Anda di halaman 1dari 25

KISI KISI MATERI MIKOLOGI BU ATIK

1. Slide 17-18
Proses budding yeast/khamir
a. Diawali pada bagian tertentu dari dinding sel yeast / khamir
b. Kemudian pada bagian tertentu tadi terjadi tekanan dari dalam sel yang berakibat
terdapat pembengkakan seperti balon menuju kea rah luar
c. Semakin lama pembengkakan tersebut akan makin membesar
d. Semakin besarnya pembengkakan yang terjadi maka akan membentuk semacam tunas
baru yang diikuti dengan adanya pembagian inti sel secara mitosis dan mengakibatkan
progeny nukleus bermigrasi ke tunas yang baru
e. Kemudian dinding sel masing-masing tunas akan berkembang secara bersamaan dan
saling melekat antara tunas yang satu dengan tunas yang lain
f. Setelah pembentukkan tunas telah sempurna maka kedua sel akan memisah
g. Setelah kedua sel terpisah sempurna maka bebas perlekatan pada sel induk akan
terdapat scar yang dinamakan “ Bud Scar “
2. Slide 32
Substrat Hyphae / Vegetatif Hifa ?

1. Tempat perlekatan miselium dari fungi yang ditumbuhkan pada media

2. Sebagai alat untuk menyerap makanan

Cara miselium melekat pada media?


Miselium akan menembus media dengan membentuk semacam "akar" atau disebut Anchor
sebagai alat perlekatan
3. Slide 56
Beberapa species Microsporum spp. Yang menyebabkan microsporis
Microsporum audouinii :
Antropophilic
Sering terjadi pada anak – anak
Non inflamasi pada kulit terutama pada bagian kepala / tinea capitis
Ectothrix à rambut pecah-pecah
Kultur :
* bagian atas putih – cream
* bagian bawah coklat - oranye
4. Slide 60
Microsporum canis
Zoophilic
Inflamasi pada kulit badan atau kepala / tinea corporis atau tinea capitis
Ectothrix
Kultur :
* bagian atas putih – kuning
* bagian bawah oranye – coklat
Conidia :
* Macroconidia 10-20 µm x 40-150µm,
* 8-15 segmen
* dinding tebal & kasar
5. Slide 77-78
Non Dermatophytes
1. Pityriasis versicolor
• Nama umumnya PANU
• Species jamur penyebabnya adalah Malassezia furfur
• Merupakan flora normal kulit yang tumbuh secara berlebihan
• Tumbuh dalam stratum corneum berupa kelompok sel bulat , bertunas, dinding
tebal, hifa pendek dan bengkok
6. Slide 85-86
Otomycosis
• Infeksi fungi pada liang telinga
• Disebabkan oleh : Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhyzopus, Candida
• Bersifat acut dan chronis
• Gejala berupa rasa “penuh” pada telinga akibat pertumbuhan jamur
• Sering terjadi infeksi sekunder oleh bakteri à gatal & nyeri
• Diagnosa :
* Mengambil serumen atau kulit liang telinga dengan cotton swab steril
* direct mikroskopis+KOH 10% : - terlihat hyphae dan spora
• Dapat dibiakkan pada media Saboroud Dextrosa Agar (SDA)
• Terapi :
* pengeluaran kotoran telinga, irigasi & topikal antimikotik
• Epidemiologi :
* kosmopolitan, kebiasaan mengorek telinga dan serumen yang basah merupakan
faktor predisposisi
7. Slide 95-96
Onimycosis
• Infeksi pada kuku
• Jamur penyebab : Candida, Fusarium, Cephalosporium, Scopulariopsis,
Aspergillus etc. & dermatophyte
• Epidemiologi :
* kosmopolitan,dapat kompleks ( mikosis di bagian tubuh yang lain)
• Gejala :

* Dapat terjadi pada satu kuku atau lebih, permukaan kuku tak rata, tak mengkilat,
kuku rapuh, kuku mengeras

* Dapat dimulai dari distal atau proximal


* Bila disebabkan oleh Conidia seringkali disertai paronikia( radang jaringan sekitar
kuku)
• Diagnosis :
* Direct mikroskopis à scraping kuku + KOH 10%
* Terlihat hyphae atau spora atau yeast
* Untuk menentukan jenis fungi perlu kultur lebih lanjut / lebih spesifik
8. Slide 107-108
Chromoblastomycosis / Chromomycosis
• Granulomatosa progresif lambat
• Disebabkan oleh fungi golongan dematiaceae (berdinding gelap)
• Paling sering ditemukan adalah : Phialophora verrucosa, Phialophora pedrosoi,
Phialophora compactum, Phialophora dermatitidis, Cladosporium carionii,
Rhinocladiella aquaspersa

Patogenesa dan gambaran klinis

• Fungi masuk melalui trauma kulit, terutama pada anggota gerak


• Tumbuh lambat (bulan – tahun)
• Nodule – nodule sepanjang aliran lymphe à seperti bunga kol disertai abces
berwarna hitam
• Histologis : Lesi berupa granuloma ; terdapat sel yeast warna coklat tua/ hitam
di dalam lekosit atau giant cell
KISI KISI UAS DR. DIBYA

TEORI

1. Food Poisoning / Keracunan Makanan


- Bakteri penyebab keracunan makanan melalui mekanisme intoksikasi
a. Staphylococcus aureus : enterotoxin S. aureus
Karakteristik bakteri : coccus gram positif, mesofilik, fakultatif anaerob,
katalase positif, coagulase positif, ferementasi manitol positif
Intoxicasi terjadi karena toxin terbentuk dalam makanan -> enterotoxin heat
stabil
Reservoir / sumber : manusia (pada kulit, hidung, tenggorokan)
Cara penularan : konusmsi makanan yang tercemar enterotoxin bakteri ini
(umumnya melalui penyiapan / penyajian makanan / food handling)
b. Clostridium perfringens : enterotoxin C. perfringens ( C. welchii )
Karakteristik bakteri : batang gram positif pembentuk spora, anaerob,
mesofilik
Reservoir / sumber : tanah, sampah, debu, feces hewan dan manusia. Bahan
makanan asal hewan
Cara penularan : umumnya melalui konsumsi daging unggas / sapi matang
yang mengalami time temperature abuse
c. Bacillus cereus
Karakteristik bakteri : batang gram positif ber spora, aerob, mesofilik dan
psikrofilik
Gejala : diare, emetic
Sumber / reservoir : di lingkungan (tanah)
Cara penularan : konsumsi makanan yang disimpan pada suhu ruangan ->
memungkinkan pertumbuhan spora B. cereus menjadi vegetative bakteri
dan menghasilkan enterotoxin
d. Clostridium botulinum : neurotoxin
Karakterisiktik bakteri : batang gram positif membentuk spora, obligate
anaerob, motil, menghasilkan 7 neurotoxin (A-G) yang heat labil
Gejala : mual, nyeri abdomen, perasaan letih, kelemahan otot, sakit kepala,
pusing, gangguan pengelihatan
Reservoir : tanah, endapan air tawar / laut, GIT hewan
Cara penularan : konsumsi toxin yang berbentuk makanan mentah / kurang
matang. Kebanyakan karena kesalahan dalam proses pengawetan makanan.
e. Escherechia coli : enterotoxin Escherichia coli entero-toxigenic (ETEC)
Karakteristik bakteri : batang gram negative tanpa spora,
enterobacteriaceace lactose fermenter, mesofilik, flora normal GIT hewan
dan manusia
Sumber : feces manusia
Cara penularan : konsumsi makanan yang terkontaminasi feces
Penyebab utama “ Traveler’s diare “
f. Penyakit yang dapat ditularkan melalui susu
Penyakit yang ditularkan dapat berasal dari hewan penghasil susu maupun
dari manusia / pemerah susu
Beberapa penyakit yang dapat ditularkan melalui susu; Listeriosis,
Brucellosis, TBC, typhoid, paratyphoid, diphteriae, disentry baciller,
staphylococcosis, streptococcosis, camphylobacteriosis.

- Bakteri penyebab keracunan makanan melalui serbuan bakteri invasife


a. Salmonella
b. Vibrio parahaemolyticus
c. Yersinia enterocolitica
d. Escherichia coli
e. Listeria monocytogenes
f. Shigella

Waterbone disease : akibat pencemaran bakteri saluran usus yang pathogen


(Salmonella spp. , Shigella spp. , Vibrio spp. , Yersina

Natural Water Bacteri : berasal dari tanah ( Micrococcus, Bacillus subtilis,


Pseudomonas)
Un Natural Water Bacteri : berasal dari pencemaran saluran pembuangan air
(septic tank) . ex flora normal saluran usus manusia / hewan
Accidental Water Bacteri : berasal dari feces penderita penyakit saluran usus
melalui pencemaran dari saluran air limbah (Salmonella, Shigella, Vibrio)

- Mekanisme Intosikasi
Intoxicasi terjadi karena toxin terbentuk dalam makanan, enterotoxin heat stabil
2. Imunologi Diagnosis
- Reaksi aglutinasi
a. Uji aglutinasi direk : deteksi antibody misalnya untuk diagnosis bruselosis dan Uji
Widal
b. Uji aglutinasi indirek / pasif : deteksi antibody misalnya Uji Aglutinasi Lateks
(Latex agglutination test) untuk diagnosis AIDS ataupun dapat pula untuk deteksi
antigen misalnya uji untuk Streptococci yang menyebabkan sakit tenggorok (sore
throat)
c. Hemaglutinasi : Uji TPHA (deteksi antibody spesifik terhadap Treponema
pallidum), penentuan golongan darah, diagnosis mononukleosis infeksiosa,
gondong, campak, dan influenza

- Uji antibody fluorescent


Prinsip : menggabungkan zat fluorescent (fluorescent dye), misalnya
fluorescelin isothiocyanate (FITC), dengan antibody supaya tampak bersinar
apabila terkena sinar UV
Fluoresen (fluorescent) : berpijar, berpendar
Memerlukan mikroskop fluoresensi
Direk : deteksi antigen pada pasien. Misalnya deteksi Streptococcus Group A
Indirek : deteksi antibody pada pasien. Misalnya deteksi antibody spesifik
terhadap Treponema pallidum
Antihuman immune serum globulin (anti-HISG) : an antibody that reacts
specifically with human antibodies
- Reaksi fiksasi komplemen
Untuk diagnosis sifilis (uji Wassermann), penyakit viral, penyakit fungal, dan
penyakit riketsial tertentu
Terdiri dari 2 tahap, yakni tahap fiksasi komplemen (complement-fixation
stage) dan tahap indicator (indicator stage)

- Uji Widal
Uji widal digunakan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri Salmonella
thyphi dan Salmonella parathypi dalam serum pasien.
Makna titer antibody pada Uji Widal
(+) : aglutinat kelihatan
(-) : aglutinat tidak kelihatan
Darimana titer 1/10 pada tabung I ?
Tabung 1
Solut = 0,1 mL serum pasien, solven = 0,9 larutan garam fsiologis : 0,1 dibagi
0,9 + 0,1 = 0,1/10 = 1/10
Darimana titer 1/20 pada tabung II ?
0,5 mL campuran larutan garam fsiologis dan serum pasien tabung I (titer 1/10)
+ 0,5 mL larutan garam fsiologis tabung II : Tabung II mempunyai titer 1/20
dan seterusnya
Apakah arti / makna titer 1/10 atau titer antibody 1:10
Di dalam 1 mL serum terdapat 10 unit antibody tambahan : semakin tinggi titer
merupakan indicator semakin tinggi pula respon antibody.

- Uji Wassermann
Termasuk kategori Tes Serologik untuk Sifilis (TSS) non treponemal, antigen yang
dipergunakan adalah kardiolipin (berasal dari jantung sapi), merupakan uji fiksasi-
komplemen untuk deteksi regain. Specimen : serum
Tidak ada hemolysis (tampak keruh dan ada endapan) : Uji (+) bila ada antibody
di dalam serum pasien
Ada hemolysis (tampak bening dan jernih) : Uji (-) bila tidak ada antibody di
dalam serum pasien
3. Karakteristik prion, virus, bakteri
- Sifat virus dan prion
a. Prion :
Prion = Prion Protein = PrP = single cell protein yang bersifat infeksius.
Prion merupakan struktur protein yang terdapat pada jaringan tubuh
penderita penyakit prion; kadar tertinggi dijumpai pada jaringan otak
penderita
Prion terdapat dalam 2 bentuk:
1. Yang normal disandi sebagai PrPc, sensitive terhadap proteinase
2. Yang infeksius disandi sebagai PrPsc
PrPsc yang kontak dengan PrPc akan mengubah PrPc menjadi PrPsc
(menular)
Tidak memiliki asam nukleat
Resisten terhadap teknik pengendalian mikroba yang konvensional
Penyakit yang disebabkan oleh Prion disebut sebagia TSE (Transmissible
Spongiform Encelophaty) yaitu penyakit yang menyebabkan struktur sel
otak menjadi vacuole (lubang-lubang) seperti sponge.
b. Virus :
Ukuran mikroskopis (20-300 milimikron)
Genome: mengandung DNA atau RNA, tetapi tidak kombinasi keduanya
Metabolisme:
• Tidak memiliki aktivitas metabolism sendiri
• Tidak mempunyai ribosom atau alat untuk mensintesa protein
(beberapa jeni virion mempunyai enzyme)
• Virus bersifat obligat (hanya dapat bereproduksi di dalam material
hidup)
• Dinding td : protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya.
Aselular (virion – partikel virus)
Tubuh terdiri atas asam nukleat dan kapsid
Bentuk : helical, icosahedral, kompleks, berselubung
Dapat dikristalkan dan dalam keadaan mengkristal bersifat benda mati
Parasite sejati (hidup kalau ada host)
Virus berdasarkan tropisme dan cara penyebaran
• Virus enteric
• Virus respirasi
• Arbovirus
• Virus onkogenik
• Virus hepatitis
Berdasarkan morfologi, virus dibagi berdasarkan jenis asam nukleat dan
juga protein membrane terluarnya (envelope) menjadi 4 kelompok, yaitu:
1. Virus DNA
2. Virus RNA
3. Virus berselubung
4. Virus non selubung
Virus diklasifikasi menjadi 7 kelompok berdasarkan alur fungsi genomnya
(Baltimore):
1. Tipe I = DNA Utas ganda
2. Tipe II = DNA utas tunggal
3. Tipe III = RNA utas ganda
4. Tipe IV = RNA utas tunggal (+)
5. Tipe V = RNA utas tunggal (-)
6. Tipe VI = RNA utas tunggal (+) dengan DNA perantara
7. Tipe VII = DNA utas ganda dengan RNA perantara

- Mana yang termasuk keluarga virus herpes


a. Alpha – herpesvirinae
b. Betha – herpesvirinae
c. Gamma – herpesvirinae

- Khas virus rabies


Asam nukleat : RNA
Ber – envelope
Berbentuk seperti peluru (bullet-shaped)
Mempunyai afinitas erat terhadap sel saraf (termasuk virus neurotopis)
Tidak tahan terhadap pH di bawah 3 atau di atas 11
Diinaktivasi oleh sinar UV, sinar matahari, desikasi, formalin, fenol, eter,
tripsin, propiolakton beta, dan daterjen
Termasuk genus Lyssavirus family Rhabdoviridae
a. Rabies bahasa Latin : “madness”
b. Lyssa bahasa Yunani : “medness”
Selain virus rabies masih ada paling tidak 5 anggota lain yang termasuk
Lyssavirus

- Bakteri penyebab Chancroid atau Ulkus Mole dan juga cirinya


Penyebabnya yaitu Haemophilus ducreyi
Termasuk kategori Miscellanous Fastidious Gram-Negative Bacilli
Pengecatan gram :
a. Seperti kawanan ikan (School of fish)
b. Seperti rel kereta api (Railroad tracks)
Media :
a. GC Agar Base
b. GCHO enrichment
c. Agar Mueller Hinton
d. Agar Cokelat
Perlu faktor pertumbuhan X, tidak perlu V
Penyakit :
a. Ulkus Molle / koci lembut
b. Chancroid / soft sore

- Virus Zika
a. Termasuk flavivirus (seperti virus dengue, virus yellow fever, virus West Nile, dan
virus hepatitis C)
b. Ber – envelope
c. Ada dua strain : strain Asia dan Afrika

Penularan:

Gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, ibu hamil -> janin,
hubungan seksual, dan tranfusi darah
Masa inkubasi : 7-10 hari -> mikrosefali pada janin dan bayi
Virus zika ditularkan via nyamuk (mosquito borne) -> virus ini juga
dimasukkan ke dalam virus Arbovirus (arthropod-borne virus)
(Arbovirus : meliputi beberapa virus, ditularkan melalui artropoda)

Virus zika bisa ditemukan di …. Dan merupakan …

Baboon, kelelawar, mencit/tikus, orang utan, kambing, sapi, singa, monyet


Marmoset (Callitrix jacchus)
Zoonis
- Virus Ebola
a. Nama penyakit : Ebola virus disease
b. Ciri bakteri
Familia : Filoviridae
Asam nukleat : RNA
Ber – envelope
Helis (helical)
Beruntai tunggal negative (negative single-stranded) / - ss RNA
c. 5 jenis dalam genus ebola
BDBV : Bundibugyo ebolavirus
EBOV : Zaire ebolavirus
RESTV : Reston ebolavirus
SUDV : Sudan ebolavirus
TAFV : Tai Forest ebolavirus
d. Hospes alamiah : kelelawar
e. Penyakit virus ebola : salah satu zoonosis
f. Penularan : darah, cairan, cairan hewan, secret tubuh, feses. Tidak melalui airbone
(percikan dahak di udara)
g. Gejala klinis: demam, amat lemah, nyeri otot, sakit kepala, sakit tenggorok,
muntah, diare, rash di kulit, kerusakan ginjal dan hati, perdarahan dalam tubuh
h. Cara deteksi
Polymerase chain reaction
Antibody-capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)
Antigen detection test
Serum neutralization test
Reverse transcriptase polymerase chain reaction assay
Electron microscopy
Evirus isolation dengan cell culture

- Prion : penyakit, karakteristik, ke khas an, sifat


a. Pada manusia : CJD, GSS, FFI, kuru
b. Pada hewan : TME, CWD, BSE, EUE
4. Specimen beberapa infeksi
- Infeksi tractus genitalis
a. Laki – laki
Urethral discharge (secret uretra) – mengerut
Urethral swab (usapan uretra) – swab = alat untuk mengusap
b. Perempuan
Cervical exudate (eksudat serviks) – speculum dan swab
Urethral exudate (eksudat uretra) – mengerut dan swab urogenital

Spesimen endometrial : pada kasus PID (Pelvic Inflammatory Disease) – swab dan
kateter teknik : endometrial culture technique

- Infeksi saluran saraf pusat


Cairan serebrospinal (CSF)
1. Subdural tap
2. Aspirasi ventrikuler
3. Pungsi lumbal (spinal tap)
Aspirat abses otak
Specimen biopsiotik
- Luka dan Abses
Aspirat (hasil aspirase dengan jarum dan siring steril ke dalam luka atau abses)
Swab
- Infeksi Tractus gastrointestinal
Tractus gastrointestinal atas
a. Muntahan (vomitus material) : food poisoning
b. Bilasan lambung (gastric washings) : TBC bayi dan anak kecil
c. Biopsy lambung : H. pylori
Tractus gastrointestinal bawah : dengan tinja (stool/feces)
- Infeksi tractus respiratorius
Saluran napas:
Usapan tenggorokan (throat swab)
Usapan nasofaring (nasopharyngeal swab)
Sputum (dahak)
Aspirasi translaringeal / transtrakeal
Bronkoskopi
Bronchoalveolar lavage
Biopsy paru
- Infeksi tractus urinarius
Spesimen:
Urin langsung : jelek
Urin porsi tengah (midstream urine) : baik : 1/3 dikeluarkan, 1/3 dimasukkan
ke dalam botol steril
Urin kateter
Urin aspirasi suprapubik : neonates, anak kecil, ataupun orang tua
- Infeksi mata, telinga, dan sinus
a. Mata
Material bernanah (suppurative / purulent material). Alat : swab. Diambil
dari : cul – de – sac, permukaan lower conjunctival sac, commissura
palpebralrum medialis . Contoh kasus : conjunctivitis
Kerokan konjungtiva (conjungtival scrapings). Contoh kasus : trakoma
Kerokan kornea (scrapings of thecornea). Alat : spatula platinum. Contoh
kasus ; keratitis.
b. Telinga
Tympanic membrane aspiration
Needle aspiration of middle ear fluid (tympanocentesis)
Spontaneous perforation of the ear drum
c. Sinus
Syringe aspiration technique
Puncture and aspiration
Pada waktu operasi

- Infeksi nosokomial dan istilah sinonimnya


= nosocomial infection, hospital – acquired infection, healthcare – associated
infections. Dialami pasien selama dirawat di RS dan infeksi itu tidak ditemukan /
diderita pada saat pasien masuk RS.

- Infeksi bakteri anaerob non spora : bakteri Bacteroides fragilis


Ada bau busuk dari lesi ataupun secret (discharge)
Lokasi infeksi berdekatan / berhubungan dengan permukaan mukosa
Didahului oleh gigitan manusia / binatang
Ada gas pada jaringan / secret
Ada nekrosis jaringan, gangrene, dan pembentukan abses
Ada bentuk unik pada pengecatan gram
Tidak ada pertumbuhan pada biakan rutin
5. Media Uji
- Kegunaan Gall kultur untuk deteksi bakteri apa?
= biakan salmonella / kultur salmonella thypi / kultur darah. Pakai specimen darah,
feses, urin, cairan empedu (kalau stadium lanjut / deteksi carier).
Kultur gall merupakan diagnosis definitive penyakit tifus dengan isolasi bakteri
Salmonella typhi dari spesimen penderita.
6. Penularan virus
- Penularan virus ber envelope : pernapasan, parenteral, seksual. (sensitifi terhadap
kondisi lingkungan)
- Penularan virus tidak ber envelope : fekal oral (relative stabil pada kondisi lingkungan)
7. Infeksi menular seksual (IMS)

No. Nama penyakit Nama penyebab


1. Infeksi klamidial C. trachomatis
2. Gonore N. gonorrhoeae
3. Herpes genitalis Virus Herpes Simpleks Tipe I dan II
4. Kutil kelamin dan kanker anogenital HPV
5. Trikomoniasis T. vaginalis
6. AIDS HIV
7. Chancroid H. ducreyi
8. Sifilis T. pallidum
9. Lymphogranuloma venereum C. trachomatis
10. Granuloma inguinale Donovania granulomatis
11. Kandidiasis C. albicans
12. Vaginosis bakterial Gardnerella vaginalis
13. Hepatitis B VHB
14. Moluskum Kontagiosum Virus Moluskum Kontagiosum
15. Giardiasis G. lambia
16. Pedikulosis pubis P. pubis
17. Skaebies S. Scabiei
PRAKTIKUM

1. Koloni Enterobacteriasis pada MacConkey


- Warna pada lactose fermented an non lactose fermented
- Perilaku koloni enterobacteriasis pada EMI
2. Definisi bakteria uria yang bermakna atau signifikan
3. Istilah ulsus standard definisi dan sinonim
4. Bakteri yang berkapsul
5. MPN koliform permenkes no.4 tahun 2010 dan MPN E.coli

Persyaratan Air Minum WHO Menkes RI


MPN coliform 0/100 ml air 0/100 ml air
MPN E. coli 0/100 ml air 0/100 ml air
TPC < 100 kuman/ml air < 200 kuman/ml air

6. Bakteri untuk pemeriksaan bakteriologi air


7. Uji widal
Uji widal digunakan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri Salmonella
thyphi dan Salmonella parathypi dalam serum darah pasien.
Makna titer antibody pada Uji Widal
(+) : aglutinat kelihatan
(-) : aglutinat tidak kelihatan
Darimana titer 1/10 pada tabung I ?
Tabung 1
Solut = 0,1 mL serum pasien, solven = 0,9 larutan garam fsiologis : 0,1 dibagi
0,9 + 0,1 = 0,1/10 = 1/10
Darimana titer 1/20 pada tabung II ?
0,5 mL campuran larutan garam fsiologis dan serum pasien tabung I (titer 1/10)
+ 0,5 mL larutan garam fsiologis tabung II : Tabung II mempunyai titer 1/20
dan seterusnya
Apakah arti / makna titer 1/10 atau titer antibody 1:10
Di dalam 1 mL serum terdapat 10 unit antibody tambahan : semakin tinggi titer
merupakan indicator semakin tinggi pula respon antibody.
8. Uji kepekaan antibiotika cara difusi (yang diukur apa, hasil akhirnya apa saja, kapan
resisten, kapan sensitive)
Kepekaan terhadap antibiotika diuji dengan metode difusi cakram (Kirby-Bauer). Mula-
mula dibuat suspensi kuman yang diperiksa dalam Mueller-Hinton Broth dengan
kekeruhan 0,5 McFarland . Suspensi ini digoreskan secara merata pada permukaan
Mueller-Hinton Agar Plate dan ditempeli cakram antibiotika yang diujikan. Setelah
inkubasi secara aerob pada 37°C selama 16-18 jam, hasil biakan dibaca sebagai berikut:
- Sensitive : ada cakram antibiotika, semakin sensitive cakram semakin besar
- Resisten : tidak ada cakram
9. Spesimen Urin (Teknik inokulasi nya apa)
Dengan metode T-streaking, tanamlah keempat sampel urine tersebut pada lempeng
agar MacConkey dan lempeng agar darah
a. Menggunakan ose
b. Inokulasi dilakukan pada media solid atau media slant
c. Pada media solid umumnya menggunakan teknik goresan T yakni:
• Membagi plate menjadi 3 area (huruf T)
• Pada masing area dilakukan streaking
• Bertujuan untuk memperoleh isolated colony

10. Cara mendeskripsikan koloni


• Ukuran diameter koloni
a. Pinpoint (seujung jarum) < 1 mm
b. Kecil : 1 mm
c. Sedang : 1-2 mm
d. Besar : > 2 mm
• Bentuk keseluruhan koloni (dilihat dari atas)
Punctiformis, bulat, elips, tak beraturan, rhizoid, filamentous
• Tepi koloni (dilihat dari atas)
Rata, bergelombang, berlobus, erosi, filamentous, keriting
• Tinggi koloni (dilihat dari samping)
Rata, meninggi, cembung, menonjol, umbonate, umbilicate
• Warna : putih, krem, kuning, hijau, biru, abu-abu, merah
• Sifat permukaan : mengkilat, doff (tidak tembus cahaya), berlendir
• Kepadatan : transparan, opaque (tidak tembus cahaya)
• Konsistensi : keras, rapuh / mudah hancur, seperti mentega, seperti membrane, seperti
tetesan air
11. Nama lain PZ
= garam fsiologis
12. Disenfeksi dan antisepsis (yang digunakan apa baik cara fisik maupun kimiawi) subtopic
antisepsis, atiseptik yang digunakan apa
A. Desinfeksi
1. Ambillah lempeng agar steril dan bagilah menjadi dua bagian.
2. Ambillah lima pasang batang pengaduk atau tabung steril yang tersedia dan celupkan ke
dalam suspensi kuman Bacillus subtilis. (CATATAN : meskipun B. subtilis bukan kuman
patogen, berhati-hatilah agar suspensi kuman tidak mengkontaminasi bagian tubuh dan
pakaian Anda maupun rekan Anda!)
3. Taruhlah alat-alat yang sudah dikontaminasi tersebut dalarn sebuah gelas beker dan
keringkan dengan memasukkannya ke dalam inkubator pada suhu 56°C selama sepuluh
menit.
4. Ambillah lidi kapas steril, basahi dengan PZ steril, lalu gunakan untuk mengusap lima
buah alat yang sudah dikontarninasi tersebut dan tanamlah pada setengah permukaan lima
lempeng agar.
5. Ambillah lima alat terkontaminasi sisanya dan lakukan desinfeksi dengan metode
sebagai berikut:
•Satu alat direbus dengan air mendidih (dalam waterbath) selama sepuluh menit.
•Satu alat direndam dalam alkohol 70% selama sepuluh menit.
•Satu alat direndam dalam larutan natrium hipoklorit komersial selama sepuluh menit.
•Satu alat direndam dalam lisol selama sepuluh menit.
•Satu alat disinari dengan lampu ultraviolet selama sepuluh menit.
6. Ambillah lidi kapas yang baru dan basahi dengan PZ steril. Usaplah alat-alat yang sudah
didesinfeksi tersebut dan tanamlah pada setengah permukaan lempeng agar yang tersisa.
7. lnkubasikan lempeng agar yang sudah ditanami secara aerobik pada suhu 37°C
selama 24 jam untuk diamati pada pertemuan berikutnya.

B. Antisepsis: Cuci Tangan


1. Ambillah lempeng agar steril dan bagilah menjadi dua bagian.
2. Praktikum ini memerlukan lima orang coba. Ambillah lidi kapas steril dan basahi dengan
PZ steril. Usaplah permukaan telapak tangan setiap orang coba dengan lidi kapas tersebut
dan tanamlah pada setengah permukaan lempeng agar (gunakan satu lempeng agar untuk
satu orang).
3. Desinfeksikan tangan orang coba dengan metode sebagai berikut:
• Orang pertama mencuci tangan dengan air kran saja dan mengeringkannya dengan tissue
• Orang kedua mencuci tangan dengan air kran dan sabun dan mengeringkannya dengan
tissue
• Orang ketiga mencuci tangan dengan alkohol 70% dan membiarkannya sarnpai kering
•Orang keempat mengusap tangan dengan povidone-iodine dan membiarkannya sampai
kering
•Orang kelima mencuci tangan dengan cetrimide dan mengeringkannya dengan tissue
(CATATAN: sebagai altematif bisa digunakan disinfektan tanpa air seperti Antis®;
dengan metode ini tangan cukup dibiarkan sampai kering)
4. Tangan orang coba diusap dengan lidi kapas steril yang dibasahi PZ steril dan kemudian
ditanam pada setengah permukaan lempeng agar sisanya.
5. Inkubasikan lempeng agar yang sudah ditanami secara aerobik pada suhu 37°C
selama 24 jam untuk diamati pada pertemuan berikutnya.
13. Media bakteri beserta warna:
Lempeng Agar Nutrient (NAP)
a. Steril -> jernih
b. Koloni warna kuning -> S. aureus
c. Koloni warna putih -> E. coli
d. Campuran -> S.aureus + E.coli
Nutrient Agar Slant (agar miring)
a. Steril -> jernih
b. Kekuningan -> S. aureus
Kaldu nutrient
a. Steril -> jernih
b. Keruh
Medium semi solid
a. Steril
b. Motil : E.coli
c. Non – motil : S. aureus
Lempeng agar darah (BAP)
a. Steril
b. Hemolysis Alpha : zona kehijauan
c. Hemolysis beta : zona jernih
d. Hemolysis gama
Chocolate Agar Plate (CAP)
a. Steril
b. Hemolysis Alpha : zona kehijauan lebih jelas
c. Hemolysis beta : tidak ada perubahan
d. Hemolisis gama
Mannitol Salt Agar (MSA)
a. Steril -> pink dan transparan
b. S. aureus meragi manitol : kuning (media) MERAH KE KUNING
c. Staphylococcus tidak meragi manitol : tidak terjadi perubahan warna
Muller Hinton
a. Steril : jernih
b. Sensitive : ada cakram antibiotika, semakin sensitive cakram semakin besar
c. Resisten : tidak ada cakram
Chop Meat (pakai daging sapi)
a. Steril : daging utuh
b. Tidak steril : daging hancur
Tioglikonat
Untuk mendeteksi adanya bakteri anaerob
Gram Negative (GN) Broth dan Selenite Broth
Menumbuhkan Salmonella dan Shigellam menghambat kuman enteric lainnya
Salmonella Sigella (SS) Agar
Menumbuhkan Salmonella dan Shigella, menghambat kuman enteric lainnya.
Perubahan warna dari merah muda ke kuning
MacConkey Agar
a. Menumbuhkan bakteri gram negative (E.coli), menghambat kuman gram positive
(S.aureus)
b. Membedakan kuman yang meragi laktosa -> koloni merah, dan yang tidak meragi
laktosa -> koloni tidak bewarna
Eosin-Methylene Blue (EMB)
Kuman yang meragi laktosa dan menghasilkan asam (Ex: E.coli) -> membentuk koloni
bewarna mengkilap (metallic sheen)
Triple Sugar Iron (TSI)
a. Steril: merah, mulus, mengkilat
b. Asam : kuning
c. Basa : merah keruh
Simmon’s Citrate
a. Steril : hijau
b. Biru : ada karbohidrat
Alkaline Peptone Water (APW)
Menumbuhkan Vibrio dan menghambat kuman lainnya
Thiosulphate Citrate Bile Sucrose (TCBS) Agar
a. Vibrio cholera (koloni kuning) : meragi sukrosa
b. Vibrio parahemolyticus (koloni hijau) : tidak meragi sukrosa
14. Mannitol Salt Agar (MSA)
- pH 6,8 – 8,4
- umumnya diperuntukkan untuk bakteri gram positif (Staphylococcus) dan bersifat
selektif untuk genus Staphylococcus
- digunakan untuk uji biokimia untuk mengetahui kemampuan fermentasi mannitol
- sebagai media differential yang berfungsi untuk membedakan antara Staphylococcus
aureus dengan Staphylococcus yang lain
- mengandung ekstrak daging, protepsa pepton, NaCl 7,5 % gula mannitol
- terdapat indicator warna phenol red
- cara pembacaan : terjadi perubahan warna media dari merah menjadi kuning (S. aureus
dapat memfermentasi mannitol dan menghasilkan sejumlah asam hingga terjadi
perubahan warna pada media MSA)
15. Triple Sugar Iron (TSI)
- Untuk uji biokimia
- Sebagai media differential yang berfungsi untuk membedakan bakteri yang dapat
memfermentasi KH atau gula dan menghasilkan H2S
- Mengandung beef extract, pepton, polypepton, ferrosulfat, KH (laktosa, sukrosa,
glukosa)
- Terdapat indicator warna phenol red
- Metode inokulasi : streaking dan tusukan
16. Cara pembacaan Simmon’s citrate
- Bakteri yang memiliki enzim citrase akan mengaktifkan citrate dan menghasilkan
oxalactic acid dan acetate
- Diubah menjadi asam piruvat dan CO2
- Media menjadi bersifat alkalis ( CO2 + Na + air -> sodium carbonate)
- Merubah warna media dari hijau menjadi biru
17. Tipe hemolysis
a. Hemolisis Alfa : terjadinya proses hemolysis sebagian pada eritrosit dan terjadinya
reduksi hemoglobin menjadi methemoglobin
Ciri khusus:
o BAP : terdapat zona kehijauan pada media di sekitar pertumbuhan koloni
bakteri
o CAP : zona kehijauan tampak lebih jelas apabila dibandingkan dengan BAP
b. Hemolisis Beta : terjadinya proses hemolysis total pada eritrosit
Ciri khusus:
o BAP : terdapat zona jernih di sekitar pertumbuhan koloni bakteri
o CAP : tidak terjadi perubahan apapun
18. Cara penanaman pada TSI
Sebagai media differential yang berfungsi untuk membedakan bakteri yang dapat
memfermentasi karbohidrat / gula dan menghasilkan H2S, mengandung beef extract,
pepton, polypepton, ferrosulfat, karbohidrat (laktosa, sukrosa, glukosa). Terdapat
indicator warna phenol red
Metode inokulasi : streaking dan tusukan (menggunakan needle)
a. Media warna merah : alkalis / Alk
b. Media warna kuning : Acid / Ac
c. Media pecah / ada gelembung : gas
d. Media bewarna hitam / titik hitam : H2S
19. Media untuk biakan bakteri anaerob
20. Teknik inokulasi untuk mendapatkan isolated colony
Menggunakan teknik Streaking / goresan:
d. Menggunakan ose
e. Inokulasi dilakukan pada media solid atau media slant
f. Pada media solid umumnya menggunakan teknik goresan T yakni:
• Membagi plate menjadi 3 area (huruf T)
• Pada masing area dilakukan streaking
• Bertujuan untuk memperoleh isolated colony
- Medium semi solid : tusukan jarum penanam secara tegak lurus ke dalam medium, lalu
tarik keluar melalui garis yang sama dengan garis tusukan
- Medium cair : larutkan kuman yang terdapat pada ose pada salah satu sisi tabung
medium steril, lalu aduk sampai rata
- Medium agar miring : goreskan ose diseluruh permukaan agar miring
- Medirum agar plate (lempeng agar)
a. Bagi lempeng agar menjadi 3 bagian
b. Pijarkan ose dan biarkan dingin sebentar untuk mengambil kuman biakan
c. Goreskan secara rapat pada 1/3 bagian permukaan. Pijarkan ose dan biarkan dingin
sebentar
d. Goreskan secara agak jarang pada 1/3 permukaan. Goresan pertama dan kedua
harus mengenai daerah yang sudah tergores terdahulu. Pijarkan ose dan biarkan
dingin sebentar
e. Goreskan dengan jarang pada 1/3 permukaan lain. Tutup agar plate lalu fiksasi
menggunakan api spirtus
21. Teknik tusukan:
- Menggunakan needle (jarum penanam)
- Inokulasi dilakukan dengan menusukkan needle (yang telah dicelupkan pada biakan
bakteri) secara tegak lurus pada bagian tengah media semi solid
- Tujuan : untuk mengetahui pergerakan pertumbuhan bakteri (Motil atau Non motil)
22. Interpretasi hasil penanaman bakteri pada TSI
a. Alk / Ac : meragi glukosa atau memfermentasi glukosa
b. Ac / Ac : memfermentasi glukosa serta laktosa dan / atau sukrosa
c. Alk / Alk : tidak meragi ketiganya
d. Gelembung gas : menghasilkan gas
e. Warna hitam : menghasilkan H2S
23. Gall culture

Anda mungkin juga menyukai