Anda di halaman 1dari 13

TETANUS

NEONATORUM

By : Eka Rahmawati Ning Tias (171511003)


 Di Indonesia, sekitar 9,8% dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi
kematian. Contoh, pada tahun 80-an tetanus menjadi penyebab
pertama kematian bayi di bawah usia satu bulan. Namun, pada
tahun 1995 kasus serangan tetanus sudah menurun, akan tetapi
ancaman itu tetap ada sehingga perlu diatasi secara serius.
Tetanus juga terjadi pada bayi, dikenal dengan istilah tetanus
neonatorum, karena umumnya terjadi pada bayi baru lahir atau
usia di bawah satu bulan (neonatus). Penyebabnya adalah spora
Pendahuluan Clostridium tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena
tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.
 Masalah pada neonatus ini biasanya timbul sebagai akibat yang
spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan
penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul
sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan
yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat
dan tidak bersih, serta kurangnya perawatan bayi baru lahir.
 Tetanus neonatorum adalah merupakan penyakit pada bayi baru
lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia tatapi
disebabkan oleh infeksi masuknya kuman tetanus melalui luka tali
pusat
Pengertian  Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh
Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun
yang menyerang sistem saraf pusat).
1. Kuman Clostridium Tetanus
2. Pemotongan tali pusat bayi menggunakan alat yang tidak bersih
atau steril.
3. Luka tali pusat kotor atau tdak bersih.
Etiologi 4. Ibu hamil tidak mendapat imunisasi TT(Tetanus Toksoid) lengkap.
Masa inkubasi penyakit adalah 5-14 hari sehingga .Gejala dan tanda
tersebut biasanya muncul dalam waktu 5-10 hari setelah terinfeksi,
tetapi bisa juga timbul dalam waktu 2 hari atau 50 hari setelah
terinfeksi. Gejala yang paling umum terjadi adalah kekakuan pada
rahang sehingga penderita tidak dapat membuka mulut, dan
menelan  serta bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa
Tanda dan sakit dan kaku di otot leher, dan bahu atau punggung. Kejang-
kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha.

Gejala Bisa juga dengan melihat gejala klinis atau yang lebih jelas lagi,
seperti:
 Mulut mencucu seperti mulut ikan (karpemound)
 Bayi tiba-tiba panas.
 Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena
kejang pada otot faring (tenggorok dan rahang).
 Mudah sekali kejang disertai sianosis (biru), kejang terutama apabila terkena
cahaya,suara dan sentuhan.
 Kejang, otot kaku/spasm dengan kesadaran tak terganggu. Kejang pada
otot-otot wajah menyebabkan ekspresi penderita seperti menyeringai
dengan kedua alis yang terangkat. Kekakuan atau kejang pada otot-otot
perut, leher, dan punggung dapat menyebabkan kepala dan tumit penderita
Lanjutan..... tertarik ke belakang, sedangkan badannya melengkung ke depan(kaku
duduk sampai opisthotonus) . Kejang pada otot sfingter perut bagian bawah
akan menyebabkan sembelit dan tertahannya air kemih.
 Dinding perut tegang (perut papan)
 Trismus (kesukaran membuka mulut/
 mulut tertutup).
 Kesukaran menelan
4.5

4
4

3.5
Grafik Cakupan 3 3 3
3

Kejadian Tetanus 2.5

Neonatorum Di 3 2 2
2
2

Kabupaten di 1.5

1
1 1
Kalimantan Barat
0.5

0
Sintang Melawi Kapuas Hulu

2016 2017 2018


 Pada 3 tahun terakhir 2016-2018 terjadi kejadian tetanus
neonatorum di 3 kabupaten yaitu sintang, melawi dan kapuas
hulu. Sebagai contoh di kabupaten melawi pada tahun 2016
terjadi 4 kasus dan tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 2
kasus.
Chart Title
4.5

4
4

3.5
Grafik Cakupan
3
3 3
Kejadian Tetanus
2.5

Neanotorum Di 3 2
2 2 2

Kecamatan di 1.5

1
Kabupaten Melawi 1 1 1

0.5

0
Ella Hilir Nanga Pinoh Belimbing

2016 2017 2018


 Pada 3 tahun terakhir 2016-2018 terjadi kejadian tetanus
neonatorum di 3 kecamatan di kabupaten melawi yaitu Ella hilir,
nanga pinoh dan belimbing. Sebagai contoh di kecamatan nanga
pinoh pada tahun 2016 terjadi 3 kasus dan tahun 2018 mengalami
penurunan menjadi 1 kasus.
 Pemberian saluran nafas agar tidak tersumbat dan harus dalam
keadaan bersih.
 Pakaian bayi dikendurkan/dibuka
 Mengatasi kejang dengan cara memasukkan tongspatel atau
sendok yang sudah dibungkus kedalam mulut bayi agar tidak
tergigit giginya dan untuk mencegah agar lidah tidak jatuh
kebelakang menutupi saluran pernafasan.
 Ruangan dan lingkungan harus tenang
Penatalaksanaan
 Bila tidak dalam keadaan kejang berikan ASI sedikit demi sedikit,
ASI dengan menggunakan pipet/diberikan personde (kalau bayi
tidak mau menyusui).
 Perawatan tali pusat dengan teknik aseptic dan antiseptic.
 Selanjutnya rujuk kerumah sakit, beri pengertian pada keluarga
bahwa anaknya harus dirujuk ke RS
 Imunisasi aktif
 Perawatan tali pusat yang baik
Pencegahan  Pemberian toksoid tetanus pada ibu hamil 3 kali berturut-turut
pada trimester ke 3
 Pemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai