Anda di halaman 1dari 96

MAKALAH TUTORIAL

CASE 10 - SERVISITIS

TUTORIAL C1
dr. Hidayat, SpPK
Disusun oleh :
Allya Inayatul R.

1310211003

Siti Maysaroh

1310211018

Riduan Rijky

1310211033

Namiroh Dima Ash Sholihat

1310211054

Ega Meilyta Andriani Putri

1310211105

Amri Muzzamil

1310211123

Ayu Wulandari

1310211146

Aletha Ayu

1310211140

Annisa Rahma Chany

1310211170

Tarida Putri Rahmadani

1310211192

FAKULTAS KEDOKTERAN
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, kami berhasil menyelesaikan makalah tutorial ini meliputi Penyakit Menular
seksual. Kami pun mengucapkan terima kasih kepada dr. Hidayat, SpPK selaku tutor pada
tutorial kami, yang telah memberikan bimbingan dan arahan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Makalah ini adalah sebuah intisari dari hal-hal yang telah kita pelajari selama tutorial
berlangsung. Makalah ini dibuat supaya kita dapat mengerti lebih dalam tentang pembahasan
kasus kita di dalam tutorial dan sebagai acuan pembelajaran bagi kita semua. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat diambil hikmahnya.
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, namun mudah- mudahan kita
semua dapat mengambil semua ajaran yang terdapat di dalamnya. Atas perhatiannya kami
ucapkan terima kasih.

26 mei 2016

Penyusun

KASUS
Ny. M, 28 thn. Keluhan keputihan berwarna kekuningan yang tidak gatal sejak 1 bulan yang lalu,
dalam 2 minggu terakhir ini juga disertai dengan demam dan rasa nyeri di daerah panggul
bawah. Ny. M sudah berusaha mengobati dengan sabun sirih namun tidak ada perbaikan. Ny. M
mengaku tidak pernah berganti pasangan dan tidak menggunakan kontrasepsi pada saat
berhubungan seksual. Saat ini Ny. M mengaku sedang hamil 4 bulan anak pertama. Suami Ny.
M bekerja sebagai sopir bis antar kota dan jarang pulang ke rumah.
Riwayat menstruasi 30 hari, teratur, 5 hari
Riwayat kontrasepsi : tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi
1. identifikasi masalah Ny. M
2. buatlah hipotesis dari keluhan-keluhan ny.M
3. pemeriksaan apa yang anda butuhkan untuk menunjang diagnosis anda
Pemeriksaan Fisik :
Tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N: 92 x/mnt, R : 20x/menit, T: 38,2
BB/TB : 53/155
Leher : KGB tidak teraba membesar
Thorax : normal
Payudara : normal
Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi

: tidak tampak pembesaran

Palpasi

: nyeri suprapubis (+)

Px Luar

Pemeriksaan spekulum
Vulva

: tidak ada kelainan

Vagina, portio : mukosa kemerahan dan tampak daerah erosive, fluor + putih kekuningan kental
Pemeriksaan bimanual
Nyeri goyang portio(+), nyeri tekan adneksa (+)
USG

: tidak ditemukan kelainan pada uterus dan adneksa

IVA test meragukan


Laboratorium
Hb

: 11 gr/dL

Leukosit

: 17000/mm3

Cervical/vaginal swab :
gram negative diplococcus, leukosit banyak
kultur menunggu hasil
Clue cell (-)
KOH : pseudohifa (-)
Hasil paps smear : tidak ditemukan kelainan
1. jelaskan pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan
2. buatlah diagnosis dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Diagnosis : Servisitis Bakterialis et causa Neisseria Gonorrhoeae

SIFILIS
Definisi
Sifilis

adalah

penyakit

infeksi

yang

disebabkan

oleh

kuman

Treponema

pallidumyangmenyerang manusia. Nama lain dari sifilis penyakit raja singa. Penyakit ini
mempunyai beberapa sifat, yaitu perjalanan penyakitnya sangat kronis, dapat menyerang semua
organ tubuh, dapat menyerupai macam-macam penyakit, mempunyai masa laten, dapat kambuh
kembali (rekuren), dan dapat ditularkan dari ibu ke janinnya sehingga menimbulkan sifilis
kongenital. Selain melalui ibu ke janinnya dan melalui hubungan seksual, sifilis bisa juga
ditularkan melalui luka, transfusi dan jarum suntik
Gejala dan Tanda Klinis
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelum tes serologis, diagnosis sulit
dilakukan dan penyakit ini sering disebut Peniru Besar karena sering dikira penyakit lainnya.
Berdasarkan cara penularannya, sifilis dibagi menjadi 2 macam:
1. Sifilis Kongenital (Bawaan)
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada janinnya saat persalinan, namun sebagian besar
kasus sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero.
2. Sifilis Akuisita (didapat)
Sifilis yang ditularkan melalui hubungan seksual, luka, transfusi darah danjarum suntik.
Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui 4 tahapan:
1. Stadium Primer
Terbentuk Chancre pada tempat infeksi sekitar 3 minggu setelah infeksi yang berukuran
beberapa mm sampai 2 cm. Chancre ini bersifat soliter, nyeri, mengeras, dan terutama
terdapat di daerah genitalia, mulut dan anus. Kebanyakan chancre muncul pada penis,
anus, dan rektum pada pria, sedangkan pada wanita pada vulva, leher rahim dan antara
vagina dan anus (perineum). Selain itu dapat terbentuk di bibir, tangan, atau mata. Luka

di vagina dan anus mungkin tak terdeteksi kecuali jika dilihat oleh seorang dokter. Lesi
biasanya sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 6 minggu
2. Stadium Sekunder
Gejala klinis pada stadium ini biasanya terjadi 6 minggu setelah pecahnya Chancre atau
selambat-lambatnya 6 bulan setelah infeksi. Penderita sering mengalami demam.Semua
jaringan tubuh dapat diserang terutama kulit dan selaput lendir. Kulit dapat mengalami
kelainan yang tidak gatalberupa makula, papula, pustule. Ruam sering muncul sekitar 6
minggu sampai 3 bulan setelah chancre sembuh. Ruam dapat menutupi bagian tubuh,
tetapi cenderung meletus pada telapak tangan atau telapak kaki. Ini tidak gatal. Lesi
menyakitkan juga dapat terbentuk di selaput lendir mulut dan tenggorokan dan pada
tulang dan organ dalam. Pada saat ini, penyakit ini sangat menular, karena bakteri
terdapat pada sekresi dari lesi. Ruam biasanya sembuh tanpa pengobatan dalam waktu 2
sampai 6 minggu. Gejala lain berupa demam, sakit tenggorokan, kelelahan, sakit kepala,
sakit leher, sakit sendi, malaise dan rambut rontok. Sejumlah besar pasien tidak
menunjukkan gejala pada tahap ini dari penyakit.

3. Stadium Laten
Pada stadium ini disebut fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala-gejala klinik
sifilis sekunder dan tersier ini berlangsung antara beberapa bulan sampai bertahun-tahun.
Bakteri tetap aktif dalam kelenjar getah bening dan limpa. Stadium ini bisa bertahan 3-30
tahun dan mungkin tidak berlanjut ke sifilis tersier. Sekitar 30% dari orang yang
terinfeksi bertahan dalam keadaan laten.

4. Stadium Tersier
Stadium tersier dapat terjadi bertahun-tahun setelah gejala-gejala sifilis sekunder
menghilang. Muncul kelainan-kelainan yang terjadi akibat reaksi alergi dari jaringan
terhadap organisme yang berupa reaksi gumma. Kelainan yang terjadi berupa rusaknya
organ dalam seperti otak, syaraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang, dan
persendian.

Etiologi
Penyebab penyakit ini adalah Treponema pallidum yang termasuk ordo spirochaetales, familia
spirochaetaceae, dan genus treponema. T. pallidum berbentuk spiral, panjang 5-20 m, lebar 0,10,2 m,gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol.

Pemeriksaan Penunjang Diagnostik


Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan fisik.Pemeriksaan fisik dilakukan di seluruh
permukaan kulit, rambut dan kuku, pembengkakan kelenjar getah bening, selaput lendir mulut,
daerah genitalia/anogenitalia.
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan pemeriksaan sediaan langsung dan serologis.
Ada 2 jenis pemeriksaan darah yang digunakan:

Tes penyaringan : VDRL (venereal disease research laboratory) atau RPR (rapid
plasma reagin).
Tes penyaringan ini mudah dilakukan dan tidak mahal. Mungkin perlu
dilakukan tes ulang karena pada beberapa minggu pertama sifilis primer hasilnya bisa
negatif.

Pemeriksaan antibodi terhadap bakteri penyebab sifilis.


Pemeriksaan ini lebih akurat. Salah satu dari pemeriksaan ini adalah tes FTAABS (fluorescent treponemal antibody absorption), yang digunakan untuk
memperkuat hasil tes penyaringan yang positif.
Pada fase primer atau sekunder, diagnosis sifilis ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan mikroskopis terhadap cairan dari luka di kulit atau mulut.

Cara Pencegahan
Tidak ada vaksin untuk mencegah terjangkitnya sifilis. Pencegahan dapat dilakukan dengan:
o Tidak berhubungan seksual dengan orang yang memiliki penyakit sifilis
o Tidak berganti-gantipasangan
o Penyuluhan mengenai bahaya penyakit menular seksual (PMS) pada masyarakat
o Pemeriksaan darah pada ibu hamil melalui STS (Serological Test for Syphilis) untuk
menghindari terjadinya congenital sifilis
Sifilis tidak menular melalui pelukan, makan menggunakan peralatan makan yang sama, jabat
tangan dan dudukan toilet

Cara Pengobatan
Pengobatan dilakukan tergantung stadium sifilis yang diderita. Biasanya diberikan antibiotik
seperti suntikan penisilin sebagai berikut:

Sifilis stadium primer, diberikan Procaine penicilin G sebanyak 1 kali suntikan

Sifilis stadium sekunder, biasanya diberikan Benzathine penicilin.

Penisilin juga diberikan kepada penderita sifilis fase laten dan semua bentuk sifilis fase tersier,
meskipun mungkin perlu diberikan lebih sering dan lebih lama.
Jika penderita alergi terhadap penisilin, bisa diberikan doksisiklin atau tetrasiklin per-oral selama
2-4 minggu.
Prognosis
Prognosis sifilis stadium primer dan sekunder baik sedangkan stadium sekunder buruk. Pada
stadium primer, sekunder, dan awal sifilis laten dapat diobati dengan antibiotik. Akhir laten
(lebih dari 1 tahun setelah tahap kedua) sulit untuk diobati. Sifilis tersier memiliki angka
kematian sangat tinggi

akibat efek luas dari penyakit pada sistem saraf pusat.

Neurosifilis (di mana bakteri menyerang sistem saraf) dapat terjadi pada individu yang tidak

diobati. Hal ini mengakibatkan meningitis, kelumpuhan, penyakit mental, dan degenerasi dari
saraf tulang belakang. Jika pembuluh darah yang terkena, seorang stroke mungkin terjadi.
VULVITIS DAN VAGINITIS
Vulvitis adalah radang selaput lendir labia dan sekitarnya (Universitas Padjadjaran. 1981).

Etiologi

Penyebab dari vaginitis adalah Candida albicans, Trichomonas vaginalis, Neisseria gonorrhoeae,
Hemophilus vaginalis. Penyebab lain meliputi gabungan bedak tabur, cacing kremi, benda asing,
hygiene perineum yang buruk.

Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vulvitis :

Hygiene yang kurang seperti pada wanita yang gemuk dan tua.

Gonococcus.

Candida albicans.

Trichomonas.

Oxyuris.

Pediculi pubis.

Diabetes

Menurut Universitas Padjadjaran (1981) penyebab vaginitis :

Vulvovaginitis pada anak, sering disebabkan oleh gonorrhea atau corpus allienum

Kolpitis senilis, disebabkan karena ovaria berhenti berfungsi.

Kolpitis pada masa reproduktif


Masturbasi
Corpus allienum : pessaerium, obat atau alat kontrasepsi kapas
Rangsang themis seperti berenang dalam air dingin

Klasifikasi
1) Vaginitis Candida disebabkan oleh Candida albicans.
Penyebab :
o Hygiene yag kurang.
o

Pertumbuhan Candida yang berlebihan, karena kadar glukosa darah yang tinggi,
dan pemberian antibiotik berspektrum luas.

Tanda dan gejala :


o Pruritus vulvae.
o Nyeri vagina yang hebat.
o Disuria eksterna dan interna.
o Rash pada vulva.
o Eritematosa.
o Sekret khas seperti keju lembut.

2) Vaginitis Trichomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.


Penyebab :
o hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
o Secret banyak dan bau busuk.
o Disuria eksterna dan interna
o Pruritus vulva.
o Edema vulva.

3) Vaginitis non spesifik disebabkan oleh Gardnerella vaginalis.


Penyebab :
o Hygiene yang kurang.
o Hubungan seksual.
Tanda dan gejala :
o Vagina berbau busuk dan amis.

4)

Sekret encer, kuning sampai abu-abu.

Vaginitis Atrofican disebabkan oleh infeksi epitel vagina yang defisiensi estrogen.
Penyebab :
o pasca menopause rentan terhadap infeksi.
Tanda dan gejala :
o Pendarahan pervaginam.
o Disuria eksterna.
o Pruritus.
o Dispareunia.
o Permukaan vagina merah muda, pucat, halus tanpa rugae.

Menurut Manuaba (2001).


1) Vulvitis.
a. Infeksi kulit berambutnya.
o Terjadi perubahan warna.
o Membengkak.
o Terasa nyeri.
o Kadang-kadang tampak bernanah.
o Menimbulkan kesukaran bergerak.

b. Infeksi kelenjar bartolini.


o Terletak dibagian bawah kulit.
o Warna kulit berubah.
o Membengkak.
o Terjadi timbunan nanah didalam kelenjar.
o Penderita sukar berjalan/ duduk karena sakit.

Faktor Presdiposisi
1. Coitus, terutama dalam smegma preputium mengandung kuman-kuman.
2. Tampon-tampon di dalam vagina, misalnya untuk menampon darah haid.

3. Higiene yang kurang, pakaian kotor.


4. Atrofi epitel vagina pada mosa senile dimana epitel vagina kurang mengandung glikogen
dan menjadi tipis.
5. Korpus alineum : terutama pada anak-anak tetapi juga alat-alat perangsang seks pada
orang dewasa.
6. Masturbasi kronis.
7. Benda asing dalam vagina.

Manifestasi Klinis
Menurut Universitas Padjadjaran (1981) :

Vulvitis :
o perasaan panas dan nyeri terutama waktu kencing.
o Leukorea yang sering disertai perasaan gatal hingga terjadi iritasi oleh gerakan.
o Gangguan koitus.
o Introitus dan labia menjadi merah dan bengkak, sering tertutup oleh secret.

Vaginitis :
o leukorea yang kadang-kadang berbau (anyir).
o Perasaan panas/ pedih pada vagina.
o Perasaan gatal pada vulva.

Menurut Sinklair & Webb (1992), tanda dan gejala vulvitis & vaginitis :

Akut
o Pruritus.
o Panas.
o Eritema.
o Edema.
o Perdarahan.
o

Nyeri (mungkin sangat, menyebabkan tidak mampu berjalan, duduk dan retensi
urine akut).

o Ulserasi dan vesikel.

Kronik
o Inflamasi hebat dengan edema minimal.
o Pruritus hebat ekskoriasi infeksi sekunder.
o Daerah yang terserang : monpubis, perineum, paha yang berdekatan, anus, sekitar
paha.
o Lesi ulseratif disebabkan : granuloma, karsinoma, melanoma.
o Hasil akhir mungkin berupa ekstruksi vulva.

Penatalaksanaan
1. Infeksi bacterial
Diberikan antibiotika Candidiasis seperti :

Nistatin

: 100.000 2 kali per hari selama 7 10 hari.

Mikonazol

: 7 gram 1 2 kali per hari selama 3,5 7 hari.

Klotrimazol

: 100 gram tablet atau 7 gram krim 1 2 kali per hari selama 3,5
7 hari.

Asam borat

: 600 mg 2 kali per hari selama 7 10 hari

2. Infeksi dengan trichomonas

Metronidazol

: 2 gram dalam dosis tunggal, juga terapi pasangan seksual laki-

lakinya. (Tahap I).

Metronidazol

: 500 mg 2 kali per hari selama 7 hari, terapi seksual pasangan

laki-lakinya. (Tahap rekurens).

3. Vaginitis non spesifik

Metronidazol

: 500 mg 2 kali per hari selama 7 hari.

Ampicillin

: 500 mg 4 kali per hari selama 7 hari.

4. Vaginitis atroficans

Cream estrogen: 1 kali per hari selama 2 minggu kemudian selang sehari selama
2 minggu.

5. Infeksi dengan jamur

Diberi Nistatin biasanya diberi dalam bentuk ovula.

6. Kolpitis senilis

Selain dari antibiotika atau antinikotika diberi salep yang mengandung estrogen
selama 20 hari.

VAGINOSIS BAKTERIALIS
Pengertian Vaginosis bacterial
Vaginosis bakterial adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang di-sebabkan
bertambahnya pertumbuhan flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang
mempunyai konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.

Epidemiologi
Penyakit bakterial vaginosis lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan
kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi bergantung pada tingkatan sosial
ekonomi penduduk pernah disebutkan bahwa 50 % wanita aktif seksual terkena infeksi G.
vaginalis, tetapi hanya sedikit yang menyebabkan gejala sekitar 50 % ditemukan pada pemakai
AKDR dan 86 % bersama-sama dengan infeksi Trichomonas.
Pada wanita hamil, penelitian telah didokumentasikan mempunyai prevalensi yang
hampir sama dengan populasi yang tidak hamil, berkisar antara 6%-32%.31 Kira-kira 10-30%
dari wanita hamil akan mendapatkan Vaginosis bacterialis selama masa kehamilan mereka.

Gardnerella vaginalis dapat diisolasi dari 15 % anak wanita prapubertas yang masih
perawan, sehingga organisme ini tidak mutlak ditularkan lewat kontak seksual. Meskipun kasus
bakterial vaginosis dilaporkan lebih tinggi pada klinik PMS, tetapi peranan penularan secara
seksual tidak jelas.
Bakterial vaginosis yang rekuren dapat meningkat pada wanita yang mulai aktivitas
seksualnya sejak umur muda, lebih sering juga terjadi pada wanita berkulit hitam yang
menggunakan kontrasepsi dan merokok. Bakterial vaginosis yang rekuren prevalensinya juga
tinggi pada pasangan-pasangan lesbi, yang mungkin berkembang karena wanita tersebut
berganti-ganti pasangan seksualnya ataupun yang sering melakukan penyemprotan pada vagina.6
Hampir 90 % laki-laki yang mitra seksual wanitanya terinfeksi Gardnerella vaginosis,
mengandung G.vaginalis dengan biotipe yang sama dalam uretra, tetapi tidak menyebabkan
uretritis.

Etiologi
Ekosistem vagina adalah biokomuniti yang dinamik dan kompleks yang terdiri dari
unsur-unsur yang berbeda yang saling mempengaruhi. Salah satu komponen lengkap dari
ekosistem vagina adalah mikroflora vagina endogen, yang terdiri dari gram positif dan gram
negatif aerobik, bakteri fakultatif dan obligat anaerobik. Aksi sinergetik dan antagonistik antara
mikroflora vagina endogen bersama dengan komponen lain, mengakibatkan tetap stabilnya
sistem ekologi yang mengarah pada kesehatan ekosistem vagina. Asam laktat seperti organic
acid lanilla yang dihasilkan oleh Lactobacillus, memegang peranan yang penting dalam
memelihara pH tetap di bawah 4,5 (antara 3,8 - 4,2), dimana merupakan tempat yang tidak sesuai
bagi pertumbuhan bakteri khususnya mikroorganisme yang patogen bagi vagina.
Kemampuan memproduksi H2O2 adalah mekanisme lain yang menyebabkan
Lactobacillus hidup dominan daripada bakteri obligat anaerob yang kekurangan enzim katalase.
Hidrogen peroksida dominan terdapat pada ekosistem vagina normal tetapi tidak pada bakterial
vaginosis. Mekanisme ketiga pertahanan yang diproduksi oleh Lactobacillus adalah bakteriosin

yang merupakan suatu protein dengan berat molekul rendah yang menghambat pertumbuhan
banyak bakteri khususnya Gardnerella vaginalis.
G. vaginalis sendiri juga merupakan bakteri anaerob batang variabel gram yang mengalami
hiperpopulasi sehingga menggantikan flora normal vagina dari yang tadinya bersifat asam
menjadi bersifat basa
Pada bakterial vaginosis dapat terjadi simbiosis antara G.vaginalis sebagai pembentuk
asam amino dan kuman anaerob beserta bakteri fakultatif dalam vagina yang mengubah asam
amino menjadi amin sehingga menaikkan pH sekret vagina sampai suasana yang sesuai bagi
pertumbuhan G. vaginalis. Beberapa amin diketahui menyebabkan iritasi kulit dan menambah
pelepasan sel epitel dan menyebabkan sekret tubuh berbau tidak sedap yang keluar dari vagina.
Basil-basil anaerob yang menyertai bakterial vaginosis diantaranya Bacteroides bivins, B.
Capilosus dan B. disiens yang dapat diisolasikan dari infeksi genitalia.

Gambaran Klinis
Gejala yang paling sering pada bakterial vaginosis adalah adanya cairan vagina yang
abnormal (terutama setelah melakukan hubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas
yaitu bau amis/bau ikan (fishy odor).
Bau tersebut disebabkan oleh adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi
basa. Cairan seminal yang basa (pH 7,2) menimbulkan terlepasnya amin dari perlekatannya pada
protein dan amin yang menguap menimbulkan bau yang khas. Walaupun beberapa wanita
mempunyai gejala yang khas, namun pada sebagian besar wanita dapat asimptomatik. Iritasi
daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar), kalau ditemukan lebih ringan daripada
yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis atau C.albicans. Sepertiga penderita mengeluh
gatal dan rasa terbakar, dan seperlima timbul kemerahan dan edema pada vulva. Nyeri abdomen,
dispareuria, atau nyeri waktu kencing jarang terjadi, dan kalau ada karena penyakit lain.
Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang tipis dan sering berwarna
putih atau abu-abu, viskositas rendah atau normal, homogen, dan jarang berbusa. Sekret tersebut

melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus. Gejala
peradangan umum tidak ada. Sebaliknya sekret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas
kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran bergerombol.
Pada penderita dengan bakterial vaginosis tidak ditemukan inflamasi pada vagina dan
vulva. Bakterial vaginosis dapat timbul bersama infeksi traktus genital bawah seperti
trikomoniasis dan servisitis sehingga menimbulkan gejala genital yang tidak spesifik.
Diagnosis
Diagnosis bakterial vaginosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan mikroskopis. Anamnesis menggambarkan riwayat sekresi vagina terus-menerus
dengan bau yang tidak sedap. Kadang penderita mengeluh iritasi pada vagina disertai
disuria/dispareunia, atau nyeri abdomen.
Pada pemeriksaan fisik relatif tidak banyak ditemukan apa-apa, kecuali hanya sedikit
inflamasi dapat juga ditemukan sekret vagina yang berwarna putih atau abu-abu yang melekat
pada dinding vagina. Gardner dan Dukes (1980) menyatakan bahwa setiap wanita dengan
aktivitas ovum normal mengeluarkan cairan vagina berwarna abu-abu, homogen, berbau dengan
pH 5 - 5,5 dan tidak ditemukan T.vaginalis, kemungkinan besar menderita bakterial vaginosis.
Dengan hanya mendapat satu gejala, tidak dapat menegakkan suatu diagnosis, oleh sebab
itu didapatkan kriteria klinis untuk bakterial vaginosis yang sering disebut sebagai kriteria Amsel
(1983) yang berpendapat bahwa terdapat tiga dari empat gejala, yaitu :

Adanya sekret vagina yang homogen, tipis, putih, melekat pada dinding vagina dan
abnormal

pH vagina > 4,5

Tes amin yang positif, yangmana sekret vagina yang berbau amis sebelum atau setelah
penambahan KOH 10% (Whiff test)

Adanya clue cells pada sediaan basah (sedikitnya 20 dari seluruh epitel).

Diagnosis Banding

Ada beberapa penyakit yang menggambarkan keadaan klinik yang mirip dengan bakterial
vaginosis, antara lain :

Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis. Biasanya penyakit ini tidak bergejala tapi pada beberapa keadaan
trikomoniasis akan menunjukkan gejala. Terdapat dalam tubuh vagina berwarna kuning
kehijauan, berbusa dan berbau. Eritem dan edem pada vulva, juga vagina dan serviks
pada beberapa perempuan. Serta pruritos, disuria, dan dispareunia.

Kandidiasis
Kandidiasis merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans atau
kadang Candida yang lain. Gejala yang awalnya muncul pada kandidiasis adalah pruritus
akut dan keputihan.

Tatalaksana
Ahli medis biasanya menggunakan antibiotik seperti metronidazol dan klindamisin untuk
mengobati bakterial vaginosis.
a. Terapi sistemik
o Metronidazol merupakan antibiotik yang paling sering digunakan yang
memberikan keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%, dengan dosis 2 x 400 mg
atau 500 mg setiap hari selama 7 hari. Jika pengobatan ini gagal, maka diberikan
ampisilin oral (atau amoksisilin) yang merupakan pilihan kedua dari pengobatan
keberhasilan penyembuhan sekitar 66%).4,6,16,20
o Kurang efektif bila dibandingkan regimen 7 hari
o Mempunyai aktivitas sedang terhadap G.vaginalis, tetapi sangat aktif terhadap
bakteri anaerob, efektifitasnya berhubungan dengan inhibisi anaerob.
NB : Metronidazol dapat menyebabkan mual dan urin menjadi gelap.

o Klindamisin 300 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Sama efektifnya dengan


metronidazol untuk pengobatan bakterial vaginosis dengan angka kesembuhan
94%. Aman diberikan pada wanita hamil. Sejumlah kecil klindamisin dapat
menembus ASI, oleh karena itu sebaiknya menggunakan pengobatan intravagina
untuk perempuan menyusui.
o Amoksilav (500 mg amoksisilin dan 125 mg asam klavulanat) 3 x sehari selama 7
hari. Cukup efektif untuk wanita hamil dan intoleransi terhadap metronidazol.
o etrasiklin 250 mg, 4 x sehari selama 5 hari.
o Doksisiklin 100 mg, 2 x sehari selama 5 hari.
o Eritromisin 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari
o Cefaleksia 500 mg, 4 x sehari selama 7 hari.

b. Terapi Topikal
o Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama 5 hari.
o Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari.
o Tetrasiklin intravagina 100 mg, 1 x sehari.
o Triple sulfonamide cream. (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid 3,7% dan
Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan
angka penyembuhannya hanya 15 45 %

Pada trimester pertama diberikan krim klindamisin vaginal karena klindamisin tidak
mempunyai efek samping terhadap fetus. Pada trimester II dan III dapat digunakan
metronidazol oral walaupun mungkin lebih disukai gel metronidazol vaginal atau
klindamisin krim.

Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual. Terapi juga diberikan
kepada pasangan seksual dan dianjurkan tidak berhubungan selama masih dalam
pengobatan.

Pengobatan secara oral atau lokal dapat digunakan untuk pengobatan pada wanita
hamil dengan gejala VB yang resiko rendah terhadap komplikasi obstertri. Wanita tanpa
gejala dan wanita tanpa faktor resiko persalinan preterm tidak perlu menjalani skrening

rutin untuk pemngobatan bacterial vaginosis. Wanita dengan resiko tinggi persalinan
preterm dapat mengikuti skrining rutin dan pengobatan bacterial vaginosis.
Jika pengobatan untuk pencegahan terhadap komplikasi kehamilan dijalani, maka
diharuskan menggunakan metronidazole oral 2 kali sehari selama 7 hari. Topical (pada
vagina) tidak direkomendasikan untuk indikasi ini. Test skrining harus diulangi 1 bulan
setelah pengobatan untuk memastikan kesembuhan.

SERVISITIS
Definisi
Servisitis adalah peradangan pada serviks, yaitu bagian sempit pada ujung dari rahim/
uterus yang terbuka ke arah vagina, yang ditandai dengan adanya eksudat endoserviks yang
purulen atau mukopurulen di kanalis endoservikalis atau di spesimen swab endoserviks, dan/atau
adanya perdarahan endoserviks yang mudah terjadi apabila kapas swab digoreskan pada
os.serviks.

Klasifikasi
Secara umum, servisitis dapat terbagi dua:

1. Servisitis non infeksi, dapat disebabkan oleh: trauma lokal (contoh: iritasi serviks yang
disebabkan oleh tampon dan alat-alat kontrasepsi), radiasi, iritasi bahan kimia, inflamasi
sistemik dan keganasan.
2. Servisitis infeksi, disebabkan terutama oleh organisme yang ditularkan melalui hubungan
seksual seperti C trachomatis dan N gonorrhoeae. Etiologi lainnya meliputi Trichomonas
vaginalisdan herpes simplex virus (HSV), terutama HSV primer tipe 2.

Faktor Risiko

multiple sex partner

usia muda

tinggal di perumahan perkotaan

status sosioekonomi yang redah

pemakaian alkohol dan obat-obatan terlarang

predisposisi genetik

Epidemiologi
CDC memperikarakan lebih dari 19 juta infeksi yang ditularkan melalui hubungan
seksual (sexually transmitted infections / STI) terjadi setiap tahun, hampir separohnya terjadi
pada usia 15-24 tahun. Penyebab STI yang tersering antara lain Chlamidya dan Gonorrhea.

Gejala Klinis

Servisitis sering asimptomatik pada infeksi gonorrhea, chlamydia danT vaginalis. Jika
menimbulkan gejala, sering tidak khas dan munculannya biasanya berupa discharge pada
vagina, dysuria, sering buang air kecil, dan perdarahan dalam siklus menstruasi atau post koitus.

Jika infeksi sudah terjadi dalam waktu lama, gejalanya dapat meliputi nyeri perut bawah atau
nyeri punggung bawah.

Infeksi yang disebabkan oleh HSV juga biasanya asimptomatik. Namun episode pertama
herpes genital biasanya bergejala dan ditandai dengan ulkus yang nyeri disertai demam, myalgia,
sakit kepala dan malaise. Gejala lain yang sering antara lain dysuria, discharge vagina, dan
discharge uretra. Namun sebagian besar pasien mengalami gejala prodormal seperti rasa gatal
atau kesemutan diikuti adanya vesikel.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi genitalia eksterna, temukan adanya lesi kulit (seperti kutil, ulkus, vesikel,
ekskoriasi, eritema), inflamasi kelenjar bartholin atau kelenjar skene, atau limfadenopati
inguinal.

Pemeriksaan spekulum, ditemukan adanya sekret vagina yang banyak sekali, berwarna
dan kotor. Pemeriksaan pH dapat ditemukan lebih dari 4,5.

Pemeriksaan VT Bimanual dapat ditemukan nyeri gerak serviks/ cervical motion


tenderness (yakni jika adanya nyeri saat pemeriksa menggerakkan serviks)

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan spesimen swab endoserviks dan vagina secara mikroskopis, ditemukan


peningkatan leukosit PMN

Whiff test

Nucleic acid amplification testing (NAAT), spesifik untuk gonorhea dan chlamydia

Pap Smear

IVA (inspeksi visual asam asetat)

Biopsy

Tatalaksana

Pengobatan dengan antibiotik oral untuk infeksi gonorrhea, chlamydia dan T


vaginalis seperti ceftriaxon, cefixime dan spectinomycin. Anti-protozoa seperti tinidazol
dapat digunakan spesifik untuk infeksi T vaginalis.

Anti viral oral digunakan untuk infeksi herpes, seperti acyclovir, famciclovir dan
valacyclovir.

Terapi topikal sebagai terapi simptomatis untuk mengangkat kutil pada alat kelamin
seperti Imiquimod, podofilox, fluorouracil topical dan trichloroacetic acid topical.

Pilihan lain: injeksi intralesi dan bedah

SALPINGITIS
Definisi
Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada uterus, tuba fallopi, dan ovarium yang mengarah ke
perlukaan dengan perlengketan pada jaringan dan organ sekitar.Tuba fallopi perpanjangan dari
uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertilitas pada wanita

Epidemiologi
Lebih dari satu juta kasus salpingitis akut dilaporkan setiap tahun di Amerika Serikat,
namun jumlah insiden ini mungkin lebih besar, karena metode pelaporan tidak lengkap dan tidak
tepat waktu dan bahwa banyak kasus yang dilaporkan pertama ketika penyakit itu telah pergi
begitu jauh bahwa mereka telah mengembangkan kronis komplikasi. Bagi wanita berusia 16-25,
salpingitis adalah infeksi serius yang paling umum. Ini mempengaruhi sekitar 11% dari wanita
usia reproduksi.
Salpingitis memiliki insiden yang lebih tinggi di antara anggota kelas sosial ekonomi
rendah. Namun, hal ini dianggap sebagai efek debut seks sebelumnya, beberapa mitra dan
penurunan kemampuan untuk menerima perawatan kesehatan yang layak ketimbang semua
faktor risiko independen untuk salpingitis. Sebagai efek dari peningkatan risiko karena beberapa
mitra, prevalensi salpingitis tertinggi untuk orang yang berusia 15-24 tahun. Penurunan
kesadaran gejala dan kurang kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi juga umum dalam
kelompok ini, meningkatkan terjadinya salpingitis.

Klasifikasi Salpingitis
Ada dua jenis dari salpingitis :
1. Salpingitis akut
Pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak, dan keluar cairan
berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara menyeluruh. Tuba

bisa juga menempel pada bagian intestinal yang terdekat. Kadang-kadang tuba fallopi
penuh dengan pus.Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan menyebabkan infeksi yang
sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).

2. Salpingitis Kronis
Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu yang panjang dan
tidak menunjukan banyak tanda dan gejala.

Penyebab Salpingitis
Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasaya
menyebabkan Salpingitis, seperti: Mycoplasma,Staphylococcus, dan Streptococus. Selain itu
salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti Gonorrhea, Chlamydia, infeksi
puerperal dan post abortus. Dalam sembilan dari 10 kasus salpingitis, bakteri penyebabnya.
Beberapa bakteri yang paling umum bertanggung jawab untuk salpingitis meliputi:

Chlamydia

Gonococcus (yang menyebabkan gonore)

Mycoplasma

Staphylococcus

Streptococcus.

Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh Tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adneksa
sebagai akibat tindakan ( laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang
dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Salpingitis adalah salah satu penyebab terjadinya infertilitas pada wanita. Apabila
salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada
tuba fallopi sehingga sel telur rusak dan sperma tidak bisa membuahi sel telur. Radang tuba
falopi dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Oleh sebab itu tepatlah nama Salpingoooforitis atau Adneksitis untuk radang tersebut. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang

menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal
lewat jalan darah dari jaringan-jaringan di sekitarnya.

Faktor Resiko
Sudah berteori bahwa aliran menstruasi retrograde dan serviks pembukaan saat
menstruasi memungkinkan infeksi untuk mencapai saluran tuba. Faktor risiko lain meliputi:
prosedur bedah, menembus dinding serviks:

endometrium biopsy

kuret

histeroskopi

Gambaran Klinis
Dalam kasus ringan, salpingitis mungkin tidak memiliki gejala. Ini berarti saluran tuba
dapat menjadi rusak tanpa perempuan menyadarinya dia memiliki infeksi. Ada pun tanda gejala
dari salpingitis adalah :

Nyeri pada salah satu atau kedua sisi perut

Sakit punggung

Demam dan menggigil

Mual muntah

Abnormal vaginal discharge, seperti warna yang tidak biasa atau bau

Nyeri selama ovulasi.

Sering buang air kecil

Disminorhoe

Tidak nyaman atau hubungan seksual yang menyakitkan

1. Nyeri Abdomen
Nyeri abdomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat dipercaya dari infeksi
pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering
berkembang sewaktu atau segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahannya meningkat
secara bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung menetap,
bilateral pada abdomen bagian bawah, terdapat nyeri tekan di abdomen bagian bawah dan
semakin berat dengan adanya pergerakan.

2. Perdarahan pervaginam atau sekret vagina


Perdarahan antar menstruasiatau meningkatnya aliran menstruasi atau kedua-duanya
dapat merupakan akibat langsung dari endometritis atau pengaruh tidak langsung dari
perubahan-peubahan hormonalyang berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat
disebabkan oleh servitis.

3. Gejala-gejala penyerta
Menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus berkaitan
dengan iritasi peritoneum. Disuria dan sering buang air kecil menunjukkan adanyan
keterkaitan dengan uretritis dan sistitis.Nyeri bahu atau nyeri kuadran kanan atas mungkin
merupakan gejala dari perihepatitis gonokokus.

4. Riwayat Menstruasi
Menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya. Salpingitis dapat menjadi
simptomatik pada hari keempat atau kelimadari siklus menstruasi. Kadang terdapat
perdarahan di luar siklus dan secret vagina berlebihan.

5. Tanda-tanda perluasan infeksi

Nyeri semakin hebat

Adanya peningkatan suhu tubuh

Terapi/ Tatalaksana
Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotic (sesering mungkin
sampai beberapa minggu). Antibiotik dipilih sesuai dengan mikroorganisnya yang menginfeksi.
Pasangan yang diajak hubungan seksual harus dievaluasi, disekrining dan bila perlu dirawat,
untuk mencegah komplikasi sebaiknya tidak melakukan hubungan seksual selama masih
menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1. Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85% dari
kasus. Perawatan dini dengan antibiotik yang tepat efektif terhadap N gonorrhoeae,
trachomatis C, dan organisme endogen yang tercantum di atas sangat penting untuk
mencegah gejala sisa jangka panjang. Mitra seksual harus diperiksa dan diobati dengan
tepat.
Dua rejimen rawat inap telah terbukti efektif dalam pengobatan penyakit radang
panggul akut:
a. Cefoxitin, 2 g intravena setiap 6 jam, atau cefotetan, 2 g setiap 12 jam, ditambah
doksisiklin, 100 mg intravena atau oral setiap 12 jam . Rejimen ini dilanjutkan
setidaknya selama 24 jam setelah pasien menunjukkan perbaikan klinis yang
signifikan. Doxycycline, 100 mg dua kali sehari, harus dilanjutkan untuk
menyelesaikan total 14 hari terapi. Jika abses tubo-ovarium hadir, disarankan untuk
menambahkan klindamisin oral atau metronidazole untuk doksisiklin untuk
menyediakan lebih cakupan anaerobik efektif.

b. Klindamisin, 900 mg intravena setiap 8 jam, ditambah gentamisin intravena dalam


dosis pemuatan 2 mg / kg diikuti dengan 1,5 mg / kg setiap 8 jam. Rejimen ini
dilanjutkan setidaknya selama 24 jam setelah pasien menunjukkan perbaikan klinis
yang signifikan dan diikuti oleh clindamycin baik, 450 mg empat kali sehari, atau
doksisiklin, 100 mg dua kali sehari, untuk menyelesaikan total 14 hari terapi.

2. Perawatan di rumah sakit


Perawatan penderita salpingitis di rumah sakit adalah denganmemberikan obat
antibiotic melalui Intravena(infuse) Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa
ibu.

3. Tindakan Bedah
Pembedahan pada penderita salpingitis dilakukan jika pengobatan dengan
antibiotic menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri.Tubo-ovarium abses mungkin
memerlukan eksisi bedah atau aspirasi transkutan atau transvaginal. Kecuali pecah
diduga, lembaga terapi antibiotik dosis tinggi di rumah sakit, dan terapi monitor dengan
USG. Pada 70% kasus, antibiotik yang efektif, dalam 30%, ada respon yang tidak
memadai dalam 48-72 jam, dan intervensi yang diperlukan.
Adnexectomy Unilateral diterima untuk abses sepihak. Histerektomi dan bilateral
salpingo-ooforektomi mungkin diperlukan untuk infeksi berat atau dalam kasus penyakit
kronis dengan nyeri panggul keras.

4. Berobat jalan
Jika keadaan umum baik, tidak demam berikan antibiotic

Cefotaksitim 2 gr IM,

Amoksisilin 3 gr peroral, atau

Ampisilin 3,5 per os

Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os Diikuti dengan

Dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari

Tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak


digunakan untuk ibu hamil).

5. Tirah baring
6. Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk
7. Bantu mencapai rasa nyaman:

Mandi teratur

Obat untuk penghilang gatal

Kompres hangat pada bagian abdomen yang merasa nyeri

Pemberian terapi analgesic

8. Konseling

PID dapat menyebabkan infertilitas karena tuba yang rusak, pasien harus
mengatasi hal tersebut

9. Pendidikan kesehatan yang diberikan:

Pengetahuan tentang penyebab dan penyebaran infeksi serta efeknya

Kegiatan seksual dikurangi atau menggunakan pengaman

Cara mengetasi infeksi yang berulang

10. Pengobatan dilanjutkan sampai pasien pulang dan sembuh total

ABSES TUBO OVARIUM


Definisi
Tuba ovarial abces adalah pembekakan pada tuba ovarium yang disebabkan oleh infeksi.
Etiologi
Paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh staphylococus dan streptococ dan
bacteri.
Infeksi dapat terjadi sebagai berikut :

Menjalar dari alat yang berdekatan seperti dari ovarium yang meradang.

Naik dari cavum uteri.


1. Batasan Abses Tubo Ovarial (ATO) adalah radang bernanah yang terjadi pada
ovarium dan atau tuba fallopii pada satu sisi atau kedua sisi adneksa
2. Gejala-gejala

o Demam tinggi dengan menggigil


o Nyeri kiri dan kanan di perut bagian bawah terutama kalau ditekan
o Mual dan muntah, jadi ada gejala abdomen akut karena terjadi perangsang
peritoneum
o Kadang-kadang ada tanesmi adalah anum karena proses dekat rektum dan
sigmoid.
o Toucher :
Nyeri kalau portio digoyangkan
Nyeri kiri dan kanan dari uterus
Kadang-kadang ada penebalan dari tuba. Tuba yang sehat tak teraba.
Nyeri pada ovarium karena meradang.

Patofisiologi/Etiologi
Dengan adanya penyebaran bakteri dari vagina ke tuerus lalu ke tuba dan atau
parametrium, terjadilah salpingitis dengan atau tanpa ooforitis, keadaan ini bisa terjadi pada
pasca abortus, pasca persalinan atau setelah tindakan genekologik sebelumnya. Mekanisme
pembentukan ATO yang pasti sukar ditentukan, tergantung sampai dimana keterlibatan tuba
infeksinya sendiri. Pada permulaan proses penyakit, lumen tuba masih terbuka mengeluarkan
eksudat yang purulent dari febriae dan menyebabkan peritonitis, ovarium sebagaimana struktur
lain dalam pelvis mengalami keradangan, tempat ovulasi dapat sebagai tempat masuk infeksi.
Abses masih bisa terbatas mengenai tempat masuk infeksi.
Abses masih bisa terbatas mengenai tuba dan ovarium saja, dapat pula melibatkan
struktur pelvis yang lain seperti usus besar, buli-buli atau adneksa yang lain. Proses peradangan
dapat mereda spontan atau sebagai respon pengobatan, keadaan ini biasanya memberi perubahan
anatomi disertai perlekatan fibrin terhadap organ terdekatnya. Apabila prosesnya menhebat dapat
terjadi pecahnya abses.
Gejala klinis

Bervariasi bisa tanpa keluhan bisa tampak sakit, dari ringan sampai berat disertai suhu
badan naik, bisa akut abdomen sampai syok septic. Nyeri panggul dan perut bawah disertai pula
nyeri tekan, febris (60-80 % kasus), takhirkardi, mual dan muntah, bisa pula terjadi ileus.
Adanya masa pada perut bawah dan aneksa lebih memastikan suatu ato.
Pemeriksaan dan diagnosa
a) Berdasarkan gejala klinis dan anamnesis pernah infeksi daerah panggul dengan umur
antara 30-40 tahun, dimana 25-50 % nya adalah nulipara
b) Pemeriksaan laboratorium, lekositosis (60-80 % dari kasus), peningkatan Leo
c) Foto abdomen dilakukan bila ada tanda-tanda ileus, dan atau curiga adanya masa
dianeksa
d) Ultrasonografi, bisa dipakai pada kecurigaan adanya ATO atau adanya masa diadneksa
melihat ada tidaknya pembentukan kantung-kantung pus, dapat untuk evaluasi kemajuan
terapi
e) Pinki Douglas dilakukan bila pada VT : Cavum Douglas teraba menonjol. Pada ATO
yang utuh, mungkin didapatkan cairan akibat reaksi jaringan. Pada ATO yang pecah atau
pada abses yang mengisi cavum Douglas, didapat pus pada lebih 70 % kasus

Diagnosis banding
a) ATO utuh dan belum memberikan keluhan
Kistoma ovarii, tumor ovarii
Kehamilan ektopik yang utuh
Abses peri, apendikuler
Mioma uteri
Hidrosalping

b) ATO utuh dengan keluhan : - Perforasi apendik - Perforasi divertikel / abses divertikel Perforasi ulkus peptikum - Kelainan sistematis yang memberi ditres akut abdominal Kista ovarii terinfeksi atau terpuhtir

Komplikasi
ATO yang utuh : Pecah sampai sepsis reinfeksi dikemudian hari, iteus, infertilitas
kehamian ektopik
ATO yang pecah Syok spsis, abses intraabdominal, abses subkronik, abses paru / otak

Penatalaksanaan
Curiga ATO utuh tanpa gejala
Antibotika dengan masih dipertimbangkan pemakaian golongan : doksiklin 2x / 100 mg /
hari selama 1 minggu atau ampisilin 4 x 500 mg / hari, selama 1 minggu.
Pengawasan lanjut, bila masa tak mengecil dalam 14 hari atau mungkin membesar adalah
indikasi untuk penanganan lebih lanjut dengan kemungkinan untuk laparatomi
ATO utuh dengan gejala :
Masuk rumah sakit, tirah baring posisi semi fowler, observasi ketat tanda vital dan
produksi urine, perksa lingkar abdmen, jika perlu pasang infuse P2
Antibiotika massif (bila mungkin gol beta lactar) minimal 48-72 jam Gol ampisilin 4 x 12 gram selama / hari, IV 5-7 hari dan gentamisin 5 mg / kg BB / hari, IV/im terbagi
dalam 2x1 hari selama 5-7 hari dan metronida xole 1 gr reksup 2x / hari atau
kloramfinekol 50 mg / kb BB / hari, IV selama 5 hari metronidzal atau sefaloosporin
generasi III 2-3 x /1 gr / sehari dan metronidazol 2 x1 gr selama 5-7 hari
Pengawasan ketat mengenai keberhasilan terapi
Jika perlu dilanjutkan laparatomi, SO unilateral, atau pengangkatan seluruh organ
genetalia interna
ATO yang pecah, merupakan kasus darurat : dilakukan laporatomi pasang drain kultur nanah
Setelah dilakukan laparatomi, diberikan sefalosporin generasi III dan metronidazol 2 x 1
gr selama 7 hari (1 minggu)
ATO yang pecah Kemungkinan septisemia besar oleh karenanya perlu penanganan dini dan
tindakan pembedahan untuk menurunkan angka mortalitasnya.

PENYAKIT RADANG PANGGUL (PID)


Pengertian
PID terjadi ketika bakteri atau organisme memasuki leher rahim dan menyebar penyakit
radang panggul (PID) disebabkan oleh infeksi yang dimulai pada vagina dan menyebar ke atas,
ke uterus, tuba falopi dan panggul. Paling sering, hal ini disebabkan oleh penyakit menular
seksual. Wanita yang menggunakan alat intrauterine (IUD) akan meningkatkan risiko untuk
aborsi.
Gejala penyakit radang panggul meliputi:
Sakit perut lebih rendah; Demam, Rapid Pulse; Kedinginan; Back Pain, Nyeri dan
Vaginal Discharge Intercourse. Jika PID tidak diobati, rasa sakit mungkin begitu kuat sehingga
sulit berjalan. Infeksi dapat menyebar ke dalam aliran darah dan seluruh tubuh.
PID adalah suatu keadaan yang serius dan memerlukan perhatian medis segera. Jika
Anda mengalami nyeri panggul atau gejala PID, Anda akan melihat dokter kandungan Anda
segera. Jika memungkinkan, mempertahankan catatan rasa sakit Anda dan bawa dengan Anda
untuk janji Anda. Ini akan membantu dokter Anda untuk mengetahui kapan rasa sakit Anda
terjadi, di mana ia berada, dan beratnya. Waktu tidak diobati, PID bisa menjadi hidup
mengancam. Penyakit radang panggul biasanya dikontrak melalui kontak seksual. Gonore dan
klamidia yang tidak diobati menyebabkan 90% dari semua kasus PID. Ini kadang-kadang juga
dapat disebabkan oleh persalinan.

Saat ini pengobatan dan rekomendasi pencegahan:


PID dapat didiagnosis melalui prosedur baru yang disebut falloposcopy. Falloposcopy
adalah pemeriksaan visual bagian dalam saluran tuba. Ini adalah prosedur sederhana yang
dilakukan secara out-pasien. Jika PID didiagnosis dan tidak berkembang ke tahap yang cukup
berat sehingga memerlukan operasi rekonstruktif besar untuk memperbaiki saluran tuba, terapi
antibiotik dibuat digunakan. Floxin sekarang disetujui oleh FDA sebagai pengobatan oral
pertama sanksi untuk penggunaan independen untuk mengobati penyakit radang panggul.
Sebelumnya rekomendasi termasuk penggunaan antibiotik intravena yang harus dirawat inap.
Hanya sebelum, selama dan setelah periode menstruasi, leher rahim berdilatasi sedikit;
meningkatkan risiko penyakit radang panggul dengan membuat lebih mudah untuk organisme

atau bakteri untuk masuk ke leher rahim dan menyebabkan infeksi. Extra perawatan harus
diambil selama ini untuk mencegah PID dan penyakit menular seksual lainnya.
Douching secara signifikan meningkatkan resiko terjadinya PID dan infeksi panggul
lainnya dan tidak direkomendasikan. Douching menghapus, lendir alam pelindung dari leher
rahim, bakteri memberikan tempat yang lebih menerima untuk tumbuh. Selalu berhati-hati jika
douching harus dilakukan dan sadar jika risiko. Mendapatkan pengobatan yang cepat dan
perawatan tindak lanjut dapat menyembuhkan penyakit radang panggul dan menyimpannya dari
menyebabkan masalah lebih lanjut. Ikuti saran dokter Anda erat, menyelesaikan semua obat
Anda dan kembali ke dokter Anda untuk semua pemeriksaan yang dijadwalkan. Untuk
menghindari infeksi ulang, pasangan seksual Anda (s) juga harus ditangani, dan Anda harus
mengikuti semua rekomendasi untuk pencegahan.
Perlindungan terbaik terhadap PID dan penyakit menular seksual lainnya adalah untuk
selalu menggunakan kondom, kecuali Anda berada di sepanjang jangka, hubungan monogami
dan kedua Anda dan pasangan Anda telah diuji HIV dan STD lain. Sebuah ketidaknyamanan
kecil sebelum hubungan seksual dapat mencegah sakit seumur hidup dan bahkan kematian.
Ingat! Kondom mencegah penyakit dan dapat menyelamatkan nyawa.
Penyakit radang panggul (PRP) atau Pelvic inflammatory disease (PID) merupakan
infeksi genetalia bagian atas wanita, yang sebagian akibat hubungan seksual, Penyakit radang
panggul dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya menimbulkan berbagai penyulit ikutan
yang berakhir dengan terjadi perlekatan dan pasangan yang telah kawin akan mengalami
kemandulan.
Pada pemeriksaan dalam dapat dijumpai :

Tegang di bagian bawah.

Nyeri dan nyeri gerak pada serviks.

Dapat teraba tumor karena pembentukan abses.

Di bagian belakang rahim terjadi timbunan nanah.

Dalam bentuk menahun mungkin teraba tumor, perasaan tidak enak (discomfort) di
bagian bawah abdomen.
Dalam menghadapi penyakit radang panggul, bidan dapat segera melakukan konsultasi

atau merujuk penderita sehingga mendapatkan pengobatan yang lebih sempurna. Tujuan
pengobatan sedapat mungkin menyembuhkan penyakit sehingga tidak dijumpai penyulit lanjutan

dalam bentuk perlekatan atau penyakit menjadi menahun. Pengobatan diharapkan tidak akan
menimbulkan perlekatan, sehingga tidak akan menjadi pasangan mandul. Pengobatan pasangan
mandul sangat sulit karena pemeriksaan yang kompleks, tidak dapat ditentukan waktu
pengobatan, dan biaya yang diperlukan sulit diperhitungkan.
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim (rahim), saluran tuba (saluran yang
membawa telur dari ovarium ke rahim) dan organ reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala
seperti nyeri perut bagian bawah. Ini merupakan komplikasi serius dari beberapa penyakit
menular seksual (PMS), terutama klamidia dan gonore. PID dapat merusak saluran tuba dan
jaringan di dan dekat uterus dan ovarium. PID dapat menyebabkan konsekuensi serius, termasuk
kemandulan, kehamilan ektopik (kehamilan di tuba fallopi atau di tempat lain di luar rahim),
pembentukan abses, dan nyeri panggul kronis.
a. Patofisiologi
Terjadinya radang panggul dipengaruhi beberapa factor yang yang memegang peranan, yaitu:
1. Tergangunya barier fisiologik.
Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami
hambatan :
a) Di ostium uteri eksternum.
b) Di kornu tuba.
c) Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada
endometrium turut terbuang.
Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-kuman dihambat secara : mekanik,
biokemik dan imunologik.
Pada keadaan tertentu barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan,
abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
1. Adanya organisme yang berperan sebagai vektor.
Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii.
Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang
berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan
ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman
N.gonore, Ureaplasma ureoltik, C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan anaerobik
lainnya.

2. Aktivitas seksual.
Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat
menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
3. Peristiwa haid.
Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa
haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore.
Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama
setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk
tumbuhannya kuman-kuman N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-gejala
salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai
Febrile Menses .

Gejala Klinik
Setiap gejala genital seperti debit sakit yang tidak biasa, dengan bau, terbakar pada saat
buang air kecil, atau perdarahan di antara siklus menstruasi bisa berarti infeksi PMS. Jika
seorang wanita memiliki gejala-gejala tersebut, dia harus berhenti hubungan seks dan
berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan dengan segera. PMS Mengobati dini dapat
mencegah PID. Perempuan yang diberitahu bahwa mereka memiliki PMS dan diperlakukan
untuk itu harus memberitahukan seluruh mitra baru-baru ini mereka seks sehingga mereka dapat
melihat penyedia layanan kesehatan dan dievaluasi untuk PMS. Aktivitas seksual sebaiknya
tidak melanjutkan sampai semua mitra seksualnya telah diperiksa dan, jika perlu, diobati.
1. Pemeriksaan fisik
1) Suhu tinggi disertai takikardi.
2) Nyeri suprasimfisis terasa lebih menonjol dari pada nyeri dikuadran atas abdomen.
3) Bila sudah terjadi iritasi peritoneum, maka akan terjadi rebound tenderness, nyeri
tekan, dan kekakuan otot perut sebelah bawah.
4) Tergantung dari berat dan lamanya keradangan, radang panggul dapat pula disertai
gejala ileus paralitik.
5) Dapat disertai metroragi, menoragi.

2. Pemeriksaan ginekologik

Pada pemeriksaan ginekologik didapatkan :


1) Pembengkakan dan nyeri pada labia didaerah kelenjar Bartholini.
2) Bila ditemukan flour albus purulen, umumnya akibat kuman N. gonore. Sering kali
juga disertai perdarahan-perdarahan ringan diluar haid, akibat endometritis akuta.
3) Nyeri daerah parametrium, dan diperberat bila dilakukan gerakan-gerakan pada
servik.
4) Bila sudah terbentuk abses, maka akan teraba masa pada adneksa disertai dengan
suhu meningkat. Bila abses pecah, akan terjadi gejala-gejala pelvioperitonitis atau
peritonitis generalisata, tenesmus pada rectum disertai diare.
5) Pus ini akan teraba sebagai suatu massa dengan bentuk tidak jelas, terasa tebal dan
sering disangka suatu subserous mioma.
6) Pemeriksaan inspekulo memberikan gambaran : keradangan akut serviks, bersama
dengan keluarnya cairan purulen.
7) Pecahnya abses tubo ovarial secara massif, memberikan gambaran yang khas. Rasa
nyeri mendadak pada perut bawah, terutama terasa pada tempat rupture. Dalam
waktu singkat seluruh abdomen akan terasa nyeri karena timbulnya gejala perioritas
generalisata. Bila jumlah cairan purulen yang mengalir keluar banyak akan terjadi
syok. Gejala pertama timbulnya syok ialah mual dan muntah-muntah, distensi
abdomen disertai tanda-tanda ileus paralitik. Segera setelah pecahanya abses, suhu
akan menuru atau subnormal, dan beberapa waktu kemudian suhu meningkat tinggi
lagi. Syok terjadi akibat rangsangan peritoneum dan penyebaran endotoksin.
8) Anemi sering dijumpai pada abses pelvic yang sudah berlangsung beberapa minggu.
Diagnosis
PID sulit untuk mendiagnosis karena gejalanya sering halus dan ringan. Banyak episode
PID tidak terdeteksi karena wanita atau penyedia layanan kesehatan dia gagal untuk mengenali
implikasi dari gejala-gejala ringan atau spesifik. Karena tidak ada tes yang tepat untuk PID,
diagnosis biasanya berdasarkan temuan klinis. Jika gejala seperti sakit perut bagian bawah hadir,
penyedia layanan kesehatan harus melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan sifat dan
lokasi rasa sakit dan memeriksa demam, cairan vagina atau leher rahim normal, dan untuk bukti
infeksi gonorrheal atau klamidia. Jika temuan menunjukkan PID, pengobatan diperlukan.
Penyedia layanan kesehatan juga dapat memerintahkan tes untuk mengidentifikasi organisme

penyebab infeksi (misalnya, infeksi klamidia atau gonorrheal) atau untuk membedakan antara
PID dan masalah lain dengan gejala yang sama.
Sebuah USG panggul adalah prosedur membantu untuk mendiagnosa PID. USG dapat
melihat daerah panggul untuk melihat apakah saluran tuba yang diperbesar atau apakah abses
hadir. Dalam beberapa kasus, laparoskopi mungkin diperlukan untuk mengkonfirmasikan
diagnosis. laparoskopi adalah prosedur pembedahan di mana suatu tabung, tipis kaku dengan
ujung menyala dan kamera (laparoskop) dimasukkan melalui sayatan kecil di perut. Prosedur ini
memungkinkan dokter untuk melihat organ panggul internal dan untuk mengambil spesimen
untuk penelitian laboratorium, jika diperlukan.
Diagnosis radang panggul berdasarkan kriteria dari Infectious Disease Society for
Obstetrics & Gynecology, USA. 1983, ialah :
a. Ketiga gejala klinik dibawah ini harus ada :
1) Nyeri tekan pada abdomen, dengan atau tanpa rebound.
2) Nyeri bila servik uteri digerakkan.
3) Nyeri pada adneksa.
b. Bersamaan dengan satu atau lebih tanda-tanda dibawah ini :
1) Negatif gram diplokok pada secret endoserviks.
2) Suhu diatas 38 C.
3) Lekositosis lebih dari 10.000 per mm.
4) Adanya pus dalam kavum peritonei yang didapat dengan kuldosentesis maupun
laparaskopi.
5) Adanya abses pelvic dengan pemeriksaan bimanual maupun USG.
Berdasarkan rekomendasi Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology, USA,
Hager membagi derajat radang panggul menjadi :
Derajat I : Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium ), dengan atau
tanpa pelvio peritonitis.
Derajat II : Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua
tuba ovarium) dengan atau tanpa

pelvio peritonitis.

Derajat III : Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-organ pelvik, misal adanya
abses tubo ovarial.

Penyulit
Penyulit radang panggul dapat dibagi :
1. Penyulit segera.
Penyulit segera pada radang panggul ialah : pembentukan abses dan peritonitis,
perhepatitis (Fitz-hugh Curth Syndrome) dan sakrolitis.
2. Penyulit jangka panjang.
Penyulit jangka panjang adalah akibat kerusakan morfologik genitalia interna bagian atas
yaitu berupa :
a. Infeksi berulang.
Radang panggul yang timbul kembali setelah 6 minggu pengobatan terakhir. Wanita yang
pernah mengalami radang panggul mempunyai resiko 6-10 kali timbulnya episode radang
panggul.
1. Infertilitas.
2. Kehamilan ektopik.
3. Nyeri pelvic kronik.

Penatalaksanaan
PID dapat disembuhkan dengan beberapa jenis antibiotik. Penyedia perawatan kesehatan
akan menentukan dan resep terapi yang terbaik. Namun, pengobatan antibiotik tidak membalik
setiap kerusakan yang telah terjadi pada organ reproduksi. Jika seorang wanita memiliki rasa
sakit panggul dan gejala lain dari PID, sangat penting bahwa dia mencari pelayanan segera.
Prompt pengobatan antibiotik dapat mencegah kerusakan parah pada organ reproduksi. Semakin
lama seorang wanita penundaan pengobatan untuk PID, semakin besar kemungkinan dia adalah
menjadi subur atau kehamilan ektopik memiliki masa depan karena kerusakan pada saluran tuba.
Karena kesulitan dalam mengidentifikasi organisme menginfeksi organ reproduksi
internal dan karena lebih dari satu organisme mungkin bertanggung jawab untuk sebuah episode
dari PID, PID biasanya dirawat dengan setidaknya dua antibiotik yang efektif terhadap berbagai
agen menular. Antibiotik ini dapat diberikan melalui mulut atau injeksi. Gejala mungkin akan
pergi sebelum infeksi sembuh. Bahkan jika gejala pergi, wanita itu harus selesai mengambil
semua obat yang diresepkan. Ini akan membantu mencegah infeksi dari kembali.

Wanita yang sedang dirawat untuk PID harus kembali dievaluasi oleh penyedia layanan
kesehatan mereka dua sampai tiga hari setelah memulai pengobatan untuk memastikan antibiotik
bekerja untuk mengobati infeksi. Selain itu, pasangan seks wanita (s) harus ditangani untuk
mengurangi risiko infeksi ulang, bahkan jika pasangan (s) tidak memiliki gejala. Meskipun
pasangan seks mungkin tidak memiliki gejala, mereka masih mungkin terinfeksi dengan
organisme yang dapat menyebabkan PID
Berdasar derajat radang panggul, maka pengobatan dibagi menjadi :
1.

Pengobatan rawat jalan.

Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I.


Obat yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.
-

Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali
p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari,
atau

Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari
selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau

Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o
selama 7-10 hari, atau

Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, ata

Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau

Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.

Analgesik dan antipiretik.

2.

Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau

Metampiron 3 x 500 mg/hari.

Pengobatan rawat inap.


Pelvic Inflammatory Disesase dapat diobati dengan beberapa macam antibiotika. Namun

pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi
kerusakan pada organ reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan
keluhan PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian antibiotika yang tepat

akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi wanita. Seorang wanita
yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas
atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii. Karena sulitnya untuk
mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan juga kemungkinan
lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID biasanya diobati dengan sedikitnya
dua macam antibiotika yang memiliki efektivitas yang baik di dalam mematikan organisme
penyebab tersebut. Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi. Antibiotika
yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan doxycycline. Di mana lamanya
pengobatan biasanya 14 hari.
Pengobatan yang tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID. Tanpa pengobatan
yang tepat PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.
Organisme penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya
jaringan parut (scar tissue). Jaringan parut yang terbentuk ini akan menghambat pergerakan sel
telur ke uterus. Dan jika tuba fallopii diblok secara total, sperma tidak akan dapat membuahi sel
telur dan tidak akan terjadi kehamilan. Sekitar satu di antara sepuluh wanita dengan PID dapat
menjadi infertil dan kemungkinan ini akan bertambah besar jika wanita tersebut telah sering
menderita PID. Blok tuba fallopii yang disebabkan oleh jaringan parut tersebut, dapat juga
terjadi secara parsial atau mengalami kerusakan ringan saja, di mana menyebabkan sel telur yang
dibuahi oleh sel sperma akan tumbuh di daerah tuba, sehingga menyebabkan suatu kehamilan
ektopik. Dalam perkembangannya, sebuah kehamilan ektopik dapat menyebabkan ruptur tuba
fallopii sehingga mengakibatkan timbulnya nyeri berat, perdarahan, bahkan kematian. Jaringan
parut pada tuba fallopii dan struktur lainnya juga dapat menyebabkan rasa nyeri yang bersifat
kronis. Sehingga dapat dikatakan bahwa wanita dengan episode PID yang berulang akan lebih
besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas, mengalami kehamilan ektopik, atau rasa
nyeri yang bersifat kronik.
Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III.
Obat yang diberikan ialah :
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik.

Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg 2,5 mg/kg
BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari
selama 5-7 hari atau,

Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 x sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1
g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.

Analgesik dan antipiretik.

TUMOR JINAK GENITALIA


TUMOR JINAK VULVA
Tumor Kistik
Kista Bartholini

Gambaran umum
Kista bartholini merupakan kista berukuran relatif besar yang paling sering di jumpai.
Kelenjar bartholini terletak pada 1/3 posterior dari setiap labium mayus dan muara dari
duktus sekretorius dari kelenjar ini, berada tepat di depan (eksternal) himen pada posisi
jam 4 dan 8. Pembesaran kistik tersebut terjadi akibat parut setelah infeksi (terutama yang
disebabkan oleh nisseria gonorea dan kadang streptokokus dan stafilokokus) atau trauma
yang kemudian menyebabkan sumbatan pada saluran eksresi kelenjar bartholini. Bila
pembesaran kelenjar bartholini terjadi pada usia menopause, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan secara seksama terkait dengan risiko tinggi terhadap keganasan.
Peradangan pada kista yang terbentuk akibat sumbatan duktus sekretorius dan kelenjar
bartholini dapat juga terjadi secara kronis dan berlangsung hingga bertahun-tahun. Untuk
jenis ini, biasanya diameter indurasi kista tidak mencapai ukuran yang besar sehingga
pendertia juga tidak menyadari adanya kelainan ini. Lokasi kista juga berada di dinding
sebelah dalam pada 1/3 bawah labium mayus. Infeksi sekunder atau eksaserbasi akut
yang berat dapat menyebabkan indurasi yang luas. Reaksi peradangan dan nyeri sehingga
menimbulkan gejala klinik berupa nyeri, dispareunia ataupun demam.

Gambaran klinik

Bila pembesaran kistik ini tidak disertai dengan infeksi lanjutan atau sekunder, umumnya
tidak akan menimbulkan gejala-gejala khusus dan hanya dikenali melalui palpasi.
Sementara itu, infeksi akut disertai penyumbatan , indurasu dan peradangan. Gejala akut
inilah yang sering membawa penderita untuk memeriksakan dirinya. Gejala utama akibat
infeksi biasanya berupa nyeri sentuh atau dispareunia. Pada tahap supuratif, dinding kista
berwarna kemerahan, tegang dan nyeri. Bila sampai pada tahap eksudatif dimana sudah
terjadi abses, maka rasa nyeri dan ketegangan dinding kista menjadi sedikit berkurang
disertai dengan penipisan dinding diarea yang lebih putih dari sekitarnya. Umumnya
hanya terjadi gejala dan keluhan lokal dan tidak menimbulkan gejala sistemik kecuali
apabila terjadi infeksi yang berat dan luas.

Terapi
Terapi utama terhadap kista bartholini adalam insisi dinding kista dan drainase cairan
kista atau abses yang disebut dengan prosedur marsupialisasi. Pengosongan dan drainase
eksudat abses dapat pula dilakukan dengan memasang kateter ward. Insisi dan drainase
sederhana, hanya dapat mengurangi keluhan penderita untuk sementara waktu karena
jenis insisi tersebut akan diikuti dengan obstruksi ulangan sehingga terjadi kembali kista
dan infeksi yang memerlukan tindakan insisi dan drainase ulangan. Berikan juga
antibiotika untuk mikroorganisme yang sesuai dengan hasil pemeriksaan apus atau kultus
bakteri.

Kista Pilosebasea

Gambaran umum
Merupakan kista yang paling sering ditemukan di vulva. Kista ini terbentuk akibat
adanya penyumbatan yang disebabkan oleh infeksi atau akumulasi material sebum pada
saluran tersebut pada duktus sekretorius kelenjar minyak (blockage of sebaceous duct).
Kista yang berasal dari lapisan epidermal biasanya dilapisi oleh epitel skuamosa dan
berisi material seperti minyak atau lemak dan epitel yang terlepas dari dinding dalam
kista. Kista inklusi epidermal dapat terjadi dari trauma (benturan) atau prosedur klinik
(penjahitan) mukosa vulva yang membawa material atau fragmen epidermal.

Gambaran klinik

Sebagian besar kista epidermoid terbentuk dari oklusi duktus pilosebasea. Kista jenis ini,
umumnya berdiameter kecil, soliter dan asimptomatik. Pada kondisi tertentu, kista ini
dapat terjadi di beberapa tempat pada labia mayora. Pembetukan kista pilosebasea jenis
inklusif, tidak terkait dengan trauma dan fragmen epidermal dilapisan bawah kulit. Kista
jenis ini berasal dari jaringan embrionik yang pada akhirnya membentuk susunan epitel
kelenjar pada lapisan dermis. Umumnya, kista pilosebasea tidak besar dan asimptomatik
apabila dianggap mengganggu estetika atau mengalami infeksi sekunder maka perlu
dilakukan eksisi dan terapi antibiotika.

Terapi
Walaupun dapat berjumlah lebih dari satu, kista polisebasea tidak banyak menimbulkan
keluhan kecuali apabila terjadi indeksi sehingga menimbulkan rasa nyeri lokal dan
memerlukan tindakan insisi dan drainase.

Hidradenoma papilaris

Gambaran umum
Kulit didaerah mons pubis dan labia mayora banyak mengandung kelenjar keringat.
Kelenjar apokrin ini akan mulai berfungsi secara normal setelah masa pubertas. Sebagian
besar hidradenoma merupakan kista soliter dan dengan siameter kurang dari 1 cm.
Hidradenoma pada vulva mirip dengan gangguan serupa yang terjadi pada daerah aksila
dan akan semakin bermasalah jika disertai dengan iritasi lokal yang kronis.

Gambaran klinik
Terjadinya penyumbatan pada duktus sekretorius kelenjar keringat dapat menimbulkan
kista-kista kecil (microcyst) yang disertai rasa gatal dan hal ini dikenal sebagai penyakit
Fox-Fordyce. Penyebab utama infeksi kelenjar apokrin di daerah ini adalah streptokokus
dan stafilokokus. Infeksi berulang dan berat dapat menimbulkan abses dan sinus-sinus
eksudatif di bawah kulit dimana kondisi ini dikenal sebagai hidradenitis supurativa, dapat
terjadi destruksi jaringan, eksudasi, dan limfedema sehingga menyerupai limfopatia.
Tahapan akhir dari hidradenoma, menyebabkan bintik-bintik atau penonjolan halus
papilomatosa pada kulit vulva sehingga menyerupai infeksi difus pada kelenjar sebasea.

Terapi

Untuk lesi ringan yang disertai pembentukan pustulasi berulang, perjalanan penyakitnya
dapat dimodifikasi dengan penggunaan pil kontrasepsi hormonal karena sekresi kelenjar
apokrin fungsional pada area lesi dapat dikurangi. Pil kontrasepsi hormonal tersebut
dapat pula digunakan untuk mengurangi pruritus kronis pada sindroma Fox-Fordyce pada
penderita hidradenoma. Eksisi hanya dapat dilakukan pada didradenoma soliter dengan
keluhan utama pruritus vulva. Pada gangguan yang bersifat supuratif dan ekstensif,
biasanya dilakukan tindakan debridement untuk menghentikan proses destruktif terhadap
struktur normal jaringan epidermal vulva.
Hidrokel kanalis nuck

Gambaran umum
Penyumbatan prosesus vaginalis yang persisten (canal of nuck) juga dapat menimbulkan
tumor kistik atau hidrokel. Dalam fase tumbuh kembang bayi didalam kandungan,
insersio dari ligamentum rotundum pada labia mayaor diikuti dengan liparan peritoneum
yang dikenal sebagai kanalis dari nuck. Kanalis ini akan mengalami obliterasi pada
pertumbuhan selanjutnya. Pada kondisi tertentu, kanalis ini tetap ada hingga usia dewasa
sehingga menjadi tempat akumulasi cairan serosa dan terbentuk hidrokel (hydrocele of
the canal of nuck).

Gambaran klinik
Tumor kistik ini bermanifestasi sebagai penonjolan translusen yang memanjang pada 1/3
atas labium mayus dan dapat meluas hingga ke kanalis inguinalis. Kadangkala cairan
didalam kista tersebut dapat dikempiskan dengan cara menekan penonjolan kistik
tersebut secara perlahan-lahan atau malahan dapat mengempis sendiri apabila penderita
berbaring karena adanya hubungan kanalis nuck dengan kavum peritoneum. Jika terjadi
hernia inguinalis pada penderita ini, maka jalur masuk usus ke labium mayus adalah
melalui kanalis nuck.

Terapi
Upaya untuk mengjhilangkan kista kanalis nuck dilakukan dengan jalan melakukan insisi
pada kantung kista.

Tumor padat

Fibroma

Gambaran umum
Fibroma merupakan rumor padat vulva yang paling banyak ditemukan. Tumor ini
merupakan proliferasi dari jaringan fibroblas labium mayus.

Gambaran klinik
Hampir sebagian besar fibroma pada vulva merupakan tumor bertangkai dengan diameter
kecil dan tidak dikenali oleh penderita. Pertumbuhan lanjut dan pembesaran ukuran
fibroma sehingga menimbulkan gangguan aktivitas seksual membatasi mobilitas
penderita menyebabkan mereka datang ke fasilitas kesehatan atau klinisi, dengan
demikian, gangguan atau gejala yang ditimbulkan sangat tergantung dari diameter tumor.
Penderita mungkin tidak menyadari adanya pertumbuhan neoplastik dan tidak
mengeluhkan sesuatu tetapi bila pertumbuhan tumor tergolong cepat maka dapat timbul
gejala-gejala mekanis seperti nyeri, dorongan pada uretra, gangguan saat senggama
terkait dengan ukuran tumor dan organ sekitar yang terdesak atau terdorong

Terapi
Eksisi fibroma melalui prosedur operatif merupakan cara terbaik untuk mengangkat
tumor padat vulva. Seperti halnya dengan berat ringannya gejala maka mudah atau
sulitnya eksisi fibroma tergantung dari lokasi dan diameter tumor.

Polip fibroepitelial

Gambaran umum
Tumor padat yang merupakan campuran dari jaringan fibrosa dan epitel dapat terjadi di
area mana pun di vulva terutama apabila area tersebut rentan terhadap iritasi

Gambaran klinik
Polip fibroepitelial disebut juga dengan akrokordon atau tonjolan kulit (skin tag),
merupakan tonjolan kulit polipoid, bertekstur lunak dan halus, berwarna kemerahan
sepertu jaringan otot. Tumor ini hampir tidak pernah tumbuh ke arah ganas dan hanya
mempunyai arti klinis bila struktur polipoid ini mengalami trauma dan terjadi perdarahan.

Terapi

Eksisi sederhana (bedah minor) atau menggunakan teknik kauterisasi unipolar atau
bipolar.
Lipoma

Gambaran umum
Walaupun terdapat cukup banyak sel lemak yang membentuk struktur didaerah mons
pubis dan vulva (terutama labia mayora) tetapi jarang sekali ditemukan lipoma didaerah
ini. Elemen utama penyusun lipoma adalah sel lemak dan lapisan jaringan fibrosa.

Gambaran klinik
Gambaran klinik lipoma dapat dikatakan sama dengan fibroma berukuran kecil dan
sedang didaerah vulva. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan mikroskopik atau
histopatologi untuk membedakan dua kelainan ini. Lipoma pada vulva merupakan tumor
jinak dengan batas yang tergas dan dapat digerakkan bebas dari dasarnya. Jarang sekali
pasien mengeluhkan tumor ini karena memang tidak menyebabkan gangguan yang berarti
didaerah genital ataupun gangguan aktivitas seksual

Terapi Eksisi

Limfangioma sirkumskripta

Gambaran umum
Limfangioma sirkumskripta adalah malformasi mikrositik limfatik. Lesi ini muncul
berupa pulau-pulau dari sekumpulan modul atau lepuh kecil yang berisi cairan limfe
menyerupai tonjolan-tonjolan kecil pada kulit katak.

Gambaran klinik
Pulau-pulau pada kulit vulva dapat berwarna putih jernih hingga merah jambu, merah
gelap, coklat atau hitam (tergantung dari pigmentasi kulit) dan mungkin mengeras pada
daerah kulit yang tebal atau dengan kandungan keratin yang tinggi. Limfangioma
sirkumskripta jarang sekali mengenai kulit didaerah vulva. Lokasi terbanyak sering
dijumpai pada daerah bahu, leher, tungkai, mulut, terutama sekali lidah. Bila pulau-pulau
limfangioma ini mengalami infeksi, maka dapat terjadi peningkatan jonjot kulit atau
perdarahan.

Terapi

eksisi bertahap pada limfangioma masig dapat dijadikan pilihan. Mengingat pada banyak
kasus terdapat lesi yang cukup luas dan mencakup daerah yang sensitif maka terapi laser
lebih dipilih karena tidak menimbulkan banyak perdarahan dan tingkat kekambuhannya
lebih rendah. terapi laser menggunakan Nd:YAG. Paparan sinar laser selama 10 menit
dalam interval 10 hari dengan metode nirkontak (noncontact) densitas energi 1 W, 10 Hz.
Reduksi bermakna terjadi setelah 5 kali paparan dan pendertia limfangioma merasa puas
karena penciutan diameter lesi terjadi secara cepat dan pasti serta terbebas dari rasa nyeri
atau risiko perdarahan.

Angiomiofibriblastoma

gambaran umum
merupakan salah satu tumor padat vulva yang tergolong jinak. Tumor jenis ini tidak saha
ditemui pada daerah vulva tetapi dapat pula pada vagina dan tuba falopii.
Angiomiofibroblastoma yang berasal dari jaringan lunak pelvis termasuk jarang sekali
ditemukan. Walaupun demikian catatan dan laporan kasus tentang tumor ini dari tahun
1992-2002 adalah 150 kasus dan tetap berlangsung hingga saat ini. Usia penderita
berkisar antara 21 hingga 71 tahun dengan rerata 46 tahun. Laporan terdahulu
menyebutkan bahwa tumor ini sering ditemukan pada perempuan dalam masa peri dan
pascamenopause. Ukuran tumor juga berkisar antara 0.9 hingga 11 cm dengan rerata 4.7
cm. Gambaran histopatologi sel tumor ini berupa lingkaran, plasmatosid atau epiteloid
dengan sejumlah sel berinti ganta atau multinukleotid dengan area-area yang hipo atau
hiperseluler. Insiden angiomiofribroblastoma di daerah vulvo-vaginal berkisar antara
3,6%-25%

gambaran klinik
angiomiofibroblastoma dapat berupa tonjolan padat diatas kulit vulva atau mukosa
vagina, berbatas tergas dan kenyal. Variasi tertentu dari tumor padat ini dapat berupa
tonjolan polipoid diatas kulit. Permukaan tumor dapat ditutupi oleh selaput epitel tipis
berwarna merah muda mengkilat atau buram dan keunguan akibat disertai dengan
perdarahan. Gambaran histopatologi tumor ini berupa selapis tipis epitel skuamosa
dibagian permukaan diikuti dengan lapisan stroma dengan area hipo dan hiperseluler dan

pembuluh darah dengan dinding yang tipis disusun secara ireguler diseluruh jaringan
tumor. Diagnosis banding dari angiomiofibroblastoma adalah polip fibroepitelial (jinak)
dan angiofibromiksoma (ganas)

terapi
eksisi jaringan angiomiofibroblastoma dan penelitian secara kohort pada penderita tumor
ini tidak menunjukkan adanya kekambuhan dalam 5 atau 10 tahun setelah eksisi tumor.
Tranformasi ke arah ganas terjadi pada satu kasus dari sekitar 150 kasus yang dilaporkan

Mioma vulvo-vaginal

gambaran umum
mioma merupakan tumor jinak yang berasal dari otot polos dan jarang ditemukan pada
daerah vulvo vaginal. Lebih jarang lagi, mioma yang terjadi pada traktur urinarius
termasuk orifisium uretra. Mioma paling sering terjadi di miometrium uteri dan senditif
terhadap hormon reproduksi sehingga tumor ini lebih sering terjadi pada usia reproduksi
dan mengalami regresi setelah menopause.

Gambaran klinik
Hampir semua bagian vulva dapat menjadi lokasi tumor dari jaringan otot polos ini. Akan
tetapi, bagian yang paling rentan adalah labia, terutama pada daerah 1/3 bawah. Pada
kondisi yang ekstrem tumor ini dapat mendesak dinding labia ke arah introitus dan ke
arah depan sehingga menyebabkan penyempitan introitus vagina. Mioma soliter dapat
membuat penonjolan yang berbatas tegas, tanpa rasa nyeri (terutama jika tidak disertai
gejala mekanik seperti penekanan atau penjepitan) dan dapat digerakkan bebas mengikuti
kapastias kelenturan labia.

Terapi
Enukleasi atau eksisi mioma (tergantung jenisnya, soliter atau difus)

TUMOR JINAK VAGINA


Kista inklusi

Gambaran umum
Kista inklusi merupakan tumor jinak yang paling sering ditemukan pada vagina. Lokasi
tumor umumnya pada 1/3 bawah vagina dan posterior atau lateral. Tumor ini tumbuh dari

jaringan epidermal yang berasa dibawah lapisan mukosa vagina. Jaringan tersebut
terperangkap dan tumbuh dibagian tersebut akibat penjahitan robekan atau laserasi
perineum yang kurang sempurna. Komponen kelenjar pada jaringan epidermal yang
terperangkap tersebut menghasilkan cairan dan membentuk kista. Walaupun kista tidak
dapat mencapai ukuran hingga beberapa sentimeter, tetapi seringkali menimbulkan
keluhan pada saat-saat tertentu. Kista inklusi juga pernah ditemukan pada bagian anterior
dan puncak vagina, terkait dengan prosedur histerektomi sebelumnya.

Gambaran klinik
Kista inklusi merupakan tumor kistik dengan batas yang tegas dengan gerakan yang
terbatas dan berisi massa berupa cairan musin yang kental. Permukaan dinding kista
dilapisi oleh epitel skuamosa yang terstratifikasi, pada ukuran dan kondisi tertentu
(dispareunia)

Terapi : Eksisi

Kista gartner

Gambaran umum
Kista ini berasal dari sisa kanalis wolfii (disebut juga duktus gartner) yang berjalan
disepanjang permukaan anterior dan bagian atas vagina. Diameter kista sangat tergantung
dari ukuran duktus dan kapasitas tampung cairan di dalamnya sehingga bisa dalam
ukuran yang relatif kecil hingga cukup besar untuk mendorong dinding vagina ke arah
tengah lumen atau malahan dapat memenuhi lumen dan mencapai introitus vagina.

Gambaran klinik
Lokasi utama kista gartner adalah bagian anterolateral puncak vagina. Pada perabaan,
kista ini bersifat kistik, dilapisi oleh dinding translusen tipis yang tersusun dari epitel
kuboiid atau kolumner, baik dengan atau tanpa silia dan kadang-kadang tersusun dalam
beberapa lapis. Ruang gerak agak terbatas terkait dengan topografi duktus gartner
disepanjang alurnya pada puncak vagina.

Terapi
Insisi dinding anterolateral vagina dan eksisi untuk mengeluarkan kista dari sisa kanalis
wolfii ini.

Tumor padat vagina


Fibroma vagina

Gambaran umum
Tumor ini berasal dari proliferasi fibroblas di jaringan ikat dan otot polos vagina. Ukuran
tumor bervariasi mulai dari nodul kecil dibawah kulit hingga tumor polipoid yang
berukuran besar. Tumor berukuran besar seringkali mengalami degenerasi miksomatosa
sehingga konsistensinya menjadi lebih lunak dan kistik.

Gambaran klinik
Fibroma pada vagina tidak akan menimbulkan keluhan atau gejala klinik tertentu apabila
berdiameter kecil. Gejala akan timbul dengan semakin besarnya diameter tumor. Tumor
ini hanya menyebabkan indurasi kecil di bawah mukosa apabila ukuran nya kecil dan
mungkin menyebabkan dispareunia bila ukurannya besar

Terapi Eksisi

Adenosis vagina

Gambaran umum
Beberapa dekade yang lalu sandberg melaporjan banyaknya jenis tumor ini pada
perempuan dewasa dan mengaitkannya dengan pemberian estrogen selama kehamilan.
Akan tetapi, dengan masih adanya temuan baru adenosis vagina dan tidak digunakannya
DES selama beberapa dekade ini , maka patofisiologi penyakit ini telah mengalami
banyak perubahan. Efek serupa estrogen diduga masih berperan didalam pengembangan
kanalis urogenitalis dan proses fusi urogenital dan sistem mesonefron serta perubahan
degeneratif zona transformasi kanalis vaginalis bagian bawah. Penelitian herbs juga
menegaskan adanya trasformasi yang lebih lambat dan anomali penempatan jarigan
paramesonefros menjadi lebih ke bawah.

Gambaran klinik
Umumnya berupa area yang mengalami penebalan mukosa dengan oermukaan yang
kasar serta ditutupi oleh eksudat mukus dari epitel kelenjar yang melapisi permukaan
tumor ini. Bila tidak mencapai ukuran yang besar, lesi ini tidak menimbulkan gejala atau
gangguan fungsi organ genitalia.

Terapi
Eksisi dengan teknik bedah konvensional. Bila batas lesi tidak jelas, dapat dilakukan
teknik eksisi secara ablatif karena dikhawatirkan terjadi komplikasi terhadap organ
sekitar (kandung kemih dan rektum)

Endometriosis vagina
Tidak jarang ensometriosis di vagina dikelirukan dengan adenosis vagina karena tersebar
secara difus di vagina. Lokasi yang paling sering adalam forniks posterior dan
bermanifestasi sebagai nodul subepitel atau lesi yang selalu mengalami perdarahan
ireguler. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan memeriksa spesimen biopsi dari
tempat lesi. Pengobatan endometriosis dibagian ini adalam sama dengan endometriosis di
ronga pelvik.
TUMOR JINAK SERVIKS
Tumor kistik serviks
Kista nabothi (kista retensi)

Gambaran umum
Epitel kelenjar endoserviks tersusun dari jenis kolumner tinggi yang sangat rentan
terhadap infeksi atau epidermidisasi skuamosa. Gangguan lanjut infeksi atau proses
restrukturalisasi endoserviks menyebabkan metaplasia skuamosa maka muara kelenjar
endoserviks akan tertutup. Penutupan muara duktus kelenjar menyebabkan sekret
tertahan dan berkembang menjadi kantong kista. Kista ini dapat berukuran mikro hingg
makro dan dapat dilihat secara langsung oleh pemeriksa.

Gambaran klinik
Kista nabothi tidak menimbulkan gangguan sehingga penderita juga tidak pernah
mengeluhkan sesuatu terkait dengan adanya kista ini. Pada pemeriksaan inskpekulo kista
nabothi terlihat sebagai penonjolan kistik di are endoseviks dengan batas yang relatif
tegas dan berwarna lebih muda dari jaringan di sekitarnya. Hal ini disebabkan oleh
timbunan cairan musin yang terperangkap didalam duktus sekretorius kelenjar
endoserviks.

Pada beberapa keadaan, pembuluh darah di mukosa endoserviks menjadi terlihat lebih
nyata karena pembuluh darah berwarna merah menjadi kontras di atas dasar yang
berwarna putih kekuningan. Kista nabothi yang berasa pada pars vaginalis endoserviks
menunjukan adanya epitel kolumner yang ektopik dan kemudian mengalami metaplasia
skuamosa. Semakin jauh keberadaan kista nabothi menunjukkan semakin luasnya zona
transisional ekto dan endoserviks.
Tumor padat seviks
Polip serviks

Gambaran umum
Polip merupakan lesi atau tumor padat serviks yang paling sering dijumpai. Tumor ini
merupakan penjuluran dari bagian endoserviks atau intramukosal serviks dengan variasi
eksternal atau regio vaginal serviks. Dari sekitar 25.000 spesimen ginekologi dengan 4%
polip serviks. Farrar dan nedoss hanya menemukan sedikit sekali polip yang berasal dari
ektoserviks.

Gambaran klinik
Polip serviks bervariasi dari tunggal hingga multiple, berwarna merah terang, rapuh dan
strukturnya menyerupai spons. Kebanyakan polip ditemukan berupa penjuluran berwarna
merah terang yang terjepit atau keluar dari ostium serviks. Walaupun sebagian besar
polip berdiameter kecil tetapi pertumbuhannya mungkin saja mencapai ukuran beberapa
sentimeter. Panjang tangkai polip juga bervariasi dari ukuran di bawah 1 cm (protrusi
melalui ostium serviks) hingga mencapai beberapa sentimeter sehingga memungkinkan
ujung distal polip mencapai atau keluar dari introitus vagina.
Bila polip serviks berasal dari ektoserviks maka warna polip menjadi lebih pucat dan
srukturnya lebih kenyal dari polip endoserviks. Ukuran polip ektoserviks dapat mencapai
diameter beberapa sentimeter dan tangkainya dapat mencapai ukuran sama dengan jari
kelingking. Gambaran histopatologi polip adalah sama dengan jaringan asalnya.
Umumnya permukaan polip tersusun dari selapis epitel kolumner yang tinggi, epitel
kelenjar serviks dan stroma jaringan ikat longgar yang di infiltrasi oleh sel bulat dan
edema. Tidak jarang, ujung polip mengalami nekrotik atau ulserasi sehingga dapat
menimbulkan perdarahan terutama sekali pascasenggama. Epitel endoserviks pada polip

seringkali mengalami metaplasia skuamosa dan serbukan sel radang sehingga


menyerupai degenerasi ganas.

Terapi
Karena pada umumnya polip bertangkai dan dasarnya mudah terlihat, maka dapat
diekstripasi dengan mudah. Setelah melakukan pemutaran tangkai, biasanya juga
dilakukan pembersihan dasar tangkai dengan kuret atau kerokan. Untuk meminimalisasi
jumlah perdarahan dapat dilakukan pemutusan tangkai

polip dengan kauter

unipolar/bipolar. Apabila jumlah polip lebih dari satu dan dasar polip menjadi sulit untuk
dilihat secara langsung, sebaiknya dilakukan dilatasi serviks sebelum tindakan ekstirpasi
atau kauterisasi.
Papiloma serviks

Gambaran umum
Papiloma serviks tergolong sebagai neoplasma jinak serviks yang terutama tumbuh pada
pars vaginalis serviks. Papiloma terdiri atas 2 janis, yaitu projeksi papilaris eksoserviks
dimana bagian tengah tersusun dari jaringan ikat fibrosa dibagian tengah yang dilapisi
oleh lapisan skuamosa. Jenis pertama merupakan pertumbuhan neoplastik jinak murni.
Jenis kedua adalah kondiloma serviks yang bermanifestasi sebagai tumor dalam kisaran
beragam, mulai dari tonjolan minor yang rata hingga gambaran papilomatosa seperti
kondiloma akuminata.

Penonjolan ini terjadi akibat iritasi atau rangsang kronis dari human papilloma virus
(hPV). Pada populasi normal, insidens kondiloma akuminata adalah 1-2% dan
proporsinya sangat meningkat di lokalisasi praktisi seks komersial (PSK) atau klinik
penyakit menular seksual (PMS).

Gambaran klinik
Tidak dijumpai gejala khusus penderita papiloma serviks. Pada hampir semua kasus,
papiloma ditemukan saat melakukan pemeriksaan rutin atau program penapisan massal
dengan pemeriksaan apus papanicolaou atau kolposkopi. Pencegahan penularan
kondiloma akuminata dilakukan dengan melakukan seks aman atau menggunakan
kondom.

Terapi
Papiloma soliter dapat ditanggulanggi dengan eksisi dengan tindakan bedah konvensional
atau kauterisasu unipolar/bipolar. Kondiloma akuminata dapat di hilangkan dengan
menggunakan jepit biopsi tetapi bhila mencakup permukaan yang luas dianjurkan untuk
menggunakan desikasi elektrik, krioterapi, eksisi dengan kauterisasi atau vaporisasi
dengan laser. Pemberian 5-fluorourasil secara topikal juga memberikan hasil yang baik
tetapi pengobatan mandiri sulit dilakukan karena rendahnya tingkat kepatuhan pasien
untuk dapat menyelesaikan terapi secara penuh. Hal tersebut terkait dengan banyaknya
keluhan rasa tidak nyaman.

Mioma serviks

Gambaran umum
Kurangnya jumlah serabut otot polis didaerah serviks menyebabkan kejadian mioma
ditempat ini termasuk sangat jarang. Perbandingan dengan insidensi mioma korpus dan
serviks uteri adalah 12:1. Mioma korpus uteri hanya tumbuh disatu tempat atau soliter.
Walaupun soliter, mioma serviks uteri hanya dapat tumbuh ekstensif mencapai ukuran
yang besar sehingga dapat memenuhi seluruh rongga pelvik dan menekan kandung kemih
rektum dan ureter.

Gambaran klinik
Seperti halnya tumor yang tumbuh di organ berongga, mioma serviks ukuran kecil
hampir tidak pernah menimbulkan keluhan. Penderita mulai mengeluh apabila telah
terjadi obstruksi atau desakan mekanik seperti sipareunia, disuria, desakan ke rektum dan
obstruksi darah menstruasi. Obstruksi saluran kemih umumnya terjadi di muara uretra
(penekanan orificium uretra). Bila terjadi hematometra, hal ini disebabkan oleh obstruksi
ostium serviks oleh mioma yang berukuran besar.

Terapi
Mioma serviks yang soliter sebaiknya diobservasi secara berkala karena apabila
pertumbuhannya relatif cepat, hal itu merupakan indikasi untuk dilakukan pengangkatan.

Apabila ukuran mioma serviks tidak terlalu besar, upaya pengangkatannya dapat
dilakukan secara pervaginam. Pertimbangan khusus harus dilakukan pada mioma serviks

berukuran besar karena pada umumnya hal ini terkait dengan mioma uteri yang multiple
dan untuk menghindarkan operasi berulang kali maka diagnisus mioma korpus uteri
harus dapat ditegakkan sebelum pengangkatan mioma serviks. Dengan kata lain, tindakan
pengangkatan mioma serviks dapat berupa ekstirpasi, eksisi, enukleasi, atau histerektomi.
TUMOR JINAK ENDOMETRIUM
Tumor padat endometrium
Polip endometrial

Gambaran umum
Tumor ini cukup sering dijumpai tetapi tidak dapat dipastikan jumlah kejadiannya. Usia
penderita yang mengalami gangguan ini berkisar antara 12-81 tahun tetapi angka
kejadian tertinggi diantara usia 30-59 tahun. Polip endometrial seringkali berupa
penonjolan langsung dari lapisan endometrium atau merupakan tumor bertangkai dengan
pembesaran dibagian ujungnya. Polip endometrial merupakan pertumbuhan aktif stroma
dan kelenjar endometrium secara fokal, terutama sekali pada daerah fundus atau korpus
uteri. Hampir sebagian besar penderita tidak mengetahui atau menyadari keberadaan
polip endometrial kerena kelainan ini tidak menimbulkan gejala spesifik.

Perumbuhan polip mirip dengan proses hiperplasia endometrium dan tidak jarang hal ini
terjadi secara bersamaan. Seringkali ditemukan polip endometrium, bersamaan dengan
mioma uteri. Oleh karena itu, sulit untuk menentukan apakah gejala klinis yang timbul
disebabkan oleh salah satu atau oleh semua kelainan secara bersamaan.

Gambaran klinik
Perdarahan diluar siklus yang nonspesifik seringkali menjadi gejala utama dari polip
endometrium. Seringkali polip endometrium ditemukan secara tidak sengaja dari hasil
pemeriksaan histeroskopi, ultrasonografi dan kuretase atas indikasi dugaan hiperplasia
endometrium. Apabila tangkai polip berukuran cukup sehingga memungkinkan ujung
polip mengalami prostrusi keluar ostium serviks, maka hal ini daoat memudahkan klinisi
untuk menegakkan diagnosis. Polip endometrium mempunyai konsistensi yang lebih
kenyal dan berwarna lebih merah daripada polip serviks. Sebagian besar polip

mempunyai susunan histologis yang sama dengan endometrium didasar tangkainya dan
tidak menunjukan perubahan sekretorik.
Kurang dari sepertiga polip memiliki komposisi jaringan yang sama dengan jaringan
endometrium penyusun atau endometrium asalnya. Ujung polip yang keluar dari ostium
serviks sering mengalami perdarahan, nekrotik, menunjukkan adanya hiperplasia kistik,
hanya sebagian kecil saja yang menunjukkan hiperplasia adenomatosa.

Terapi
Bila ujung polip keluar melalui ostium serviks sehingga mudah untuk dicapai maka
pemutusan tangkai polip dapat dilakukan melalui dua cara. Pertama, dengan menjepit
tangkai polip kemudian melakukan putaran pada tangkai sehingga terputus. Kedua
dengan menggunakan ikatan laso longgar yang kemudian didorong hingga mencapai
dasar tangkai dan kemudian diikatkan hingga tangkai terputus. Untuk jenis polip
endometrium yang tidak bertangkai maka dapat dilakukan kuretase atau evakuasi dengan
bantuan histeroskopi.

TUMOR JINAK MIOMETRIUM


Tumor padat miometrium
Mioma uteri

Gambaran umum
Mioma uteri merupakan tumor jinak yang struktur utama nya adalam otot polos rahim.
Mioma uteri terjadi pada 20-25% perempuan di usia reproduktif, tetapi oleh faktor yang
tidak diketahui secara pasti. Insidensinya 3-9 kali lebih banyak pada ras kulit berwarna
dibandingkan dengan ras kulit putih. Selama 5 dekade terakhir, ditemukan 50% kasus
mioma uteri terjadi pada ras kulit berwarna.

Penyebab pasti mioma uteri tidak diketahui secara pasti. Mioma uteri jarang sekali
ditemukan sebelum usia pubertas, sehingga dipengaruhi oleh hormon reproduksi dan
hanya bermanifestasi selama usia reproduktif. Umumnya mioma terjadi di beberapa
tempat. Pertumbuhan mikroskopik menjadi masalah utama dalam penanganan mioma
karena hanya tumor soliter dan tampak secara makroskopik yang memungkinkan untuk

ditangani secara enukleasi. Ukuran rerata tumor ini adalah 15 cm tetapi cukup banyak
yang melaporkan kasus mioma uteri dengan berat mencapai 45 kg.
Walaupun seringkali asimptomatik, gejala yang mungkin timbul sangat bervariasi seperti
metroragia, nyeri, menoragia hingga infertilitas. Perdarahan hebat yang disebabkan oleh
mioma merupakan indikasi utama histerektomi di Amerika serikat. Yang menyulitkan
adalah anggapan klasik bahwa mioma adalah asimptomatik karena hal ini seringkali
menyebabkan gejala yang ditimbulkan dari organ sekitarnya (tuba, ovarium, atau usus)
menjadi terabaikan. Masalah lain terkait dnegan asimptomatik mioma adalah
mengabaikan pemeriksaan lanjutan dari spesimen hasil enukleasi atau histerektomi
sehingga miosarkoma menjadi tidak dikenali.

Tidak ada bukti yang kuat untuk mengatakan bahwa estrogen menjadi penyebab mioma.
Telah diketahui bahwa hormon memang menjadi prekursor pertumbuhan miomatosa.
Konsentrasi reseptor estrogen dalam jaringan mioma memang lebih tinggi dibandingkan
dengan miometrium sekitarnya tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan di
endometrium. Mioma tumbuh cepat saat penderita hamil atau terpapar estrogen dan
mengecil atau meghilang cepat saat menopause. Walaupun progesteron dianggap sebagai
penyeimbang estrogen tetapi efeknya terhadap pertumbuhan mioma termasuk tidak
konsisten.

Walaupun mioma tidak mempunyai kapsul yang sesungguhnya, tetapi jaringannya


dengan sangat mudah dibebaskan dari miometrium sekitarnya sehingga mudah
dienukleasi. Mioma berwarna lebih pucat, relatif bulat, kenyal, berdinding ;icin dan
apabila dibelah dalamnya akan menonjol keluar sehingga mengesankan bahwa luarnya
adalah kapsul.

Klasifikasi
Mioma uteri berasal dari miometrium dan klasifikasinya dibuat berdasarkan lokasinya.

Mioma submukosa menempati lapisan dibawag endometrium dan menonjol ke dalam


kavum uteri. Pengaruhnya pada vaskularisasi dan luas permukaan endometrium
menyebabkan terjadinya perdarahan ireguler. Mioma jenis ini dapat bertangkai panjang

sehingga dapat keluar melalui ostium serviks. Yang harus diperhatikam dalam menangani
mioma bertangkai adalah kemungkinan terjadinya torsi dan nekrosis sehingga risiko
sangatlah tinggi
Mioma intramural atau intersitial adalah mioma yang berkembang diantara miometrium.
Mioma subserosa adalah mioma yang tumbuh dibawah lapisan serosa uterus dan dapat
bertumbuh ke arah luar dan juga bertangkai. Mioma subserosa juga dapat menjadi parasit
omentum atau usus untuk vaskularisasi tambahan bagi pertumbuhannya.

Degenerasi
Bila terjadi perubahan pasokan darah dalam selama pertumbuhannya, maka mioma dapat
mengalami perubahan sekudner atau degeneratif sebagai berikut :
-

Degenerasi jinak

Atrofi : ditandai dengan pengecilan tumor yang umumnya terjadi setelah persalinan
atau menopause

Hialin : terjadi pada mioma yang telah matang dimana bagian yang semula aktif
tumbuh kemudian tehenti akibat kehilangan pasokan nutrisi dan berubah warnanya
menjadi kekuningan, melunak atau melebur menjadi cairan gelatin sebagai tanda
terjadinya degenerasi hialin.

Kistik : setelah mengalami hialinisasi, hal tersebut akan terus berlanjut dengan
cairnya gelatin sehingga mioma konsistensinya menjadi kistik. Adanya kompresi atau
tekanan fisik pada bagian tersebut dapat menyebabkan keluarnya cairan kista ke
kavum uteri, kavum peritoneum atau retroperitoneum.

Kalsifikasi : disebut juga degenerasi kalkareus yang umumnya mengenai mioma


subserosa yang sangat rentan terhadap defisit sirkulasi yang dapat menyebabkan
pengendapan kalsium karbonat dan fosfat di dalam tumor.

Septik : defisit sirkulasi dapat menyebabkan mioma mengalami nekrosis dibagian


tengah tumor yang berlanjut dengan infeksi yang ditandai dengan nyeri, kaku dinding
perut dan demam akut.

Kaneus : disebut juga degenerasi merah yang diakibatkan oleh trombosis yang diikuti
dengan terjadinya bendungan vena dan perdarahan sehingga menyebabkan perubahan
warna mioma. Degenerasi jenis ini, seringkali terjadi bersamaan dengan kehamilan
karena kecepatan pasokan nutrisi bagi hipertrofi miometrium lebih diprioritaskan

sehingga mioma mengalami defisit pasokan dan terjadi degenerasi aseptik dan infark.
Degenerasi ini disertai rasa nyeri tetapi akan menghilang sendiri. Terhadap
kehamilannya sendiri, dapat terjadi partus prematurus atau koagulasi diseminata
intravaskular.
-

Miksomatosa : disebut juga degenerasi lemak yang terjadi setelah proses degenerasi
hialin dan kistik. Degenerasi ini sangat jarang dan umumnya asimptomatik.

Degenerasi ganas

Transformasi ke arah keganasan (menjadi miosarkoma) terjadi pada 0,1-0,5%


penderita mioma uteri

Gambaran klinik
Hanya terjadi pada 35-50% penderita mioma.hampir sebagian besar penderita tidak
mengetahui bahwa kelainan didalam uterusnya terutama sekali pada penderita dengan
obesitas. Keluhan penderita sangat tergantung pula dari lokasi atau jenis mioma yang
diderita. Berbagai keluhan dapat berupa :
-

Perdarahan uterus abnorma


Perdarahan menjadi manifestasi klinik utama pada mioma dan hal ini terjadi pada
30% kasus penderita. Bila terjadi secara kronik maka dapat terjadi anemia defisiensi
besai dan bila berlangsung lama dan dalam jumlah besar maka sulit untuk dikoreksi
dengan suplementasi zat besi. Perdarahan pada mioma submukosa seringkali
diakibatkan karena hambatan pasokan darah endometrium, tekanan dan bendungan
pembuluh darah di area tumor (terutama vena) atau ulserasi endometrium diatas
tumor. Tumor bertangkai seringkali menyebabkan trombosis vena dan nekrosis
endometrium akibat tarikan dan infeksi. Disminorea dapat disebabkan oleh efek
tekanan, kompresi, termasuk hipoksia lokal miometrium.

Nyeri
Mioma tidak menyebabkan nyeri dalam pada uterus kecuali apabila kemudian terjadi
gangguan vaskuler. Nyeri lebih banyak terkait dengan proses degenerasi akibat
okluasi pembuluh darah, infeksi, torsi tangkai mioma atau kontaksi uterus sebagai
upaya mengluarkan mioma subserosa dari kavum uteri. Gejala abdomen akut dapat
terjadi bila torsi berlanjut dengan terjadinya infark atau degenerasi merah yang

mengiritasi selaput peritoneum. Mioma yang besasr dapat menekan rektum sehingga
menimbulkan sensasi untuk mengedan. Nyeri pinggang dapat terjadi pada penderita
mioma yang menekan persyaraftan yang berjalan di atas permukaan tulang pelvis.

Efek penekanan
Walaupun mioma dihubungkan dengan adanya desakan tekan, tetapi tidaklah mudah
untuk menghubungkan adanya penekanan organ dengan mioma. Mioma intramural
sering dikatikan dengan penekanan terhadap organ sekitar. Parasitik mioma dapat
menyebabkan obstruksi saluran cerna perlekatannya dengan omentum menyebabkan
strangulasi usus. Mioma serviks dapat menyebabkan sekret serosanguinea vaginal,
perdarahan, dispareunia dan infertilitas.
Bila ukuran tumor lebih besar lagi maka akan terjadi penekanan ureter, kandung
kemih dan rektum. Semua efek penekanan ini dapat dikenali melalui pemeriksaan
IVP, kontras saluran cerna, rontgent, dan MRI. Abortus spontan dapat disebabkan
oleh efek penekanan langsung mioma terhadap kavum uteri

Terapi
Terapi harus memperhatikan usia, paritas, kehamilan, konservasi fungsi reproduksi,
keadaan umum dan gejala yang ditimbulkan. Bila kondisi pasien sangat buruk,
lakukan upaya perbaikan yang diperlukan termasuk nutrisi, suplementasi zat esensial
ataupun tranfusi. Pada keadaan gawat darurat akibat infeksi atau gejala abdominal
akut, siapkan tindakan bedah gawat darurat untuk menyelamatkan penderita. Pilihan
prosedur bedag terkait mioma uteri adalah miomektomi atau histerektomi.

Adenomiosis

Gambaran umum
Adenomiosis merupakan lesi pada lapisan miometrium yang ditandai dengan invasi jinak
endometrium yang secara normal hanya melapisi bagian dalam dinding uterus atau
kavum uteri. Pada beberapa hal terdapat kesamaan antara adenomiosis dengan
endometriosis walaupun adenomiosis lebih banyak di derita oleh perempuan berusia 40an tahun dan multipara, sedangkan endometriosis pada perempuan dewasa muda dan
infertil. Oleh sebab itu sebagian besar pakar keilmuan menggolongkan adenomiosis

sebagai endometriosis interna untuk membedakannya dengan endometriosis pelvik


(eksterna).

Gambaran klinik
Dalam literatur disebutkan bahwa sekitar 10-20% spesimen histerektomi adalah
adenomiosis tetapi apabila gambaran epitel endometrium dalam miometrium dijadikan
patokan untuk diagnosis maka insidensinya meningkat menjadi 38,5%. Pembesaran oleh
adenomiosis bersifat difus. Terjadi penebalan yang sangat nyata pada dinding
endometrium dan umunya tidak simetris. Gambaran histopatologi yang spesifik dari
adenomiosis adalah adanya pulau-pulaiu epital endometrium yang menyusup jauh dari
membrana basalis jaringan asal dan kadang-kadang mencapai lapisan serosa uterus.
Pulau-pulau endometrium didalam otot berfungsi seperti yang ada di kavum uteru
sehingga dibagian tengahnya terdapat cairan merah kecoklatan seperti darah menstruasi.
Sebagian besar epitel endometrium adenomiosis bukan termasuk yang matur atau
dewasa, mom fungsional dan tersusun seperti keju swiss.
Simptom utama adenomiosis adalah menoragia dan diminore yang semakin lama
semakin memberat, terutama pada perempuan berusia 40 tahunan. Dismenorea yang
terjadi bersifat kolik sebagai akibat kontraksi yang kuat dan pembengkakan intramural
oleh timbunan darah didalam pulau-pulau jaringan endometrium.
Dengan memperhatikan faktor predisposisi dan gambaran klinik yang jelas maka upaya
diagnosis relatif mudah dilaksanakan. Pemeriksaan rontgent tidak banyak membantu
untuk adenomiosis karena hanya nampak gambaran tumor atau adanya filling defect
apabila menggunakan kontras. Gambaran yang lebih jelas dapat ditunjukkan dengan
pemeriksaan MRI.

Terapi
Terapi pilihan adalah histerektomi karena terapi konservatif (hormonal) hanya akan
menunda penyembuhan dan upaya untuk mengatasi keluhan penderita , termasuk
gangguan kesehatan akibat perdarahan atau stress psikis yang berkepanjangan. Untuk
tindakan tambahan (salfingo-ofoorektomi) sangat tergantung dari faktor usia, status fisik,
tenggang waktu dari saat operasi hingga menopause dan ada tidaknya gangguan lain pada
ovarium (termasuk endometriosis) pada saat laparotomi dilakukan. Pada pasien-pasien

yang terdapat kontra indikasi untuk operasi atau jika takut operasi dapat dilakukan
pemberian penghambat aromatase.
TUMOR JINAK OVARIUM
Tumor kistik ovarium
Kista folikel

Gambaran umum
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di ovarium dan biasanya
berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5cm). Kista ini terjadi
karena kegagalan proses ovulasi (LH surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak
diabsorpsi kembali. Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara
artificial dimana gonadotropin diberikan secara berlebihan untuk menginduksi ovulasi.
Kista ini tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur atau
perdarahan. Ada yang menghubungkan kista folikel dengan gangguan menstruasi. Kista
folikel yang besar dapat dihubungkan dengan nyeri pelvik, dispareunia dan kadang
perdarahan abnormal uterus.

Gambaran klinik
Penemuan kista folikel umumnya dilakukan melalui pemeriksaan USG transvaginal atau
pencitraan MRI. Diagnosis banding kista folikel adalah salfingitis, endometriosis, kista
lutein dan kista neoplastik lainnya. Sebagian kista dapat mengalami obliterasi dalam 60
hari tanpa pengobatan. Pil kontrasepsi dapat digunakan untuk mengatur siklus dan atresi
kista folikel.

Terapi
Tatalaksana kista folikel dapat dilakukan dengan melakukan pungsi langsung pada
dinding kista menggunakan peralatan laparoskopi. Pastikan dahulu bahwa kista yang
akan dilakukan pungsi adalah kista folikel karena bila terjadi kesalahan identifikasi dan
kemudian kista tersebut tergolong neoplastik ganas, maka cairan tumor invasif akan
menyebar kedalam rongga peritoneum

Kista korpus luteum

Kista luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum atau perdarahan yang mengisi
rongga yang terjadi setelah ovulasi. Terdapat 2 jenis kista lutein yaitu kista granulosa dan kista
teka.
Kita granulosa
Kista granulosa merupakan pembesaran non neoplastik ovarium. Setelah ovulasi, dinsing sel
granulosa mengalami luteinisasi. Pada tahap terbentuknya vaskularisasi baru, darah terkumpul di
tengah rongga membentuk korpus hemoragikum.
Resorbsi darah di ruangan ini menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kits lutein yang
persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang dinding perut yang juga disertai dengan
amenorea atau menstruasi terlambat yang menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista lutein
juga dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan
intraperitoneal yang membutuhkan tindakan pembedahan segera untuk menyelamatkan
penderita.
Kista teka
Kista jenis ini tidak pernah mencapai ukuran yang besar. Umumnya bilateral dan berisi cairan
jernih kekuningan. Kista teka seringkali dijumpai bersamaan dengan ovarium polikistik, mola
hidatidosa, koriokarsinoma. Terapi hCG dan klomifen sitrat
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada umumnya tidak diperlukan tindakan
bedag untuk menangani kista ini karena kista dapat menghilang secara spontan setelah evakuasi
mola, terapi korio karsinoma dan penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun
demikian, apabila terjadi ruptur kista dan terjadi perdarahan ke dalam rongga peritoneum maka
diperlukan tindakan laparotomi segera untuk menyelamatkan penderita.
Ovarium polikistik (Stein-leventhal syndrome)

Gambaran umum
Penyakit ovarium polikistik ditandai dengan pertumbuhan polikitik ovarium kedua
ovarium, amenorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas. Sekitar 50% pasien
mengalami hirsutisme dan obesitas. Gangguan ini terjadi pada perempuan berusia 15-30

tahun. Banyak kasus infertilitas terkait dengan sindrom ini. Tampaknya hal ini berkaitan
dengan disfungsi hipotalamus.

Gambaran klinik
Walaupun mengalami pembesaran ovarium juga mengalami proses sklerotika yang
menyebabkan permukaannya berwarna putih tanpa indentasi seperti mutiara sehingga
disebut sebagai ovarium kerang. Ditemukan banyak folikel berisi cairan dibawah dinding
fobrosa korteks yang mengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan karena
mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal yang sama.

Diagnosis penyakit ini dibuat berdasarkan anamnesis yang mengarah pada beberapa
gejala di atas dan pemeriksaan fisik terarah. Riwayat menarche dan haid normal
kemudian berubah menjadi episode amenorea yang semakin lama. Pembesaran ovarium
dapat dipalpasi pada sekitar 50%. Terjadi peningkatan 17-ketosteroid dan LH tetapi tidak
ditemukan fase lonjakan FH (LH surge) yang akan menjelaskan mengapa tidak terjadi
ekskresi estrogen, FSH dan ACTH masih dalam batas normal. Pemeriksaan yang dapat
diandalkan adalah UGS dan laparoskopi. FSH biasanya normal LH tinggi rasio LH >
FSH > 2.

Terapi
Klomifen sitrat 50-100 mg perhari untuk 5-7 hari persiklus. Beberapa praktisi juga
menambahkan hCG untuk memperkuat efek pengobatan. Walaupun reseksi baji cukup
menjanjikan, hal tersebut jarang dilakukan karena dapat terjadi perlengketan periovarial.
Karena endometrium lebih banyak terpapar estrogen maka dianjurkan juga untuk
memberikan progesteron (LNG, desogestrel, CPA).

TUMOR EPITEL OVARIUM


Epitelial tumor mencakup 60-80% dari keseluruhan neoplasma ovarium, termasuk didalamnya
adalah kistadenoma serosum, kistadenoma mucinosum, clear cell, sel transisional (Brenner) dan
epitel sel stroma
Tumor kistikovarium

Kistadenoma ovarii serosum

Gambaran umum
Kistadenoma serosum mencakup sekitar 15%-25% dari keseluruhan tumor jinak ovarium.
Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50% kasus, kista ini terjadi pada
kedua ovarium.ukuran kista berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih kecil dari ratarata ukuran kistadenoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih kekuningan.
Proliferasi fokal pada dinding kista menyebabkan proyeksi papilomatosa ke tengah kista
yang dapat bertranformasi menjadi kistadeno fibroma. Proyeksi papilomatosa ini harus
diperhatikan secara seksama dalam upaya untuk membedakannya dengan proliferasi
atipik

Gambaran klinik
Kistadenoma serosum yang ditemukan pada usia 20-30 tahun digolongkan sebagai
neoplasma potensi rendah untuk transformasi ganas dan hal ini bertolak belakang dengan
penderita pada usia peri atau pascamenopause yang memiliki potensi anaplastik yang
tinggi. Seperti dengan sebagian besar tumor epitelial ovarium, tidak dijumpai gejala
klinik khusus yang dapat menjadi pertanda kistadenoma serosum. Pada sebagian besar
kasus, tumor ini ditemukan secara kebetulan saat dilakukan pemeriksaan rutin. Pada
kondisi tertentu penderita akan mengeluhkan rasa tidak nyaman didalam pelvis,
pembesaran perut dan gejala seperti ascites.

Terapi
Pengobatan terpilih untuk kistadenoma serosum adalah tindakan pembedahan (eksisi)
dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intapelvik dan abdomen. Untuk itu jenis insisi
yang dipilih adalah mediana karena dapat memberikan cukup akses untuk tindakan
eksplorasi. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan PA selama operasi sebagai antisipasi
terhadap kemungkinan adanya keganasan.

Kistadenoma ovarii mucinosum

Gambaran umum
Kistadenoma ovarii mucinosum mencakup 16-30% dari total tumor jinak ovarium dan
85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini bilateral pada 5-7% kasus. Tumor ini pada
umumnya adalah multilokuler dan lokulus yang berisi cairan mucinosum tampak

berawrna kebiruan didalam kapsul yang dindingnya tegang. Dinding tumor tersusun dari
epitel didalam kolumner yang tibggi dengan inti sel berwarna gelap terletak dibagian
basal. Dinding kistadenoma musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktur epitel
endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon dimana cairan musin
didalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet. Perlu untuk memilih sampel
pemeriksaan PA dari beberapa tempat karena sebaran area-area dengan gambaran jinak,
potensial ganas atau ganas adalah sangat variatif.

Gambaran klinik
Tumor mucin ini merupakan tumor dengan ukuran terbesar dari tumor dalam tubuh
manusia. Terdapat 15 laporan yang menyebutkan berat tumor di atas 70 kg. Sebagai
konsekuensi semakin besar ukuran tumor diovarium, semakin besar pula kemungkinan
diagnisusnya dalag kistadenoma ovarii mucinosum. Tumor ini juga asimptomatik dan
sebgaian besar pasien hanya merasakan pertambahan berat badan atau rasa penug diperut.
Pada kondisi tertentu, perempuan pascamenopause dengan tumor ini dapat mengalami
hiperplasie atau perdarahan pervaginam karena stroma sel tumor mengalami proses
luteinisasi sehingga dapat menghasilkan hormon (terutma estrogen). Bila hal ini terjadi
pada perepuan hamil maka dapat terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan (virilisasi)
pada wanita.
Cairan musin dari kistoma ini dapat mengalir ke kavum pelvik atau abdomen melalui
stroma ovarium sehingga terjadi akumulasi cairan musin intraperitoneal dan hal ini
dikenal sebagai pseudomiksoma peritonii. Hal yang serupa, dapat pula disebabkan oleh
kistadenoma pada apendiks

Terapi
Apabila ternyata stroma kistadenoma ovarii musinosum mendiseminasi cairan mucin ke
rongga peritoneum (pseudomiksoma) dan hal ini ditemukan pada saat melakukan
tindakan laparotomi, maka sebaiknya dilakukan salfingo-ooforektomi unilateral. Untuk
mengosongkan cairan musin dari kavum peritoneum, encerkan terlebih dahulu mucin
dengan larutan dextrose 5%-10% sebelum dilakukan pengisapan (suction).

Kista dermoid

Gambaran umum
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor ovarium) yang berasal
dari sel germinativum. Tumor ini merupakan tumor jinak sel germinativum dan paling
banyam didertia oleh gadis berusia dibawah 20 tahun. Tumor sel germinall ini mencakup
60% kasus dibandingkan 40% yang berasal dari sel nongerminal untuk kelompok umur
yang telah disebutka terlebih dahulu.

Gambaran klinik
Walaupun terdapat beberapa jaringan penyusun tumor, tetapi ektodermal merupakan
kompone utama yang kemudian dengan mesodermal dan entodermal. Semakin lengkap
unsur penyusun akan semakin solid konsistensi tumor ini. Kista dermoid jarang mencapai
ukuran yang besar tetapi kadang-kadang bercampur dengan kistadenoma ovarii
mucinosum sehingga diameternya akan semakin besar. Unsur penyusun tumor terdiri dari
sel-sel yang telah matur sehingga kista ini juga disebut sebagai teratom matur. Kista
dermoid mempunyai dinding berwarna putih dan relatif tebal, berisi cairan kental dan
berimnyak karena dinding tumor mengandung banyak kelenjar sebasea dan derivat
ektodermal. Dalam ukuran kecil, kista dermoid tidak menimbulkan keluhan apa pun dan
penemuan tumor pada umumnya hanya melalui pemeriksaan ginekologi rutin. Rasa
penuh dan berat didalm hanya dirasakan apabila ukuran tumor cukup besar. Komplikasi
kista dermoid dapat berupa torsi, ruptura, perdarahan dan transformasi ganas.

Terapi
Laparotomi dan kistektomi

Tumor jaringan ikat ovarium / tumor padat ovarium


Fibroma

Gambaran umum
Tumor dari jaringan ikat ovarium ini sangat terkenal terkait dengan kumpulan gejala yang
disebut dengan sindroma megs. Mekanisme sindroma ini masih belum diketahui secara
pasti tetapi sistem limfatik diafragma dianggap sebagai benang meah dari kesemua gejala
yang ada, termasuk dengan adanya timbunan cairan di rongga dada. Tidak seperti

namanya, tumor ini tidak sepenuhnya berasal dari jaringan ikat kerena juga terdapat
unsur germinal, tekoma dan tranformasi ke arah ganas seperti tumor Brenner walaupun
tanpa adanya metasetase ke pleura. Hidrotoraks dan ascites selalu menyertai fibroma
ovarium dalam sindorma Meigs.

Gambaran klinik
Fibroma timbul secara bilateral pada 2-10% kasus dan ukuran rata-rata tumor ini adalah 6
cm. Konsistensi tumor adalah kenyal, padat dengan permukaan yang halus dan rata.
Ascites dan hidrotoraks merupakan paket dari sindroma Meigs dan tanpa kedua ini maka
tumor yang berasal dari jaringan ikat ovarium murni disebut sebagai fibroma ovarii.

Terapi
Hampir semua tumor padat ovarium diindikasikan untuk diangkat , termasuk fibroma.
Pengangkatan tumor biasanya diikuti dengan menghilangnya hidrotoraks dan ascites.

Tumor Brenner

Gambaran umum
Robert meyer merupakan pionir dalam mengenali tumor ini karena sebelum ini selalu
didiagnosis sebagai fibroma. Ternyata, tumor ini mempunyai karakteristik histopatologi
yang berbeda karena tersusun dari sarang atau kolom epitel didalam jaringan fibromatosa.
Distribusi sarang epitel di dalam stroma mengesankan gambaran ganas tetapi gambaran
homogen dan uniformal tanpa aktivitas anaplasia menunjukkan hal yang sebaliknya.

Karakteristik sarang-sarang epitel tersebut seringkali menunjukkan

terdensi untuk

mengalami degenerasi kistik sentralis. Rongga-rongga yang terbentuk mempunyai massa


sitoplasmik yang menyerupai gambaran ovum didalam folikel.

Gambaran klinik
Tumor Brenner termasuk jarang ditemukan dan umumnya ditemukan pada perempuan
usia lanjut (50 tahun). Tidak ada gejala klinik khusus dari tumor ini dan seringkali
ditemui secara tidak sengaja pada saat operasi. Pernah ditemukan tumor Brenner seberat
10 kg dab semula diduga sebagai fibroma. Tumor ini tumbuh bilateral 10% dari total
kasus. Novak mengajukan teori Walt-hard call islet terkait dengan histogenesis tumor ini
tetapi Greene et al berpendapat bahwa jaringan asal tumor ini adalam epitel permukaan,

rete, dan stroma ovarium. Arey meragukan epitel ovarium dan mengajukan uroepitel
sebagai jaringan asal. Woodruff, acosta dan Mc kinlay percaya bahwa teori metaplasia
dan degenerasi berada di balik histogenesis tumor Brenner.
Hingga akhir millenium ini, tumor Brenner dianggap sebagai tumor jinak (98%). Tumor
ini mencakup 1-2% dari total tumor ovarium dan sekitar 95% terjadi unilateral. Idelson
melaporkan transformasi ganas pada sekitar 50 kasus dan melihat adanya hubungan
kistdenokarsinoma musinosum dengan tumor ini. Roth mendeskripsikan transformasi
tersebut sebagai proliferasi tanpa invasi nyata pada stroma. Farrar melaporkan ada 7,5%
kasus yang menunjukkan efek estrogenik (hiperplasia endometrium) dari tumor Brenner.
Ullery melaporkan sejumlah kasus tumor Brenner dengan efek virilisasi pada penderita.

Terapi : Eksisi

Tumor sel stroma

Tumor sel granulosa


Tumor ini dikaitkan dengan adanya produksi hormon estrogen dan dapat menyebabkan
pubertas prekok pada gadis-gadis muda dan menyebabkan hiperplasia adenomatosa dan
perdarahan pervaginam pada perempuan pascamenopause. Karakteristik histopatologinya
berupa sel dengan inti berlekuk seperti biji kopi, disertai pertumbuhan stroma yang
mikrofolikular, karofolikular, trabekuler, insuler atau padat. Badan Call-Exner dikaitkan
dengan corak pertumbuhan mikrofolikular dan rongga-rongga kecil yang berisi cairan
eosinofilik. Terdapat sejumlah sel teka dalam jumlah tertentu.

Tumor sel teka


Seperti halnya tumor granulosa, tekoma ovarii juga memproduksi estrogen. Tumor jinak
ini terdiri dari stroma yang mengandung sebaran sel lemak yang memberikan warna
kekuningan pada badan tumor saat dilakukan diseksi.

Tumor sel sertoli dan leydig


Tumor ini memberikan gejala variasi pada penderita dan umumnya terjadi pada
perempuan berusia 20-27 tahun. Sebagian besar tumor tumbuh secara unilateral. Pada

pemeriksaan mikroskopik akan dijumpai sel sertoli dan sel leydig secara bersamaan.
Didalam jaringan tumor, tekstur kedua sel ini sangat variatif.
Tumor endometroid

Gambaran umum
Yang paling menarik dan banyak menjadi bahan diskusi adalah keberadaan jaringan yang
mirip dengan endometrium di dalam rongga pelvik, termasuk yang bermanifestasi pda
ovarium. Tumor endometrioid paling sering dijumpai pada ovarium, ligamentum sakro
uterina dan rotundum, septum rektivaginalis, tunika serosa (uteri, tuba, rektum, sigmoid
dan kandung kemih), umbilikus, parut laparotomi, sakus hernialis, apendiks, vagina,
vulva, serviks, tuba, dan kelenjar limfe. Sekitar 30%-50% endometroid ovarii terjadi
bilateral dan hanya 10% tumor endometroid timbul pada tempat yang sama dengan
endometriosis. Sekitar 30% penderita karsinoma endometroid terjadi bersamaan dengan
karsinoma endometrium.

Terdapat 4 teori terkait yang dianut hingga saat ini yaitu regurgitasi darah haid (teori
Sampson), metaplasia selomik, diseminasi limfatik (teori Halban) dan hematogenik.
Teori implantasi dan metaplasia di anggap paling masuk akal walaupun tidak dapat
menjelaskan endometroid di tempat yang jauh (umbilikus, pleura dan sebagainya).
Walaupun teori linfatik dan hematogenik dapat menjelaskan pertumbuhan endometroid
ditempat jauh dari kavum uteri, tetapi sangat sedikit kasus atau studi yang dapat
mendukung teori ini.

Gambaran klinik
Bentuk manifestasi endometroid di berbagai tempat di kavum pelvik sangat bervariatif.
Bentuk yang paling sering ditemukan adalah penonjolan berwarna merah kehitaman,
terutama pada ovarium dan bagian belakang dinding uterus. Kebocoran akibat upaya
untuk melepaskan ovarium dari perlekatannya dari jaringan sekitar akan disertai oleh
keluarnya cairan kecokelatan. Apabila endometroid membentuk

kista pada ovarium

maka permukaan dalam dinding akan memiliki gambaran seperti lapisan endometrium di
kavum uteri disertai dengan area-area yang berdarah.

Walaupun terjadi perlengketan dengan fimbria tuba yang disertai lapisan atau serat-serat
fibrin tetapi pada banyak kasus hal tersebut tidak menimbulkan penyatuan juluran
fimbria. Perdarahan atau bekuan darah dari tumor endometroid menjadi menyebab utama
obstruksi dari bagian paling ujung tuba. Penonjolan, perlengketan dan perdarahan adalah
penampakan umum di semua lokasi lesi endometroid di dalam kavum pelvik. Cavanagh
menemukan hubungan usia (kurang dari 30 tahun) dengan progresivitas pertumbuhan
endometroid (termasuk penyebarannya) di ovarium dan kavum pelvik. Diagnosis
ditegakkan dengan laparoskopi diagnostik.

Terapi
Sangat tergantung dari usia dan fertilitas pasien karena tindakan ooforektomi adalah
pilihan yang cukup radikal untuk menyelesaikan kasus ini. Untuk penanganan infertilitas
dapat dicobakan eksisi endometroid tumor dan dikombinasikan dengan hormon normal
atau menopause buatan secara temporer.

TUMOR JINAK TUBA UTERINA


Tumor kistik tuba
Kista Morgagni
Lokasi tersering dari tumor kistik tuba adalah pada atau dekat ujung fimbria dan disebut sebagai
kista morgagni. Kista ini berdinding tipis, transparan dan berisi cairan jernih. Ukuran rata-rata
adalah 1 cm dan dindingnya tersusun dari jenis yang sama dengan tuba. Jarang sekali
menimbulkan gejala klinis dan pada sebagian besar kasus, tumor ini ditemukan hanya pada saat
melakukan operasi atau laparoskopi.

TUMOR GANAS PADA VAGINA


Tumor ganas primer di vagina sangat jarang. Bilamana serviks uterus ikut terlibat dalam
proses, maka dianggap sebagai tumor ganas serviks uteri. Begitu juga bilamana vulva ikut
terlibat dalam proses, maka dianggaptumor ganas itu adalah tumor ganas vulva.

Gejala
Kanker vulva mudah dilihat dan teraba sebagai benjolan, penebalan ataupun luka terbuka
pada atau di sekitar lubang vagina.Kadang terbentuk bercak bersisik atau perubahan
warna.Jaringan di sekitarnya mengkerut disertai gatal-gatal.Pada akhirnya akan terjadi
perdarahan dan keluar cairan yang encer.
Gejala lainnya adalah:
a. Nyeri ketika berkemih.
b. Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.
c. Hampir 20% penderita yang tidak menunjukkan gejala.
Karsinoma vagina
a. Epidemiologi
Kanker vagina jarang terjadi, biasanya diderita oleh wanita berumur 50 tahun ke atas.
Insidensi < dari 1 kasus baru per 100.000 populasi wanitas setahun.
b. Patologi
Terbanyak (hampir 99%) adalah squamous cell carsinoma, sisanya adenokarsinoma dan
embrional rhabdomiosarkoma (sarkoma botrioides).
c. Tingkat pra-maligna
Sebelum menjadi infasif, lesi itu melalui tingkatan pra-maligna yang disebut sebagai NIV
(Neoplasia Intraepitelial Vagina) I, II, III (Displasia ringan, sedang, berat) dan KIS (karsinoma in
situ), yang berlangsung beberapa tahun dan dapat dideteksi awal melalui Papsmear atau
bilamana perlu biopsi terarah dengan bimbingan kolposkop terhadap lesi yang mencurigakan.
d. Penyebaran

Bila proses terdapat pada sepertiga bagian atas vagina, penyebarannya akan terjadi seperti
pada karsinoma serviks;bila berlokasi pada sepertiga bagian distal vagina, penyebarannya akan
menyerupai karsinoma vulva.
e. Pembagian tingkat keganasan
Umumnya karsinoma epidermoid pada vagina muncul di 2/3 di bagian proksimal vagina.
Lokasi paling sering di dinding paling atas (proksimal)atau depan bawah(distal)vagina,berbentuk
eksopitik seperti bunga kol, endofitik ulseratif,infiltratif atau papilomatosa.
f. Pembagian tingkat keganasan menurut FIGO 1976
Tingkat

Kriteria

Karsinoma in situ, karsinoma intra epitelial

Proses masih terbatas padadinding vagina

II

Proses sudah meluas sampai jaringan para vagina,tetapi belum


mencapai dinding panggul;

III

Proses telah meluas sampai ke salah satu/kedua dinding panggul;

IV

Proses sudah keluar dari panggul kecil,atau sudah menginfiltrasi


mukosa rektum/kandung kemih

g. Gambar klinik dan diagnosa


Karsinoma in situ lebih sering didapat sebagai proses yang multifokal. Ia dapat ditemukan
bersama-sama dengan tumor sejenis di bagian lain dari traktus genitalis,atau setelah pembedahan
yang tidak radikal pada karsinoma in situ serviks uterus,atau pasca radiasi karsinoma serviks
uterus. Adenokarsinoma vagina yang jarang,dapat berasal dari urethra,kelenjar Bartholin,atau
sebagai metastasis dari karsinoma endometrium/ovarium.
Pada pemeriksaan in spekulo dapat ditemukan ulkus dengan tepi yang induratif atau
pertumbuhan tumor eksofitik seperti bunga kol (cauliflower) yang mudah berdarah pada
sentuhan.Biopsi harus dibuat pada daerah yang dicurigai,sehingga bukti histologik dapat
menegakkan diagnosis.

h. Diagnosis dini
Pada pemeriksaan rutin secara berkala, pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologik
dari dinding vagina perlu pula pengambilanbahan dari ekto-danendoserviks. Pada klinik yang
sudah

maju,pemeriksaan

kolposkopik,biopsi

terarah

dengan

bimbingan

kolposkop,

kolpomikroskopi dilakukan untuk membuat diagnosis dini.


i. Penanganan
Untuk tingkat klinik 0, dapat dilakukan vaginektomi, elektrokoterisasi, bedah krio (cryosurgeri), penggunaan sitostatika topikal atau sinar laser.Untuk tingkat klinik I dan II dilakukan
opersi atau penyinaran.Operasi pada tumor di bagian atas vagina sama dengan operasi pada
karsinoma serviks uterus,hanya vaginektomi dilakukan lebih luas(>1/2 puncak vagina harus
diangkat),sedang operasi pada bagian bawah vagina mendekati operasi pada karsinoma vulva.
Kemoterapi dengan peraturan VAC (Vincristine,Aktinomisin-D dan Cytoxan/Endoxan)
hanya untuk pengobatan embrional rabdomiosarkoma (sarkoma botrioides) pada anak-anak,yang
ternyata efektif. Tumor ini berbentuk polipoid seperti buah anggur yang berasal dari bagian atas
vagina dan dapat menonjol keluar sampai di introitus vagina. Penyebaran secara hematogen ke
paru-paru atau tulang
ADNEKSA
TUBA FALLOPII
Tumor ganas primer di tuba sangat jarang, lebih sering yang sekunder berasal dari tumor
ganas ovarium, uterus, kolorektal, lambung dan payudara
a. Insidensi
Paling jarang di antara keganasan alat reproduksi wanita (<0,1%): ditemukan 1:1000
kasus operasi ginekologi abdominal, dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),
dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun. Kejadian paling sering ialah pada kelompok
umur seperti pada karsinoma endometrium.

b. Patologi
Hsu, Taymor, dan Hertig membagi histologik tumor ini dalam 3 jenis menurut
keganasannya:
a. Jenis papiler : tumor belum mencapai otot tuba dan difeensiasi selnya masih baik, batas
daerah normal dengan tumor masih dapat ditunjukkan.
b. Jenis papilo-alveolar (adenomatosa) : tumor ini telah memasuki otot tuba dan
memperlihatkan gambaran kelenjar.
c. Jenis alveo-meduler : terlihat mitosis yang atipik dan terlihat invasi sel ganas ke dalam
saluran limfa tuba.

c. Penyebaran
Pada umumnya terjadi secara langsung ke alat sekitarnya, kemudian melalui pembuluh
getah bening ke abdomen, leher, daerah inguinal, vagina, tuba, ovarium dan uterus.
d. Tingkat Klinis Keganasan
Tingkat

Kriteria

Klinik
IA

Pertumbuhan tumor terbatas pada salah satu tuba; tidak ada


ascites.
a. 1. Tak ditemukan tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. 2.Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah atau
kedua-duanya.

IB

Pertumbuhan tumor terbatas pada kedua tuba; tidak ada asites.


1. 1.Tak ada tumor di permukaan luar, kapsulnya utuh.
2. 2.Tumor terdapat di permukaan luar, atau kapsulnya pecah, atau

kedua-duanya.
IC

Tumor dari tingkatan klinik 1A dan IB, tetapi ada asites atau
cucian rongga perut positif.

II

Pertumbuhan tumor melibatkan satu atau dua tuba, dengan


perluasan ke panggul.

IIA

Perluasan proses dan/ atau metastatis ke uterus atau ovarium.

IIB

Perluasan proses ke jaringan panggul lainnya.

IIC

Tumor dari tingkat klinik IIA atau IIB, tetapi dengan asites
dan/atau cucian rongga perut positif.

III

Tumor melibatkan satu atau dua tuba dengan penyebaran


kelenjar limfa intraperitoneal, atau kedua-duanya. Tumor
terbatas pada panggul kecil dengan bukti histologik penyebaran
ke usus halus atau omentum.

IV

Pertumbuhan tumor melibatkan salah satu atau kedua tuba


dengan metastasis berjarak jauh. Bilamana didapatkan efusi
pleural, harus ada sitologi positif untuk menyebutnya sebagai
tingkat klinik IV. Begitu pula ditemukannya metastasis
keparenkim hati.

e. Gambaran klinik dan diagnosis


Pada awal penyakit tidak menimbulkan gejala diagnosis sering terlambat dibuat karena
letaknya yang sangat tersembunyi dan pemeriksaan histologik atas spesimen yang dikirim. Kalau
sudah ada keluhan, biasanya sudah terlambat. Deteksi dini tumor ganas tuba Falloppii sukar
diupayakan. Perlu dapat perhatian khusus bila wanita berusia (45-55 tahun), ditemukan tumor
adneksa (tumor radang: hidrosalping, piosalping atau abses tubo-ovarial dan sebagainya) disertai
rasa nyeri dan adanya getah vagina yang semula kekuning-kuningan kemudian bercampur darah,
perlu dicurigai kemungkinan akan adanya tunor ganas tuba terutama pada nullipara atau

primipara. Wanita beranak satu (sterilitas satu anak) biasanya oleh karena mengalami infeksi
gonokokus yang menimbulkan peradangan tuba dan menjadi buntu. Perasaan nyeri ini dapat
intermiten atau terus menerus dan menjalar ke pangkal paha dan punggung bagian bawah (regio
sakro-koksigeal). Rasa sakit ini yang menyebabkan penderita datang ke dokter.
Pemeriksa sitologi usapan serviks tidak banyak membantu. Akan tetapi bilamana hasilnya sel
ganas positif, sedangkan di serviks maupun di kavum uteri dapat dinyatakan tidak ada
keganasan, maka perlu dipikirkan kemungkinan keganasan di tuba atau ovarium, lebih lebih jika
ada mas tumor pada adneksa. Histero-salpingografi (HSG) tidak dianjurkan karena dapat
berakibat meluasnya proses ganas/radang. Kuldoskopi dan laparoskopi juga tak banyak berarti
karena sulit membedakan tumor ganas tuba dari tumor radang, kecuali bilamana pemeriksaan
tersebut disertai tindakan biopsi. Transvagina/transrektal USG dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis.
f. Penanganan
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP (Total Abdominal
Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy + Omentectomy + Appendectomy). Dapat
dipertimbangkan (Optional) instilasi Phosphor 32 radioaktif atau khemoterapi profilaksis.
Sayatan dinding perut harus longitudinal linea mediana, cukup panjang untuk memungkinkan
mengdakan eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di
daerah subdiafragmatika dan mengirimkan sample cucian rongga perut untuk pemeriksaan
sitologi eksfoliatif. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan jenis histologik keganasan
tertentu seperti disgerminoma.
TUMOR GANAS PADA OVARIUM
Epidemiologi
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari semua keganasan alat reproduksi wanita.
Insidensi rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita
setahunnya.

Patologi
Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang menyebabkan
berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat menjadi
kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan implantasi
di rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan ascites.
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal, dan mesodermal) dengan
sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan.
Kira-kira 60% terdapat pada usia peri-menopausal, 30% dalam masa reproduksi dan 10%
pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak
pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low-malignant potential) dan yang jelas
ganas (true malignant).
Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi :
1) Tumor Epitelial yang umum : A. Serosa, B. Musinosa, C. Endometroid, D. Clearcell
(mesonephroid) : a. Benigna, b. Borderline malignancy, c. Karsinoma, E. Brenner, F.
Epitelial campuran, G. Karsinoma tak terdiferensiasi, H. Tumor tak terklasifikasi.
2) Sex-cord stromal tumours : A. Tumor Granulosa-theca cell : a. Benigna, b. Maligna, B.
Androblastoma (sertoli-leydig), C. Gynandroblastoma, D. Tidak terklasifikasi.
3) Tumor-tumor lipid cell.
4) Tumor-tumor Germ-cell : A. Disgerminoma, B. Tumor Sinus Endodermal, C. Karsinoma
Embrional, D. Poli-Embrioma, E. Khoriokarsinoma, F. Teratoma : 1. Immatur, 2. Matur
(solid atau kistik), 3.monodermal (stroma ovarii dan/ atau karsinoid, atau lainnya).
Tumor-Tumor Epitelial Ovarium

Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-duanya mempunyai kecenderungan untuk


tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada
yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi
dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi.
Tumor-Tumor Stroma Sex-Cord
Diduga berasal dari mesenkhim gonad, yang potensial mampu mendiferensiasi ke dalam
struktur gonad laki-laki dan wanita hingga tumor dapat mengakibatkan munculnya tanda-tanda
maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya.
Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkhim akan mendiferensiasi ke dalam
struktur gonadal laki-laki : 1). Arrhenoblastoma, mikroskopik terlihat gambaran tubuler dan
berhubungan denagan gejala/ tanda defeminisasi atau maskulinisasi, 2) Tumor Sertoli cell,
adalah bentuk feminisasi dari Androblastoma. Sel-sel sertoli merupakan sumber dari estrogen
pada gonad lelaki, 3) Tmor Sel Granulosa, 4) Tumor Sel Theca.
Tumor-Tumor Sel Germinal (Germcell tumours)
Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya.

a. Disgerminoma
Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radioaktif. Tumor dengan permukaan
rata, konsistensi kenyal, kecuali di bagian-bagian yang mengalami degenerasi, berwarna sawo
matang sampai keabu-abuan. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat gambaran sarang-sarang sel
telur yang besar, bundar, ovoid, atau poligonal, terpisah oleh septa jaringan ikat. 88,6% dapat
disembuhkan hanya dengan USO (Unilateral Salpingo Oerectomy), kalau perlu pasca bedah
dapat dipertimbangkan radioterapi pada tumor bed karena tumor ini sangat radiosensitif dan
radiocurable.

b. Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu membentuk
elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk
kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas campuran
jaringan sel telur yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas
biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh
cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. Pada pemeriksaan klinik ditemukan tumor di
samping uterus, kadang kala disertai perdarahan dari uterus dan ascites. Terapinya pembedahan
dengan khemoterapi sebelum atau sesudahnya.
c. Tumor sinus endodermal
Berasal dari jolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis atau wanita
muda (20 tahun) dan sangat ganas. Pada pemeriksaan mikroskopik didapatkan retikulum dengan
ruangan berbentuk kistik (sinus endodermal) di tengahnya. Sinus tersebut terdiri atas pembuluh
darah ditengahnya oleh sel-sel kuboid.

d. Khoriokarsinoma
Tumor primer berasal dari ovarium jarang ditemukan mempunyai ciri-ciri seperti
khoriokarsinoma sesudah kehamilan (NTGG = Neoplasia Trofoblast Ganas Gestasional). Pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan sinsio dan sitotrofoblas tanpa villikhoroalis.
e. Gonadoblastoma
Tumor yang diperkenalkan oleh Scully pada tahun 1953 dijumpai dalam ovarium atau
testis yang disgenetik, terdiri dari sel-sel telur dan sel-sel yang menyerupai sel-sel Sertoli-Leydig
atau sel-sel granulosa. Kebanyakan penderitanya wanita dan sering menunjukkan kario-tipe
yang abnormal dengan mengandung khromosom Y. Gonadoblastoma mempunyai potensi untuk
menjadi ganas.

Tumor-Tumor yang berasal dari Stroma Ovarium


Pada umumnya adalah fibroma , relative sering ditemukan pada wanita usia lanjut, tumor
unilateral yang dapat mencapai ukuran besar. Fibrosarkoma adalah jarang.
Sarkoma Ovarium
Tumor ganas ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Sarkoma teratoid : sering terdiri dari elemen-elemen tanpa diferensi, akan tetapi unsurunsur teratoid masih dapat dikenal. Tumor tumbuh cepat dengan prognosis jelek.
2. Stromal Sarkoma : berasal dari jaringan mesenkhim dan dapat ditemukan dalam 2 jenis :
1) Stroma-cell sarkoma, dan 2) Leiomiosarkoma. Prognosis umumnya baik, apabila
tumor belum meluas pada waktu operasi dilakukan.
3. Sarkoma paramesonefrik : merupakan mixed mesodermal tumor, terdiri atas sel-sel epitel
yang tersusun tidak rata dan stroma yang berproliferasi cepat. Tumor biasanya ditemukan
pada wanita usia lanjut, tumbuh cepat dan dapat menimbulkan rasa nyeri di perut bagian
bawah. Penyebaran sel-sel tumor juga cepat secara hematogen.

2.3.6

Karsinoma Ovarium Metastatik

Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal dari korpus
uterus, usus-usus, mamma atau kelejar tiroid. Termasuk dalam golongan ini adalah Tumor
Krukenberg yang mempunyai gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang menyerupai
cincin signet di tengah-tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor Krukenberg adalah
metastatis dari karsinoma ventrikuli (gaster).
Penyebaran
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, mediastinal, dan
supraklavikular, untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan
otak.
Penetapan tingkat klinis keganasan

UICC

Kriteria

FIGO

T1

Terbatas pada ovarium

TIa

Satu ovarium, tanpa ascites

Ia

TIb

Kedua ovarium, tanpa ascites

Ib

TIc

Satu/ dua ovarium, ada ascites

Ic

T2

Dengan perluasan ke panggul

II

T2a

Uterus dan/ atau tuba, tanpa ascites

IIa

T2b

Jaringan panggul lainnya, tanpa ascites

IIb

T2c

Jaringan panggul lainnya, dengan ascites

IIc

T3

Perluasan ke usus halus/ omentum dalam

III

panggul, atau penyebaran intraperitoneal/


kelenjar retraperitoneal
M1

Penyebaran ke alat-alat jauh

IV

Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/ tanda yang biasanya muncul dalam perjalanan
penyakitnya yang sudah agak lanjut :
1. Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhan primer dan infiltrasi ke jaringan
sekitar.
2. Gejala diseminasi/ penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan
bermanifestasi adanya ascites.

3. Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminisasi, maskulinisasi atau


hiperestrogenisme, intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan tipe histologik tumor
dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau masa, di
dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dari yang kistik sampai yang solid
(padat). Pemakaian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised axial Tomography
scanning) dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasannya
sebelum pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsi potong beku (Frozen section) masih
tetap merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnhya
mengenai tumor dan perluasannya seta menentukan strategi penanganan selanjutnya.
Terapi Tumor Ganas Ovarium
Pada tingkatan awal, prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas prosedur
pembedahan ditentukan oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral)
dan kecenderungan untuk menginvasi badan rahim (korpus uteri). Tindakan konservatif (hanya
mengangkat tumor ovariumnya saja : oophorektomi atau oophoro kistektomi) masih dapat
dibenarkan jika tingkat klinik penyakit T1a, wanita masih muda, blum mempunyai anak, derajat
keganasan tuor rendah seperti disgerminoma, tumor sel granulosa, dan arrhenoblastoma atau
low potential malignancy = bordeline malignancy.
-

Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik TI dan T2 (FIGO:

Tingkat I dan II), yang diberikan kpada panggul saja atau seluruh rongga perut. Pada tingkat
klinik T3 dan T4 (FIGO: tingkay III dan IV) dilakukan debulking dilanjutkan dengan
khemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor
yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
-

Khemoterapi

Sekarang telah mendapat tempat yang diakui dalam penanganan tumor ganas ovarium.
Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (seperti cyclophospamide,
chlorambucil), antimetabolit (seperti Adriamisin) dan agens lain (seperti Cis-Platinum).
Penanganan paliatif tumor ganas ovarium sering menggunakan preparat hormon progestativa.

Komplikasi
Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan lanjut
yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk membuat by pass
bila kondisi penderita mengizinkan.
Second-look laparotomi
Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau khemoterapi, lazim
dilakukan laparotomi kedua, bahkan kadang sampai ketiga (third-look laparotomi). Hal ini
memungkinkan kita membuat penilaian akurat proses penyakit, hingga dapat menetapkan
strategi pengobatan selanjutnya. Bisa dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif
pengobatan lain.
Neoplasma Ovarium yang jarang
Teratoma ovarium (termasuk Tumor sinus Endodermal). Menarik perhatian karena
pekanya terhadap khemoterapi dan hubungannya dengan petanda tumor (tumor marker) AFP
(Alfa Feto-protein). Petanda tumor ini sangat berguna untuk diagnosis maupun pemantauan
(monitoring) dan penanganan/ pengobatan.
Tumor yang mensekresi endokrin adalah penting karena mereka dapat menampakkan diri
dengan kelainan-kelainan endokrin, dan pengobatannya mungkin akan sangat efektif dengan
mengendalikan gejala-gejalanya.
Pengamatan lanjut

Untuk tumor ganas ovarium skema/ bagan pengamatan lanjut (follow up control) adalah
sebagai berikut :
1. Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,
2. Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,
3. Kemudian sampai 5 tahun setlah penanganan, setipa 6 bulan,
4. Seterusnya setiap setahun sekali.
TUMOR PAYUDARA
Definisi
Payudara adalah alat yang khas untuk mammalia. Payudara manusia pada wanita
berbentuk seperti kuncup. Dengan bertambahnya umur, payudara menjadi lembek dan
menggantung. Pendapat umum mengatakan hal ini terjadi karena si wanita menyusui
anaknya sendiri, namun masalahnya belum ditelaah secara ilmiah. Ada kalanya payudara
wanita tidak sama besar. Ini sesuatu yang lumrah, akan tetapi kita harus waspada dan terus
membedakan asimetris yang disebabkan pembentukannya dan asimetris yang disebabkan
pertumbuhan tumor.
Tumor adalah kepadatan massa dalam payudara yang berbentuk dan mempunyai
umuran 3 dimensi.
Etiologi
Penyebab tumor payudara tampaknya multifaktorial, tetapi faktor penting yang
memulai hiperplasia adalah hiperestrinisme. Juga faktor genetika dan hormonal
Klasifikasi
Penyakit-penyakit payudara pada dasarnya dapat disimpulkan menjadi :
1. Penyakit Bawaan
2. Penyakit Peradangan (Mastitis)
3. Penumbuhan jinak

: Fibroadenoma
Kelainan fibrokistik

Kistosarkoma filloides
Nekrosis lemak
Papiloma intraductus, terdiri dari :
a. Ekstasia ductus mamma/mastitis sel plasma
b. Mioblastoma sel granuler
4. Penumbuhan ganas

: Adenocarsinoma
Sarcoma

Gejala dan Tanda Klinis


Tanda dan Gejala

Interpretasi

Nyeri :
- Berubah dengan daur Penyebab
menstruasi

fisiologi

seperti

pada

tegangan

pramenstruasi atau penyakit fibrokistik

- Tidak tergantung daur Tumor jinak, tumor ganas atau infeksi


menstruasi
Benjolan di payudara
- Keras

Permukaan licin pada fibroadenoma atau kista


Permukaan keras, berbenjol-benjol atau melekat
pada kanker atau inflamasi non-enfektif

- Kenyal

Kelainan fibrikistik

- Lunak

Lipoma

Perubahan Kulit :
- Bercawak

Sangat mencurigakan karsinoma

- Benjolan kelihatan

Kista, karsinoma, fibroadenoma besar

- Kulit jeruk

Di atas benjolan : kanker (tanda khas)

- Kemerahan

Infeksi jika ganas

- Tukak

Kanker lama (terutama pada orang tua)

Kelainan

puting

atau

areola
- Retraksi

Fibrosis karena kanker

- Infeksi baru

Retraksi baru karena kanker (bidang fibrosis


karena pelebaran duktus)

- Eksema

Unilateral : penyakit paget (tanda khas kanker)

Keadaan cairan :
- Seperti susu

Kehamilan atau laktasi

- Jernih

Normal

- Hijau

(Perimenopause
Pelebaran duktus
Kelainan fibrolitik

- Hemoragik :

Karsinoma
Papiloma intraduktus

Deteksi Dini Tumor Payudara


Penemuan dini merupakan upaya penting dalam penanggulangan tumor payudara.
Untuk menemukan penyakit ini lebih awal dikembangkan berbagai metode sebagai berikut
:
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI/SARARI)

Pemeriksan payudara sendiri dilakukan setiap bulan secara teratur. Bagi wanita
masa reproduksi, pemeriksaan dilakukan 5 7 hari setelah haid berhenti. Menurut
penelitian para ahli, pemeriksaan payudara sendiri (SADARI/SARARI) sangat bernilai
dalam penemuan dini karsinoma payudara
Pemeriksaan payudara dibagi dalam dua tahap, yaitu memperhatikan dan
meraba payudara sendiri.
2. Pemeriksaan Payudara secara Klinis (SARANIS)
Dokter umum merupakan ujung tombak penanggulangan kesehatan
masyarakat, mempunyai kesempatan luas menemukan tumor payudara lebih awal.
Pemeriksaan fisik payudara secara klinis (SARANIS) dilakukan oleh dokter, bidan,
dan paramedis wanita terlatih dan terampil. Cara pemeriksaan payudara, SARANIS
sebaiknya dilakukan sistematis dan berurutan mulai dari inspeksi dengan palpasi
Pemeriksan klinis payudara pada usia 20 39 tahun dilakukan tiap 3 tahun
sekali, sedangkan pada usia 40 tahun atau lebih dilakukan tiap tahun. Setiap benjolan
di payudara harus dipikirkan adanya kanker, sampai dibuktikan bahwa benjolan itu
bukan kanker
3. Pemeriksaan Mammografi
Apabila pada SADARI atau SARARI teraba nodul, pemeriksaan dilanjutkan
dengan mammografi, terutama pada wanita golongan risiko tinggi. Cara ini sederhana
dan dapat dipercaya untuk menemukan kelainan di payudara. tidak sakit dan tidak
memerlukan bahan kontras.
Tujuan utama pemeriksaan mammografi adalah untuk mengenali secara dini
keganasan pada payudara. Indikasi pemeriksaan mammografi adalah :
a. Kecurigaan klinis akan kanker payudara.
b. Adanya benjolan pada payudara
1) Baik dengan rasa nyeri atau tanpa rasa nyeri
2) Dirasakan oleh pasien, sedangkan dokter pemeriksa belum dapat merabanya.
c.

Dalam follow up setelah mastectomy, deteksi primer kedua dalam payudara yang
lain.

d. Setelah Breast Conservating Treatment

e. Adenokarsinoma metastasis dari primer yang tidak diketahui.


f.

Pasien dengan riwayat risiko tinggi untuk menderita keganasan payudara.

g.

Pembesaran kelenjar axilla yang meragukan.

h.

Penyakit paget dari puting susu.

i.

Pada penderita dengan cancerphobia.

j.

Program skrening.
Untuk tumor jinak, mammografi memberikan tanda-tanda :

a.

Lesi dengan densitas meningkat, dengan tanda tegas dan licin serta teratur.

b.

Adanya halo karena pendesakan jaringan sekitar tumor.

c.

Kadang tampak perkapuran yang kasar dan umumnya dapat dihitung.

4. Pemeriksaan USG
Keuntungan pemeriksaan USG pada tumor payudara adalah :
a. Tidak menggunakan sinar pengion, jadi tidak ada bahaya radiasi
b.

Pemeriksaannya non invasif, relatif mudah dikerjakan dengan cepat dan dapat
dipakai berulang-ulang dengan biaya relatif murah.

Tanda tumor ganas secara USG :


a. Lesi dengan batas tak tegas dan tidak teratur
b. Struktur echo internal bisa :
1) Tidak ada (sonolusen), misal pada kista
2) Lemah sampai menengah tetapi homogen misalnya pada fibroadenoma.
c. Batas echo anterior lesi dan posterior lesi bervariasi dari kuat sampai menengah.
d. Lateral Acoustic Shadow dari lesi dapat bilateral atau unilateral (tadpole sign).

5. Pemeriksaan dengan Computerized Tumography (CT)


Pemeriksaan tumor payudara dengan CT akhir-akhir ini telah berkembang, tapi
biayanya cukup tinggi, bahaya radiasi dan penggunaan kontras merupakan limitasi
pemeriksaan CT.
Diagnosis Tumor Payudara

Untuk penegakkan diagnosis tumor payudara harus dilakukan mulai dari


anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik.
1. Anamnesis
Ada benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita. Pada
mulanya tidak merasa sakit, tetapi selanjutnya akan timbul keluhan sakit. Pertumbuhan
yang cepat merupakan indikasi keganasan. Batuk dan sesak nafas terjadi bila tumor
sudah metastasis pada paru. Pada kasus yang meragukan anamnesis lebih banyak
diarahkan pada indikasi golongan risiko
Riwayat penyakit secara sistemik dan teliti sebenarnya sudah separuh dari
diagnosis. Biasanya pasien wanita datang ke seorang dokter karena waktu mandi
merasa kelenjar payudaranya ada suatu benjolan
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan cara gentle dan tidak
boleh kasar dan keras. Orang sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang
diperiksa karena kemungkinan penyebarannya
3. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan sitologi dapat dipakai untuk menegakkan diagnosis kanker
payudara melalui 3 cara, yaitu :
a. Pemeriksaan sekret dari puting susu.
b. Pemeriksaan sediaan tekan (sitologi inprint)
c. Aspirasi jarum halus (fine needle aspiration)
4. Biopsi
Biopsi incisi atau eksisi merupakan metode klasik yang sering dipergunakan
untuk penegakkan diagnosis berbagai tumor payudara.

Differensial Diagnosis
Diagnosis banding untuk kelainan pada payudara adalah :
a. Fibroadenoma mamma
b. Fibrocystic of the breast (displasia mammaria)
c. Cystosarkoma Filloides
d. Galaktocelle.

e. Mastitis
f. Kanker payudara.

Fibroadenoma
Kelainan tumor jinak dan golongan terbesar dari tumor payudara secara klinis
diketahui sebagai tumor di payudara, konsistensi padat kenyal, dapat digerakan dari
sekitarnya. Bentuk bulat lonjong, berbatas tegas, pertumbuhan lambat, tidak ada perubahan
kulit, tidak nyeri, biasanya terjadi pada usia muda (15 30 tahun), dapat bilateral atau
multiple, tidak ada metastase jauh/regional.

Kelainan Fibrokistik
Biasanya multiple dan bilateral, disertai nyeri terutama menjelang haid. Ukuran
payudara menjelang haid terasa lebih besar dan penuh, rasa sakit bertambah setelah
menstruasi sakit hilang/berkurang dan tumor mengecil. Batas tidak tegas kecuali pada kista
soliter, konsistensi padat kenyal atau kistik, dapat juga tanpa massa tumor yang nyata.

Kistosarkoma Filloides
Gambaran klinis dapat seperti fibroadenoma yang besar. Bentuk bulat lonjong,
berbenjol-benjol, batas tegas, ukuran 20 30 cm, konsistensi dapat padat kenyal, tapi ada
bagian kisteus, tidak ada perlekatan ke dasar atau kulit, kulit tegang dan berkilat dan
venektasi melebar, tidak metastase.
Galactocele
Bentuk kelainan neoplasma atau pertumbuhan baru tapi suatu massa tumor kistik
yang timbul akibat tersumbatnya saluran ductus laktiferus pada ibu yang sedang atau baru
laktasi. Tumor ini berisi air susu yang mengental, berbatas tegas, bulat dan kisteus.

Mastitis
Suatu infeksi kelenjar payudara, biasanya pada wanita yang menyusui. Tanda
peradangan lengkap ditemukan, biasanya ditemukan sudah menjadi abses.

Kanker Payudara

Kanker payudara biasanya mempunyai gambaran klinik sebagai berikut :


a. Terdapat benjolan keras yang lebih melekat atau terfiksir.
b. Tarikan pada kulit di atas tumor.
c. Ulserasi atau koreng.
d. Peau deorange.
e. Discharge dari puting susu
f. Asimetris payudara.
g. Retraksi puting susu.
h. Elevasi dari puting susu.
i. Pembesaran kelenjar getah bening ketiak.
j. Satelit tumor di kulit.
k. Eksim puting susu dan edema.

Faktor risiko kejadian kanker payudara :


a. Umur wanita lebih dari 40 tahun.
b. Riwayat keluarga.
c. Riwayat kanker payudara sebelumnya.
d. Penyakit payudara jinak.
e. Diit tinggi lemak.
f. Primigravida atau multipara lebih dari 30 tahun.
g. Menopause lebih dari 55 tahun.

Penatalaksanaan
Sebelum merencanakan terapi tumor payudara dipastikan dulu diagnosa klinis dan
histopatologis serta penyebarannya.
a. Pembedahan
Biopsi merupakan tindakan pertama dalam pembedahan payudara untuk
mendapatkan diagnosa histologis. Bedah kuratif yang mungkin dilakukan adalah
mastektomy radikal, bedah radikal yang diubah dan bedah konservatif merupakan
eksisi tumor luas. Bedah konservatif selalu ditambah diseksi kelenjar aksila dan
radioterapi.

Terapi kuratif dilakukan jika tumor terbatas pada payudara dan tidak ada tanda
infiltrasi. Tumor disebut mampu angkat (operable) jika dengan tindak bedah radikal,
seluruh tumor dan penyebarannya dapat dikeluarkan. Bedah radikal menurut Halsted
yang meliputi pengangkatan payudara dengan sebagian besar kulitnya, muskulus
pectoralis mayor dan minor serta semua kelenjar aksila sekaligus.
Operasi radikal yang dimodifikasi yaitu musculus pectoralis mayor dan minor
dipertahankan jika tumor payudara bebas dari otot tersebut. Bedah radikal yang
diperluas yaitu dengan pengeluaran kelenjar limfe pada arteri mammaria interna,
artinya operasi diperluas dengan thoracotomy. Bedah super radikal yaitu bedah radikal
yang diperluas dengan pengeluaran kelenjar limfe supra klavicular.
Pada karsinoma payudara stadium lanjut, tindakan operasi dilakukan bukan
sebagai terapi kuratif namun untuk memperbaiki activiy day living.
Radioterapi
Radioterapi untuk kanker payudara biasanya digunakan pada terapi kuratif,
dengan mempertahankan mammae dan sebagai terapi tambahan atau terapi paliatif.
Radiasi harus dipertimbangkan pada karsinoma mamma yang tidak mampu angkat
(jika ada metastasis). Kadang dapat dipikirkan amputasi mamma setelah tumor
mengecil oleh radiasi.
b. Khemoterapi
Khemoterapi merupakan terapi sistemik yang digunakan bila ada penyebaran
secara sistemik dan juga dipakai sebagai terapi adjuvant. Tujuannya adalah
menghancurkan mikrometastase di dalam tubuh pasien yang biasanya kelenjar
aksilanya sudah mengandung metastasis. Obat yang diberikan adalah kombinasi
Cyclophosphamide, Metotrexate dan 5-Fluororacyl selama 6 bulan.
c. Terapi hormonal
Terapi hormonal diberikan jika penyakit telah sistemik berupa metastasis jauh,
biasanya diberikan secara paliatif sebelum khemoterapi karena efek terapinya lebih
lama. Terapi hormonal paliatif dilakukan pada penderita pramenopause, dengan cara
ovarektomy bilateral atau dengan pemberian anti estrogen seperti Tamoksofen atau
Aminoglutetimid. Estrogen tidak dapat diberikan karena efek sampingnya terlalu
berat.

9.

Prognosis
Prognosis tumor payudara tergantung dari :
a. Besarnya tumor primer.
b. Banyaknya/besarnya kelenjar axilla yang positf.
c. Fiksasi ke dasar dari tumor primer.
d. Tipe histologis tumor/invasi ke pembuluh darah.
e. Tingkatan tumor anaplastik.
f. Umur/keadaan menstruasi.
g. Kehamilan.

Anda mungkin juga menyukai