I. Pendahuluan
bidang onkologi yang memiliki angka mortalitas tinggi. FN merupakan salah satu
efek samping dari kemoterapi yang disebabkan oleh supresi hematopoesis yang
dan risiko infeksi berhubungan erat dengan jumlah neutrofil. Kejadian FN lebih
sering terjadi pada pasien dengan keganasan yang menginfiltrasi sumsum tulang
secara primer. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya FN. Walaupun saat ini
1
Febril neutropenia terkait dengan berbagai kondisi dan intervensi lainnya.
Terkait dengan bidang obstetri ginekologi, onkologi, dan masih banyak lagi. Maka
II. Definisi
Febril neutropenia merupakan suatu sindrom yang terdiri dari dua gejala,
yaitu: demam dan neutropenia. Demam pada FN yaitu diukur dengan suhu derajat
Celcius oral 38.3oC (101.4oF) atau 38.0oC (101oF) selama 1 jam terus-menerus
atau pada 2 kali pengukuran dengan jarak minimal 2 jam disertai jumlah neutrofil
kurang dari 500 neutrofil/mm3 atau kurang dari 1000 neutrofil/mm3 dengan
dari 1.000-1.500/mcL (1.0 to 1.5 x 109/L), neutropenia sedang dengan ANC dari
<500/μL.2–4
Toxicity Criteria of the National Cancer Institute digunakan untuk menilai tingkat
keparahan sitopenia yang terkait dengan kemoterapi kanker; dan hal tersebut
2
0 Dalam batas normal
1 ≥ 1.5 - < 2.0
2 ≥ 1.0 - < 1.5
3 ≥ 0.5 - < 1.0
4 < 0.5
infeksi dan mayoritas episode demam pada periode neutropenia berkaitan dengan
infeksi. Lokasi infeksi tersering adalah pada saluran pencernaan, paru, dan kulit.
bakteri batang gram negatif (seperti Escerichia coli, Klebsiella pneumoniae dan
III. Epidemiologi
tahun termasuk 7,83 kasus per 1000 pasien kanker. Meningkat menjadi 43,3 kasus
survei di Eropa dan Amerika. Survei yang sama menunjukkan dari 333 penderita
3
FN, 299 di antaranya mengalami keganasan hematologi, dan 88% di antaranya
Telogorejo Semarang periode Juni 2005 sampai Juli 2006 dengan sampel 26 orang
(89,7%) dari RSUP Dr. Kariadi dan sisanya (10,3%) dari RS Telogorejo
data pasien secara retrospektif dan prospektif periode bulan Januari sampai Mei
tumor padat dan lebih dari 80% setelah kemoterapi pada pasien dengan
dibandingkan pasien dengan tumor padat, karena proses dasar penyakit dan
IV. Etiologi
4
nutrisi, vitamin B12 dan defisiensi folat, serta neutropenia siklik yang merupakan
salah satu penyakit periodik dengan infeksi berulang oleh karena adanya ritme di
dalam tubuh akibat perubahan siklik dalam produksi dan pengeluaran neutrofil di
sumsum tulang.3,9
terdokumentasi terjadi pada 20%-30% dari episode febril. Bakteremia terjadi pada
10%-25% dari seluruh pasien dengan episode yang paling sering terjadi adalah
aeruginosa. Dalam beberapa tahun ini penyebab sepsis pada pasien FN telah
berubah dari bakteri gram negatif menjadi gram positif, hal ini terjadi pada sekitar
63% dari isolat yang dilaporkan oleh American National Cancer Institute Survey.
dan penggunaan antibiotika secara empiris, yang lebih banyak ditujukan pada
5
Klebsiella species
Enterobacter species
Pseudomonas aeruginosa
Citrobacter species
Acinetobacter species
Stenotrophomonas maltophilia
V. Patofisiologi
obat. Sebagian besar obat tersebut merusak prekursor sumsum tulang sehingga
bakteremia S.viridans. Sumber infeksi utama adalah bakteri dari saluran cerna,
6
disusul infeksi saluran napas bawah, dan infeksi saluran kencing (ISK). Faktor
predisposisi lain meliputi pemberian kemoterapi dosis tinggi, dan kadar albumin
yang rendah.11
Sumsum tulang merupakan bagian tubuh yang paling rentan terhadap efek
neutropenia, akan tetapi sulit bagi tenaga medis untuk memprediksi pasien atau
VI. Diagnosa
menyeluruh dan detail harus ditanyakan pada penderita. Yang harus ditanyakan
penggunaan steroid, prosedur pembedahan yang sudah dan akan dilakukan, serta
ada atau tidaknya riwayat alergi. Penting untuk memperhatikan rekam medis
7
Penilaian awal mengenai fungsi respirasi dan sirkulasi penting dilakukan.
Penilaian awal perlu ditindaklanjuti dengan pemeriksaan lebih lanjut terkait risiko
FN. Tanda dan gejala infeksi penderita neutropenia dapat terlihat minimal karena
8
5 Pemeriksaan penunjang (profound/prolonged
neutropenia/following allografts)
CT thoraks resolusi tinggi (apabila demam meskipun telah
mendapat antibiotik yang sesuai selama 72 jam)
Broncho-alveolar lavage
Penilaian awal mengenai status nutrisi, gangguan fungsi ginjal dan hepar,
jangka panjang juga perlu dipertimbangkan. Beberapa tempat infeksi yang sering
terjadi perlu dinilai sejak awal. Sistem gastrointestinal, sinus, paru, dan traktus
dapat digunakan untuk menilai derajat risiko pada penderita FN. MASCC juga
dapat digunakan untuk menilai hasil keluaran dari pengobatan yang sudah
Nilai maksimal sistem penilaian risiko MASCC adalah 26, dan nilai
kurang dari 21 diprediksi memiliki komplikasi berat sebesar 5%, serta angka
9
mortalitas yang sangat rendah (<1%) pada penderita FN. Penderita FN memiliki
risiko kecil komplikasi apabila penderita memiliki status performa yang baik dan
sedikit kondisi komorbid, fungsi hepar dan renal baik, serta durasi neutropenia
kurang dari 7 hari. Penderita distratifikasi risiko rendah dengan Indeks Risiko
MASCC sampai 21. Penderita risiko rendah sebaiknya dimulai dengan terapi oral
Katrakteristik n (%)
Gejalan ringan atau tanpa gejala 5
Gejala sedang 3
Tanpa hipotensi 5
Tanpa penyakit paru obstruktif 4
kronis (PPOK)
Tumor solid atau tanpa riwayat 4
infeksi jamur pada keganasan
hematologi
Status rawat jalan 3
Tanpa dehidrasi 3
Usia <60 tahun 2
ditemukan neutropenia dengan ANC kurang dari 100 sel per mikroliter, diikuti
kemoterapi, dan jika durasi neutropenia lebih lama dari 7 hari. Sebagai tambahan,
pasien risiko tinggi secara klinis memiliki kondisi komorbid yang banyak, seperti
hipotensi, pneumonia, onset baru nyeri abdomen, gangguan ginjal atau hati, atau
10
gangguan neurologis. Penderita juga distratifikasi ke kategori risiko tinggi jika
penderita memiliki nilai Indeks Risiko kurang dari 21. Penderita FN dengan risiko
gigi, mukositis) saluran respirasi atas (otitis media, sinusitis), saluran respirasi
11
infiltrat interstitial pada foto polos dada, abdomen (kolitis oleh Clostridium
difficle dan typhlitis), kulit (selulitis, lesi vesikular), perineum dan perianal
(fisura anal, selulitis atau abses), alat central venous access untuk infeksi dari
akses pembuluh darah, serta gejala anemia atau trombositopenia penting untuk
dilakukan.3,4
serta ada tidaknya kontra indikasi. Pemeriksaan laboratorium hitung sel darah
lengkap penting dilakukan. Yang juga harus diperiksa adalah jumlah leukosit dan
darah yang terbagi ke dalam 1 botol aerobik dan 1 botol anaerobik. Volume
yang terjadi. Sampel darah diambil dari central venous catheter (CVC) bila ada.
pemeriksaan kultur darah diambil dari dua titik pengambilan sampel yang
berbeda. Volume darah untuk kultur sebanyak <1% total volume darah penderita
12
dengan berat <40 kg. Beberapa pusat pemeriksaan membuat standar pengambilan
Pemeriksaan kultur darah perlu dilakukan lagi jika penderita tetap demam
setelah pemberian antibiotik empiris. Dua set kultur darah diperlukan dua hari
empiris, beberapa ahli tidak menyarankan dilakukan kultur darah lagi sampai
- Spesimen Feses
Spesimen feses umum diambil pada penderita FN dengan diare. Perlu dievaluasi
- Spesimen Urin
Pemeriksaan kultur urin diperlukan jika terdapat tanda atau gejala infeksi traktus
pemeriksaan urinalisa.
- Spesimen CSF
13
Pemeriksaan dan kultur cairan spinal ini dibutuhkan jika ada kecurigaan
- Spesimen Kulit
Aspirasi atau biopsi lesi kulit dibutuhkan apabila ada kecurigaan infeksi melalui
- Spesimen Respirasi
Sampel sputum dapat diambil untuk kultur bakteri rutin bila penderita memiliki
Hitung darah rutin dan serum kreatinin, serta urea nitrogen dibutuhkan untuk
atau cholestatic.4,15
14
Pemeriksaan radiologi disesuaikan dengan keadaan klinis penderita.
Sebagai contoh, pemeriksaan foto thoraks polos dapat dilakukan pada penderita
mortalitas. Pemberian terapi antibiotik secara empirik pada pasien FN telah mulai
dilakukan sejak 1970 dan telah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang
antibiotik secara intravena, sementara pasien dengan risiko rendah dan tanpa
Jangkauan antibiotik sebaiknya meliputi MRSA atau bakteri gram negatif yang
memburuk dengan sangat cepat pada pasien FN. Faktor-faktor yang dapat
keadaan klinis pasien pada onset demam, risiko yang dihubungkan dengan
15
sebelumnya, riwayat alergi pengobatan oleh pasien, serta disfungsi organ yang
luas, potensi efek sinergik melawan basil gram negatif dan perlindungan terhadap
pasien, pada kasus terinfeksi organisme yang resistan terhadap pengobatan yang
Pseudomonas aeroginosa atau penyakit yang invasif. Kerugian yang paling utama
adalah terapi tersebut kurang bereaksi terhadap beberapa bakteri gram positif,
pada sebagian besar pasien dengan tumor padat. Pengobatan ini juga aman untuk
pasien yang stabil secara klinis dengan neutropenia “standar” dimana diharapkan
durasi dari neutropenia kurang lebih 7–10 hari. Monoterapi pada pasien
lebih baik dalam melawan bakteri gram positif, stabilitas lebih besar dibandingkan
beta-laktam dan dapat ditoleransi lebih baik. Dari sudut pandang ini, cefpirome
16
mungkin menjadi cocok untuk pengobatan demam pada pasien neutropenia dan
banyak diteliti sebagai terapi dan profilaksis pada FN. Secara umum, profilaksis
oleh kemoterapi.9
tahun 2010 adalah penggunaan myeloid CSF atau G-CSF sebagai profilaksis
pada pasien dengan risiko tinggi terjadi demam dan neutropenia sebesar >20%.
G-CSF pada pasien berusia >70 tahun untuk meningkatkan indeks terapi dari
morbiditas dan mortalitas serius karena bakteri patogen, sampai hasil kultur darah
didapatkan. Setelah hasil kultur darah didapatkan, terapi antibiotik yang sesuai
dengan bakteri patogen dapat diberikan. Pada beberapa kasus, hasil kultur darah
17
negatif. Maka dari itu antibiotik empiris dapat diberikan terus sampai ANC pulih
(MDRO)
● Disfungsi organ
● Mukositis
18
dengan reaksi efek samping yang minimal. Beberapa layanan kesehatan
terapi empiris untuk bakteremia karena banyak mikroba yang sudah resisten.4,17
mengatasi FN. Namun meta-analisa yang dilakukan oleh Yahav dan rekan
yang bermakna untuk mengurangi angka kematian dan durasi demam. Namun
terhadap golongan beta-laktam, infeksi yang jelas pada kateter intravena, kultur
dengan kuinolon, infeksi kulit dan jaringan lunak, pneumonia, hemodinamik tidak
stabil.4,6
19
Di pusat kesehatan kanker MD Anderson, terapi antibiotik pasien dengan
Bila ada indikasi dapat diberikan antibiotik gram negatif kedua (double gram
farmakokinetiknya atau
kuinolon.
Ditambahkan:
farmakokinetiknya atau
kuinolon
Ditambahkan:
20
● Vancomicyn 15 mg/kg (sekitar mendekati dosis 250 mg) IV setiap 12 jam
atau
21
Antibiotik inisial untuk penderita risiko rendah juga perlu diberikan.
Tatalaksana yang diberikan pada awal adalah antibiotik oral spektrum luas. Secara
satu kali sehari kurang adekuat. Hasil yang lebih baik didapatkan pada pemberian
levofloxacin 750 mg per hari. Namun hingga saat ini belum ada data yang adekuat
22
Gambar 2. Algoritma Pengawasan Pemberian Antibiotik Empiris (dalam 2-4
hari)4
neutropenia harus diawasi dengan ketat. Terutama untuk kejadian demam, efek
samping, dan adanya infeksi sekunder, serta adanya resisten obat. Hal tersebut
kultur spesimen jika dibutuhkan pada area yang terlibat, dan/atau pemeriksaan
23
pemberian antibiotik baru perlu disesuaikan dengan panduan klinis atau hasil
kultur.4
apabila ANC ≥500 sel/mm3. Pemberian antibiotik dapat diberikan lebih lama.
Pendekatan terapi antibiotik empiris yang diikuti dengan antibiotik spektrum luas
pada penderita yang belum memiliki hasil kultur dapat diberikan setidaknya
sampai 2 hari kondisi tanpa demam. Kriteria lain adalah jumlah neutrofil >500
penderita.4
24
Gambar 3. Algoritma Pemberian Antibiotik pada Penderita Risiko Tinggi dengan
Demam Berkepanjangan4
IX. Prognosis
bakteremia, dengan angka kematian sebesar 18% pada bakteremia karena bakteri
gram negatif dan 5% pada bakteremia karena bakteri gram positif. Penderita usia
25
X. Kesimpulan
didefinisikan sebagai keadaan dengan suhu oral 38.3oC (101.4oF) atau 38.0oC
(101oF) selama 1 jam dengan jumlah kurang dari 500 neutrofil/mm3 atau kurang
berikutnya.
yang diberikan pada penderita risiko rendah dan tinggi berbeda. Baik antibiotik
terapi empiris inisial dapat dilakukan pada penderita yang belum memiliki hasil
kultur.
26
DAFTAR PUSTAKA
2010;21(SUPPL. 5):252-256.
2002:350-353.
4. Freifeld AG, Bow EJ, SAepkowitz KA, et al. Clinical practice guideline
2011;52:427-431.
Cancer. 2003;100(2):228-237.
27
kemoterapi agresif di rumah sakit kanker Dharmais Jakarta. Media
Farmasi. 2014;11(2):179-188.
8. Kholis FN. Penilaian risiko infeksi dengan skor MASCC pada penderita
Cancer. 2010;47(1):8-32.
2013;19(1):103-111.
11. Lucas AJ, Olin JL, Coleman MD. Management and preventive measures
2017;33(3):355-360.
13. Adachi J, Heredia EA, Aitken, et al. Neutropenic fever inpatient adult
28
14. Albertha Health Service. Management of febrile neutropenia in adult
Directions. 2017.
Br J Cancer. 2009;101(S1):S18-S22.
29