Anda di halaman 1dari 7

AUTHORED BY : MOH FAHIMUL ILMI

riwayat alamiah & pencegahan


penyakit batuk rejan

MATA KULIAH : Dasar Epidemiologi


Fauget
Health

Batuk rejan atau pertusis merupakan batuk yang sangat


menular akibat infeksi bakteri Bordetella pertussis di
saluran pernapasan. Kondisi ini dapat berlangsung selama
4-8 minggu sehingga dikenal juga dengan sebutan batuk
seratus hari. Selain batuk berkepanjangan, pertusis juga
disertai dengan tarikan napas mengi (berbunyi ngik-ngik).
Tahap awal (fase catarrhal)
Pada tahap awal, gejala batuk rejan berlangsung selama
1–2 minggu dan biasanya serupa dengan gejala batuk
pilek. Penderita bisa mengalami keluhan berupa batuk
ringan, bersin-bersin, pilek atau hidung tersumbat, mata
merah dan berair, serta demam ringan.

Meski gejalanya ringan, pada tahap awal ini


penderita berisiko menularkan bakteri ke orang lain
melalui percikan ludah saat batuk atau bersin.
Tahap lanjut (fase paroksismal)
Setelah tahap awal, penderita batuk rejan mengalami gejala
tahap lanjut yang berlangsung selama 1–6 minggu. Pada
tahap ini, gejala yang dialami bisa makin memburuk dan
menimbulkan beragam keluhan, seperti:
Batuk keras terus-menerus
disertai bunyi “whoop” saat menarik
napas panjang di antara batuk
Wajah tampak memerah atau kebiruan saat batuk
Muntah setelah batuk
Merasa sangat lelah setelah batuk
Kesulitan mengambil napas
Selain makin memburuk, durasi batuk rejan pada tahap lanjut bisa berlangsung
lebih dari 1 menit. Frekuensinya juga menjadi lebih sering, terutama di malam
hari.
Tahap pemulihan (fase convalescent)
Tahap pemulihan batuk rejan bisa berlangsung selama 2–3
minggu. Pada tahap ini, tingkat keparahan dan frekuensi
gejala mulai mereda secara bertahap. Namun, batuk bisa
kambuh selama beberapa bulan jika penderita mengalami
infeksi saluran pernapasan.
Jika menyerang bayi atau anak-anak, batuk rejan
sering tidak menimbulkan gejala. Namun, bayi bisa
mengalami keluhan berupa napas terhenti sementara
(apnea) dan kulit bayi tampak membiru karena
kekurangan oksigen.
Pencegahan Batuk Rejan
Cara terbaik untuk mencegah batuk rejan adalah dengan melakukan
vaksinasi atau imunisasi pertusis. Vaksin ini biasa diberikan dokter atau
bidan bersamaan dengan vaksin difteri, tetanus, dan polio (vaksinasi DTP).

Imunisasi dasar untuk DTP diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Namun,
jika ada beberapa faktor yang menyebabkan bayi tidak bisa melakukan
imunisasi, orang tua disarankan untuk membawa anak untuk melakukan
imunisasi kejaran (catch up) sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter.

Anak juga disarankan melakukan imunisasi lanjutan (booster) agar


manfaatnya lebih optimal. Imunisasi ini dilakukan sebanyak 4 kali, yaitu
pada usia 18 bulan, 5 tahun, 10–12 tahun, dan 18 tahun. Imunisasi booster
juga dianjurkan untuk diulangi tiap 10 tahun sekali.
Ibu hamil juga direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi booster di usia
kehamilan 27–36 minggu. Vaksinasi pertusis saat hamil bisa melindungi bayi
terserang batuk rejan pada minggu-minggu awal kelahirannya.
Sumber :
Esposito, et al. (2019). Pertussis Prevention: Reasons for Resurgence,
and Differences in the Current Acellular Pertussis Vaccines. Frontiers
in Immunology, 10, 1344.

Koenig, et al. (2019). Pertussis: The Identify, Isolate, Inform Tool


Applied to a Re-emerging Respiratory Illness. The Western Journal of
Emergency Medicine, 20(2), 191–97.

Australian Government Department of Health (2022). Whooping


Cough (Pertussis).

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2017). Jadwal Imunisasi.

Anda mungkin juga menyukai