FORENSIK KLINIK
1
2. Bentuk teratur dan tepi tidak teratur
Pada tipe ini bentuk lubang hymen bisa annular, semilunar
atau labiiformis dengan tepi yang bercelah atau defek kongenital
yang dangkalatau jika terdapat banyak celah maka tergantung sifat
celahnya.
2
3 Inspeksi pada jaringan perianal dan lakukan palpasi pada kulit
disekitarnya
4 Renggangkan pantat dan lakukan inspeksi pada area anal untuk
mengetahui karakteristik kulit dan lesi serta perhatikan apakah terdapat
tanda-tanda kekerasan pada bagian ini
5 Untuk melakukan pemeriksaan pada bagian dalam anus, oleskan
lubrikan pada jari telunjuk yang telah menggunakan sarung tangan
kemudian secara perlahan masukkan kedalam lubang anus dan
perhatikan apakah terdapat nyeri tekan
6 Saat mengeluarkan tangan perhatikan apakah terdapat darah atau feses
yang menempel pada sarung tangan
1.3 Pemeriksaan Derajat Luka
Luka merupakan gangguan dan kontinuitas jaringan yang disebabkan oleh
suatu energi mekanik eksterna. Terminologi cedera digunakan sebagai sinonim
dari kata luka, bahkan dapat memberikan maksud yang lebih luas dan tidak
hanya membahas kerusakan yang diakibatkan oleh energi fisik tetapi juga
kerusakan lain yang disebabkan oleh panas, dingin, bahan kimiawi, listrik, dan
radiasi.
Dalam mendeskripsikan luka terbuka harus mencakup jumlah, lokasi,
bentuk, ukuran, dan sifat luka. Sedangkan untuk luka tertutup tidak perlu
dicantumkan dalam pendeskripsian luka. Bentuk penulisan deskripsi luka,
jumlah, lokasi, bentuk, ukuran tidak harus selalu urut tetapi penulisannya harus
selalu ditulis pada akhir kalimat.
a. Luka Lecet (Abrasi)
Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh
terbatas hanya pada lapisan kulit epidermis. Jika abrasi terjadi lebih
dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat terkena
sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat
ditentukan dengan pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat
digunakan yaitu tanda yang pertama adalah arah dimana epidermis
bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman
3
pada luka yang menandakan ketidakteraturan benda yang
mengenainya
4
Luka memar berbekas disebabkan oleh penekanan
pada tubuh biasanya objek yang menekan tubuh
meninggalkan bekas pada permukaan kulit
5
f. Luka iris
Luka yang disebabkan karena alat yang digunakan tepinya
tajam dan timbulnya luka oleh karena alat ditekan pada kulit
dengan kekuatan yang realif ringan yang digeserkan sepanjang
permukaan kulit.
1.4 Klasifikasi Luka
a. Luka yang tidak menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari atau luka ringan.
b. Luka yang menimbulkan halangan untuk sementara dalam melakukan
pekerjaan sehari-hari atau luka sedang.
c. Luka berat ada 7:
I. Luka yang tidak ada harapan sembuh atau menimbulkan bahaya
maut (misalnya : luka tusuk pada perut).
II. Luka yang menyababkan tidak mampu melakukan pekerjaan sehari-
hari selama seumur hidup (misalnya: pemain piano yang kehilangan
jarinya, dokter bedah tulang yang kehilangan fungsi tangannya).
III. Luka yang menyababkan kehilangan salah satu panca indra.
IV. Cacat berat misalkan kaki dan tangan putus karena amputasi.
V. Mengalami kelumpuhan.
VI. Wanita hamil yang mengalami keguguran.
VII. Tergantungnya daya pikir lebih dari 4 minggu.
6
BAB II
7
2.2 Pengambilan Darah
Darah yang diperoleh dari pembuluh darah perifer merupakan spesimen
darah pilihan untuk analisis toksikologi, karena konsentrasi senyawa dalam
darah dari jantung mungkin dapat berubah setelah kematian oleh karena
redistribusi darah dari paru-paru atau hati. Darah yang dikumpulkan kemudian
harus disimpan dalam tabung berpenutup abu-abu yang mengandung NaF
(sodium florida).6
Darah merupakan sampel paling baik untuk tes toksikologi postmortem, dan
umumnya 20 ml, atau 2 tabung vacutainer cukup untuk dilakukan tes.
Jika pada jenazah dilakukan otopsi, pengambilan darah perifer dan sentral
harus dilakukan ketika rongga tubuh terbuka. Darah perifer merupakan
spesimen pilihan dan dapat diambil dari vena femoralis, vena iliaka, yang
mudah di akses saat pemeriksaan internal, atau dari vena subsklavia di dalam
dada. Ukuran sampel dari 15-20 ml seharusnya cukup adekuat untuk
pemeriksaan toksikologi. Pengambilan darah dengan volume yang lebih besar
(> 20 mL) dapat menyebabkan pergerakan darah antar pembuluh darah dan
terjadi percampuran darah dalam pembuluh darah yang berbeda. Risiko ini lebih
besar terjadi pada vena subsklavia dibandingkan vena femoralis dan vena iliaka.
8
Jika tidak dilakukan otopsi, blind stick sampling tidak boleh dilakukan.
Prosedur pemotongan pembuluh darah dapat dilakukan. Bahkan tanpa otopsi,
vena femoralis dapat dengan mudah terekspos dan pengambilan sampel darah
perifer dapat dilakukan. Demikian juga jantung dapat dapat diekspos dan
ventrikel kiri dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga pengambilan darah
sentral dapat dilakukan.
Darah perifer secara umum diterima sebagai spesimen yang paling akurat
untuk pemeriksaan toksikologi, karena kurang rentan terhadap perubahan
postmortem.
9
11 Bawa ke laboratorium untuk diperiksa dengan gram dan kultur.
10
3. Keesokan paginya tepat 24 jam setelah waktu yang tercatat pada wadah,
pengumpulan urine dihentikan.
4. Spesimen urine sebaiknya didinginkan selama periode pengumpulan.
11
- Yang berbatasan dengan kerongkongan
- Yang berbatasan dengan usus halus
b. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari hancurnya butir-butir pil atau
tablet yang tertelan korban untuk memudahkan dilakukannya
pemeriksaan
c. Sedangkan cara lain yang bisa dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan kelainan pada lambung oleh dokter sehingga dapat
diperkirakan jenis racun apa yang ditelan oleh korban
2. Pemeriksaan usus dan isinya
Pemeriksaan usus sangat bergun terutama jika kematian korban
terjadi beberapa jam setelah ia kemasukan racun. Dari pemeriksaan dapat
diperkirakan saat kematian korban dan dapat ditemukannya tablet yang
tidak dapat dihancurkan oleh lambung (enteric coated tablet). Cara yang
dapat dilakukan adalah mengikat usus dengan jarak 60 cm yaitu pada
perbatasan lambung-usus halus, usus halus, usus halus-usus besar, dan usus
besar poros usus. Ikatan ini bertujuan untuk mencegah tercampurnya isi
usus bagian oral dengan isi usus bagian anal.
12
c. 4 buah toples yang masing-masing berukuran 25 ml untuk darah
yang terdiri dari 2 buah, urine, dan empedu.
13
BAB III
PEMERIKSAAN TOKSOLOGI
a. Pemeriksaan Luar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan luar pada
kasus keracunan diantaranya :
14
1) Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang
disebabkan oleh tercecernya racun yang ditelan atau oleh
muntahan. Misalnya bercak warna coklat karena asam sulfat
atau kuning karena asam nitrat
2) Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga
mempunyai makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya
adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit. Pada
korban yang keracunan CO lebam mayat berwarna Cherry Red,
korban keracunan sianida lebam mayat berwarna merah terang
dan pada korban keracunan nitrit lebam mayat berwarna coklat
kebiruan.
3) Warna kulit : pada korban yang mengalami hiperpigmentasi dan
keratosis pada telapak tangan dan kaki yang diakibatkan
keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan
akibat keracunan perak (Ag). Pada keracunan tembaga (Cu) dan
fosfor kulit akan berwarna kuning akibat hemolisis juga pada
keracunan insektisida hidrokarbon dan arsen karena terjadi
gangguan fungsi hati.
4) Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa
yang dikiranya ditelan oleh korban misaln ya : minyak tanah,
karbol, alkohol
b. Pemeriksaan Dalam
1) Racun yang bersifat korosif, pada pemeriksaan lambung dapat
ditemukan lambung yang hiperemi, mengalami perlunakan,
ulserasi dan perforasi.
2) Pada urin bisa ditemukan warna kehijauan pada kasus keracunan
salisilat
15
3.3 Pemeriksaan Toksikologi
16
d) Bersih dari zat kimia
e) Jumlah wadah minimal 3 masing-masing wadah berisi :
Wadah I : organ trac. Gastrointestinal
Wadah II : organ hati, empedu, otak, ginjal, dll
Wadah III : organ trac. Urogenitalis
6) Bahan-bahan tersebut kemudian diberikan pengawet berupa
alkohol 96% selain itu bisa juga diberikan es batu, dry ice, Na
flurida dan merkuri nitrat. Setelah bahan terendam dalam
pengawet tutup dengan paraffin kemudian ikat dan beri label dan
setelah itu di segel dengan cek dinas.
Dalam proses pengiriman perlu diperhatikan :
a) Sertakan contoh bahan pengawet lebih kurang 100 ml
dalam botol bersih, dilabel dan di segel
b) Dikirim segera setelah bahan di ambil
c) Diantar via kurir ataupun via paket
b. Syarat-syarat surat pengambilan dan pengumpulan bahan :
1) Surat permohonan pemeriksaan toksikologi
2) Surat tentang laporan peristiwa atau kejadian (secara singkat)
3) Surat tentang laporan otopsi
4) Berita acara pembungkusan dan penyegelan (cap segel dinas)
c. Isi label pengambilan dan pengumpulan bahan :
1) Identitas korban
2) Jenis dan jumlah bahan pemeriksaan
3) Bahan pengawet yang dipakai
4) Tempat dan saat pengambilan bahan, pembungkus dan
penyegelan
5) Tanda tangan dan nama terang penyegel dan dokter yang
melakukan otopsi
6) Cap stempel dinas dan segel dinas
d. Pengambilan dan pengumpulan bahan pada penggalian jenazah :
1) Bila mungkin bahan tersebut seperti diatas
17
2) Contoh tanah : bagian atas atau bawah, kiri atau kanan jenazah
3) Pembanding : contoh tanah radius 5 meter dengan kedalaman
yang sama dengan jenazah
4) Masing-masing dimasukkan dalam wadah tersendiri
18
BAB IV
LABORATORIUM FORENSIK
19
- Tiap item ditempatkan pada wadah tersendiri, beri label
- Dipak dan kirim ke laboratorium
20
Jangan letakan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas plastik.
Akan menyebabkan bahan pemeriksaan menjadi basah dan
timbul bakteri yang dapat merusak barang bukti.
Setelah kering masukan dalam kantong kertas (amplop)
Beri label dan segera kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA
b. Benda dengan bercak darah basah
Benda kecil biarkan kering di udara, kumpulkan.
Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, maka hisap
bercak tersebut dengan kain katun bersih kemudian keringkan di
udara.
Masukan dalam kantong kertas.
Beri label dan segeraa kirim ke laboratorium
3) Bercak darah kering
a) Pada benda yang dapat dipindahkan, misal : senjata, kain, sprei
Kumpulkan benda tersebut
Tiap item masukan dalam kantong kertas
Beri label dan segera kirim ke laboratorium
b) Pada benda yang padat dengan permukaan tidak menyerap dan tidak
dapat dipindahkan, misal : lantai
Bercak dikerok dengan alat bersih
Masukan dalam kantong kertas
Beri label, dipak kemudian kirim ke laboratorium
c) Bercak darah kering pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan
atau dipotong serta tidak dapat dikerok.
Bercak dapat dilarutkan dengan kapas bersih yang telah dibasahi
dengan cairan salin steril atau air steril yang digosokan pada area
bercak.
Kapas dikeringkan di udara
Setelah kering masukan dalam kantong kertas
Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
21
4.3 Histopatologi Forensik
Cara Pengambilan Sampel untuk Pemeriksaan Histopatologi
1. Jaringan yang akan diambil dipotong terutama pada daerah yang dicurigai
dengan ukuran lebih 3 x 2 x 0,5 cm. Tebal jaringan sebaiknya tidak lebih
dari 0,5 cm agar bahan pengawet dapat masuk kedalam jaringan sehingga
tidak mengalami pembusukan.
2. Apabila mengirim jaringan yang utuh, seperti jantung dan uterus sebaiknya
jaringan tersebut dibelah dan diiris agak tipis, sehingga pengawet dapat
meresap ke dalam jaringan dengan merata. Agar mudah dipotong
menggunakan mikrotom untuk mendapatkan irisan jaringan yang sangat
tipis (sesuai yang diharapkan).
22
2. Kemudian di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub
pleura) dan di tutup
3. Objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
4. Dilihat dibawah mikroskop akan didapatkan lumpur, pasir, telur cacing,
diatome, alga, dll.
Hasilnya :
1. Tes getah paru (+) : korban sempat atau pernah bernafas dalam air
2. Tes getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk kedalam
air atau tidak sempat bernafas dalam air, airnya jernih sama dengan air
minum, spasme laring, vagal reflex.
23
Tes CO2 ada dua yaitu :
1. Kualitatif : dilakukan dengan pemberian larutan Ca(OH)2 yang jernih dan
baru dibuat atau larutan Ba(OH)2 pada botol yang berisi udara saat
dilakukan pengambilan dari tempat sampel. Apabila terdapat endapan
putih kapur dari CaCO3 atau BaCO3 berarti gas CO2 positif.
2. Kuantitatif :
- Grafimetri melakukan penimbangan terhadap endapan yang terjadi
- Volumetri dilakukan dengan menitrasi kelebihan larutan basa CaOH2
atau BaOH2 dengan konsentrasi tertentu
- Chromatografi gas (kualitatif dan kuantitatif)
Hasil :
a. Keracunan gas CO2 : darah berwarna hitam
b. Keracunan gas CO dan HCN (kluwek, pete, gaplek) : cherry red
24
3. COHb dengan kadar saturasi 20% akan memberi warna merah muda selama
beberapa detik kemudian menjadi coklat kehijauan setelah 1 menit.
4. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga
bersifat resisten terhadap alkali.
25
4.9 Emboli Udara Vena
Emboli udara vena biasanya terjadi karena vena teriris biasanya yang teriris
vena jugularis di leher sehingga udara masuk ke dalam pembuluh darah vena
kemudian menuju ke jantung kanan menuju percabangan arteri pulmonale
kemudian menuju ke paru-paru dan menyebabkan sesak.
Korban meninggal karena kapiler paru buntu oleh udara sehingga terjadi
asfiksia, dimana jumlah udara yang dapat menyebabkan kematian antara 100-
150 cc.
Otopsi yang dilakukan adalah
1. Membuka kulit dinding thorax kemudian memotong sternum pada
processus Xypoideus setinggi ICS II dibawah costa II agar vena brachialis
cab vena clavicula tidak ikut terpotong
2. Ambil dan gunting pericard dengan posisi Y terbalik kemudian isi dengan
air sampai menggenang
3. Lakukan tusukan pada atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis
4. Ditemukan adanya gelembung udara
5. Penyebab emboli udara vena :
g. Luka pada pembuluh balik leher, terutama vena jugularis
h. Abortus provocatus criminalis dengan cara penyemprotan
26
4.11 Emboli Lemak
Contoh kasus yang dapat menyebabkan sesorang terkena emboli lemak adalah
: apabila terdapat seseorang yang dipukuli terus menerus dan orang tersebut
menjadi sesak kemudian mati serta kasus sesorang yang hendak dioperasi
karena patah tulang paha yang berakhir meninggal akibat sesak.
Dari kasus diatas penyebab terjadinya kematian adalah karena adanya emboli
lemak setelah dilakukan pemeriksaan pada paru-paru, ec. Fraktur tulang
panjang.
1 Lemak terpecah dan terlepas karena terkena pukulan pada kulit seluruh
punggung dan karena patahnya tulang panjang sehingga cairan lemak
masuk ke dalam pembulu darah vena yang robek dan masuk ke dalam
vena cava superior kemudian masuk ke atrium kanan dan masuk ke
ventirkel kanan setelah itu masuk ke arteri pulmonale dan membuntu
di paru-paru (alveoli)
2 Korban meninggal karena kapiler buntu dan terjadi asfiksia.
3 Dilakukan tes emboli lemak dengan organ yang diambil adalah paru-
paru. Jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam
arang cair (frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong 20
mikron dan di cat dengan warna Sudan III kemudian dikirim ke
laboratorium
4 Pengiriman ke laboratorium PA atau pengawetan dilakukan dengan
cara paru-paru diberi gas CO kemudian difiksasi menggunakan dry ice
agar tidak membusuk. Jangan mengirim menggunakan alcohol atau
formalin karena lemak akan larut.
4.12 Pneumothorax
Pneumothorax merupakan adanya udara dalam rongga thorax.
Otopsi yang dilakukan :
a. Membuka kulit dinding thorax dengan potongan huruf ‘I’ atau dengan
potongan huruf ‘Y’
27
b. Setelah costa terlihat, tarik potongan costa kemudian tarik potongan
kulit hingga membentuk kantong
c. Isikan air sampai tergenang
d. Lakukan tusukan pada paru-paru yang berada diantara ICS2
e. Ditemukan hasil positif bila hasil test tersebut ditemukan gelembung
udara
f. Pada gas pembusukan ditemukan sedikit gelembung udara
28
DAFTAR PUSTAKA
29