Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

GEGER CILEGON

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia
Masa Kolonial

Dosen Pengampu: Ibu Zuhrotul Latifah, S.Ag., M.Hum.

Disusun Oleh:

Yusuf Firmansyah (19101020100)

Luhut Parlaungan Hasibuan (19101020101)

Luthfia Avionita (19101020102)

Izza Syifaul Qulub (19101020103)

JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia Masa
Kolonial dengan judul Geger Cilegon.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu dosen pembimbing Sejarah


Islam Indonesia Masa Kolonial atas segala bimbingannya selama ini dan memberi
materi tentang seluruh cakupan Sejarah Islam Indonesia Masa Kolonial, serta
beberapa sumber yang membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan


dan kelemahan, baik dalam isi maupun penyusunannya. Oleh karena itu, penulis
mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan di
masa mendatang. Penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi civitas akademis Universitas
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Rabu, 25 November 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Masalah.............................................................................................1

BAB II: GEGER CILEGON.................................................................................2

A. Latar Belakang Terjadinya Geger Cilegon.................................................2

B. Berlangsungnya Geger Cilegon....................................................................4

C. Akhir dari Geger Cilegon.............................................................................8

D. Dampak dari Geger Cilegon..................................................................8

BAB III: PENUTUP.............................................................................................12

A. Kesimpulan..................................................................................................12

B. Saran.............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Geger Cilegon adalah perjuangan rakyat banten melawan Belanda
pada 9 Juli 1988 yang sering disebut pemberontakan petani Banten.
Peristiwa ini terjadi setelah dihapusnya Kesultanan Banten pada tahun
1813. Kesewenang-wenangan Belanda membuat rakyat Banten menjadi
menderita.

Peristiwa meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda pada 23


Agustus 1883 menimbulkan gelombang laut yang menghancurkan Anyer,
Merak, Caringan, Sirih, Pasauran, Tajur, dan Carita. Rakyat Banten juga
dilanda musibah kelaparan , penyakit sampar (pes), dan penyakit binatang
ternak (kuku kerbau). Pemerintah Belanda mewajibakan masyarakat untuk
membunuh kerbau yang membuat warga menjadi bertambah miskin.
Belum lagi, penghinaan Belanda terhadap aktivitas keagamaan menambah
rentetan alasan dilakukannya perlawanan bersenjata yang dinamakan
Geger Cilegon ini. Haji Wasyid sebagai pemimpin, membagi rakyat
menjadi tiga pasukan. Pasukan pertama dipimpin oleh Lurah Jasim,
seorang jaro Kajuruan, Pasukan kedua dipimpin oleh Haji Abdulgani da
Haji Usman, dan pasukan ketiga dipimpin oleh Haji Tubagus Ismail dan
Haji Usman.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar belakang terjadinya geger Cilegon?
2. Bagaimana berlangsungnya Geger Cilegon?
3. Bagaimana akhir dari Geger Cilegon?
4. Apa saja dampak dari Geger Cielgon?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Latar belakang terjadinya geger Cilegon.
2. Untuk mengetahui berlangsungnya Geger Cilegon.
3. Untuk mengetahui akhir dari Geger Cilegon .
4. Untuk mengetahui dampak-dampak dari Geger Cilegon.
BAB II

GEGER CILEGON

A. Latar Belakang Geger Cilegon


Geger Cilegon adalah peristiwa perlawanan bersenjata rakyat
Banten terhadap kekuasaan pemerintah Hindia Belanda yang terjadi pada
tanggal 9 Juli 1888. Geger Cilego juga merupakan perlawanan yang
dikobarkan K.H. Wasyid bersama para tokoh Banten dalam Geger
Cilegon dilatarbelakangikesewenang-wenangan Belanda yang saat itu
merupakan peralihan terhadap kependudukan Belanda di Bnaten.
Kebencian masyarakat makin memuncak saat masyarakat tertekan dengan
dua musibah yakni dampak meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda
(23 Agustus 1883) yang menimbulkan gelombang laut yang
menghancurkan Anyer, Merak, Caringin, Sirih, Pasauran, Tajur, dan
Carita. Selain itu musibah kelaparan , penyakit sampar (pes), penyakit
binatang ternak (kuku kerbau) membuat penderitaan rakyat menjadi-jadi.1

Faktor-faktornya dikatakan sendiri oleh K.H. Wasyid yang pernah


disebut oleh saksi, Achmad; pertama, dua pejabat pemerintah kolonial,
yaitu patih dan jaksa telah melarang umat Islam melakukan ibadah di
Masjid. Kedua dinaikkannya pajak perahu dan pajak-pajak usaha yang
lain. Ketiga, para pejabat sama sekali tidak menghiraukan para kiyai,
bahkan memusuhi Islam, melarang shalat dengan suara keras dan
melarang membuat menara-menara masjid tinggi, dan menyebar terlalu
banyak mata-mata untuk mencari cari kesalahan orang yang melanggar
peraturan. Didorong latar belakang dan faktor-faktor di atas, K.H. Wasyid
membuat perencanaan dan mengorganisir serta memobilisir seluruh
elemen rakyat Banten untuk melakukan perlawanan. Dari hasil
penyelidikan terhadap para tawanan dapat diketahui bahwa anggota-
anggota perlawan bersenjata K.H. Wasyid mengadakan pertemuan di
berbagai tempat dan menggunakan tarekat sebagai tempat berkumpul dan
bersama-sama melakukan sembahyang dan dzikir. K.H. Wasyid dan para
kiyai lainnya dapat bertemu dalam kesempatan ini untuk mengatur strategi
dan taktik-taktik serta kordinasi. Dari setiap pertemuan, nampak
kepiawaian dan kemampuan K.H. Wasyid mengumpulkan para kiyai,
ulama, tokoh-tokoh agama lainnya bahkan para jawara. Dapat disebutkan
disini K.H. Abdul Karim, seorang ulama besar dan dihormati rakyat
Banten, pemimpin agama dan guru tarekat Qadariyah. K.H. Tubagus
Ismail, H. Abdul Gani, K.H. Usman, Haji Nasiman, H. Sangadeli dari
Kaloran, H. Abu Bakar dari Pontang, H. Asnawi dari Bendung
Lempuyang, H. Muhammad Asik dari Bandung. Masing-masing mereka
dan K.H. Wasyid menyampaikan propaganda-propaganda yang berkaitan
dengan jihad dan perang sabil. Perjuangan rakyat Banten menuju
1
https://id.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
kemerdekaan mendapat kekuatan baru dengan pulangnya H. Marjuki pada
tahun 1887 dari Mekkah. Ia mulai mengunjungi daerah-daerah di Banten,
Tengerang, Betawi, dan Bogor untuk menyampaikan gagasan tentang
jihad. Tidak lama dikunjungi Haji bergelora dan semangat keagamaan
rakyatpun semakin meningkat, sehingga K.H. Wasyid menganggapnya
sekutu paling setia. Kunjungan H. Marjuki ke para Kiyai tarekat
Qadariyah mendapat sambutan dan dari mereka keluar pernyataan
mendukung gerakan perlawanan yang dicanangkan K.H. Wasyid yang
sebelumnya sudah melakukan apa yang dilakukan oleh H. Marjuki. Akan
tetapi H. Marjuki kembali ke Mekkah sebelum terjadi perang. Sekalipun
demikian, K.H. Wasyid taat asas mengabdikan dirinya kepada perjuangan
berjihad melawan penjajah. Disela-sela kesibukannya berpropaganda, tiga
bulan sebelum pertempuran K.H. Wasyid memimpin persiapan perang
dengan mempergiat latihan-latihan pencak silat, pengumpulan dan
pembuatan senjatasenjata, dan sembari membakar semangat melalui
khutbah-khutbahnya untuk melaksanakan perang sabil.2

B. Berlangsungnya Geger Cilegon


Berkat kepiawaian K.H Wasyid mengorganisir dan memobilisasi
rakyat, gerakan kolektifnini diakui sangat terorganisir dan memiliki
perencanaan yang matang.3 Pada hari Minggu tanggal 8 Juli, Cilegon
menyaksikan sebuah arak-arakan berpakaian putih melalui jalan-jalannya.
Arak-arakan itu dimulai dari rumah Haji Akhiya dan berakhir di rumah
Haji Tubagus Kusen. Para Kiai dan murid-murinya memakai pakaian putih
dan sepotong kain putih diikat di kepala mereka. Kemudian, pada malam
harinya barisan pejuang terus bertambah besar. Bersenjata golok dan
tombak, dan dipimpin oleh Haji Wajid dan Haji Tubagus Ismail, yang
bergerak dari Cibeber ke arah Saneja, sasaran awal dari penyerangan.4

2
Muhammad Rifky Juliana, Sejarah Budaya Banten, hal: 8-9
3
Parlindungan Siregar “Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda”, Buletin Al-Turas. Vol. XXIII
No.1 Januari 2017, hal 66.
4
Id.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
Rombongan-rombongan prajurit berpakaian putih-putih mulai
bergerak ke pos komando yang sudah disiapkan di desa Saneja di rumah
H. Ishak. Para pimpinan rombongan bermusyawarah di pimpinan K.H
Wasyid. Selaku pimpinan operasi, K.H Wasyid mulai mengatur strategi
penyerangan, ia bagi pasukan dalam beberapa kelompok yang masing-
masing bertugas menyerang penjara, yang lain membebaskan tahanan,
menyerang Kepatihan, menyerang rumah asisten residen.5 Pada saat
penyerangan ke rumah asisten residen itu, Haji Tubagus Ismail membawa
pasukan berjumlah sekitar 100 orang.

Pemimpin utama operasi ini adalah K.H Wasyid. Atas perintahnya


tadi, sebagian menyerbu penjara untuk membebaskan semua tahanan,
sebagian lagi akan menyerang untuk membebaskan semua tahanan,
sebagian lagi akan menyerang kepatihan, dan sebagian lainnya akan
bergerak menuju rumah asisten residen.

Pada pagi hari yang sama, sebagian dari pasukan yang dipimpin
oleh Lurah Jasim bergerak menuju penjara, kaum pemberontak berhasil
memasuki penjara dengan paksa, dan segera membebaskan semua
tahanan. Mereka berhasil membebaskan 20 tahanan, yang kemudian
langsung bergabung dengan kelompok. Kekerasan dan kekacauan
berkecamuk sepanjang hari itu, Cilegon menjadi tempat pertumpahan
darah antara orang-orang Islam dengan pejabat-pejabat pemerintahan
kolonial pada waktu itu. Hampir semua pejabat terkemuka di Cilegon
jatuh sebagai korban dari senjata pasukan K.H Wasyid. Di sini, kekuasaan
asing benar-benar berhadapan dengan kekuatan pemberontak yang sudah
terorganisir selama berbulan-bulan.

Pada saat itu Jaksa dan ajun kolektor telah ditawan, para prajurit
kemudian membawa mereka bersama dengan wedana dan kepala penjara,
ke gardu Jombang Wetan yang merupakan markas Haji Wasyid dan Haji

5
Parlindungan Siregar “Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda”, Buletin Al-Turas. Vol. XXIII
No.1 Januari 2017, hal 66.
Ishak. Wedana, jaksa, ajun kolektor dan kepala penjara kemudian dibawa
ke alun-alun untuk dieksekusi. Puncaknya adalah pengejaran terhadap
asisten residen Gubbels, yang baru saja kembali dari Anyer. Pengejaran
terhadap Gubbels, berakhir setelah kaum pemberontak menyerbu ke
rumahnya dan menyergapnya. Setelah Gubbels tewas mayatnya kemudian
diseret ke luar rumah dan disambut dengan sorakan kemenangan. Di sini
terlihat adanya kebencian rakyat yang sangat mendalam terhadap pamong
praja. 6

Dari hari Senin, 9 Juli 1888 perang dimulai, dan pada sore harinya
Cilegon dapat diduduki K.H Wasyid dan para pasukannya. Di bawah
komando Kapten A.A Veen Huyzen, Belanda melakukan operasi
mematahkan perlawanan dan melakukan pengejaran terhadap K.H Wasyid
dan kawan-kawannya. Namun, pertempuran terus berlangsung dan pada
tangal 30 Juli 1888 K.H Wasyid, K.H Tubagus Ismail, Haji Usman, dan
Haji Abdul Gani terbunuh sebagai syahid dan pahlawan.7
C. Akhir Geger Cilegon
Peristiwa yang menjadi titik balik dari pemberontakan ini,
menyebabkan jatuhnya mental psikis para pemberontak adalah peristiwa
pertempuran Toyokerto. Petang hari tanggal 9 Juli, kaum pemberontak
diliputi semangat yang tinggi setelah berhasil menumpas para pamong
praja di Cilegon. Dengan kemenangan itu mereka merasa yakin bahwa
tidak lama lagi mereka akan berada di Serang. Pada pagi harinya, pejabat-
pejabat Serang mulai menyadari ancaman tersebut, mereka memutuskan
untuk megirim sepasukan tentara dengan 28 senjata api untuk memulihkan
ketertiban di Cilegon. Bupati dan Kontrolir Serang juga pergi kesana,
bersama dengan Letnan van der Star. Ketika Bupati beserta rombongannya
melakukan perjalanan dari Serang, mereka tiba-tiba dihadang pemberontak
yang berjumlah ratusan orang.

6
Id.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
7
Parlindungan Siregar “Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda”, Buletin Al-Turas. Vol. XXIII
No.1 Januari 2017, hal 66.
Bupati berusaha membujuk mereka untuk membatalkan rencana
mereka, akan tetapi usaha itu sia-sia. Bupati kemudian mengatakan jika
mereka tidak bubar dan meletakkan senjata, maka tentara akan melepaskan
tembakan. Namun peringatan tersebut tidak digubris, justru pemberontak
melepaskan tembakan ke arah Bupati dan Kontrolir. Karena kondisi yang
dirasa semakin tidak kondusif, maka tentara melepaskan tembakan ke
pemberontak.

Bentrokan tersebut menewaskan sembilan pemberontak dan


melukai yang lainnya. Sisanya melarikan diri sambil berlindung di
belakang pepohonan. Kaum pemberontak mengalami satu pukulan hebat
ketika mereka menyadari bahwa, walaupun mereka yakin akan kekebalan
terhadap peluru musuh, akan tetapi bentorakan dengan pemerintah
berakhir dengan tewasnya sejumlah rekan seperjuangan mereka. Selain itu,
mereka juga sangat terkejut ketika untuk pertama kalinya melihat senapan
jenis baru, yakni senapan repetisi.

Efeknya adalah suatu psikosis yang meluas di kalangan


pemberontak, yang dimanifestasikan dalam bentuk sikap kecewa. Sebagai
akibatnya, mereka kehilangan semangat untuk meneruskan perjuangan
guna mencapai tujuan utama pemberontakan. Sesungguhnya moril kaum
pemberontak, dapat dikatakan sudah dipatahkan. Dengan tercerai-
berainyanya pasukan induk mereka setelah bentrokan di Toyomerto itu,
pemberontakan mulai surut.

Pada pagi hari itu juga, pasukan tentara dari Batavia yang
berkekuatan satu batalion, mendarat di Pelabuhan Karangantu. Dalam
waktu yang sama, sebuah skuadron kavaleri juga dalam perjalanan menuju
Serang. Untuk menumpas pemberontakan yang hampir padam itu,
dikirimkan pasukan-pasukan ekspedisi ke berbagai penjuru. Mereka
ditugaskan untuk menangkap dan mengambil tindakan terhadap kaum
pemberontak.
Operasi menegakkan hukum benar-benar berjalan lancar setelah
pasukan ekspedisi tiba di daerah itu. selama tiga minggu mereka sibuk
melakukan pengejaran di bebagai distrik afdeling Cilegon. Baru pada
minggu ketiga operasi pengejaran diperluas ke bagian barat Kabupaten
Caringin dan Lebak.

Akibat dari operasi ini, kaum pemberontak terpaksa beralih ke


strategi defensif. Rencana Haji Wasid untuk bertahan di daerah sekitar
Beji dan Gunung Gede mendapat rintangan, karena ia sudah kehilangan
basis utama operasinya. Satu-satunya jalan untuk meneruskan perjuangan
yaitu dengan menggunakan taktik bermain sembunyi. Setelah pasukan
pemerintah menyerang daerah yang paling vital bagi kaum pemberontak,
mereka tanpa henti mengejar pemimpin-pemimpin pemberontak yang
masih berkeliaran dengan anak buahnya yang tinggal sedikit jumlahnya.

Masalah paling penting yang harus dicari solusinya adalah


bagaimana cara mereka dapat keluar dari keadaan pasif itu dan merebut
kembali kondisi inisiatif. Mereka menyadari bahwa mereka harus mencari
markas baru, dikarenakan tinggal disemenanjung kecil Gunung Gede
berarti dikepung oleh pasukan pemerintah yang pasti akan menumpas
mereka.

Ki Wasyid yang selanjutnya pemimpin pemberontakan melakukan


perang gerilya hingga ke Ujung Kulon, sedangkan yang lain dihukum
buang. Haji Abdurahman dan Haji Akib dibuang ke Banda, Haji Haris
dibuang ke Bukittinggi, Haji Arsyad Thawil dibuang ke Mando/Minahasa,
Haji Arsyad Qashir dibuang ke Buton, Haji Ismail dibuang ke Flores, dan
banyak lagi yang dibuang ke Ternate, Kupang, Ambon, dan Saparua.
Semua pimpinan pemberontakan yang dibuang sebanyak 94 orang.8

8
Edi Kandhani, “Sejarah 9 Juli: Peristiwa ‘Geger Cilegon ’, Perlawanan Rakyat Banten Terhadap
Belanda”, diakses dari https://bosscha.id/2020/07/09/sejarah-9-juli-peristiwa- Geger-Cilegon-
perlawanan-rakyat-Banten-terhadap-Belanda., diakses pada tanggal 14 November 2020 pukul
17.00
D. Dampak dari Geger Cilegon

Terlibatnya murid-murid dari syekh Abdul Karim di Banten pada


peristiwa Geger Cilegon membuat syekh Tolhah yang merupakan satu
perguruan dengan syekh Abdul Karim dicurigai dan dimata-matai oleh
Belanda, syekh Tolhah kemudian dimasukkan ke dalam penjara dan
kemudian dilepaskan karena tidak cukup bukti. Pada masa sebelumnya
syekh Abdul Karim lah yang menunjuk dirinya sebagai khalifah bagian
timur Jawa Barat.

Syekh Tolhah di Trusmi kemudian bergerak dengan mengatas


namakan tarekat Qadiriyah naqsyabandiyyah untuk menghindari konflik,
di Trusmi Syekh Tolhah juga menjaga hubungan baik dengan Sultan
Sepuh Atmaja Rajaningrat yang kemudian menetapkan beliau sebagai
penasehat pribadi Sultan.9

Dan adapun dampak-dampak dari Geger Cilegon antara lain


sebagai berikut:

a. Korban tewas oleh pemberontak berjumlah 17 orang.


b. Terdapat 7 orang menjadi korban luka-luka.
c. Dari pihak pemberontak, korban nyawa berjumlah 30 orang, 11
diantaranya dihukum gantung.
d. Korban luka-luka di pihak pemberontak berjumlah 13 orang.
e. Sejumlah 94 orang pemberontak dibuang ke luar Pulau Jawa.10

9
htps://id.m.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
10
https://www.tribunnewswiki.com/2019/08/12/17-agustus-seri-sejarah-nasional-geger-cilegon-
1888
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peristiwa perlawanan terhadap kaum penjajah yang terbesar adalah
peristiwa Geger Cilegon dibawah pimpinan K.H Wasyid. Perang terjadi
pada tanggal 8 Juli 1888. Faktor-faktornya adalah pertama, dua pejabat
pemerintah kolonial, yaitu patih dan jaksa telah melarang umat Islam
melakukan ibadah di Masjid. Kedua dinaikkannya pajak perahu dan pajak-
pajak usaha yang lain. Ketiga, para pejabat sama sekali tidak
menghiraukan para kiyai, bahkan memusuhi Islam, melarang shalat
dengan suara keras dan melarang membuat menara-menara masjid tinggi,
dan menyebar terlalu banyak mata-mata untuk mencari cari kesalahan
orang yang melanggar peraturan. Dari sinilah K.H Wasyid membuat
rencana dan memobilisasi rakyat Banten untuk berjuang.
Dampak dari perang ini yaitu Korban tewas oleh pemberontak
berjumlah 17 orang. Terdapat 7 orang menjadi korban luka-luka. Dari
pihak pemberontak, korban nyawa berjumlah 30 orang, 11 diantaranya
dihukum gantung. Korban luka-luka di pihak pemberontak berjumlah 13
orang. Sejumlah 94 orang pemberontak dibuang ke luar Pulau Jawa.

DAFTAR PUSTAKA
Alfara, "Sejarah dan Peradaban Bangsa Yunani Kuno"
(https://arahfajar.com/peradaban-yunani- kuno, diakses pada tanggal 10
November 2020).

Bury, John Bagnall (1923). History of the Later Roman Empire. Macmillan & Co.
ISBN 0790545446.

Bray, R. S. (2004). "Justinian's Plague". Armies of Pestilence: The Impact of


Disease on History. James Clarke & Co. ISBN 022717240X.

Demokrasi: Pengertian, Sejarah Singkat dan Jenis"


(https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/21/160000069/demokrasi-
pengertian-sejarah-singkat-dan-jenis?page=all, diakses pada tanggal 10 November
2020).

“Kekaisaran Romawi Timur”


(https://id.wikipedia.org/wiki/Kekaisaran_Romawi_Timur#Pemerintahan,
diakses pada 10 November 2020)

Kelas IPS, "Peradaban Yunani Kuno" (https://kelasips.com/peradaban-yunani-


kuno, diakses pada tanggal 10 November 2020).

“Makalah Peradaban Yunani Kuno dan


Romawi”(https://id.scribd.com/doc/312221111/Makalah-Peradaban-
Yunani-Kuno-Dan-Romawi-1, Diakses pada 7 November 2020)

Millar, Fergus (2006). A Greek Roman Empire: Power and Belief under
Theodosius II (408–450). University of California Press. ISBN
0520247035.

Norwich, John Julius (1998). A Short History of Byzantium. Penguin. ISBN


9780140259605.
Rizky Rahmatunnisa, "Olimpiade, Warisan Keren dari Peradaban Yunani Kuno"
(https://blog.ruangguru.com/olimpiade-yunani-kuno, diakses pada tanggal
10 November 2020).

Wickham, Chris (2009). The Inheritance of Rome: A History of Europe from 400
to 1000. Viking. ISBN 0670020982.

Wulan Sondarika, “Peradaban Yunani Kuno”


(https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak/article/download/338/pdf, diakses
pada 7 November 2020

“Yunani Arkais” (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Yunani_Arkais, Diakses pada 7


November 2020)

Anda mungkin juga menyukai