Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

PERTUSIS

Dewi Sartika Muliadi,S.Ked


(11 16 777 14 120)

PEMBIMBING KLINIK :
dr. Kartin Akune, Sp. A

KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD UNDATA
Pendahuluan

Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough adalah batuk


yang sangat berat atau batuk yang intensif, merupakan penyakit infeksi
saluran nafas akut yang dapat menyerang setiap orang yang rentan seperti
anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan yang
menurun.

Pertusis merupakan salah satu penyakit yang paling menular yang


dapat menimbulkan attack rate 80-100% pada penduduk yang rentan. Di
seluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setengah
juta meninggal.
Definisi

Pertusis (batuk rejan) disebut juga whooping cough, tussis quinta,


violent cough, dan di Cina disebut batuk seratus hari. Pertusis yang berarti
batuk yang sangat berat atau batuk yang intensif, merupakan penyakit infeksi
saluran nafas akut yang dapat menyerang setiap orang yang rentan seperti
anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan yang
menurun1,2,3.
Epidemiologi

Pertusis merupakan salah satu penyakit yang paling menular yang


dapat menimbulkan attack rate 80-100% pada penduduk yang rentan. Di
seluruh dunia ada 60 juta kasus pertusis setahun dengan lebih dari setengah
juta meninggal.

Pertusis adalah penyakit endemik dengan siklus endemik setiap 3-4


tahun. Dalam satu keluarga infeksi cepat menjalar kepada anggota keluarga
lainnya. Dilaporkan sebagian kasus terjadi dari bulan Juli sampai dengan
Oktober. Pertusis dapat mengenai semua golongan umur. Terbanyak terdapat
pada umur 1-5 tahun, umur penderita termuda ialah 16 hari.
Etiologi

Penyebab pertusis adalah Bordetella pertusis atau Haemoephilus


pertusis, adenovirus tipe 1, 2, 3, dan 5 dapat ditemukan dalam traktus
respiratorius, traktus gastrointestinalis dan traktus urinarius.
Patofisiologi
Gejala Klinis

 Stadium kataralis (1-2 minggu)


- Rinore
- Lakrimasi
- Batuk ringan
- Demam
 Stadium Paroksismal (2-4 minggu)
- Frekuensi derataj batuk bertambah
- bunyi melengking (whoop) saat batuk
- muka merah dan sianosis saat serangan
- muntah setelah batuk paroksismal
 Stadium Konvalesen (1-2 minggu)
- berhentinya whoop’
- muntah yang berangsur menurun
- batuk berbulan-bulan
Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan labratorium didapatkan leukositosis 20,000-50,000 / UI


dengan limfositosis absolute khas pada akhir stadium kataral dan selama stadium
paroksismal. Pada bayi jumlah leukosit tidak menolong untuk diagnosis oleh
karena respon limfositosis juga terjadi pada infeksi lain

Tes serologi berguna pada stadium lanjut penyakit dan untuk menetukan adanya
infeksi pada individu dengan biakan. Cara ELISA dapat dipakai untuk menentukan
serum IgM, IgG, dan IgA terhadap FHA PT. Nilai serum IgM FHA dan PT
menggambarkan respon imun primer baik disebabakan penyakit atau vaksinasi.
 Pemeriksaan Radiologi

Pada pemeriksaan foto toraks dapat memperlihatkan infiltrat perihiler,


atelektasis atau emfisema.
Penatalaksanaan

 eritromisin : 50 mg/kg BB/hari selama 14 hari dapat mengeliminasi organisme


pertussis dari nasofaring dalam 3-4 hari. Eritromisin biasanya tidak
memperbaiki gejala-gejala jika diberikan terlambat.
 Suportif : terutama menghindarkan faktor-faktor yang menimbulkan serangan
batuk, mengatur hidrasi dan nutrisi
 Oksigen diberikan pada distres pernapasan akut/kronik.
 Penghisapan lendir terutama pada bayi dengan pneumonia dan distres
pernapasan.
 Betametason dan salbutamol (albuterol) dapat mengurangi batuk paroksismal
yang berat walaupun kegunaannya belum dibuktikan melalui penelitian
kontrol.
Pencegahan
 Imunisasi Pasif

Dalam imunisasi pasif dapat diberikan human hyeperimmune globulin, ternyata


berdasarkan beberapa penelitian di klinik terbukti tidak efektif sehingga akhir-akhir
ini human hyperimmune globulin tidak lagi diberikan untuk pencegahan.
 Imunisasi Aktif

Diberikan vaksin pertusis dari kuman B.Pertussis yang telah dimatikan untuk
mendapatkan kekebalan aktif. Imunisasi pertusis diberikan bersama dengan vaksin
difteri dan tetanus. Dosis imunisasi dasar dianjurkan 12 IU dan diberikan 3 kali sejak
umur 2 bulan, dengan jarak 8 minggu. Jika prevalensi pertusis tinggi dalam
masyarakat tinggi, imunisasi dapat dimulai pada umur 2 minggu dengan jarak 4
minggu. Anak berumur > 7 tahun tidak lagi memerlukan imunisasi rutin.
Komplikasi
 Komplikasi terjadi terutama pada sistem respirasi dan saraf pusat.
 Pneumonia komplikasi paling sering terjadi pada 90% kematian pada anak-anak B. pertussis sendiri
tetapi lebih sering karena bakteria sekunder (H.influenzae, S.Pneumonia, S.auris, S.piogenes)
 TBC laten dapat juga menjadi aktif.
 Atelektasis dapat timbul sekunder oleh karena ada sumbatan lendir yang kental. Aspirasi lendir
atau muntah dapat menimbulkan pneumonia.
 Panas tinggi sering menandakan adanya infeksi sekunder oleh bakteria.
 Batuk dengan tekanan tinggi dapat menimbulkan ruptur alveoli, empisema interstitiel/subkutan
dan pneumotoraks. Bronkiektasia dapat timbul dan menetap.
 Sering terjadi otitis media yang sering disebabkan oleh S.pneumonia.
 Kenaikan tekanan intratoraks dan intra-abdomen selama batuk dapat menyebabkan perdarahan
subkonjungtiva, hematoma, perdarahan epidural, perdarahan intrakranial, ruptura diafragma,
hernia umbikalis, hernia inguinalis, prolapsus rekti, dehidrasi dan gangguan nutrisi
 Dapat pula terjadi konvulsi dan koma, merupakan refleksi dari hipoksia serebral (asfiksia),
perdarahan subarachnoid, tetapi kadang-kadang kejang dapat disebabkan oleh temperatur tinggi
 Kejang-kejang oleh karena hiponatremia yang sekunder terhadap Syndrome of Inappropriate
Secretion of Antidiuretic Hormone (SIADH).
Prognosis

Angka kematian karena pertussis telah menurun menjadi 10/1000


kasus. Rasio kasus kematian bayi < 2 bulan adalah 1,8 % selama tahun 2000-
2004 di USA. Persentase rawat inap pada dewasa sebesar 3 % (12% dewasa
tua). Tingkat berkembangnya menjadi pneumonia hingga 5 % dan mengalami
patah tulang rusuk sampai 4 %. Kebanyakan kematian disebabkan oleh
ensefalopati dan pneumonia atau komplikasi paru-paru lain 1,5.

Anda mungkin juga menyukai