Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM

DIPLOMA III KEPERAWATAN


DIRGAHAYU SAMARINDA
BIMBINGAN IBU M, NORSANAH,S.Pd.M.Kes

STIKES DIRGAHAYU
SAMARINDA
2018 NAMA: CHARISTY ARUM PAWENING
NIM: 1711114043674
Difteri adalah infeksi bakteri
serius yang memengaruhi
membran mukosa
di tenggorokan dan hidung.
Penyakit Difteri adalah
penyakit yang sangat
menular pada hidung dan
tenggorokan.
Bakteri penyebab difteri adalah Corynebacterium diphteria. Kondisi penyakit akan menyebar
melalui kontak langsung pada obyek yang mengandung bakteri.
Bakteri seringkali menginfeksi hidung dan tenggorokan. Bakteri akan melepaskan zat berbahaya
yang disebut toksin. Toksin akan meluas ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan seringkali
menyebabkan lapisan abu-abu tebal di mukosa hidung, tenggorokan, lidah, dan saluran napas.
Pada beberapa kasus, toksin ini juga dapat menuju ke organ lain dan merusak organ tubuh lain
seperti jantung, otak, dan ginjal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi yang mengancam jiwa
seperti miokarditis (radang selaput jantung), paralisis (kelemahan otot), dan gagal ginjal.
 Demam
 Menggigil
 Pembesaran kelenjar di leher
 Suara yang keras seperti menggonggong
 Radang tenggorokan
 Kulit yang membiru
 Mengeluarkan air liur terus menerus
 Rasa tidak nyaman pada tubuh

Gejala difteri tambahan:


 Sulit bernapas dan sulit menelan
 Perubahan pandangan
 Bicara cadel
 Tanda syok seperti pucat dan kulit yang dingin, berkeringat dingin, dan denyut
jantung yang cepat.
Pencegahan paling efektif untuk penyakit ini
adalah dengan imunisasi. Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI) menyarankan untuk imunisasi
difteri lengkap sesuai usia sebagai berikut:
 Usia kurang dari 1 tahun harus
mendapatkan 3 kali imunisasi difteri
(DPT).
 Anak usia 1 sampai 5 tahun harus
mendapatkan imunisasi ulangan
sebanyak 2 kali.
 Anak usia sekolah harus mendapatkan
imunisasi difteri melalui program Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) siswa
sekolah dasar (SD) kelas 1, kelas 2, dan
kelas 3 atau kelas 5.
 Setelah itu, imunisasi ulangan dilakukan
setiap 10 tahun, termasuk orang
dewasa. Apabila status imunisasi belum
lengkap, segera lakukan imunisasi di
fasilitas kesehatan terdekat.
Penyakit difteri adalah kondisi yang serius, maka dokter akan
memberikan terapi dengan cepat dan agresif. Langkah pertama terapi
pengobatan difteri adalah injeksi antitoksin. Injeksi antitoksin ini akan
melawan toksin yang dihasilkan bakteri di dalam tubuh dimulai dari dosis
yang sedikit lalu meningkat sedikit demi sedikit. Dokter juga dapat
meresepkan antibiotik seperti penisilin dan eritromisin, untuk membantu
memberantas infeksi dalam tubuh.

Anda mungkin juga menyukai