Anda di halaman 1dari 148

MIKOLOGI

Definisi :
• Mikologi /mycology : ilmu tentang jamur / fungi
( Greek /Yunani :Mykos = mushroom = jamur ; logos = ilmu)
• Terdapat ratusan ribu spesies jamur di alam yang
penggolongannya sangat variatif : dapat berdasarkan
struktur, sifat fisiologis, cara reproduksi, penyakit yang
ditimbulkan dsb.  membingungkan !
• Diperkirakan hanya sekitar 300 spesies yang patogen bagi
hewan dan manusia
• Dari beberapa kepustakaan menyebutkan angka yang sangat
variatif karena ternyata banyak peneliti / ilmuwan
memberikan nama yang berbeda pada obyek yang sama
Fungi / jamur
• Sistim Kingdom : Animal & PLANT
• Phylum: I. Tracheophyta
II. Bryophyta
III.THALLOPHYTA
• Sub phylum: 1. Algae
2. FUNGI
• Class : a. Schizomycetes BAKTERI
b. EUMYCETES JAMUR

Sistim Haeckel : PROTISTA :


1. Lower protista / Procaryotic bakteri
2. Higher Protista / Eucaryotic  jamur
Morfologi :
Terdiri dari 2 jenis :
1. Yeast / khamir :
Unicellular growth of fungi
Koloni halus mirip koloni bakteri
Spheris (bulat) sampai ellips (oval)
Diameter 3-15 µm
Reproduksi umumnya dengan budding (tunas),
walaupun ada yang binnary fission
Jenis yeast
electron microscope
Struktur yeast
skema
Jenis yeast
mikroskopis
Jenis yeast
mikroskopis
• Proses budding :
1. didahului di bagian tertentu (spesific point) dari dinding
selnya
2. Terdapat tekanan dari dalam sel pada daerah tersebut
kemudian akan membengkak seperti balon menuju ke arah
luar
3. Pembengkaan tsb semakin besar dan membentuk semacam
tunas baru diikuti pembagian inti sel secara mitosis
kemudian progeny nucleus migrasi ke tunas baru
4. Dinding sel masing – masing tunas akan berkembang
bersama & melekat satu dengan yang lainnya
5. Setelah pembentukan tunas sempurna, kedua sel akan
memisah dan pada bekas perlekatannya masih terdapat scar
(bud scar)
Budding
skema
Budding
skema
Budding
skema
Budding
Electron microscope
Jenis yeast
Electron microscope
• Apabila terjdi kegagalan memisah maka
terlihat seperti bentukan rantai yang terdiri
dari tunas yeast yang bulat (chains of
spherical yeast)
• Beberapa spesies yeast secara khas dapat
memproduksi tunas yang gagal memisah dan
menjadi panjang sehingga terlihat seperti
rantai yang terdiri dari tunas yeast yang
memanjang mirip hyphae dan disebut sebagai
pseudohyphae ( eg : Candida spp)
Pseudohyphae
mikroskopis
Pseudohyphae
mikroskopis
Pseudohyphae
mikroskopis
Pseudohyphae
mikroskopis
Pseudohyphae
di bawah mikroskop
2.Mold = mould / kapang
Multiseluler growth of fungi
Filamentous colonies
Mempunyai hyphae (single : hypha)
Hyphae sangat banyak dan saling
bertumpukan membentuk massa yang disebut
mycelia (single : mycelium)
Terdapat 2 tipe hyphae : septate hyphae &
aseptate hyphae
Note : sitoplasma dari septate hyphae saling
berhubungan melalui coenocyte
Jenis mold
makroskopis
Jenis mold
mikroskopis
Septate hyphae
skema
Septate hyphae
mikroskopis
Aseptate hyphae
skema
• Fungi ini bila tumbuh pada media,
myceliumnya akan menembus media dan
membentuk anchor ( semacam “akar” )
sebagai tempat perlekatan yg. disebut sebagai
vegetative /substrate hyphae. Pada bagian
atas juga terdapat mycelia yang disebut
sebagai reproductive / aerial hyphae
• Fungi ini biasanya diindentifikasi berdasarkan
pemeriksaan morfologinya
• Pemeriksaan morfologi ada 2 macam yaitu
makroskopis dan mikroskopis
• Pemeriksaan makroskopis : melihat bentuk
dan ciri – ciri koloni fungi pada media / kultur (
misalnya tampakan permukaan koloni :
seperti kapas, beludru,berbutir dsb atau
tampakan warna / pigmentasi koloni dari
permukaan & dasar )
• Pemeriksaan mikroskopis : secara langsung
dari penderita & dari hasil kultur / biakan
Contoh biakan jamur pada media
Contoh biakan jamur :
Aspergillus niger pada Saboroud
Dextrose Agar
FUNGI DIMORFIK
• Selain fungi bentuk yeast dan mold, beberapa
spesies fungi menunjukkan bentuk dimorfik
• Fungi ini tumbuh dengan 2 macam bentuk : yeast
dan mold dalam 2 kondisi lingkung-an yang berbeda
• Beberapa Fungi patogen manusia ini akan berbentuk
yeast bila suhu lingkungannya sekitar 37ºC dan
berbentuk mold bila temperatur lingkungannya
sekitar 25-30ºC. Fungi dimorfik lain (non patogen for
human ) ada yang morfogenesisnya karena pengaruh
nutrien, karbondioksida dll.
Struktur sel :
• Cell wall : mengandung chitin, chitosan, cellulosa,
glucan, mannan  antigenic
• Cel membrane : bilayer = higher eucar-yotic.
Mengandung sterol (beda dengan bakteri / kecuali
mycoplasma) berupa ergosterol dan zymosterol
(beda dengan mammalia : cholesterol) obat
antimikotik toxis terhadap sel human
• Cytoplasma : Endoplasmic Reticulum, nuclei,
nucleoli, vacuola, mitochondria etc.
Habitat :
• Natural habitat kebanyakan fungi adalah air,
tanah, bahan – bahan organik
• Fungi ada yang obligat aerob dan fakulta-tive
aerob
Reproduksi :
• Secara : seksual, aseksual
• Seksual : pola sama dengan higher
eucaryotic (plasmogamy, karyogami,
meiosis) spora
• Aseksual : vegetative / fragmentasi
hyphae  conidia
Klasifikasi :
• Untuk mikologi kedokteran : Tidak penting
diklasifikasikan berdasarkan taxa ( karena
fungi patogen hanya sedikit spesies dari
ribuan spesies yang tersebar dalam banyak
famili)
• Klasifikasi lebih bermakna berdasarkan site of
infection
Klasifikasi fungi patogen for human
Site of infection :
1. Superficial mycosis / cutaneus my-cosis
2. Subcutaneus mycosis
3. Systemic mycosis
4. Opportunistic mycosis
Jenis penyakit yang disebabkan jamur
/fungi:

1.Fungus allergi
2.Mycotoxicosis &
mycetismus
3.Mycosis
Fungus allergi:
• Tractus Respiratorius peka
terhadap spora jamur atau
bagian lain dari jamur yang
bersifat potent allergen
Mycotoxicosis & mycetismus:
• Mycotoxicosis Adalah penyakit yang timbul
akibat mycotoxin (toksin yang dihasilkan dari
proses metabolisme fungi) yang ikut termakan
bersama makanan
• Note: Beda dengan keracunan akibat makan
jamur/mushroom  (jamur membentuk
endotoxin)  disebut mycetismus
• Contoh mycotoxin :
 Afla toxin : dihasilkan oleh Aspergillus flavus .
Jamur ini sering mencemari kacang-kacangan
 Ochratoxin A : dihasilkan oleh Penicillium
viridicatum
 Zearalenone : dihasilkan oleh Fusarium
 Patulin : dihasilkan olehAspergillus clavatus
 Alimentary toxic aleukia : dihasilkan oleh
Fusarium sporotrichoides. Jamur ini sering
mencemari gandum
Gejala :
• Acut dan chronis tergantung jenis dan jumlah
toxin yang terkonsumsi
• Mycetismus : biasanya acut & menye-babkan
kematian
• Mycotoxicosis : biasanya chronis (eg:aflatoxin)
 Hepatoma, nekrosis he-par, fibrosis,
kelainan neoplastik. Tetapi ada yg acut
(eg:alimentary toxic aleukia )
Mycosis pada Immunocompromised
host :
• Dapat disebabkan oleh jamur sapro-fit,
opportunistik maupun patogen
• Cara infeksi biasanya melalui : inhalasi
spora, sedangkan jamur sa-profit /
opportunistik dapat menem-bus mucosa
dan secara hematogen menyebar ke
organ dalam
Superficial / cutaneus Mycosis :

• Penyakit ini mengenai lapisan permukaan kulit


/ yang mengandung keratin : stratum
corneum, rambut dan kuku
• Dibagi menjadi 2 kelompok :
Non dermatophyte ( eg :tinea versi-color,
otomycosis , Black piedra, White piedra,
onimycosis)
Dermatophytes (dermatophytosis)
Pityriasis versicolor :
• =PANU
• Disebabkan oleh Malassezia furfur (flora
normal kulit yang tumbuh ber-lebihan)
• Tumbuh dalam stratum corneum be-
rupa kelompok sel bulat , bertunas,
dinding tebal, hifa pendek dan bengkok
• Lesi dimulai berupa bercak tipis dan kecil
yang selanjutnya banyak dan menyebar
disertai sisik
• Lesi tampak jelas. Pada kulit gelap: bercak
berupa hipopigmentasi, pada kulit
terang :bercak berupa hiperpigmentasi 
versicolor
• Kadang terasa gatal bila berkeringat
• Dengan Wood’s lamp (UV) wood’s light
positif (fluoresensi hijau kebiruan)
• Pemeriksaan lab : direct dengan bahan
scraping kulit (dapat dengan cellotape) + KOH
10%  mikroskopis : tampak spora
berkelompok + hyphae pendek berkelompok
• Terapi: tergantung luas / tidaknya daerah
terkena
• lokal / topikal dengan salicyl spiritus tinc-ture
atau salep derivat imidazol (miko-nazol,
isokonazol, klotrimazol, ekonazol) & tolnaftat
salep/tincture
• Sistemik /oral : ketonazol
• Pencegahan reinfeksi : perebusan
pakaian
• Epidemiologi: kosmopolitan terutama di
daerah tropis. Penyebaran penyakit ini
melalui kontak dan ada faktor lainnya
(ada individu yang mudah terinfeksi &
ada yang sulit terinfeksi)
Otomycosis :
• Infeksi fungi pada liang telinga
• Disebabkan oleh :Aspergillus, Penicillium,
Mucor, Rhyzopus, Candida
• Bersifat acut dan chronis
• Gejala berupa rasa “penuh” pada telinga
akibat pertumbuhan jamur
• Sering terjadi infeksi sekunder oleh bakteri 
gatal & nyeri
• Diagnosa : serumen atau kulit liang telinga
diambil dengan cottonswab steril  direct
mikroskopis+KOH 10% : hyphae dan spora
• Dapat dibiakkan pada Saboroud Dextrosa
Agar identifikasi spesies jamur
• Terapi : pengeluaran kotoran telinga, irigasi &
topikal antimikotik
• Epidemiologi: kosmopolitan, kebiasaan
mengorek telinga dan serumen yang basah
merupakan faktor predisposisi
Piedra:
• Piedra = batu
• Infeksi jamur pada rambut
• Terdiri dari piedra putih & piedra hitam
White piedra:
• Disebabkan oleh :Trichosporon beigelii
• Infeksi pada rambut ketiak & pubis, kadang pada
kepala, jenggot & kumis
• Epidemiologi : jarang ditemukan. Terutama di iklim
sedang / dingin
• Gejala : rambut terdapat benjolan warna putih & lunak
• Diagnosa : direct mikroskopis dari benjolan + KOH 10%
 hyphae tak berwarna atau putih kekuningan
• Terapi :potong rambut, cuci dengan sublimat 1/2000
atau shampo ketonazol
Black piedra:
• Disebabkan oleh Piedraia hortai
• Infeksi pada rambut kepala
• Epidemiologi : di daerah tropik, menular melalui kontak
(sisir, alat potong rambut dll)
• Gejala : terdapat benjolan yang keras & berwarna coklat /
hitam , sulit dilepaskan, rambut mudah patah & berbunyi
bila disisir
• Diagnosis : benjolan direct mikroskopis + KOH 10% 
hyphae warna tengguli + ascus warna jernih mengandung 2-
8 ascospora
• Terapi: Potong rambut, cuci setiap hari dengan sublimat
1/2000 atau shampo antimikotik
Onimycosis:
• Infeksi pada kuku
• Disebabkan oleh :Candida, Fusarium,
Cephalosporium, Scopulariopsis,
Aspergillus etc. & dermatophyte (dibahas
tersendiri = tinea unguium)
• Epidemiologi: kosmopolitan, dapat
kompleks ( mikosis di bagian tubuh yang
lain)
• Gejala : Dapat terjadi pada satu kuku atau
lebih, permukaan kuku tak rata, tak mengkilat,
kuku rapuh, kuku mengeras. Dapat dimulai
dari distal atau proximal. Bila disebabkan oleh
Conidia seringkali disertai paronikia( radang
jaringan sekitar Kuku)
• Diagnosis : Direct mikroskopis  scraping
kuku + KOH 10%  hyphae atau spora atau
yeast.Perlu kultur lenih lanjut untuk
menentukan jenis fungi.
• Terapi : lama ( 6 bulan) karena perlu
pergantian kuku.
• Obat sebaiknya bentuk cairan supaya mudah
masuk rongga kuku yang rusak (dengan
derivat azol)
• Kuku dipotong / dibuang / pencabutan
• Per oral : derivat azol
DERMATOPHYTOSIS
• Dermatophytosis = tinea ( Romawi )  diduga
disebabkan larva cacing  tinea (English = worm)
• Dermatophytosis = herpes circinata
(Greek/Yunani)bentuk kelainannya berupa
lingkaran yang makin lama semakin besar (english =
ring)
• Dermatophytosis = ring worm (English) perpaduan
dari kata lingkaran dan cacing
Klasifikasi penyakit :
• Klasifikasi pada umumnya berdasarkan site of
infection :
Tinea capitis (kulit kepala / scalp)
Tinea barbae (kulit wajah / face)
Tinea corporis (kulit tubuh / body)
Tinea cruris (kulit kelamin / groin)
Tinea pedis (kulit kaki / feet)
Tinea unguium (kuku / nails)
• Klasifikasi penyakit juga dapat
berdasarkan fungi penyebabnya:
Microsporosis (disebabkan oleh
Microsporum spp)
Trichophytosis (disebabkan oleh
Trichophyton spp)
Epidermophytosis (disebabkan oleh
Epidermophyton spp)
Etiologi :
• Causa dermatophytosis :
1. Microsporum spp ( >17 speci-es)
2. Trichophyton spp ( > 23 spe-cies)
3. Epidermophyton spp ( 2 spe-
cies)
Jaringan terinfeksi :
• Microsporosis  HAIR , SKIN,
NAILS
• Trichophytosis HAIR, SKIN,
NAILS
• Epidermophytosis  SKIN, NAILS
Epidemiologi :
• Pola penularan contact communicable: dari orang ke
orang lain; dari hewan ke hewan lain ; dari tanah ke
hewan / manusia ; dari manusia ke hewan atau dari
hewan ke manusia 
 Anthropophilic : human  human
 Zoophilic : Animal  human
 Geophilic : Soil  human / animal
 Sumber infeksi : manusia, hewan, tanah / debu
Gejala :
• Dermatophytosis :Tergantung penyebab & respons
immun penderita, umumnya lesi berbentuk lingkaran
berbatas tegas, terdapat sisik2 dan gatal terutama
saat berkeringat.
• Dapat menimbulkan reaksi allergi = reaksi –id 
dermatofitid  vesicel2 di telapak tangan / kaki &
bagian tubuh lain  gatal & vesicel tidak
mengandung fungi  infeksi sekunder oleh bakteri
 pustula  + rasa sakit
Diagnosa laboratoris :
• Direct examination  wet mount
Pemeriksaan langsung dari penderita 
scraping kulit / rambut / kuku terinfeksi ,
letakkan pada object glass + KOH 10%, tutup
dengan cover glass  mikroskop 400 x 
septate hyphae
• Wood’s light  sinari bagian yang terinfeksi
dengan lampu wood  pendaran warna hijau
kekuningan / fluorescent
• Culture : specimen berupa rambut, kulit
atau kuku yang terinfeksi ditanam pada
media khusus untuk jamur : Saboroud
Dextrose Agar (SDA) (medium general)
 ciri- ciri pertumbuhan diamati
meliputi permukaan atas dan bawah /
dasar medium atau ditanam pada
medium selective & differential untuk
dermatophyte , misalnya DTM tumbuh
berwarna merah
• Mikroskopis dari kultur : Dibuat preparat
basah pada object glass dengan
spesimen dari kultur + zat warna
lactophenol cotton blue ( biru) , tutup
dengan cover glass  mikroskop 400X 
septate hyphae, conidia berupa
microconidia atau macroconidia yang
khas untuk tiap spesies.
Pengobatan & prognosis :
• Batas tegas : Fungisid / fungistatik lokal /
topikal + keratolitik eg: sulfur + asam
salisilat atau derivat azol, naftilin,
terbinafin, siklopiroksolamin, amorolfin
• Menahun  batas tak jelas  p.o eg:
griseofulvin , derivat azol
• Prognosenya baik
Microsporosis :
1. Microsporum audouinii :
Antropophilic
Terutama pada anak – anak
Non inflamasi pada kulit terutama bagian
kepala / tinea capitis
Ectothrix  rambut pecah – pecah
Kultur : bagian atas putih –cream ; bagian
bawah coklat-oranye
2. Microsporum canis
Zoophilic
Inflamasi pada kulit badan atau kepala / tinea
corporis atau tinea capitis
Ectothrix
Kultur: bagian atas putih – kuning ; bagian
bawah oranye – coklat
Conidia : Macroconidia 10-20 µm x 40-150µm,
8-15 segmen, dinding tebal & kasar
3.Microsporum gypseum
Geophilic
Tinea capitis , tinea corporis & tinea barbae
Ectothrix
Inflamasi
Laesi soliter / tidak meluas, sering terdapat infeksi
sekunder oleh bakteri
Kultur : bagian atas putih – coklat granuler, bagiam
bawah coklat
Conidia : macroconidia 10-40µm , 3-6 segmen,
dinding kasar & tebal, ujung datar
4.M.ferrugineum
Anthropophilic
Tinea capitis & tinea corporis
Ectothrix
Kultur : waxy oranye-kuning.
Conidia : -
Trichophytosis
1. Trichophyton concentricum
Anthropophilic
Jarang pada rambut & kuku
Tinea corporis TINEA IMBRICATA = DAYAKSE
SCRUFT  kulit mengelupas berbentuk lingkaran /
concentric ring & overlaps
Kultur : putih-kuning-coklat
Mikroskopis dari kultur : tidak khas
2. T. mentagrophytes
Zoo & anthropophilic
Tinea corporis, tinea pedis & tinea unguium, kadang
tinea barbae, tinea cruris & tinea capitis
Inflamasi & terdapat vesicula
Ectothrix
Kultur : Fluffy form  putih, bagian bawah coklat
muda-merah & granular form merah, bagian
bawah kuniing-merah-coklat
Conidia : microconidia 2-5µm, cluster pada hyphae ;
macroconidia kadang terlihat dinding tipis + coiled
hyphae
3. T.rubrum
• Anthropophilic
• Tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris, tinea
unguium, tinea capitis
• Acut & chronic + inflamasi
• Lesi bagian luar kemerahan, meradang &
menonjol
• Pada kuku bersifat chronis & resisten
terhadap pengobatan, kadang timbul
MAJOCCHI’S GRANULOMA
• Kultur : Fluffy form  putih, bagian bawah
merah ; Granular form  merah, bagian
bawah merah
• Conidia: dari granular form microconidia 3-
6µm pada hyphae (tear drops) ; macroconidia
jarang 5-30µm, 3-5 segmen
• DD  T.mentagrophytes(koloni merah) test
urease : + (T.mentagrophytes) ; test hair
penetration : + (T.mentagrophytes)
4.T.tonsurans
• Rambut & kulit kepala  tinea capitis  black
dot
• Anthropophilic
• Chronis, persisten bertahun – tahun
• Endothrix invasi folikel rambut merusak
jaringan  kebotakan / bald spots
• Direct dari rambut : microconidia di endothrix
• Kultur : velvet berlekuk, putih – coklat –
kuning, bagian bawah kuning – coklat – merah
• Conidia : menempel pada hyphae atau
sterigmata, club shape 2-8µm, kadang
membesar  balloons
5. T.violaceum
• Anthropophilic
• Tinea capitis
• Endothrix-folikel
• Black dots  bald spots
• Direct : = T.tonsurans
• Kultur : hyphae distorsi, conidia -,
chlamydospora
6.T.verrucosum
• Zoophilic
• Inflamasi,Tinea corporis, tinea capitis
• Sering terdapat infeksi sekunder oleh bakteri
• Direct : conidia pada endothrix 5-10µm
• Kultur : Koloni 3 macam variety albus,
variety ochraceum & variety discoides
Mikroskopis dari kultur : conidia – (pada SDA) ,
hyphae pleimorfik + chlamydo-spora
7.T.schoenleinii
• Anthropophilic
• Chronic tinea capitis  favus  jaringan
parut  typical favus : crusta menonjol,
kuning, terdapat hyphae + air space / bubbles
pada folikel rambut (scalp & body)  TINEA
FAVOSA
• Kultur : waxy, putih  conidia jarang, hyphae
antler like candelier
Epidermophytosis:
• Epidermophyton floccosum
 Anthropophilic
 Tinea cruris, tinea pedis, kadang tinea
unguium
 Rambut tidak terinfeksi
 Kultur : macroconidia 10-40µm , dinding
halus, tipis, 2-5 segmen, cluster
Notes :
• Tinea corporis:
 Umumnya disebabkan semua dermatophytes
 Kosmopolitan, tropis, banyak di Indonesia
 Kulit licin tak berambut, lesi lingkaran, tepi
merah, ada vesikel, bagian tengah bersisik,
gatal
• Tinea pedis / athleet’s foot :
 Semua dermatophyte dapat menyebabkan kelainan
ini terutama Trichophyton
 Kosmopolitan, semua daerah,banyak di Indonesia
 Lesi pada sela jari kaki, telapak & lateral kaki.
Terutama pada orang yang selalu memakai sepatu
tertutup & berkaus kaki (lembab) & selalu basah
(tukang cuci)
 Acut : gatal, merah,vesicular
 Kronis : gatal, bersisik, kulit pecah2
 Ada infeksi sekunder  pustula + nyeri
• Tinea cruris :
 Penyebabnya semua dermatophytes
 Kosmopolitan, banyak di Indonesia
 Lesi di inguinal, paha bagian dalam &
perineum, bersisik, erytrema
• Tinea barbae
 Terutama oleh dermatophytes zoophilic
 Jarang ada di Indonesia
 Lesi pada dagu, wajah, sampai ke folikel
rambut
SUBCUTANEUS MYCOSIS:
• Penyebab umumnya adalah fungi
saprofit yang banyak ditemukan
pada tanah, atau tanaman yang
membusuk
• Untuk dapat menyebabkan pe-
nyakit, fungi ini harus menem-bus
jaringan sub cutan
SPOROTRICHOSIS
• Penyebab : Sporothrix / sporotrichum schenkii
 Fungi Dimorfik; Saprofit pada tumbuhan & kayu
lapuk
 Resiko tinggi : profesi yang berhubungan de-ngan
tanaman /kayu / kebun
 Port d’entry : trauma pada kulit, biasanya anggota
gerak ; jarang dapat melalui inhalasi spora
 Menyebar melalui aliran lymphe  lesi lokal
terbentuk sebagai pustula / abces / tukak 
saluran lymphe menebal seperti tali  banyak
nodule & abces sepanjang saluran lymphe
 Biasanya tidak ada rasa nyeri
 Dapat terjadi penyebaran infeksi ke
persendian
 Secara histologis : lesi berupa peradangan
chronis & granulomatosa yang mengalami
nekrosis
Gambaran klinis :
1. Sporotrichosis cutan:
Hanya terjadi secara lokal di tempat trauma ; tidak menyebar
melalui kelenjar lymphe
2. Sporotrichosis lymphatica lokalisata
Terdapat lesi primer pada tempat trauma  tonjolan kecil keras
 abces lunak, pecah  saluran lymphe menembus kulit 
sporotrichotic cancre
3. Sporotrichosis diseminata
Lesi primer  saluran lymphe menyebar ke kulit atau mucosa.
 hematogen  tulang & organ dalam
4. Sporotrichosis pulmonum
Bukan merupakan sub cutaneus mycosis
karena penularannya melalui inhalasi.
Gejalanya mirip dengan infeksi paru oleh
sebab lain
Diagnosa laboratoris :
• Specimen : pus atau biopsi jaringan terinfeksi
• Mikroskopis langsung : Fungi Jarang terdeteksi
• Kultur: Saboroud Dextrosa Agar / SDA  pada
suhu 25-30ºC : mold / hyphae  hyphae halus
+ spora menyerupai bunga di ujung
conidiophora & pada suhu 37ºC : Yeast 
Blastospora (blastoconidia)
Terapi & prognosis:
• Sebagian besar kasus bersifat chronis &
sembuh sendiri
• KI p.o
• Preparat azol p.o
• Amphotericin B i.v
• Prognose umumnya baik, kecuali disemi-nata
dapat timbul kematian
Chromoblastomycosis /
Chromomycosis
• Granulomatosa progresif lambat
• Disebabkan oleh fungi golongan dematiaceae
(berdinding gelap) , yang paling sering
ditemukan adalah : Phialophora verrucosa,
Phialophora pedrosoi, Phialophora
compactum, Phialophora dermatitidis,
Cladosporium carionii, Rhinocladiella
aquaspersa
Patogenesa & Gambaran klinis:
• Fungi Masuk melalui trauma kulit, terutama
pada anggota gerak
• Tumbuh lambat (bulan – tahun)
• Nodule – nodule sepanjang aliran lymphe 
seperti bunga kol disertai abces berwarna
hitam
• Histologis : lesi berupa granuloma ; terdapat
sel yeast warna coklat tua/ hitam di dalam
lekosit atau giant cell
Epidemiologi:
• Terutama di daerah tropis
• Resiko tinggi : orang yang tidak memakai alas
kaki ( fungi bersifat saprofit)
• Penyakit ini tidak ditularkan ( non commu-
nicable)
Diagnosa laboratoris:
• Specimen : Scraping / biopsi lesi
• Direct microscopy : specimen scraping + KOH
10%  sel yeast berwarna gelap
• Biopsi  granuloma + yeast berwarna gelap
• Kultur : Bahan ditanam pada SDA  conidia
khas ( tergantung spesies penyebabnya)
Mycetoma :
• Adalah Lesi lokal yang membengkak + granula (koloni
fungi yang mengalir dari sinus – sinus)
• Disebabkan oleh berbagai Fungi & bakteri
• MIKROBIOLOGI :
Yang disebabkan oleh bakteri golongan
Actinomycetes disebut sebagai Actinomyce-toma
Yang disebabkan oleh fungi disebut sebagai
mycetoma
• Fungi penyebab mycetoma paling sering
adalah : Pseudoallescheria boydii,
Madurella sp., Phialophora sp.,
Acremonium sp.
• Note : Bakteri penyebab actinomy-
cetoma : Nocardia brasiliensis,
Actinomadura madurae
• Fungi masuk melalui Trauma kulit
terutama anggota gerak  sub cutan
otot tulang deformitas
• Terapi : actinomycetoma dengan
Streptomisin + trimetoprim +
sulfametoksazol & drainage sebelum
deformitas. Untuk mycetoma belum ada
obat yang poten, bisa dicoba dengan azol
& pembedahan.
Mycosis systemic :
• Disebabkan oleh jamur saprofit, semu-anya
bersifat dimorfik
• Infeksi biasanya per inhalasi
• Biasanya asimptomatis
• Biasa terjadi pada orang –orang tertentu yang
mempunyai daya immun rendah & bersifat
fatal
• Menginfeksi organ – organ dalam
Patogenesis & gambaran klinis:
• Arthroconidia  per inhalasi 2/3 penderita
bersifat asymptomatis & 1/3 penderita menunjukkan
gejala mirip influenza (demam, batuk, arthralgia,
sakit kepala)
• 15% penderita yang menunjukkan gejala :
membentuk reaksi hipersensitivitas 1-2 minggu
kemudian (bentuk erytema nodosum / erytema
multiformis
• Gejala2 tsb diatas disebut sebagai valley fever /
desert rheumatism  dapat sembuh sendiri
• 50% kasus menunjukkan perubahan
radiologik paru berupa infiltrat, pneu-
monia, efusi pleura  5 % kasus
menunjukkan residu paru ( nodul soliter
atau cavitas berdinding tipis)  dapat
sembuh sendiri atau menjadi chronis
• 1% kasus menunjukkan infeksi menyebar
 fatal
Coccidioidomycosis:
• Disebabkan oleh Coccidioides immitis
• Pada jaringan terinfeksi , pus, sputum / suhu 37ºC
berbentuk bola (Spherula) dengan dinding tebal
berisi spora pecah  spora keluar  tumbuh
menjadi spherula baru
• Biakan pada suhu kamar / di alam koloni seperti
kapas, putih, hifa aerial, arthroconidia
conidia/spora infektif
• Antigen : spherulin (filtrat dari spherula) &
coccidioidin (filtrat dari mycelium)
Diagnosis laboratoris:
• Specimen : sputum, pus, cairan spinal, biopsi jaringan
, darah (untuk test serologis)
• Direct microscopy : fresh specimen dicentrifuge 
spherula
• Kultur: arthroconidia dari kultur sangat patogen
(infektif) !!!!
• Serologis : test immunodifusi & aglutinasi latex  ab
IgM &IgG terhadap ag coccidioidin (2-4 minggu
setelah infeksi)
Epidemiologi & terapi
• Daerah endemik adalah daerah kering
• Tidak ditularkan dari orang ke orang
• Setelah sembuh dari infeksi primer terdapat
immunitas terhadap reinfeksi
• Infeksi primer pada individu dengan
immunitas normal  sembuh sendiri + terapi
suportif
• Pada individu dengan immunitas tertekan 
terapi azol
Histoplasmosis :
• Disebabkan oleh Histoplasma capsulatum
• Merupakan mycosis intrasel pada RES
• Pada sel fagosit atau pada kultur 37ºC  terdapat
sel yeast budding uninucleat
• Kultur : Pada SDA dengan suhu kamar koloni putih-
coklat seperti kapas conidia berdinding tebal,
mempunyai tonjolan (conidia tuberculate) &
microconidia
• Antigen : histoplasmin
• Infeksi : per inhalasi  99% asymp-tomatis
• 1% penderita menunjukkan gejala seperti
influenza  sembuh sendiri
• Infeksi berat  terutama pada individu
dengan sistim immun rendah RES :
lympadenopathy, spleenomegali &
hepatomegali ; demam tinggi & anemia 
tanpa terapi antimikotik  fatal
• Histologik: Pada Organ – organ dalam yang
terinfeksi  terdapat daerah ne-krosis +
granuloma & sel fagosit berisi yeast
• Fungi ini banyak tumbuh pada tanah yang
mengandung tinja burung / kelelawar
• Tidak dapat ditularkan dari orang ke orang
• Terapi : suportif + amphotericin B
Blastomycosis:
• Disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis
• Berupa granulomatosa chronis
• Pada jaringan terinfeksi, pus, eksudat atau pada
kultur 37ºC  terdapat yeast multinucleat
• Antigen : blastomisin
• Infeksi: per inhalasi infiltrasi paru ( mirip dengan
kelainan paru akibat mikroorganisme lain )
• Histologik : pyogranulomatosa , netrofil ,
granuloma non kaseosa
• Specimen : sputum, pus, eksudat, urine,
biopsi
• Direct microscopy : yeast
• Terapi : amphoterisin B
Paracoccidioidomycosis:
• Disebabkan oleh Paracoccidioides bra-
siliensis
• Infeksi : per inhalasi  paru  organ lain
• Pada jaringan terinfeksi  terlihat yeast
banyak tunas /tuberculate
• Histologis: granuloma kaseosa, yeast di
dalam giant cell
• Antigen : paracoccidioidin
Opportunistic mycosis:
• Disebabkan oleh fungi non patogen & flora
normal (eg : candida sp., Penicillium sp.,
Aspergillus sp., Mucor , Rhyzopus,cryptococcus
sp . etc)
• Biasanya menimbulkan infeksi pada individu
dengan sistim immun terganggu
Candidosis / candidiasis :
• Penyebab tersering adalah Candida albicans
 merupakan flora normal
• Morfologi : yeast & pseudohyphae
• Specimen : swab & scraping permukaan lesi,
sputum, eksudat dll ( tergantung kasusnya)
Gambaran klinis :
1. Candidosis mulut :
 = sariawan
 Pada mucosa mulut terdapat bercak putih
(berisi pseudomycelium)
 Predisposisi : pemakaian corticosteroid,
antibiotika, diabetes, immunodefisiensi
2. Candidosis pada genitalia wanita :
 Berupa vulvovaginitis
 Terdapat iritasi, gatal & pengeluaran sekret
 Predisposisi : kehilangan pH asam pada genitalia
wanita, hamil, terapi progesteron, terapi antibiotika,
diabetes

3. Candidiasis cutan :
 Pada kulit yang lembab ( lipatan-lipatan)
 Lesi merah, terdapat sekret
 Predisposisi : penderita diabetes, obesitas
4. Candidiasis kuku:
 Ada paronikia Nyeri, bengkak, merah
 Terdapat penebalan & terjadi alur trans-
versal pada kuku

5. Candidosis paru & organ lain:


 Merupakan infeksi sekunder

6. Candidosis mucocutan chronis


 Pada individu dengan immunodefisiensi
Cryptococcosis:
• Disebabkan oleh Cryptococcus neo-formans
• Fungi ini berupa yeast dengan capsul
karbohidrat
• Merupakan fungi saprofit terutama pada tinja
kering burung merpati
• Gambaran klinis : berupa meningitis chronis
Aspergillosis:
• Disebabkan oleh Aspergillus fumigatus
• Gambaran klinis : keratitis, sebagi fungi pen-cemar
luka bakar, otitis eksterna, aspergillosis paru.
• Aspergillosis paru :
1.fungus balls ( fungi tumbuh pada rongga / sinus
yang sudah ada sebelumnya)
2.granuloma invasif  menyebabkan pneumonia
necrotic, haemoptisis  menyebar ke organ lain
3.allergic
Mucormycosis:
• = zigomycosis = fikomikosis
• Disebabkan oleh golongan zigomycetes /
mucorales eg: Mucor & Rhyzopus
• Fungi ini mempunyai morfologi yang sama,
perbedaannya : Rhyzopus mempunyai
“rhizoid”
• Fungi ini berproliferasi pada dinding
pembuluh darah  trombosis

Anda mungkin juga menyukai