Keperawatan Anak
Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Kholisatul Muawanah (1814301025)
2. Listiani Nur Chafifah (1814301026)
3. Muhamad Agung Prasetia (1814301027)
4. Alma Veronica (1814301028)
5. Tarisa Valentine (1814301029)
6. Alvira Nabila Putri (1814301030)
7. Jefri Nurdiyansyah (1814301031)
8. Vera Cahyati Rusandi (1814301032)
9. Indah Wulandari Berutu (1814301007)
10. Oktia Hani Pertiwi (1814301008)
Kata Pengantar…………………………………………………………….. i
Daftar Isi………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2
C. Ruang Lingkup............................................................................... 2
D. Metode Penulisan........................................................................... 2
E. Sistematika Penulisan.................................................................... 3
A. Pengertian………………………………………………………… 4
B. Etiologi…………………………………………………………… 5
C. Patofsiologi………………………………………………………. 5
D. Klasifikasi……………………………………………………….. 8
E. Manifestasi Klinis……………………………………………….. 8
F. Pemeriksaan Diagnostik………………………………………… 9
G. Penatalaksanaan Medis…………………………………………. 9
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan…………………………… 9
A. Pengkajian……………………………………………………… 23
B. Diagnosa……………………………………………………….. 28
C. Intervensi………………………………………………………. 29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………… 35
B. Saran……………………………………………………………. 36
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-
anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia
dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda
oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention
on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and
Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan
istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses
ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara
pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki
tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka
kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori
sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama
tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta
menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007,
jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya
sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah
kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah
kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh
di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak
3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720
kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314
kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup
sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,
menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul
“Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode
studi kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat
tentang asuhan keperawatan anak pada DHF, untuk memperoleh data,
penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari buku-
buku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
E. Sistematika penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I. KONSEP DASAR DHF
A. Pengertian
B. Etiologi
Dengue haemoragic Fever (DHF) disebabkan oleh arbovirus
(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah
viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi
dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan
ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat
sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia
jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi
organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi
lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat
memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila
virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau
melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat
terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.
DHF/DBD
* Perjalanan penyakit
(Nursalam, 2008)
viremia
Hipoksia
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
perdarahan
D.
E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
3. Derajat III :
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
F. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
1. Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara
bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
2. Motorik halus
3. Kognitif
4. Bahasa
A. Pengertian
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat
prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di
lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang
sering di tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas
dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang
sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan merah.
2. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku
isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa
kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun
kerabat lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan
frustrasi. Oleh karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku
tidak koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan
menginginkan pulang paksa.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak
muntah – muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi
lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
atau balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan
serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang
tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam
tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
Intervensi
Mandiri :
Intervensi
Mandiri :
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien
sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang
lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
Kolaborasi :
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
Intervensi.
Mandiri :
Kolaborasi :
Intervensi
Mandiri :
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan
askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan
berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah
tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan
serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,
tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1. Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana
keperawatan tercapai atau tidak.
2. Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma
Medika pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga
hari yang lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang
air besar sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien
teraba panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8°C, nadi
146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht :
41% volume.
B. Data Fokus
C. Data Tambahan
Data Subyektif Data Obyektif
DO :
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
1980= -580
n. HT : 41% volume
2. DS : Gangguan Anoreksia
pemenuhan
a. Ibu klien mengatakan
kubutuhan nutrisi
anaknya tidak nafsu makan
kurang dari
b. Ibu klien mengatakan
kebutuhan tubuh
anaknya rewel
c. Ibu klien mengatakan
anaknya hanya
menghabiskan ¼ porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
a. BB ideal anak 20 kg
b. Klien tampak lemas
c. Konjungtiva anemis
d. HB : 12,3 gr/dl
e. Trombosit 26.000
f. Albumin 3,2 gr/ml
g. LLA 13 cm
DO :
A. KESIMPULAN
Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba
medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC