permata di dalamnya, jika ruangan mencukupi, guru dapat
menggunakan wadah yang cukup besar sehingga anak dapat duduk di dalamnya
sambil mencari permata tersebut.
1. Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang ditemukan
dalam permata.
2. Anak dapat berbicara dengan kalimat sederhana ketika bercerita tentang
permainan permata tersembunyi yang dilakukannya
3. Anak dapat bercerita tentang isi permata yang tersembunyi
4. Anak dapat mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam
permata.
5. Anak dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari gambar yang
ditemukan dalam permata.
1. D. Kerangka Berpikir
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kreativitas anak adalah berkaitan dengan
imajinasi atau manifestasi kecerdasan dalam pencarian yang bernilai. Proses kreatif
berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi secara
persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat
diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu. Salah satu
kreativitas yang perlu ditingkatkan adalah kreativitas anak dalam berbahasa lisan.
Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa
ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan,
berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
- Anak memasukkan tangannya ke dalam - Anak dapat menjawab pertanyaan
bak pasir dari guru tentang gambar yang
didapatkannya dalam permata
- Anak mencari permata di dalam pasir - Anak dapat berkomunikasi,
berbicara lancar ketika menceritakan
isi permata
- Anak dapat menemukan permata yang - Anak mengucapkan sajak
tersembunyi di dalam pasir tentang gambar yang didapatkannya
dalam permata
- Anak dapat bekerja sendiri untuk - Anak berani mengungkapkan
menemukan permata yang tersembunyi di pendapat dan keyakinannya dalam
dalam pasir permainan permata tersembunyi
- Anak menikmati permainan permata - Anak kritis terhadap pendapat
tersembunyi yang ditandai dengan orang lain dalam permainan permata
keasyikan anak dalam bermain tersembunyi
1. E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak usia
5-6 Tahun dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi di TK Tunas
Baru Ranah – Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sebagaimana
dikemukakan oleh Wardani (2002:14) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas
adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga
kemampuan anak dalam berbahasa lisan dapat ditingkatkan.
a) Perencanaan
Rencana tindakan kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi.
Perencanaan ini dimulai dengan menetapkan kelas sebagai tempat penelitian.
Menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian,
lembaran observasi guru dan anak, tes kemampuan berbahasa lisan.
b) Pelaksanaan
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan
terhadap anak. Tujuannya untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu
pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan
melibatkan seorang guru lain sebagai pengamat yang menggunakan lembaran
observasi.
d) Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak
dari tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan
kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu
dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi
masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang
pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis
dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait. Dari hasil
analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin
dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat
memandu usaha perbaikan pada siklus ke II. Setelah masalah dijabarkan, langkah
berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan
mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali
pengalaman sendiri.
1. D. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek adalah anak TK Tunas Baru Ranah – Air Tiris
Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar dengan jumlah anak 50 orang pada tahun
ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 2 kelas, adapun 2 kelas tersebut adalah kelompok
B1, berjumlah 23 anak dan kelompok B2 berjumlah 27 anak.
Tabel.3.1
Tabel. 3.2
Keterangan:
1. F. Analisis Data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang kemampuan
berbahasa lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif yang bersifat kuantitatif.
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan data
tentang aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran, dan data peningkatan
kemampuan berbahasa lisan pada anak, selanjutnya penelitian terhadap kreativitas
berbahasa lisan anak menggunakan ketentuan penilaian menurut Pedoman Penilaian
Taman Kanak-kanak dengan menggunakan simbol bintang sebagaimana telah
dijelaskan di atas.
Keterangan:
CONTOH PROPOSAL BK
(INDIKATOR EMOSI MARAH,
SENANG, SEDIH, DAN TAKUT)
MENGALAMI KESULITAN MEMBUAT PROPOSAL, HUBUNGI 081337999117
(PEKANBARU)
BAB I
PENDAHULUAN
Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah melewati usia
dewasa, masa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka.
Kenangan terhadap saat remaja adalah kenangan yang tidak mudah dilupakan sebaik
atau seburuk apapun pada saat itu. Sementara itu banyak orang tua yang memiliki
anak berusia remaja merasakan bahwa usia remaja adalah waktu yang sulit. Banyak
konflik yang dihadapi oleh orang tua dan remaja itu sendiri. Banyak orang yang tetap
menganggap anak remaja mereka masih perlu dilindungi. Sebaliknya bagi para
remaja, tuntutan internal membawa mereka pada keinginan untuk mencari identitas
atau jati diri yang mandiri dari pengaruh orang tua dan guru.Masa remaja
merupakan pula masa berkembangnya rasa kebangsaan,karena itu pada masa peka
ini dipergunakan sebaik-baiknya untuk menanamkan semangat patriotic kepada
mereka (Sumadi Suryabrata, 1984:23).
G. Stanley Hall adalah ahli psikologi dan pendidikan yang merupakan salah seorang
“Father of Adolesence”. Dia meyakini melalui mekanisme evolusi,remaja dapat
memperoleh sifat-sifat tertentu melalui pengalaman hidupnya yang kritis.Sifat-
sifat tersebut dapat ditransmisi (diteruskan) melalui keturunan pada masa konsepsi.
Apabila remaja berkembang dalam lingkungan yang kondusif,mereka akan
memperoleh sifat-sifat yang mengembangkan nilai-nilai insaninya.
Hall berpendapat bahwa remaja merupaka masa “Strum and Drung” yaitu sebagai
periode yang berada dalam 2 (dua) situasi antara kegoncangan, penderitaan,
asmara, dan pemberontakan dengan otoritas orang dewasa, (Syamsu Yusuf, 2002:
195).
Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi
(becoming) yaitu berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk
mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan karena mereka
masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya,juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Iklim lingkungan yang tidak sehat cendrung memberikan dampak yang kurang baik
bagi perkembangan remaja dan sangat mungkin mereka akan mengalami kehidupan
yang tidak nyaman, stress, dan depresi.Dalam kondisi seperti inilah banyak remaja
yang meresponnya dengan sikap dan perikalu yang kurang wajar dan bahkan amoral
seperti kriminalitas,penyalah gunaan obat terlarang,tawuran dan minum-minuman
keras.
Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi inte
lektual dan emosional (H. Sunarto dan B. Agung Hartono.1995:129)
Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi kanak-kanak. Jenis emosi
yang secara normal dialami adalah cinta/ kasih sayang,gembira, amarah, takut dan
cemas, cemburu, sedih dan lain-lain. Perbedaan terletak pada macam dan derajat
ransangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang
dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Emosi adalah pengalaman efektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat su lit
bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio emosional
lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila
lingkungan tersebut kondusif,dalam arti kondisinya diwarnai oleh hubungan yang
harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka
remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila
kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan
perhatian dan kasih sayang dari orang tua atau pengakuan dari teman sebaya,
mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau
ketidaknyamanan emosional.
SURVEY TENTANG JENIS-JENIS EMOSI PADA REMAJA LAKI-LAKI DAN
PEREMPUAN KELAS VIII PADA SMP NEGERI 25 PEKANBARU TAHUN
PELAJARAN 2009 – 2010.
B.PERUMUSAN MASALAH
1. Jenis-jenis emosi senang apa sajakah yang dialami oleh remaja laki Laki dan
perempuan di SMP NEGERI 25 Pekan Baru.
2. Jenis-jenis emosi sedih apa sajakah yang dialami oleh remaja laki-laki dan
perempuan di SMP N 25 Pekan Baru.
3. Jenis-jenis emosi takut apa sajakah yang dialami oleh remaja laki-laki dan
perempuan di SMP NEGERI 25 Pekan Baru.
4. Jenis-jenis emosi marah apa sajakah yang dialami oleh remaja laki-laki dan
perempuan di SMP NEGERI 25 Pekan Baru.
5. Bagaimanakah gambaran latar belakang keluarga dari remaja tersebut.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui gambaran jenis emosi senang pada remaja laki-laki dan
perempuan di SMP NEGERI 25 Pekan Baru.
2. Untuk mengetahui gambaran jenis emosi sedih pada remaja laki-laki dan
perempuan di SMP NEGERI 25 Pekan Baru.
3. Untuk mengetahui gambaran jenis emosi takut pada remaja laki-laki dan
perempuan di SMP NEGERI 25 Pekan Baru.
4. Untuk mengetahui gambaran jenis emosi marah pada remaja laki-laki dan
perempuan di SMP NEGERI Pekan Baru.25 Pekan Baru.
5. Untuk mengetahui gambaran latar belakang keluarga remaja tersebut.
D. DEFINISI OPERASIONAL
PENGERTIAN EMOSI
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-
perasaan tertentu, seperti perasaan senang. Perasaan senang atau tidak senang yang
terlalui menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna
efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak
jelas (samar-samar). Dalam warna efektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan
menjadi lebih mendalam, lebih luas, dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini
disebut EMOSI (Sarlito, 1982:59). Di samping perasaan senang atau tidak senang,
beberapa contoh macam emosi yang lain adalah, cinta, marah, takut, cemas dan
benci.
JENIS-JENIS EMOSI
Dalam penelitian ini jenis- jenis emosi yang dipakai sebagai landasan teori
adalah pendapat Zulfan Saam (2009 : 98 ).
Menurut ZULFAN SAAM ,Emosi dasar digolongkan menjadi empat golongan yakni:
1. senang. 2. sedih. 3. takut. 4 marah
1.Emosi senang adalah gambaran rasa senang yang dialami seseorang. Emosi senang
ini terdiri dari misalnya: gembira, bahagia, cinta, suka, riang, sayang takjub, kagum,
dan damai.
C. PENGERTIAN REMAJA
Sebagai pedoman umum untuk remaja Indonesia dapat digunakan batasan usia
antara 11 tahun sampai 24 tahun dan belum menikah..
Dalam penelitian ini latar belakang keluarga yang diteliti terdiri dari:
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN REMAJA
Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa remaja individu dalam proses
pertumbuhannya yang telah mencapai kematangan. Masa ini menunjukkan suatu
masa kehidupan dimana kita sulit untuk memandang remaja itu sebagai kanak-
kanak, tapi tidak juga sebagai orang dewasa. Masa ini disebut periode transisi atau
peralihan dari kehidupan masa kanak-kanak kemasa dewasa.
Masa remaja merupakan periode yang meliputi masa pertumbuhan seseorang atau
masa transisi dari anak-anak kemasa dewasa.(Zakiah darajat,1993:23).
Masa remaja dapat ditinjau sejak seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan
belum berlanjut hingga tercapainya kematangan seksual.
Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin
Adolescere yang artinya”tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak ter
masuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
termasuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa.
Oleh karena itu , remaja seringkali dikenal dengan fase”mencari jati diri” atau fase”
topan dan badai” Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan
secara maksimal
Istilah asing yang sering dipakai untuk menunjukkan makna remaja, antara lain
adalah Puberteit, Adolecentia, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula
dikatakan Pubertas atau Remaja. Istilah puberty (Inggris) atau puberteit (Belanda)
berasal dari bahasa latin: Pubertas yang berarti usia kedewasaan (the age of
manhood). Istilah
Ini berkaitan dengan kata latin lainnya Pubercere yang berarti masa pertumbuhan
rambut di daerah tulang “pusic” (diwilayah kemaluan). Pubercere dan puberty sering
diar tikan sebagai masa tercapainya kematangan seksual .
Di Indonesia baik istilah pubertas maupun adolescentia dipakai dalam arti umum
dengan istilah yang sama yaitu Remaja.
Remaja itu sulit didefinisikan secara mutlak. Oleh karena itu,dicoba untuk
memahami remaja menurut berbagai menurut berbagai sudut pandangan, antara
lain menurut hukum, perkembangan fisik, WHO, sosio psikilogi, dan pengertian
remaja menurut pandangan masyarakat Indonesia.
B. Agung Hartono)
Menurut Hurlock 1964.rentang usia remaja itu antara 13 – 21 tahun,yang dibagi pula
dalam usia remaja awal 13, 14 sampai 17 tahun, dan remaja akhir 17 – 21 tahun.
Seorang remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan dewasa. Atau
tubuhnya kelihatan sudah dewasa, akan tetapi bila diperlakukan seperti orang
dewasa ia gagal menunjukkan kedewasaannya.
B. PENGERTIAN EMOSI.
Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-
perasaan tertentu,seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau
tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari disebut
warna efektif.Warna efektif ini kadang-kadang kuat,kadang-kadang lemah,atau
kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna efektif tersebut kuat,
maka perasaan-perasaan menjadi lebih dalam,lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-
perasaan ini disebut emosi. (Sarlito ,1982:59)
Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda.Tetapi perbedaan antara keduanya
tidak dapat dinyatakan dengan tegas.Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala
emosional yang secara kualitatif berkelanjutan, akan tetapi tidak jelas batasnya.
Chaplin 1989(M. Ali. M. Asrori:62 membedakan emosi dengan perasaan,dan dia
mendefinisikan perasaan(feeling)adalah pengalaman disadari yang diaktifkan oleh
peransang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah.
Emosi adalah suatu respon terhadap suatu peransang yang menyebabkan perubahan
fisiologis disertai perasaan yang kuat dan biasanya mengandung kemungkinan untuk
meletus.Rwspon demikian terjadi baik terhadap peransang eksternal maupun
internal. (Soegarda Poerbakawaca,1982. M Ali. M. Asrori:630
Dengan definisi ini semakin jelas perbedaan antara emosi dengan perasaan,bahkan
tampak jelas bahwa perasaan termasuk ke dalam emosi atau menjadi bagian dari
emosi.
Sesungguhnya ada ratusan emosi bersama dengan variasi, campuran, mutasi, dan
nuansanya sehinggamakna yang dikandung lebih banyak,lebih kompleks, dan lebih
halus dari pada kata dan definisi yang digunakan untuk menjelaskan emosi.
C. JENIS-JENIS EMOSI
Jadi emosi adalah Setiap pergolakan pikiran ,perasaan dan nafsu atau setiap keadaan
mental yang hebat dan meluap-luap.Karena berada pada masa peralihan antara masa
anak-anak dan masa dewasa,status remaja agak kabur,baik bagi dirinya maupun bagi
lingkungannya.
Conny Semiawan 1989.(M. A li. M. Asrori (2004 :67 ) )mengibaratkan :Terlalu besar
untuk serbet,terlalu kecil untuk taplak meja. Karena sudah bukan anak-anak
lagi,tetapi juga belum dewasa.masa remaja biasanya memiliki energi yang
besar,emosi berkobar- kobar,sedangkan pengendalian diri belum sempurna.Remaja
juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang dan khawatir kesepian.
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. ASUMSI
Asumsi yang dapat disajikan dalam penelitian ini antara lain:
2. SAMPEL
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Teknik Total Sampling
( teknik sampel jenuh ) artinya seluruh anggota populasi dalam penelitian ini
dijadikan sebagai anggota sampel ( Suharsini Arikunto 2002 : 112 ).
Dalam penelitian ini jumlah sampel sama dengan jumlah anggota populasi yaitu
berjumlah 270 orang.
Pekan Baru
Sesuai dengan permasalahan pada penelitian ini, maka data yang diperlukan
sebagai berikut :
1. Jenis-jenis emosi marah, sedih, senang, dan takut pada remaja laki-laki dan
perempuan pada SMP NEGERI 25 Pekanbaru yang terdiri dari 29 indikator.
2. Latar belakang keluarga
1. Tingkat pendidikan orang tua
Variabel No item
Indikator Deskriptor Jumlah
Penelitian
Emosi Bahagia 2
Cinta 3
Suka 4
Riang 5
Sayang 6
Kagum 7
Damai 8
2. Sedih Pilu 9
Duka 10
Lara 11
Kecewa 12
Putus asa 13
Galau 14
Frustasi 15
Rindu 16
3. Takut Cemas 17
Cemburu 18
Malu 19
Ragu-ragu 20
Khawatir 21
Gelisah 22
4. Marah Jengkel 23
Jijik 24
Dendam 25
Dongkol 26
Kesal 27
Benci 28
muak 29 29
4.Anak keberapa
Dalam keluarga
Tersebut
5.Status anak
Dalam keluarga
6.Keluarga
Besar atau
kecil
7. Keluarga yang
Sibuk /
1. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
persentase yaitu untuk mencari gambaran tentang jenis-jenis emosi pada remaja
laki-laki dan perempuan pada SMP NEGERI 25 Pekanbaru Tahun Pelajaran
2009/2010. dengan rumus
F
P = x 100%
N
Keterangan :
P : persentase
Leave a comment
Filed under CONTOH PROPOSAL
APRIL 29, 2013 · 9:01 AM
CONTOH PROPOSAL BK
MENGALAMI KESULITAN MEMBUAT PROPOSAL, HUBUNGI 081337999117
(PEKANBARU)
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan disetiap negara.
Menurut Undang-Undang No 20 tahun 2004 pendidikan merupakan usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, memiliki kecerdasan berakhlak
mulia, serta memiliki keterampilan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat,
bangsa dan negara.[1] Untuk mencapai tujuan pendidikan yang mulia ini disusunlah
kurikulum yang merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan bahan dan metode pembelajaran. Kurikulum digunakan sebagai pedoman
dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan.
1
Dari semua itu tujuan dari setiap anak didik datang ke sekolah tidak lain kecuali
untuk belajar di kelas agar mendapatkan ilmu pengetahuan. Sebagian besar waktu
yang tersedia harus digunakan oleh anak didik untuk belajar, tidak mesti ketika di
sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar.
Tiada hari tanpa belajar adalah ungkapan yang tepat bagi anak didik.
Kenyataan yang terjadi menurut Syaiful Bahri Djamarah bahwa prestasi belajar yang
memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara
wajar, terhindar dari berbagai ancaman, permasalahan, hambatan dan gangguan.
Namun, sayangnya ancaman, permasalahan, hambatan, dan gangguan dialami oleh
anak didik tertentu. Sehingga mereka mengalami permasalahan belajar. Pada tingkat
tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi permasalahan belajarnya,
tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, karena anak
didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru atau orang
lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Lebih lanjut, menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya Psikologi Belajar edisi
2 disebutkan bahwa permasalahan belajar yang dirasakan oleh anak didik
bermacam-macam, yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai
berikut:
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tugas seorang guru pembimbing adalah
melaksanakan layanan bimbingan baik dalam bimbingan belajar, pribadi, sosial dan
karir. Kegiatan belajar mengajar di sekolah dengan adanya guru pembimbing yang
profesional terasa lebih lengkap jika dibandingkan tanpa guru pembimbing yang
belum profesional.
Sebagaimana dikemukakan oleh Syaiful Bahri untuk mengatasi permasalahan di atas
diperlukan treatment yang tepat sesuai dengan gejala yang ada. Bentuk treatment
yang mungkin dapat diberikan adalah:
1. B. Penegasan Istilah
Sesuai dengan judul penelitian yaitu “Upaya guru pembimbing dalam pelayanan
bimbingan belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tambang Kecamatan
Tambang Kabupaten Kampar” maka ada beberapa istilah penting dalam penelitian
ini yang dapat diperjelas masksudnya, yaitu:
Upaya : Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud,
memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya).[6] Dalam penelitian
ini yang dimaksud upaya adalah upaya memberikan pelayanan bimbingan dalam
belajar di SMPN 1 Tambang.
Guru pembimbing : Dalam SK Mendikbud dan Kepala BAKN no 0433/p/1993 no
25 tahun 1993 tentang petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka
kreditnya diatur pada pasal 1 ayat 4 bahwa guru pembimbing adalah guru yang
mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan
bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik.Kompetensi Guru
pembimbing dalam Proses Bimbingan dan konseling.[7]
Pelayanan : Sampara (dalam Sinambela, 2007:5) berpendapat bahwa
pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi
langsung antar seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan
menyediakan kepuasan.[8]
Bimbingan belajar : Bimbingan belajar Menurut Prayitno dan Amti bimbingan
belajar adalah salah satu bentuk bimbingan yang diselenggarakan di sekolah.
Pengalaman menunjukan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam
belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi,
seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan mereka tidak mendapat layanan
bimbingan yang memadai.[9]
1. C. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
2. Pembatasan Masalah
1. 2. Rumusan Masalah
Sesuai judul dan latar belakang maka dapat peneliti rumuskan permasalahannya
yaitu:
1. 2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian sebagai berikut.
1. Sebagian bahan masukan bagi guru pembimbing untuk lebih memperhatikan
tugas-tugas dan kewajibannya terhadap kegiatan belajar mengajar terutama
dalam mengatasi permasalahan siswa dalam ujian nasional.
2. Masukan bagi sekolah untuk lebih dapat mengembangkan layanan yang lebih
baik lagi menyangkut kegiatan dan proses belajar mengajar terlebih menjelang
ujian nasional.
3. Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk lebih mengenal dan mengatahui
tugas dan usaha guru pembimbing dalam menjalankan kewajibannya.
4. Sebagai bahan pertimbangan untuk merancang program bimbingan konseling
di SMP Negeri I Tambang Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar terutama
dalam bidang belajar.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
1. A. Konsep Teori
2. 1. Pengertian Guru Pembimbing
Dalam SK Mendikbud dan Kepala BAKN no 0433/p/1993 no 25 tahun 1993 tentang
petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan angka kreditnya diatur pada pasal
1 ayat 4 bahwa guru pembimbing adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik.[10]
Menurut Syaiful Sagala bahwa guru pembimbing (teaching counselor) ialah guru
yang dipilih dari sekolah yang bersangkutan, yang diberikan beban beban tambahan
untuk melaksanakan layanan bimbingan di sekolah, disamping tugas rutinnya
mengajarkan bidang studi tertentu.[11] Jadi guru pembimbing berfungsi sebagai
petugas bimbingan yang ‘partime’ membantu konselor sekolah dalam melaksanakan
layanan bimbingan di sekolah.
Adapun tugas seorang guru pembimbing di sekolah adalah membantu kepala sekolah
dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah secara keseluruhan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Bimo Walgito bahwa sudah selayaknya bila bidang geraknya tidak
terbatas kepada pemberian bimbingan dan konseling kepada anak didik saja, akan
tetapi juga meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan sekolah, baik secara
langsung maupun tidak langsung.[12]
Berarti guru pembimbing adalah seorang guru sebagaimana guru pada umumnya,
namun mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam
kegiatan bimbingan dan konseling kepada sejumlah peserta didik. Maka guru
pembimbing, selain tugasnya menjadi pembimbing, juga diberi tanggung jawab
menjadi seorang konselor terhadap peserta didik.
Selain itu, menurut Bimo Walgito, supaya guru pembimbing dapat menjalankan
pekerjaannya dengan sebaik-baiknya, maka guru pembimbing harus memenuhi
syarat sebagai berikut:
1. Mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teori maupun dari
segi praktik.
2. Dapat mengambil tindakan yang bijaksana, yaitu adanya kemantapan atau
kestrabilan di dalam psikisnya, terutama dalam segi emosi.
3. Sehat jasmani maupun psikis.
4. Cinta terhadap pekerjaan dan terhadap siswa yang dihadapinya.
5. Mempunyai inisiatif yang baik.
6. Supel, ramah tamah, sopan santun, dan dapat bekerjasama.[13]
1. 3. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan salah satu layanan bimbingan belajar yang dilakukan
melalui tahap pengenalan siswa yang mengalami masalah dalam belajar,
pengungkapan sebab timbulnya masalah belajar dan pemberian bantuan
pengentasan masalah belajar siswa.
Seperti pendapat Prayitno bahwa Bimbingan belajar adalah salah satu bentuk
bimbingan yang diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh
kebodohan atau rendahnya intelegensi, seringkali kegagalan itu terjadi disebabkan
mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai.[14]
Selain itu menurut Slameto bahwa untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik,
maka diperlukan suatu perhatian yang serius dan agar siswa dapat belajar dengan
baik maka usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara
mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobby dan bakatnya.[15]
Hal senada juga dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono bahwa
kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak terlepas dari peran orang tua dalam
memberikan bimbingan dirumah,memperhatikan anak dalam mengejakan
tugas,mengatur disiplin anak dan sebagaimya. Peranan orang tua terhadap anak ini
sering dipengaruhi oleh sikap orang tua dalam memberikan bimbingan dan
pembinaan kepada anak.[16]
Berdasarkan penjelasan diatas,dapat dipahami bahwa hasil belajar anak
disekolah sangat dipengaruhi oleh adanya perhatian,bimbingan dan pengawasan dari
orang tua terhadap belajar anak. Orang tua harus mempunyai kepedulian terhadap
belajar anak dirumah dan berusaha membantu belajar anak sesuai dengan
kemampuannya masing-masing.
1. Preservatif adalah memelihara dan membina suasana dan situasi yang baik
dan tetap diusahakan terus bagi lancarnya belajar mengajar.
2. Prefentif adalah mencegah sebelum terjadi masalah
3. Kuratif adalah mengusahakan “penyembuhan” pembentukan dalam mengatasi
masalah.
4. Rehabilitas adalah mengadakan tindak lanjut secara penempatan sesudah
diadakan treatmen yang memadai.
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:112) bahwa pelayanan bimbingan belajar
adalah untuk membantu siswa yang mengalami masalah di dalam memasuki proses
belajar dan situasi belajar yang dihadapinya. Didalam memasuki proses belajar dan
situasi supaya anak dapat belajar dengan baik,kebutuhan yang diperlukan dalam
belajar harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan itu diantaranya adalah sebagai berikut
:[21]
1. Memiliki kondisi fisik yang tetapsehat
2. Memiliki jadwal belajar dirumah yang disusun dengan baik dan teratur
3. Memiliki disiplin terhadap diri sendiri, patuh dan taat dengan rencana belajar
yang telah dijadwalkan
4. Memiliki kamar/ tempat belajar yang sesuai dengan seleranya sendiri dan
mendorong kegiatan belajarnya
5. Menyiapkan peralatan sekolah dengan baik sebelum belajar
6. Memiliki kamar/ tempat belajar yang sesuai dan tidak mengganggu kesehatan
mata
7. Harus bisa memusatkan perhatian dan berkosentrasi dalam belajar
8. Memiliki kepercayaan terhadap kemampuan sendiri dalam belajar
Menurut Prayitno dan Erman Amti bahwa di samping banyaknya siswa yang berhasil
secara gemilang dalam belajar, sering pula dijumpai adanya siswa yang gagal, seperti
angka rapor rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir, dan sebagainya. Secara
umum, siswa yang seperti itu dapat dipandang sebagai siswa yang mengalami
masalah belajar. Secara lebih luas masalah belajar tidak hanya terbatas pada hal yang
disebutkan di atas. Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang
pada umumnya dapat digolongkan pada keterlambatan akademik, ketercepatan
dalam belajar, sangat lambat dalam belajar, kurang motivasi dalam belajar, dan
bersikap atau kebiasaan buruk dalam belajar.[22]
Kenyataan yang terjadi menurut Syaiful Bahri Djamarah bahwa prestasi belajar yang
memuaskan dapat diraih oleh setiap anak didik jika mereka dapat belajar secara
wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun,
sayangnya ancaman, hambatan, dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu.
Sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar atau permasalahan belajar.
Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat mengatasi permasalahan
belajarnya, tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus-kasus tertentu,
karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya, maka bantuan guru
atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.[23]
Melihat keadaan yang telah dipaparkan di atas, maka sudah sewajarnya dalam proses
belajar mengajar di sekolah, baik guru, orang tua maupun siswa pasti mengharapkan
agar siswa mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Untuk itu terkadang diperlukan
adanya bimbingan belajar.
Menurut Prayitno dan Erman Amti upaya yang dapat dilakukan guru dalam
membantu siswa salah satunya adalah pengajaran perbaikan di samping kegiatan
pengayaan, peningkatan motivasi belajar dan pengembangan sikap dan kebiasaan
belajar yang baik.[24]
Maka dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dalam belajar diperlukan adanya
implementasi yang riil agar bimbingan belajar dapat dirasakan oleh peserta didik.
Sebagaimana menurut pendapat Dewa Ketut Sukardi dikemukakan sebagai berikut.
Adapun materi yang dapat diangkatkan melalui layanan pembelajaran ada berbagai
macam, yaitu meliputi:
Penelitian Yustina Girsang dengan judul “Usaha Guru Dalam Membimbing Siswa
Melalui Remedial Teaching di SD Negeri Tapung Kabupaten Kampar”. Penelitian
tersebut mempunyai variabel yang hampir sama yaitu sama-sama membahas tentang
bimbingan belajar. Letak perbedaannya adalah hanya terfokus meneliti pembelajaran
remedial. Berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan maka dapat disimpulkan
bahwa usaha guru dalam membimbing siswa melalui Remedial Teaching di SD
Negeri Tapung Kabupaten Kampar ditinjau dari seluruh aspek yang dianalisa
tergolong cukup tinggi.
1. C. Konsep Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman, maka konsep operasional dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa upaya guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan bimbingan
belajar di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tambang Kecamatan Tambang
Kabupaten Kampar akan dikaji dari aspek-aspek berikut ini:
BAB III
METODE PENELITIAN
1. C. Informan Penelitian
Subjek utama penelitian ini adalah guru pembimbing di SMP Negeri 1 Tambang
Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar sebanyak 1 orang, dan subjek pendukung
adalah 2 orang siswa di SMP Negeri 1 Tambang Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar sebanyak 1 orang.
1.
20
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan salah satu kunci utama dalam mencapai tujuan
pendidikan. Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang berlangsung secara
efektif dan efisien sehingga dapat mencapai suatu tujuan. Menurut Sagala
penbelajaran adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu
materi pelajaran yang telah tersusun dalam suatu kurikulum. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa komponen pembelajaran tersebut antara lain guru dan
siswa.[1]
Guru merupakan yang paling bertanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran
di kelas. Baik tidaknya proses pembelajaran disuatu kelas tergantung kepada
kemampuan guru dalam melakukan pengajaran secara professional. Berhasilnya atau
tidaknya pembelajaran yang dilakukan guru dapat dilihat dari sudut proses dan
sudut hasil yang dicapai.
Materi yang diajarkan sekolah dasar terbagi atas beberapa disiplin ilmu. Salah satu
bidang ilmu yang diajarkan di sekolah dasar adalah Matematika. Matematika
merupakan salah satu mata pelajaran yang tingkat keberhasilan dari sudut hasil
masih kurang. Banyak ditemui di lapangan siswa harus mendapat nilai kecil pada
mata pelajaran ini, siswa malas menyelesaikan tugas-tugas mata pelajaran
matematika dengan alasan tidak mengerti dan sulit ataupun disaat proses
pembelajaran keluar masuk kelas serta melaksanakan aktivitas yang tidak
mendukung proses pembelajaran matematika.[2]
Tujuan pembelajaran matematika adalah untuk menekan pada konsep matematika,
penataan nalar dan pembentukan sikap, kemampuan memecahkan masalah,
mengkomunikasikan gagasan serta memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan untuk mengubah tingkah laku siswa. Perubahan
tingkah laku siswa terlihat pada akhir pembelajaran dan diharapkan perubahan itu
mengarah pada hasil belajar.
Aktivitas belajar itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari
pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh
sebab itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru
saja diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi
yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah
satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah faktor kelemahan
otak manusia itu sendiri. Belajar hanya mengandalkan indera pendengaran
mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai
waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh
seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius sesuai yang dikutip Hisyam Zaini. Dia
mengatakan: Apa yang saya dengar saya lupa, apa yang saya lihat saya ingat dan
apa yang saya lakukan saya faham. [3]
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa dengan adanya aktifitas
belajar yang baik maka siswa akan belajar lebih aktif dan pada akhirnya hasil belajar
dapat dicapai secara maksimal. Untuk itu keaktifan sangat diperlukan dalam proses
pembelajaran, terutama pada mata pelajaran Matematika.
Hal ini sangat sejalan yang dinyatakan oleh Oemar Hamalik bahwa penggunaan asas
aktifitas besar nilainya bagi pengajaran para siswa, karena :
1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
4. Menulis atau mencatat
5. Membaca
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan
7. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan
8. Menyusun paper atau kertas keja
9. Mengingat
10. Berfikir
11. Latihan atau praktek.[6]
Namun berdasarkan pengamatan peneliti di MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh
Pekanbaru masih ditemui gejala-gejala di kelas III pada pelajaran Matematika
sebagai berikut:
Oleh sebab itu peneliti tertarik ingin melakukan suatu penelitian tindakan sebagai
upaya dalam melakukan perbaikan terhadap pembelajaran melalui strategi berdiri
dan berhitung dengan judul “Penerapan strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung
untuk meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa III MI Al-Fattaah
Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru”.
1. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apakah Penerapan strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung dapat
meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima
Puluh Pekanbaru?
1. C. Defenisi Istilah
2. Aktivitas adalah kegiatan: kerja atau salah satu kegiatan kerja yang
dilaksanakan di tiap bagian.[8] Yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
3. Belajar adalah merupakan intraksi individu terhadap lingkungannya.
[9]Pendapat mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.[10]
4. Aktifitas belajar adalah kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan
di tiap bagian dalam suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku.
5. Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat untuk
memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar.
6. D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu: meningkatkan aktivitas belajar Matematika Siswa
Kelas III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru dengan menggunakan
strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung.
1. Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:
1. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mata pelajaran Matematika
pada khususnya, dan semua mata pelajaran pada umumnya.
2) Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu strategi tambahan serta bahan
acuan dalam pelaksanaan pembelajaran.
1. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini nantinya dapat menjadi masukan dalam menentukan
kebijakan tentang strategi pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran
Matematika di berbagai jenjang pendidikan umumnya, khususnya di sekolah dasar.
1. Bagi Peneliti
1) Menambah pengetahuan khususnya tentang model-model atau teknik-teknik
pembelajaran yang baru.
2) Sebagai landasan dalam melakukan penelitian dengan objek penelitian yang
lebih luas.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. A. Kerangka Teoretis
2. 1. Aktivitas Belajar
a) Pengertian
Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat
interaksi individu dengan lingkungan.[11] Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
dipahami bahwa belajar merupakan proses perubahan perilaku pada diri sendiri
berkat adanya interaksi individu dengan lingkungannya.
Sedangkan aktivitas belajar adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan guru
dengan sedemikian rupa agar menciptakan:
1. Peserta didik aktif bertanya,
2. Mempertanyakan, dan
3. Mengemukakan gagasan.[12]
Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk
belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengagn aktif, berarti mereka
mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan
otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau
mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang adala
dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut
serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga
melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana
yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.[13]
Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil
belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasir, atau hanya menerima dari guru,
ada kecenderungagn untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab
itu, diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat infomrasi yang baru saja
diterima dari guru. Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi
yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian? Karena salah
satu factor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah factor kelemahan
otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan indera pendengaran
mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar seharusnya disimpan sampai
waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-kata mutiara yang diberikan oleh
seorang filosof kenamaan dari Cina, Konfusius. Dia mengatakan: apa yang saya
dengar saya lupa, apa yang saya lihat, saya ingat, apa yang saya lakukan, saya paham.
[14]
Menurut Agus Suprijono, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang harus
menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan proses
aktif dari si pembelajaran dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif
yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Pembelajaran
aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik.
Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dalam mengkonfrontif ide itu
dengan dunia ralitas yang dihadapinya.[15]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang terdiri dari aktivitas
jasmani dan rohani menyangkut aktivitas atau kegiatan siswa dalam belajar
sebagaimana kegiatan siswa pada umumnya, yaitu aktivitas visual, oral,
mendengarkan, mencatat, menggambar, bergerak, mental dan aktivitas emosional.
Lebih lanjut dapat dijelaskan indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
adalah :
1. Siswa tidak hanya menerima informasi tetapi lebih banyak mencari dan
memberikan informasi.
2. Siswa banyak mengajukan pertanyaan baik kepada guru maupun kepada siswa
lainnya.
3. Siswa lebih banyak mengajukan pendapat terhadap informasi yang
disampaikan oleh guru atau siswa lain.
4. Siswa memberikan respon yang nyata terhadap stimulus belajar yang
dilakukan guru.
5. Siswa berkesempatan melakukan penilaian sendiri terhadap hasil
pekerjaannya, sekaligus memperbiki dan menyempurnakan hasil pekerjaan
yang belum sempurna.
6. Siswa membuat kesimpulan pelajaran dengan bahasanya sendiri.
7. Siswa memanfaatkan sumber belajar atau lingkungan belajar yang ada
disekitarnya secara optimal.[18]
1. Mendengarkan
2. Memandang
3. Meraba, membau, dan mencicipi/mengecap
4. Menulis atau mencatat
5. Membaca
6. Membuat ikhtisar atau ringkasan
7. Mengamati tabel-tabel, diagram, dan bagan-bagan
8. Menyusun paper atau kertas keja
9. Mengingat
10. Berfikir
11. Latihan atau praktek.[19]
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang terdiri dari aktivitas
jasmani dan rohani, menyangkut aktivitas atau kegiatan siswa dalam belajar
sebagaimana kegiatan siswa pada umumnya, yaitu aktivitas visual, oral,
mendengarkan, mencatat, menggambar, bergerak, mental dan aktivitas emosional.
Orang yang belajar membutuhkan fisik yang sehat. Fisik yang sehat akan
mempengaruhi seluruh jaringan tubuh sehingga aktivitas belajar tidak rendah.
Keadaan sakit pada pisik/tubuh mengakibatkan cepat lemah, kurang bersemangat,
mudah pusing dan sebagainya. Oleh karena itu agar seseorang dapat belajar dengan
baik maka harus mengusahakan kesehatan dirinya.[21]
b) Aspek Psikhis (Psikologi)
Perhatian adalah keaktipan jiwa yang diarahkan kepada sesuatu obyek, baik didalam
maupun di luar dirinya.[23] Makin sempurna perhatian yang menyertai aktivitas
maka akan semakin sukseslah aktivitas belajar itu. Oleh karena itu, guru seharusnya
selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya agar aktivitas belajar mereka
turut berhasil.
(2) Pengamatan
Pengamatan adalah cara mengenal duia riil, baik dirinya sendiri maupun lingkungan
dengan segenap panca indera. Karena fungsi pengamatan sangat sentral, maka alat-
alat pengamatan yaitu panca indera perlu mendapatkan perhatian yang optimal dari
pendidik, sebab tidak berfungsinya panca indera akan berakibat terhadap jalannya
usaha pendidikan pada anak didik. Panca indera dibutuhkan dalam melakukan
aktivitas belajar (Sardiman, 2008:45)[24]
(3) Tanggapan
Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek yang telah
diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika prosese
pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja.[25]
(4) Fantasi
Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan
sudah ada sejak manusia itu ada. Hal ini dekat dengan persoalan intelegensia yang
merupakan struktur mental yang melahirkan :kemampuan” untuk memahami
sesuatu. Kemampuan itu menyangkut: achievement, capacity dan aptitude
(Sardiman, 2008:46).
(7) Berfikir
(8) Motif
Motif adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Apabila aktivitas belajar
itu didorong oleh suatu motif dari dalam diri siswa, maka keberhasilan belajar itu
akan mudah diraih dalam waktu yang relative tidak cukup lama.[28]
1. Faktor Eksternal
Menurut Ngalim Purwanto, faktor eksternal terdiri atas: 1), keadaan keluarga, 2)
guru dan cara mengajar 3), alat-alat pelajaran, 4) motivasi sosial, dan 5) lingkungan
serta kesempatan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dibawah ini:
Lingkungan sekolah, dimana dalam lingkungan ini siswa mengikuti kegiatan belajar
mengajar, dengan segala unsur yang terlibat di dalamnya, seperti bagaimana guru
menyampaikan materi, metode, pergaulan dengan temannya dan lain-lain turut
mempengaruhi tinggi rendahnya kadar aktivitas siswa dalam proses belajar
mengajar.
Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk
belajar ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunya, kecakapan
guru dalam menggunakan alat-alat itu, akan mempermudah dan mempercepat
belajar anak-anak.
1. b. Langkah-Langkah Pelaksanaan
Langkah-langkah Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung sebagai berikut:
3) Jelaskan kepada peserta bahwa anda ingin mengadakan sebuah survey cepat,
untuk membantu semua peserta mengenal “siapa yang ada di sini hari ini?”
4) Mintalah kepada peserta untuk beridri dan berhitung jika pernyataan yang
anda buat berlaku untuk mereka
Menurut Melvin strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat
untuk memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar. Artinya,
pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan pembelajaran yang menitikberatkan
fokusnya pada proses pembelajaran. Jika dalam pembelajaran siswa aktif,
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Hal tersebut sangat dimungkinkan karena metode atau strategi pembelajaran ini
menekankan siswa pada percobaan-percobaan secara langsung. Selain itu siswa
diajak untuk memahami teori dengan cara melakukan/merasakan langsung dan
secara pribadi. Dengan mengalami secara langsung maka siswa diajarkan untuk
dapat berpikir secara lebih kritis. Sehingga pemahaman siswa terhadap pelajaran
akan semakin kompleks, yaitu mereka mendapatkan ilmu pengetahuan, mereka
mendapatkan rasa senang, dan mereka juga dapat menerapkannya secara langsung
di lapangan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ada kaitan ataupun hubungan yang
sangat erat antara strategi pembelajaran berdiri dan berhitung dengan aktivitas
belajar siswa, dimana berdiri dan berhitung sebagai upaya-upaya atau cara yang
dilakukan demi tercapainya tujuan pembelajaran yaitu aktivitas belajar yang optimal.
1. B. Kerangka Berpikir
Strategi pembelajaran berdiri dan berhitung merupakan cara cepat untuk
memperkenalkan sesama peserta terutama di kelas yang besar. Dengan demikian
siswa diajak bukan hanya memahami teori (teoritis) tetapi juga diajari untuk
melakukan/merasakan langsung. Dengan mengalami secara langsung maka siswa
diajarkan untuk dapat berpikir secara lebih kritis dari temuan-temuan yang mereka
dapatkan.
Siswa dianggap kurang aktif, kurang memperhatikan pelajaran yang dijelaskan guru,
lamban dalam menjawab apa yang ditanyakan guru, bahkan tidak terjawab dan
kemampuan siswa dalam menganalisis, hal ini sangat sesuai dengan strategi yang
dipilih penulis. Salah satu usaha untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut
adalah dengan menggunakan strategi pembelajaran Berdiri dan berhitung. Kelebihan
strategi tersebut adalah, bahwa strategi berdiri sambil berhitung dapat meningkatkan
keaktifan siswa. Sebagaimana dijelaskan oleh Melvin, bahwa strategi pembelajaran
berdiri dan berhitung merupakan cara cepat untuk memperkenalkan sesama peserta
terutama di kelas yang besar.[34]
Siswa yang aktif dalam belajar, merupakan siswa yang mendapatkan modal pertama
untuk meraih tujuan pembelajaran, yaitu mendapatkan hasil yang baik dalam
pembelajaran. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui
strategi pembelajaran berdiri dan berhitung akan dapat meningkatkan aktifitas
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Matematika.
1. C. Penelitian Relevan
Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh A. Hamid dari UIN
Suska Riau tahun 2011 dengan judul “Meningkatkan Aktivitas Belajar Pendidikan
Agama Islam Melalui strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung materi Membaca
Ayat-ayat Pendek Al-Qur’an pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri 009 Siak
Kecamatan Siak Kabupaten Siak”[35]. Sedangkan penelitian yang peneliti lakukan
berjudul: Penerapan strategi pembelajaran Berdiri dan Berhitung untuk
meningkatkan aktivitas belajar Matematika siswa III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima
Puluh Pekanbaru.
Dari dua judul di atas, terdapat kesamaan yaitu, sama-sama penerapkan Strategi
pembelajaran Berdiri dan Berhitung dalam proses pembelajaran, sama-sama
meningkatkan aktivitas belajar siswa, sedangkan perbedaannya terletak pada mata
pelajaran, kelas, yaitu jika penelitian A.Hamid pada kelas IV maka penelitian yang
dilakukan oleh peneliti berada di kelas III, selain itu juga tempat penelitian yang juga
berbeda. Adapun hasil peneltian yang dilakuan oleh A.Hamid adalah diperoleh hasil
penelitian dengan aktivitas siswa pada siklus III rata-rata sebesar 72% dengan
kategori baik.
1. D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan kriteria-kriteria yang ditetapkan sebagai dasar
penilaian apakah aktivitas ataupun tindakan telah berhasil dilakukan atau tidak.
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini terdiri dari indikator kinerja guru dan
siswa, serta hasil belajar.
2) Status (“Berdirilah jika anda adalah seorang baru di perusahaan ini.”)
3) Lokasi (“Berdirilah jika anda pernah tinggal di luar Negara ini.”)
4) Pengalaman (“Berdirilah jika anda baru-baru ini bertemu seseorang yang
terkenal.”)
5) Keyakinan (“Berdirilah jika anda yakin bahwa pelanggan selalu benar.”)
7) Pilihan (“Berdirilah jika anda lebih memilih telepon dibandingkan e-mail.”)
Prioritas (“Berdirilah jika anda piker bahwa penting menghabiskan lebih banyak
waktu untuk mempertahankan jumlah pegawai dari pada mengembangkan produk.”)
8) Hobi (“Berdirilah jika anda memiliki hobi memainkan sebuah alat musik.”)
1. E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dibuat untuk menjawab perumusan masalah penelitian, adapun
hipotesis tindakan dalam penelitan ini adalah, melalui Penerapan strategi
pembelajaran Berdiri dan Berhitung dapat meningkatkan aktivitas belajar
Matematika siswa kelas III MI Al-Fattaah Kecamatan Lima Puluh Pekanbaru.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. B. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas III MI Al-Fattaah Kecamatan
Lima Puluh Pekanbaru dengan siswa sebanyak 15 orang, tahun pelajaran 2013-2014.
1. C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classrom based
action research), yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.
Peneliti dalam penelitian ini sebagai pelaksana penelitian, pengumpul data,
penganalisis data dan pelapor hasil penelitian.[36]
Rancangan penelitian dilakukan dengan 2 siklus. Siklus pertama dilaksanakan
sebanyak 2 kali pertemuan dan siklus kedua juga dilaksanakan dengan 2 kali,
pertemuan, sehingga ada 4 kali pertemuan dalam dua siklus.
20
Gambar. 1
Alur Pelaksanaan Tindakan
1. 2.
2. 3.
3. 4.
4. 5.
5. 6.
6. 7.
7. 8.
8. 9.
9. 10.
10. 11.
11. 12.
12. 13.
13. 14.
14. 15.
1. Tahap perencanaan
2. Mempersiapkan bahan pelajaran.
Sebelum strategi pembelajaran berdiri dan berhitung diterapkan maka guru perlu
mempersiapkan terlebih dahulu materi pelajaran.
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan merujuk pada langkah-langkah yang tertuang dalam RPP,
adapun tindakan dalam penelitian ini adalah:
1. Guru menjelaskan kepada siswa bahwa anda ingin mengadakan sebuah survey
cepat, untuk membantu semua peserta mengenal “siapa yang ada di sini hari
ini?”
2. Guru meminta siswa untuk beridri dan berhitung
3. Guru mengembangkan pernyataan-pernyataan yang akan menjadi minat
berdasarkan kategori-kategori seperti
1) Jabatan (“Berdirilah jika anda adalah seorang supervisor utama”)
2) Status (“Berdirilah jika anda adalah seorang baru di perusahaan ini.”)
3) Lokasi (“Berdirilah jika anda pernah tinggal di luar Negara ini.”)
4) Pengalaman (“Berdirilah jika anda baru-baru ini bertemu seseorang yang
terkenal.”)
5) Keyakinana (“Berdirilah jika anda yakin bahwa pelanggan selalu benar.”)
1. Refleksi
Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis, dari hasil
observasi guru dapat merefleksi diri dengan melihat data observasi guru dan murid
selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi dapat dilakukandengan langkah
sebagai berikut:
a) Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi.
b) Pengamat tinggal memberikan tanda cek (√) pada kolom yang dikehendaki pada
format tersebut.
1. Dokumentasi
Mengumpulkan informasi dan data yang diperoleh dari sekolah. Baik itu data
mengenai jumlah siswa, perkembangannya selama proses belajar mengajar
berlangsung maupun nilai yang diperoleh siswa sebelum dan sesudah digunakan
strategi pembelajaran berdiri dan berhitung dalam mengajar. Adapun prosedur
dokumentasi adalah sebagai berikut:
Keterangan:
f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
100% = Bilangan Tetap
Dalam menentukan kriteria penilaian tentang hasil penelitian yaitu keaktifan siswa,
maka dilakukan pengelompokkan atas 5 kriteria berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif, Insan Madani CTSD, Edisi Revisi,
Yogyakarta, 2008
Muhammad Ali, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2008
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru 1989
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2004
Sardiman, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008
Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Akasara,
2008
BEBERAPA JUDUL
BUKU PENUNJANG
Abdul Aziz wahab, Metode dan Model-Model Mengajar IPS, Bandung: Alfabeta, 2007
Abdul Rachman Saleh. 2006. Madarasah Dan Pendidikan Anak Bangsa Visi, Misi dan
Aksi. Jakarta. Rajawali pers
Abu Ahmadi dan Joko Tri Pasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia.
Bandung.
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati .2001.Ilmu Pendidikan . Jakarta. Rineka Cipta
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2001.Psikologi Belajar . Jakarta. Rineka Cipta
Abu Ahmadi. 1986. Tekhnik Belajar Dengan Sistem SKS. Surabaya. Bina Ilmu
Abuddin Nata. 2006. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta. Raja Grafindo Persada
Agus Mahendra. 2001. Pembelajaran Senam di Sekolah Dasar. Jakarta. Depdiknas
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Pasetya. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia.
Bandung.
Ariesandi. 2008. Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses Dan Bahagia. Jakarta.
Gramedia Pustaka Utama
Asmara Jaya. Futsal, Gaya Hidup, Peraturan Dan Tips-Tips Permainan. Yokyakarta.
Pustaka Timur
Bambang Sujiono dan Yuliani Nuraini. 2005. Mencerdaskan Perilaku Anak Usia Dini.
Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
Budiardjo, Meriam, 1981. Partisipasi dan Partai Politik. Jakarta. Perintis Gramedia
Buku Ajar. 1998. Acuan Pengayaan Bahasa Indonesia SD Kelas IV. Solo: CV.
Shindunata.
Carin, AA, 1993, Teaching Modern Science, Sixth edition, Merril Publishers, New
York.
Declan Treacy. 2003. Manajemen Waktu Yang Sukses. Jakarta. Kesaint Blanc
Depdikbud. 1996. Buku Panduan Pemasyarakatan Buku dan Minat Baca. Jakarta.
Dirjen Dikdasmen.
Depdiknas, 2003, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Dan MI, Depdiknas
Jakarta.
Depdiknas, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD dan MI,
Pekanbaru: Dispora, 2006
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA Dan MI. Depdiknas
Jakarta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi mata Pelajaran Pendidikan Anak Usia Dini,
Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta. Balitbang
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Dan MI. Depdiknas
Jakarta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Dan MI. Depdiknas
Jakarta.
Depdiknas. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Science Dan MI. Depdiknas
Jakarta.
Depsos. 1998. Standar Pelayanan Panti Sosial Taman Penitipan Anak. Jakarta.
Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta.
Rineka Cipta
Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam dan Ridwan Effendi. 2006, Ilmu Sosial Dan Budaya
Dasar. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.
Gimin, Dkk. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa. FKIP. UNRI.
Gimin, Dkk. 2008. Instrumen dan Pelaporan Hasil Penelitian Tindakan Kelas.
Pekanbaru. Makalah Pelatihan
Hamzah B. Uno. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta. Bumi
aksara
Hamzah B. Uno. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta. Bumi aksara
Hisyam Zaini,dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: CTSD, Edisi Revisi 2007
Ibrahim dan Nana Syaodih. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta. Rineka Cipta.
Imawan. 1986. Teori Political Realigment, PT. Remaja Rosda Jaya, Bandung.
Ismaryati. 2008. Tes & Pengukuran Olahraga. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Press.
Jhon D. Tenag. 2008. Mahir Bermain Futsal. Bandung. Mizan Media Utama
Jochen Ropke (2003). Ekonomi Koperasi teori dan manajemen. Jakarta. Salemba
Empat.
Kahono. 1984. Metode Drum Band Marching Band. Solo. Tiga Serangkai.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga
Kartini Kartono. 1992. Psikologi Wanita (jilid 2) Mengenal Wanita Sebagai Ibu dan
Nenek. Bandung. Mandar maju
Kartini Kartono. 1992. Psikologi Wanita. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita
Dewasa. Bandung. Mandar Maju
Khalid Ahmad .2005. Rumah Pilar Utama Pendidikan Anak. Robbani Press. Jakarta
Khalid Ahmad asy-Syantut. 2005. Rumah Pilar Utama Pendidikan Anak. Jakarta.
Robbani Press.
Kosasih, Engkos. 1993. Olahraga Teknik & Program Latihan. Jakarta: Akapres.
KTSP. 2007. Panduan Lengkap KTSP. Yokyakarta. Pustaka Yudhistira
Kusnadi .2003. Masalah Kerjasama, Konflik, dan Kinerja (Kontemporer dan Islam).
Malang. Torada
Larry Hodges, 1996. Tenis Meja Tingkat Pemula. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Malik, Abdul dan Shanty. 2003. Kemahiran Menulis. Pekanbaru: Unri Press.
Martinis Yamin. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta. Gaung Persada Press
May Sumarya. 2005. Pendidikan Jasmani Untuk Sekolah Dasar kelas II. Jakarta.
Arya duta.
Mustafa dan Lana, Agusli. 1986. Keterampilan Berbicara. Padang. FPBS IKIP
Padang.
Mustofa, .1999. Memilih Partai Mendambakan Presiden, PT. Remaja Rosda Karya,
Bandung.
Nanang Fattah,. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan
Sekolah. Bandung. Bani Quraisy
Nurcholis. 2006. Saya Senang Berbahasa Indonesia Untuk Sekolah Dasar Kelas VI.
Jakarta: Erlangga.
Nurhadi, Membaca Cepat dan Efektif, Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2005.
Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta.
Rineka Cipta
Rahim, Farida, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 2007
Rais, Amien. 1992. Menyembuhkan Bangsa Yang Sakit, Yayasan Benang Budaya,
Yogyakarta.
Rani Andriani Koswara. 2007. Panduan Lengkap Berbisnis Kue Kering. Jakarta.
Transmedia Pustaka
Razak, Abdul, Membaca Pemahaman teori dan Aplikasi Pengajaran. Pekanbaru: PT.
Autogragi, 2007.
Roji. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMP Kelas VIII.
Jakarta. Erlangga.
Samego, Indria. 1999. Korupsi Politik Pemilu Dan Legitiminasi Pasca Orde Baru, PT.
Pustaka Cidesindo.
Santosa, Puji dkk. 2005. Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: UT
Sarlito Wirawan Sarwono. 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta. Bulan Bintang.
Saydam, Gouzali. 1998. Dari Balik Suara Ke Masa Depan Indonesia, PT. Raja
Grapindo Persada, Jakarta.
Sedarmayanti. 1996. Tata Kerja dan Produktivitas kerja. Bandung. Mandar Maju
Siagian, Sondang P.. 2005. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Silbermen, Active Learning (101 Cara Belajar Siswa Aktif), Bandung: Nusa Media,
2006
Slavin, Robert E, 2008. Cooperative learning Theori Reseach and Practice, Allyn and
Bacod Boston
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta. Rineka Cipta.
Solihatin, Etin,. 2007. Cooperatif Learning Analisis Pembelajaran IPS. Jakarta. Bumi
Aksara.
Sondang P. Siagian. 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Sri Dandi Tumbel & Ondi Sukmara. Etika Komunikasi dan Pengembangan Diri.
Sri Sunarsih, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Penjas
Orkes untuk SD Kelas IV. Jakarta. Erlangga
Subangun, Emanuel. 1999. Politik Anti Kekerasan Pasca Pemilu 1999, Yayasan
Alocita, Yogyakarta.
Sudibyo, M. 1995. Pemilihan Umum 1992 Suatu Evaluasi. Jakarta. Rajawali Press.
Sumarjan, Selo. 1999. Kisah Perjuangan Reformasi. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
Sumarya, May 2005. Pendidikan Jasmani untuk Sekolah dasar Kelas V. Jakarta. Arya
Duta
Sunarsih Sri, dkk. 2006. Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Penjas
Orkes untuk SD Kelas IV. Jakarta. Erlangga
Sunarto dan Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta. Rineka
cipta
Suyadi. 1985. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Syaiful Bahri Djamarah . 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta. Rineka cipta.
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.
Rineka Cipta
Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta. Rineka cipta.
Sylvia Rimm. 2003. Mendidik Dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah.
Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama
Thoha, Miftah. (1989). Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tim Abdi Guru, 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan kesehatan, Jakarta.
Erlangga
Tim Abdi Guru. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Kelas VI,
Erlangga
Tim abdi guru. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan Kesehatan Penjas Orkes
Untuk SD Kelas VI. Jakarta. Erlangga
Tim Abdi Guru. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Semarang.
Erlangga
Tim Abdi Guru. 2007. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Semarang.
Erlangga
Tim Penjas SD. 2005. Pendidikan Jasmani Mari Berolahraga dan Berprestasi. Bogor.
Yudistira
Tim Penjas SD. 2005. Pendidikan Jasmani Mari Berolahraga dan Berprestasi. Bogor.
Yudistira
Tim Penjas SD. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan 4. Surakarta.
Yudhistira
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Yogyakarta. Pustaka Yutisia.
Tim Pustaka Yustisia. 2007. Panduan Lengkap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan). Yogyakarta. Pustaka Yutisia.
Tu,u. 2004, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta. Grasindo
Umar, Husein.(1998). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Usmara. 2006. Motivasi Kerja Proses, Teori dan Praktik. Yogyakarta. Asmara Books.
Zahruddin dan Hasanuddin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta. Raja Grafindo
Persada
Zuhdi MF. 2006. Startegi Belajar Mengajar Sains. Pekanbaru. Cendikia Insani
Zulkarnain. Kewirausahaan