Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATA KULIAH PENYAKIT BERBASIS

LINGKUNGAN
MATERI AIR BORNE DISEASE
TENTANG PENYAKIT PERTUSSIS

Disusun oleh :
1. Dita Kumalajati (P07133221052)
2. Dhiya Khairina Maulida (P07133221055)
3. Bilham Ramadhan (P07133221063)
4. Tannia Larasaty (P07133221071)
5. Mar’ah Qonita Rabbani Abdurrahman (P07133221072)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2022
ii
KATA PENGANTAR

Dengan megucap puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penyusun dapat menyelasaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan tentang “Penyakit Pertussis Atau Batuk
Rejan”.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penyusun mohon maaf Sebesar-
besarnya dan penyusun sangat berterima kasih jika pembaca berkenan untuk
memberikan kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 22 Januari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 2
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Pertussis atau Batuk Rejan 3
2.2 Gejala Penyakit Pertussis 3
2.3 Penyebab Penyakit Pertussis 5
2.4 Pengobatan Penyakit Pertussis 6
BAB II PENUTUP 9
3.1 Kesimpulan 9
3.2 Saran 9
DAFTAR PUSTARA 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertusis atau “batuk rejan” atau “batuk 100 hari” merupakan salah
satu penyakit menular saluran pernapasan yang sudah ada sejak tahum
1500-an. Penyakit ini disebabkan oleh Bordetella Pertussis atau
Hemophilus Pertussis; Adenovirus tipe 1,2,3, dan 5 dapat ditemukan
didalam Traktus Respiratorius, Traktus Gastrointestinalis, dan Traktus
Genitourinarius penderita bersama-sama Bordetella Pertussis atau tanpa
adanaya Bordetella Pertussis.

Pertusis dapat diderita oleh orang dari semua kelompok usia, namun
insidensi pertusis banyak didapatkan pada bayi dan anak kurang dari 5
tahun khususnya terjadi pada bayi atau anak yang belum diimunisasi.

Menurut salah satu lembaga penelitian kesehatan dunia


Communicable Disease Control (CDC) 2010 Annual Morbidity Report
mengatakan bahwa insiden pertusis meningkat setiap 3 sampai 5 tahun
sekali. Pada 2010 peningkatankembali terjadi, seperti di Los Angeles
terjadi peningkatan kasus sejak 50 tahun terakhir yaitu 972 kasus saat ini
(696 diagnosa pasti, 276 suspect) dengan angka kejadian 9.91 kasus per
100.000 jiwa. Sedangkan di California angka kejadianpertusis yaitu 23,3
kasus per 100.000 jiwa. Di Indonesia sendiri kasus Pertusis sebanyak
5.643 pada tahun 2018, tidak menutup kemungkinan angka tersebut dapat
bertambah tiap tahunnya. Salah satu cara untuk mengurangi jumlah kasus
pertusis ini adalah dengan pemberian vaksin. Vaksin yang digunakan
adalah DPT (Diffteri, Pertussis, Tetanus), vaksin ditujukan untuk
menghasilkan sistem pertahanan tubuh terhadap penyakit ini.

1
Seseorang yang menderita pertussis biasanya menularkan penyakit
kepada orang lain dengan batuk atau bersin atau ketika menghabiskan
banyak waktu di dekat satu sama lain dimana berbagi ruang bernapas.
Penyakit Pertussis terdiri dari tiga tingkatan yaitu pertussis ringan,
pertussis akut, dan pertussis subakut/kronis. Akibat dari penyakit pertussis
adalah dapat mengancam nyawa karena bisa membuat penderita
kekurangan oksigen dalam darahnya. Untuk mengetahui penyebab
pertussis (batuk rejan) biasanya harus menemui seorang pakar yaitu dokter
yang akan menanyakan riwayat dari kesehatan seseorang dan melakukan
pemeriksaan fisik. Namun terkadang banyak keluhan Pertussis (Batuk
rejan) yang terjadi tidak sesederhana yang dianggap. Dengan
permasalahan tersebut Sistem Pakar dapat menjadi solusi bagi pasien
dalam mendiagnosa penyakit pertussis dan memberikan solusi yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari pertussis?
2. Apa saja gejala dari penyakit pertussis?
3. Apa saja penyebab penyakit pertussis?
4. Bagaimana cara mengobati penyakit pertussis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang itu penyakit pertussis atau batuk rejan.
2. agar kita mengetahui gejala-gejala dari penyakit pertussis.
3. Untuk mengetahui sumber dari timbulnya penyakit pertussis.
4. Untuk mengetahui cara pengobatan penyakit pertussis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pertusis Atau Batuk Rejan


Pertussis (batuk rejan) atau bisa disebut dengan whooping cough
merupakan suatu penyakit infeksi traktus respiratorius yang secara klasik
disebabkan oleh infeksi tenggorok dengan bakteri Bordetella pertussis,
namun walaupun jarang, juga bisa disebabkan oleh bakteri Bordetella
parapertussis. Penyakit batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular
yang hanya ditemukan pada manusia dan menyebar dari orang keorang.
Seseorang yang menderita batuk rejan biasanya menularkan penyakit
kepada orang lain dengan batuk atau bersin, lalu ketika menghabiskan
banyak waktu di dekat satu sama lain dimana berbagi ruang bernapas.

Penyakit batuk rejan tersebar di seluruh dunia, terutama di tempat-


tempat yang padat penduduknya dan biasanya dapat berupa epidemik pada
anak. Epidemik adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular
dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata
melebihi daripada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu.
Penyakit batuk rejan terdiri dari tiga tingkatan yaitu batuk rejan ringan,
batuk rejan akut, dan batuk rejan kronis. Akibat dari penyakit batuk rejan
adalah dapat mengancam nyawa manusia karena bisa membuat penderita
kekurangan oksigen dalam darahnya.

2.2 Gejala Penyakit Pertusis


Penyakit batuk rejan biasanya dimulai dengan gejala seperti pilek dan
mungkin batuk ringan atau demam. Pada bayi, batuknya bisa minimal atau
mungkin bahkan tidak ada. Bayi juga mungkin memiliki gejala yang
dikenal sebagai “Apnea”. Apnea adalah jeda dalam pola pernafasan anak.
Batuk rejan paling berbahaya bagi bayi. Sekitar setengah dari bayi di
bawah satu tahun yang terkena penyakit ini membutuhkan perawatan
dirumah sakit.

3
Gejala awal dapat berlangsung selama 1 hingga 2 minggu meliputi
 Pilek
 Demam ringan
 Batuk ringan, sesekali
 Apena (jeda dalam bernafas pada bayi)
Gejala pada orang yang sudah menggunakan vaksin pertusis:
 Biasanya, batuk tidak akan berlangsung lama
 Kekurangan nafas, dan muntah setelah batuk lebih jarang terjadi
 Kebanyakan anak yang sudah divaksin memiliki apena (jeda lama
dalam bernafas), sianosis (warna kulit biru/ungu karena
kekurangan oksigen) dan muntah lebih sedikit

Batuk rejan pada tahap awal tampaknya tidak berbeda dari flu biasa.
Oleh karena itu, orang awam maupun profesional kesehatan sering tidak
mencurigai atau mendiagnosisnya sampai gejala yang lebih parah muncul.

Pada tahap stadium lanjut sekitar setelah 1 hingga 2 minggu dan


seiring perkembangan penyakit, gejala khas batuk rejan mungkin muncul,
meliputi:
 Wajah tampak memerah atau keunguan saat batuk
 Muncul bunyi “whoop” saat tarikan napas panjang sebelum batuk-
batuk
 Muntah setelah batuk
 Merasa sangat lelah setelah batuk
 Kesulitan mengambil nafas
Batuk rejan pada kebanyakan bayi biasanya tidak menimbulkan batuk
sama sekali. Sebaliknya akan menyebabkan bayi berhenti bernafas dan
membiru/ungu (kekurangan oksigen).

Batuk rejan dapat menyebabkan batuk berat dan secara cepat, juga
berulang-ulang hingga semua udara keluar dari paru-paru. Ketika tidak ada
lagi udara di paru-paru, terpaksa akan menarik napas dengan suara

4
“whoop”. Batuk berat ini dapat menyebabkan muntah dan sangat lelah.
Meskipun kelelahan setelah batuk, biasanya akan terlihat baik-baik saja
dari luar. Batuk akan menjadi lebih sering dan lebih parah seiring
berlanjutnya penyakit, dan pada malam hari frekuensinya akan meningkat.
Batuk rejan bisa berlangsung hingga 10 minggu atau lebih.

2.3 Penyebab Penyakit Pertusis


Batuk rejan ditandai dengan batuk parah yang disertai suara tarikan
napas dengan nada tinggi. Batuk ini dapat dengan mudah menular, tetapi
vaksin seperti DtaP dan Tdap dapat membantu pencegahan bakteri tersebut
menyerang anak-anak dan orang dewasa.

Tarikan nafas yang berat dari penderita batuk rejan diakibatkan oleh
pembengkakan saluran napas yang bereaksi terhadap racun yang
dikeluarkan oleh bakteri. Sehingga penderita batuk rejan harus menarik
napasnya lebih kuat bahkan hingga dibantu dengan mulut.

Batuk yang disebabkan bakteri ini dapat membuat pengidapnya


kekurangan oksigen di dalam darahnya. Batuk rejan juga dapat
menyebabkan berbagai komplikasi seperti pneumonia. Dalam beberapa
kasus pun, tulang rusuk dapat mengalami luka akibat batuk yang sangat
keras. Selain itu, batuk rejan dapat menimbulkan kematian akibat gagal
napas.

Beberapa penyebab dari batuk rejan adalah:


a) Bakteri
Penyebab batuk rejan biasanya disebabkan oleh bakteri bordetella
pertussis. Bakteri tersebut menyebar melalui udara, kemudian masuk ke
dalam tubuh yang akhirnya akan menyerang pernapasan. Setelah itu
bakteri tersebut akan melepaskan racun dan menyerang seseorang,
sehingga mengidap penyakit batuk rejan.

5
b) Alergi
Salah satu penyebab batuk rejan lainnya adalah alergi. Seseorang yang
mengidap batuk rejan dikarenakan alergi, biasanya orang tersebut akan
mengalami sesak napas, hidung tersumbat, dan juga akhirnya akan
semakin parah jika tidak segera diobati. Jika kamu merasakan gejala
seperti itu, segeralah periksakan kondisimu pada dokter agar dapat
menghindari batuk tersebut semakin parah.

c) Dikarenakan Bronkitis
Seseorang dengan paru-paru yang mengalami bronkitis juga dapat
menyebabkan seseorang mengidap penyakit batuk rejan. Bronkitis
merupakan infeksi yang terjadi di paru-paru, sehingga mengakibatkan
timbulnya peradangan pada saluran paru-paru.

2.4 Pengobatan Penyakit Pertusis


Pengobatan untuk batuk rejan/pertussis sebenarnya berguna untuk
mengatasi infeksi bakteri, meredakan gejala, dan membantu mencegah
penularan penyakit. batuk rejan tidak dapat diobati dengan obat batuk
yang biasa dijual dipasaran. Pengobatan bisa berbeda-beda tergantung usia
dan keparahan gejala.

a) Bayi dan Anak-Anak


Untuk bayi dan anak-anak perlu untuk ditempatkan pada ruangan
isolasi untuk menghindari penyebaran infeksi. Pengobatan utama yang
harus diberikan yaitu antibiotik untuk melawan bakteri penyebab infeksi.
Pemberian obat dapat dilakukan melalui infuse atau langsung. Sungkup
oksigen juga dpat diberikan untuk membantu bernafas. Bagi bayi dan
anak-anak yang mengidap batuk rejan cukup parah maka akan memiliki
risiko mengalami kerusakan paru-paru. Oleh karenanya penanganan
khusus dalam pemakaian alat bantu prnapasan/ventilasi dan pemeberian

6
obat-obatan di rumah sakit akan sangat membantu untuk mengadalikan
tekanan darah mereka. Pada kasus yang lebih parah dokter dapat
melakukan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada
prosedur ini oksigen akan langsung dialirkan ke tubuh tanpa melewati
paru-paru. Namun prosedur ini kan dilakukan jika teknik lain tidak
berhasil dan paru-paru sudah mengalami kerusakan cukup parah.

b) Remaja dan Dewasa


Jika yang mengalami batuk rejan adalah remaja dan dewasa, maka
biasanya dapat ditangani di rumah. Dokter akan memberikan obat yang
mampu mencegah perkembangan bakteri. Beberapa perawatan yang bisa
dilakukan sendiri di rumah adalah:
a. Menkonsumsi obat penurun gejala demam dan redang tenggorokan.
b. Meminum banyak air, guna mencegah dehidrasi.
c. Mengeluarkan lendir atau muntah saat batuk agar tidak tersedak atau
terhirup kembali.
d. Memperbanyak istirahat.
e. Rajin mencuci tangan menggunkan air dan juga sabun.
f. Menggunakan pelembab ruangan untuk menjaga kelembaban udara.
g. Menjaga kebersihan dan jauhi asap rokok.

Salah satu cara pengobatan adalah dengan pemberian antibiotik.


Penggunaan antibiotic memilki sejumlah fungsi, di antaranya untuk
membasmi bakteri, mengurangi potensi kambuhnya batuk rejan atau
penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain, dan mencegah penularan
penyakit ke orang lain. Antibiotik akan lebih efektif jika diberikan pada
awal infeksi. Akan tetapi, antibiotik tidak langsung meredakan gejala
batuk pada pertussis.

Pengobatan juga dapat dilakukan di rumah sakit. Perawatan rumah


sakit diperlukan jika terjadi pada bayi dan anak-anak. Hak itu karena bayi
dan anak-anak akan berisiko untuk mengalami komplikasi. Komplikasi

7
yang mungkin terjdi adalah pneumonia, kejang, mimisan dan pendarahan
otak, kerusakan otak karenakurangnya pasokan oksigen atau endefalopati
hipoksia, memar atau retaknya tulang rusuk, pecahnya pembuluh darah di
kulit atau mata, hernia pada perut, infeksi telinga seperti otitis media, dan
meningkatnya risiko mengalami gangguan paru-paru dan saluran
pernapasan dikemudian hari.

Batuk rejan juga tidak dapat disepelekan dan perlu ditangani oleh
dokter. Sesegera mungkin untuk dibawa sebelum bertambah parah atau
menular ke orang lain. Jika mengalami tanda-tanda maka untuk tidak
menunda memeriksakannya ke dokter. Untuk mencegahnya dapat dengan
vaksinasi atau imunisasi pertusis. Vaksin tersebut dapat diberikan dokter
atau bidan bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, dan polio (vaksinasi
DTP).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas kami membuat kesimpulan sebagai berikut:
 Penyakit batuk rejan atau pertussis disebabkan oleh bakteri Bordetella
pertussis.
 Penyakit batuk rejan adalah penyakit yang sangat menular yang hanya
ditemukan pada manusia dan menyebar dari orang keorang.
 Gejala awal penyakit pertussis yaitu pilek, batuk ringan, dan kadang
disertai dengan demam, serta jeda dalam pola pernafasan anak
(Apnea).
 Pengobatan batuk rejan pada bayi harus dilakukan dengan mengisolasi
bayi untuk menghindari penyebaran infeksi dengan pemberian
antibiotik.

3.2 Saran
 Apabila timbul gejala-gejala seperti yang tertulis dalam pembahasan
sebaiknya segera konsultasi ke dokter untuk mencegah penularan ke
orang sekitar khususnya bagi anak-anak dan bayi karena mereka
beresiko mengalami komplikasi.
 Jangan menyepelekan berbagai penyakit yang timbul dalam diri kita
maupun orang terdekat kita ntuk mencegah terjadinya hal terburuk.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. (2020). Batuk Rejan. Diakses pada 22 Januari 2022 dari


https://www.alodokter.com/batuk-rejan

Asyabah, Zaidin, St. Budi Waluya, dan Muhammad Kharis. 2018.


Pemodelan Sir Untuk Penyebaran Penyakit Pertusis Dengan
Vaksinasi Pada Populasi Manusia Konstan. Semarang.

Center for Disease Control and Prevention. (2017). Pertussis


(Whooping Cough). Diakses pada 22 Januari 2022 dari
https://www.cdc.gov/pertussis/about/signs-symptoms.html

Ekawati, Evy Ratnasari. 2018. Bakteriologi: Mikroorganisme


Penyebab Infeksi.Sleman. CV Budi Utama.

Gultom, Hesty Elisabeth. 2017. Pertusis. Pematangsiantar. Halodoc.


(2022). Batuk Rejan. Diakses pada 22 Januari 2022 dari
https://www.halodoc.com/kesehatan/batuk-rejan

10

Anda mungkin juga menyukai