Anda di halaman 1dari 20

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT DIFTERI

Diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Dengan dosen pembimbing Perla Yualita, M.Pd.

disusun oleh

Fadlin Ilyasa
302022064
1B

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG
Jalan K.H.A.Dahlan Dalam No. 6 Bandung
2022
ABSTRAK

Penyakit endemi akan selalu ada pada suatu wilayah tertentu, sehingga
masyarakat harus mengetahui tentang penyakit endemi yang mungkin atau bahkan
ada pada daerahnya, karena masyarakat sudah terbiasa dengan penyakit tersebut
biasanya mereka meremehkan untuk terjadinya suatu kasus penyakit. Di Indonesia
penyakit difteri tergolong ke dalam penyakit endemi. Difteri merupakan penyakit
menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria serta
menyerang sistem pernapasan bagian atas yang terdiri atas hidung dan
tenggorokan, upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah peningkatan kasus
penyakit difteri adalah dengan melakukan imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menambah pemahaman mengenai penyakit difteri, cara pencegahan dan
pengobatannya agar penambahan kasus difteri di Indonesia dapat dicegah. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi pustaka dengan mencari
berbagai informasi dari buku, jurnal dan juga data yang diakses melalui media
online yang benar dan terpercaya/valid. Hasil dari penelitian ini diharapkan
kepada masyarakat mampu untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus
penyakit difteri, dengan memahami penyakit ini dan cara pencegahan serta
pengobatannya.

Kata kunci: difteri, imunisasi, endemi.

i
DAFTAR KOSAKATA

Antibiotik : Jenis obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi


bakteri. Antibiotik ini tidak bisa digunakan untuk
mengatasi infeksi akibat virus, seperti flu.
Antitoksin : Sebuah antibodi dengan fungsi untuk menetralisir racun.
Antitoxin juga dapat membunuh bakteri dan
mikroorganisme lainnya.
Carrier : seseorang atau organisme yang terinfeksi patogen, tetapi
tak menunjukan tanda atau gejala.
DPT : Difteri, pertusis, tetanus(DPT), tiga penyakit yang
sama-sama beresiko menimbulkan kematian.
Penyebabnya adalah bakteri.
Faring : nama lain dari tenggorokan bagian atas yang berfungsi
dalam sistem pernapasan manusia menyalurkan udara
dari hidung dan mulut, ke trakea.
ISPA : Infeksi saluran pernapasan atas(ISPA)
Tonsil : Kelenjar getah bening di bagaian belakang mulut dan
tenggorokan bagian atas, biasanya disebut dengan
amandel. Membantu menyaring bakteri dan kuman lain
untuk mencegah infeksi pada tubuh.

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Alla Swt. Yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-nya saya bias menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat waktu. Pada makalah ini saya akan membahas tentang penyakit “Difteri”
yang merupakan salah satu penyakit menular yang berbahaya.

Saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Perla Yualita, S.Pd., M.Pd. dan Bu
Dr.Riskha Arfiyanti, M.Pd. dan juga kepada pihak yang sudah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Makalah ini saya buat untuk memberikan pemahaman tentang keberadaan


penyakit Difteri ini. Semoga makalah yang saya buat ini bisa membantu
pengetahuan kita menjadi lebih luas lagi. Saya menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh sebab itu, kritik serta anjuran
yang sifatnya membangun sangat saya harapkan guna kesempurnaan makalah ini.
Atas perhatian serta waktunya, saya sampaikan banyak terimakasih.

Bandung, Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Abstrak.........................................................................................................

Daftar Kosakata............................................................................................

Kata Pengantar.............................................................................................

Daftar Isi......................................................................................................

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang.................................................................................
B. Rumusan Masalah............................................................................
C. Tujuan Penulisan..............................................................................

Bab II. Landasan Teoretis dan Pembahasan

A. Landasan Teoretis............................................................................
B. Pembahasan......................................................................................

Bab. III Kesimpulan

A. Kesimpulan......................................................................................

Daftar Pustaka..............................................................................................

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Samarinda adalah satu dari 3 daerah yang terdapat di Kalimantan


Timur di Kabupaten Kutai Kartanegara dengan Kota Balikpapan dan bagi yang
dinyatakan dalam kodisi/status Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap penyakit ini.
Data terakhir dari DKK (Dinas Kesehatan Kota) Samarinda mulai bulan januari
sampai april 2018 menunjukkan telah ditemukan sebanyak 107 pasien dari
penyakit difteri yang sedang dirawat di RSUD AW Sjahranie. Oleh karena itu
Pemerintah Kota Samarinda akhirnya menyimpulkan kasus difteri yang ada di
Kota Samarinda ditetapkan menjadi KLB (Kejadian Luar Biasa). Dasar KLB ini
merupakan SK Walikota Samarinda Nomor : 440/017/HK-KS/1/2018 tentang
Penentuan Status KLB Penyakit Difteri yang berada di Kota Samarinda pada
Tahun 2018 (Tristanto 2020).

Difteri merupakan dampak dari infeksi toksin bakter Corynebacterium


diphtheriae yang menular, dan penyakit ini memiliki gejala seperti tenggorokan
terasa sakit, terbentuknya lapisan pada faring serta pada tonsil dan demam.

Jika tidak ditanggulangi akan menimbulkan kasus yang lebih berat, infeksi
dari penyakit ini dapat menyebar kepada organ tubuh lainnya, seperti sistem
persarafan dan jantung.

Bakteri Corynebacterium diphtheriae menghasilkan toksin yang


menyebabkan penyakit akut yaitu Difteria. Saat abad ke-5 SM Hippocrates
menjelaskan tentang penyakit ini untuk pertama kalinya, kemudian Aetius sekitar
abad ke-6 M baru menceritakan tentang topik epidemic difteria. Kuman difteria
diteliti oleh Klebs pada pseudomembran pada tahun 1883 dan oleh Loffler
dibiakan pada tahun 1884. Antitoksin difteria ditemukan oleh para ahli sekitar
akhir abad ke-19, sedangkan pada tahun 1920-an toksoid baru dikembangkan
(Widoyono, 2011).

1
Dan penelitian lain menurut Saunders (2019) Difteri merupakan pemyakit
infeksi akut yang disebakan oleh Corynebacterium diphteriae (bakteri basil gram
positif). Difteri adalah salah satu penyakit yamg menginfeksi paling ditakuti sebab
dapat menjadi epidemik dengan CFR (case fatality rate) yamg tinggi, utamanya
terhadap anak-anak. Pada umumnya difteri menginfeksi anak-anak dengan usia 1-
10 tahun.

Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit endemis (penyakit yang


selalu ada pada keadaan biasa) sehingga masyarakat harus waspada terhadap
penyakit ini, oleh karena itu penulis menyusun makalah mengenai penyakit difteri
agar masyarakat dapat mencegah terjadinya peningkatan kasus pada penyakit ini.
Kejadian Luar Biasa (KLB) merupakan suatu status yang ditetapkan di
Indonesia, tujuannya untuk menggolongkan peristiwa menyebarnya suatu wabah
penyakit. Untuk penyakit yang selalu ada pada keadaan biasa (penyakit-penyakit
endemis), maka KLB diartikan sebagai suatu peningkatan/penambahan jumlah
kasus melebihi keadaan biasa, pada daerah dan waktu tertentu. Menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 82 Tahun 2014, Kejadian Luar Biasa
merupakan meningkatnya atau timbulnya kejadian kesakitan atau/dan kematian
yang berarti secara epidemiologi pada satu daerah dengan kurun waktu tertentu
serta merupakan kondisi yang dapat mengarah pada terjadinya wabah (Tristanto
2020).
Penularan terjadi secara droplet (percikan ludah) dari batuk, bersin,
muntah, melalui alat makan, atau kontak langsung dari lesi di kulit. Tanda dan
gejala berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) bagian atas, adanya nyeri
tenggorokan, nyeri menelan, demam tidak tinggi (kurang dari 38,5 derajat
celcius), dan ditemui adanya pseudomembrane putih/keabu-abuan/kehitaman di
tonsil, faring atau laring yang tak mudah lepas, serta berdarah apabila diangkat.
Sebanyak 94% kasus Difteri mengenai tonsil dan faring (Kementrian Kesehatan
RI, 2017).
Berdasarkan fenomena diatas, penulis tertarik untuk membuat makalah
“Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Difteri” karena penyakit ini merupakan
wabah endemik, oleh sebab itu kita sebagai masyarakat yang peduli dengan

2
kesehatan harus mengetahui adanya penyakit ini, dan dapat mengatasi penyakit ini
apabila terjadi peningkatan kasus yang berkaitan dengan penyakit difteri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis menyimpulkan terdapat beberapa


masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit Difteri?

2. Bagaimana cara penularan penyakit Difteri?

3. Bagaimana cara mencegah penyakit Difteri?

4. Bagaimana cara pengobatan penyakit Difteri?

C. Tujuan

Adapun tujuan pada makalah ini terbagi menjadi 2 yaitu, tujuan umum dan
tujuan khusus:
1. Tujuan Umum

Tujuan umum adalah hal yang ingin dicapai secara menyeluruh dari
penyusunan makalah ini. Adapun tujuan umum dari makalah ini adalah
memberikan pengetahuan kepada masyarakan tentang penyakit Difteri, agar dapat
mengerti pentingnya mencegah penyakit ini untuk tidak menular.
2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus adalah tujuan yang ingin dicapai yang lebih terperinci,
dan spesifik. Adapun tujuan khusus dari makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Mampu mendefinisikan tentang penyakit Difteri pada menusia;

b. Untuk mengidentifikasi penularan penyakit Difteri pada manusia;

c. Untuk mengidentifikasi pencegahan agar terhindar dari penyakit Difteri;

d. Mampu mengidentifikasi pengobatan terhadap penyakit Difteri apabila


tertular penyakit ini.

3
BAB II
TINJAU TEORETIS DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teoretis
1. Penyakit difteri pada manusia
Menurut Widoyono (2011) difteri merupakan penyakit akut,
penyebabnya adalah Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan
toksin. Adapun menurut Soedarto (2009) difteri merupakan penyakit
menular sangat berbahaya sebab dapat menimbulkan kematian, utamanya
pada anak kecil.
Jadi yang dimaksud difteri pada manusia pada makalah ini
mengacu pada pendapat Widoyono (2011) dan Soedarto (2009) yaitu
penyakit yang disebabkan oleh toksin dari bakteri Corynebacterium
diphtheriae, dan penyakit ini termasuk penyakit menular yang sangat
berbahaya terutama kepada anak-anak. Saya memilih ini karena kedua
pendapat di atas saling mendukung dan memperkuat satu sama lain, dan
memang selaras dengan apa yang saya cari untuk memperkuat argumentasi
pada makalah ini.
2. Identifikasi penularan penyakit difteri pada manusia
Penularan penyakit difteri terjadi melalui droplet ketika penderita
bersin, batuk, dan berbicara. Muntahan dan debu juga dapat menjadi media
penularan Widoyono (2011). Pendapat Noviya (2014) Susu anak juga
yang tidak dipasteurisasi bisa menjadi media penularan.
Jadi yang dimaksud penularan penyakit difteri pada manusia
dalam makalah ini mengacu pada pendapat Widoyono (2011) dan Noviya
(2014) penularan penyakit difteri dapat melalui droplet atau percikan air
liur penderita atau carrier, media yang dapat menularkan penyakit ini
seperti bersin, batuk, berbicara, debu, dan muntahan. Susu anak yang tidak
dipasteurisasi juga dapat menjadi media penularan yang tentunya
membahayakan anak-anak. Saya menuliskan ini karena pendapat diatas
sudah menjelaskan cara penularan penyakit difteri dengan argumentasi
yang sudah lengkap dan jelas.

4
3. Identifikasipencegahan agar terhindar dari penyakit difteri
Pencegahan difteri pada manusia menurut Soedarto (2009)
imunisasi aktif dengan menggunakan taksoid cair dan alum-precipitated
toxoid adalah tindakan pencegahan terbaik. Adapun menurut Widoyono
(2011) mendapatkan imunisasi DPT (difteria, pertusis, dan tetanus) untuk
bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) untuk anak pada usia sekolah dasar.
Jadi yang dimaksudkan dengan pencegahan penyakit difteri pada
anak mengacu pada pendapat Soedarto (2009) dan Widoyono (2011)
bahawa penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi aktif,
terutama kepada bayi dengan menggunakan imunisasi DPT, dan untuk
anak yang beusia sekolah dasar dengan vaksin DT. Saya menggunakan
pendapat ini tentunya karena salah satu rutinitas kita dalam menjaga
kesehatan masyarakat adalah dengan memberikan imunisasi terutama
untuk anak-anak dan bayi.
4. Identifikasi pengobatan penyakit difteri apabila terlanjur tertular
Pengobatan terhadap penyakit ini menurut Widoyono (2011)
pasien harus dirawat dalam ruang isolasi di rumah sakit agar dapat
menghindari penularan kepada pasien lain. Adapun menurut Noviya
(2014) pengobatan yang biasanya diberikan dari rumah sakit yaitu Anti
Diphtheria Serum (ADS), pemberian obat disesuaikan dengan adanya
komplikasi, lokasi penyakit, dan lama penyakit. Dokter juga biasanya
memberikan antiroksin dan antibiotik.
Jadi yang dimaksud dengan pengobatan penyakit difteria
mengacu pada pendapat Widoyono (2011) dan Noviya (2014) bahwa
penyakit ini dapat diobati dengan cara menempatkan pasien pada ruang
khusus(isolasi) agar tidak menyebar kepada orang lain, dan biasanya di
berikan antibiotik dan antiroksin, saya menggunakan pendapat ini karena
dalam tahap pengobatan pasien harus mencegah dulu penulaan dari pasien
difteri ke orang lain, lalu memberikan obat kepada pasien berupa
antibiotik atau antiroksin karena penyakit ini disebabkan oleh bakteri.

5
B. Pembahasan
1. Pengertian Penyakit Difteri
Penyakit difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin dari
bakteri Corynebacterium diphtheriae, dan penyakit ini termasuk penyakit
menular yang sangat berbahaya terutama kepada anak-anak. Hal ini sesui
dengan pendapat Widoyono (2011) difteri merupakan penyakit akut,
penyebabnya adalah Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan
toksin, dan Soedarto (2009) difteri merupakan penyakit menular sangat
berbahaya sebab dapat menimbulkan kematian, utamanya pada anak kecil.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Saunders (2019) Difteri
merupakan pemyakit infeksi akut yang disebakan oleh Corynebacterium
diphteriae (bakteri basil gram positif). Difteri adalah salah satu penyakit
yamg menginfeksi paling ditakuti sebab dapat menjadi epidemik dengan
CFR (case fatality rate) yamg tinggi, utamanya terhadap anak-anak. Pada
umumnya difteri menginfeksi anak-anak dengan usia 1-10 tahun.

2. Cara Penularan Penyakit Difteri


penularan penyakit difteri dapat melalui droplet atau percikan air liur
penderita atau carrier, media yang dapat menularkan penyakit ini seperti
bersin, batuk, berbicara, debu, dan muntahan. Susu anak yang tidak
dipasteurisasi juga dapat menjadi media penularan yang tentunya
membahayakan anak-anak. Hal ini sesuai pendapat Widoyono (2011)
Penularan penyakit difteri terjadi melalui droplet ketika penderita bersin,
batuk, dan berbicara. Muntahan dan debu juga dapat menjadi media
penularan, dan Noviya (2014) Susu anak juga yang tidak dipasteurisasi
bisa menjadi media penularan.

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Saunders (2019) bakteri


dapat ini dapat ditularkan melalui droplet seperti bersin, batuk, ataupun
kontak langsung ketika berbicara. Manusia adalah karier asimptomatik
serta berperan reservoir Corynebacterium diphteriae. Transmisi dapat
melalui kontak pada lesi kulit individu tetapi jarang terjadi.

6
3. Pencegahan Penyakit Difteri
penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi aktif,
terutama kepada bayi dengan menggunakan imunisasi DPT, dan untuk
anak yang beusia sekolah dasar dengan vaksin DT. Saya menggunakan
pendapat ini tentunya karena salah satu rutinitas kita dalam menjaga
kesehatan masyarakat adalah dengan memberikan imunisasi terutama
untuk anak-anak dan bayi. Hal ini sesuai pendapat Soedarto (2009)
imunisasi aktif dengan menggunakan taksoid cair dan alum-precipitated
toxoid adalah tindakan pencegahan terbaik. Adapun menurut dan
Widoyono (2011) mendapatkan imunisasi DPT (difteria, pertusis, dan
tetanus) untuk bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) untuk anak pada usia
sekolah dasar.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Saunders (2019)
pencegahan difteri secara komunitas paling efektif dengan melakukan
imunisasi aktif. Imunisasi primer diberikan dengan toksoid tetanus, dan
vaksin pertusis dengan bentuk vaksin DTP dengan interval 4-6 minggu
sebanyak 3 kali.

4. Pengobatan Dari Penyakit Difteri


penyakit ini dapat diobati dengan cara menempatkan pasien pada
ruang khusus(isolasi) agar tidak menyebar kepada orang lain, dan biasanya
di berikan antibiotik dan antiroksin. Hal ini sesuai dengan pendapat
Widoyono (2011) pasien harus dirawat dalam ruang isolasi di rumah sakit
agar dapat menghindari penularan kepada pasien lain, dan Noviya (2014)
pengobatan yang biasanya diberikan dari rumah sakit yaitu Anti
Diphtheria Serum (ADS), pemberian obat disesuaikan dengan adanya
komplikasi, lokasi penyakit, dan lama penyakit. Dokter juga biasanya
memberikan antiroksin dan antibiotik.
Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Saunders (2019)
tatalaksana difteri ditujukan untuk menetralisir eradaksi dan toksin C.
diphteriae menggunakan antibiotik. Setelah itu, selanjutnya harus
mengambil spesimen untuk kultur dan isolasi ketat untuk pasien. Pasien

7
yang telah dicurigai difteri harus/dapat diberikan antibiotik dan antitoksin
dengan dosis yang adekuat. Tatalaksana suportif terhadap jalan napas, dan
pernapasan juga harus diberikan apabila dibutuhkan.

8
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan oleh toksin dari bakteri


Corynebacterium diphtheriae, dan penyakit ini termasuk penyakit menular yang
sangat berbahaya terutama kepada anak-anak.

Penyakit ini dapat ditularkan melalui droplet atau percikan air liur
penderita atau carrier, media yang dapat menularkan penyakit ini seperti bersin,
batuk, berbicara, debu, dan muntahan. Susu anak yang tidak dipasteurisasi juga
dapat menjadi media penularan yang tentunya membahayakan anak-anak.

Penyakit difteri dapat dicegah dengan melakukan imunisasi aktif, terutama


kepada bayi dengan menggunakan imunisasi DPT(difteria, pertusis, dan tetanus),
dan untuk anak yang beusia sekolah dasar dengan vaksin DT.

penyakit ini juga dapat diobati dengan cara menempatkan pasien pada
ruang khusus(isolasi) agar tidak menyebar kepada orang lain, dan biasanya di
berikan antibiotik dan antiroksin.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2017). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Difteri. Jakarta:


Kementrian Kesehatan RI.

Noviya, R. (2014). Buku Cerdik Penyakit-Penyakit Menular. Jakarta: Saufa

Soedarto, dkk. (2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta: CV Sagung Seto.

Sounders, R. I.K.S. (2019). Diagnosis dan Tatalaksana Difteri. Bali: SMF Ilmu
Kesehatan Anak.

Tristanto, A. (2020). Peran Dinas Kesehatan Dalam Penanggulangan Wabah


Difteri di Kelurahan Bandara Kecamatan Sungai Pinang Kota
Samarinda. E-journal Ilmu Pemerintahan, 2020.

Widoyono, MPH. (2011). Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, dan


Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

10
PETUNJUK TEKNIS UJIAN PRAKTIK BAHASA INDONESIA
TINGKAT I SARJANA KEPERAWATAN TA 2022/ 2023

1. Seluruh mahasiswa dibagi menjadi kelompok berpasangan. Pembagian


kelompok berdasarkan no. absen (absen 1 dan 2, 3 dan 4 dst.)
2. Setiap mahasiswa dalam masing-masing kelompok mempresentasikan
makalah mengacu pada instrumen penilaian makalah selama 10 menit
yang direkam dalam zoom kelompok. Langkah-langkah:
a. Menilai makalah sendiri dengan instrumen tabel di bawah ini.
b. Melakukan presentasi makalah merujuk pada instrumen dengan
makalah yang telah ditandai dengan warna-warni dan diakhiri dengan
menunjukkan instrument penilaian sendiri (maksimal 10 menit)
c. Temannya memberikan penilaian lalu menunjukkan hasil penilaiannya
(maksimal 10 menit)
d. Selanjutnya bergantian.

Penilaian terhadap makalah pribadi


Nama : Fadlin Ilyasa
Kelas : 1B

NO ASPEK SKOR
Kemutakhiran tema
3: Tema sedang berlangsung saat ini dan kemungkinan berlanjut ke masa yang akan
datang 3
1
2: Tema sedang saat ini tetapi kemungkinan akan segera berakhir
1: Tema sudah jarang terjadi
Orisinalitas tema
3: Tema benar-benar baru hasil penulis
2 2
2: Tema hasil perpaduan beberapa tema yang telah ada tetapi menjadi sesuatu yang baru
1: Tema telah banyak dibahas dan tidak ada kebaruan dari penulis
Kelengkapan 1) abstrak, 2)daftar kosakata, 3) kata pengantar, 4) daftar isi, 5) daftar tabel/
grafik/skema/lampiran
3: lengkap 5 unsur 2
3
2: lengkap 4 unsur
1: kurang dari 4 unsur
Tingkat Similaritas karya
3: Di bawah 20 persen
4 3
2: Di bawah atau sama dengan 40 persen
1: Lebih dari 40 persen
Kelengkapan latar belakang masalah: 1) prevalensi (angka kejadian), 2) dampak, 3) akibat
jika tidak ditanggulangi, 4) hasil karya penulis terdahulu, 5) alasan pemilihan judul
(keunikannya)
5 3: lengkap 5 unsur 3
2: lengkap 4 unsur
1: kurang dari 4 unsur
6 Penerapan keterkaitan 1. judul, 2. rumusan masalah, 3. tujuan, 4. isi (landasan teoretis dan
pembahasan), dan 5. kesimpulan

1
3: keterkaitan 5 unsur
3
2: keterkaitan 4 unsur
1: keterkaitan kurang dari 4 unsur
Penerapan paragraf pada setiap subjudul
3: menggunakan pengantar minimal 2 kalimat
7 2
2: menggunakan pengantar 1 kalimat
1: tidak memakai pengantar
Pencantuman sumber pada landasan teoretis
3: lebih dari 80% landasan teoretis disertai sumber
8 3
2: lebih dari 50 % landasan teoretis disertai sumber
1: kurang dari 50 % landasan teoretis disertai sumber
Pembahasan isi
3: adanya pembahasan isi yang membandingkan teori dari buku teks (pada bab 2) dengan
jurnal relevan minimal 2 pendapat untuk menghasilkan kesimpulan.
9 2
2: adanya pembahasan isi yang membahas hanya 1 teori dari buku teks (pada bab 2)
dengan jurnal relevan untuk menghasilkan kesimpulan
1: adanya pembahasan isi yang tidak dibandingkan dengan jurnal relevan.
Penerapan keterkaitan kutipan dan daftar pustaka
3: Semua sumber kutipan terdapat dalam daftar pustaka secara benar
10 3
2: Hampir 80% sumber kutipan terdapat dalam daftar pustaka secara benar
1: kurang dari 80% sumber kutipan terdapat dalam daftar pustaka secara benar
Penggunaan jenis, ukuran huruf, dan spasi
3: 100% penulisan rapi menggunakan jenis, ukuran huruf, dan spasi sesuai kaidah.
11 2
2: 80% penulisan rapi menggunakan jenis, ukuran huruf, dan spasi sesuai kaidah.
1: dibawah 80% penulisan rapi menggunakan jenis, ukuran huruf, dan spasi sesuai kaidah.
Penerapan penomoran halaman, isi, tabel/ gambar
12
3: penomoran secara menyeluruh sesuai kaidah yang berlaku
2
2: penomoran masih ditemukan 20% tidak sesuai kaidah yang berlaku
1: penomoran tidak sesuai kaidah yang berlaku
Penulisan daftar pustaka
13
3: mengikuti 80% aturan penulisan secara konsisten
3
2: masih ditemukan 20% ketidakkonsistenan dalam menganut aturan
1: tidak menganut satu aturan penulisan secara konsisten
Pemilihan daftar pustaka/ literature
14
3: lebih dari 3 sumber
3
2: hanya 3 sumber
1: kurang dari 3 sumber
Pemilihan kemutakhiran literature
15
3: seluruh literature menggunakan 5 tahun terakhir
2
2: lebih dari 50% menggunakan 5 tahun terakhir
1: kurang dari 50% menggunakan 5 tahun terakhir
Penerapan parafrasa dalam pengutipan
16
3: mampu mencontohkan parafrasa dari paragraf dalam makalah dengan lancar

2
2: mampu mencontohkan parafrasa dari paragraf dalam makalah dengan kurang lancar 3
1: mampu mencontohkan parafrasa dari paragraf dalam makalah dengan tidak lancar
Nilai = Skor/ 0,48 41/0,48=85,4
Hasil penilaian dari diri saya sendiri : 41/0,48 = 85,4

3. Khusus poin instrumen no. 16 tentang penerapan parafrasa dalam


pengutipan, mahasiswa harus menunjukkan 1 paragraf contoh dari
makalah kemudian langsung diparafrasakan secara lisan.
4. Makalah yang diterangkan diberi tanda dengan warna-warni untuk
memudahkan acuan penilaian dan diakhiri dengan nilai total makalah.

Untuk similiritas/plagiatisme

3
Contoh parafrase:
(Asli dari makalah)
“ Penyakit difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh toksin dari bakteri
Corynebacterium diphtheriae, dan penyakit ini termasuk penyakit menular yang
sangat berbahaya terutama kepada anak-anak. Hal ini sesui dengan pendapat
Widoyono (2011)”

Hasil parafrase dari paragraf diatas:


Menurut Widoyono (2011) Difteri merupakan penyakit yang timbul oleh
bakteri Corynebacterium diphtheriae yang menghasilkan toksin, penyakit ini
tergolong menular dan sangat berbahaya khususnya kepada anak kecil.

4
5

Anda mungkin juga menyukai