GEGER CILEGON
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia
Masa Kolonial
Disusun Oleh:
2019/2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Islam Indonesia Masa
Kolonial dengan judul Geger Cilegon.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Masalah.............................................................................................1
A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran.............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Geger Cilegon adalah perjuangan rakyat banten melawan Belanda
pada 9 Juli 1988 yang sering disebut pemberontakan petani Banten.
Peristiwa ini terjadi setelah dihapusnya Kesultanan Banten pada tahun
1813. Kesewenang-wenangan Belanda membuat rakyat Banten menjadi
menderita.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Latar belakang terjadinya geger Cilegon?
2. Bagaimana berlangsungnya Geger Cilegon?
3. Bagaimana akhir dari Geger Cilegon?
4. Apa saja dampak dari Geger Cielgon?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Latar belakang terjadinya geger Cilegon.
2. Untuk mengetahui berlangsungnya Geger Cilegon.
3. Untuk mengetahui akhir dari Geger Cilegon .
4. Untuk mengetahui dampak-dampak dari Geger Cilegon.
BAB II
GEGER CILEGON
2
Muhammad Rifky Juliana, Sejarah Budaya Banten, hal: 8-9
3
Parlindungan Siregar Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda, Buletin Al-Turas. Vol. XXIII
No.1 Januari 2017, hal 66.
4
Id.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
Rombongan-rombongan prajurit berpakaian putih-putih mulai
bergerak ke pos komando yang sudah disiapkan di desa Saneja di rumah
H. Ishak. Para pimpinan rombongan bermusyawarah di pimpinan K.H
Wasyid. Selaku pimpinan operasi, K.H Wasyid mulai mengatur strategi
penyerangan, ia bagi pasukan dalam beberapa kelompok yang masing-
masing bertugas menyerang penjara, yang lain membebaskan tahanan,
menyerang Kepatihan, menyerang rumah asisten residen.5 Pada saat
penyerangan ke rumah asisten residen itu, Haji Tubagus Ismail membawa
pasukan berjumlah sekitar 100 orang.
Pada pagi hari yang sama, sebagian dari pasukan yang dipimpin
oleh Lurah Jasim bergerak menuju penjara, kaum pemberontak berhasil
memasuki penjara dengan paksa, dan segera membebaskan semua
tahanan. Mereka berhasil membebaskan 20 tahanan, yang kemudian
langsung bergabung dengan kelompok. Kekerasan dan kekacauan
berkecamuk sepanjang hari itu, Cilegon menjadi tempat pertumpahan
darah antara orang-orang Islam dengan pejabat-pejabat pemerintahan
kolonial pada waktu itu. Hampir semua pejabat terkemuka di Cilegon
jatuh sebagai korban dari senjata pasukan K.H Wasyid. Di sini, kekuasaan
asing benar-benar berhadapan dengan kekuatan pemberontak yang sudah
terorganisir selama berbulan-bulan.
Pada saat itu Jaksa dan ajun kolektor telah ditawan, para prajurit
kemudian membawa mereka bersama dengan wedana dan kepala penjara,
ke gardu Jombang Wetan yang merupakan markas Haji Wasyid dan Haji
5
Parlindungan Siregar Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda, Buletin Al-Turas. Vol. XXIII
No.1 Januari 2017, hal 66.
Ishak. Wedana, jaksa, ajun kolektor dan kepala penjara kemudian dibawa
ke alun-alun untuk dieksekusi. Puncaknya adalah pengejaran terhadap
asisten residen Gubbels, yang baru saja kembali dari Anyer. Pengejaran
terhadap Gubbels, berakhir setelah kaum pemberontak menyerbu ke
rumahnya dan menyergapnya. Setelah Gubbels tewas mayatnya kemudian
diseret ke luar rumah dan disambut dengan sorakan kemenangan. Di sini
terlihat adanya kebencian rakyat yang sangat mendalam terhadap pamong
praja. 6
Dari hari Senin, 9 Juli 1888 perang dimulai, dan pada sore harinya
Cilegon dapat diduduki K.H Wasyid dan para pasukannya. Di bawah
komando Kapten A.A Veen Huyzen, Belanda melakukan operasi
mematahkan perlawanan dan melakukan pengejaran terhadap K.H Wasyid
dan kawan-kawannya. Namun, pertempuran terus berlangsung dan pada
tangal 30 Juli 1888 K.H Wasyid, K.H Tubagus Ismail, Haji Usman, dan
Haji Abdul Gani terbunuh sebagai syahid dan pahlawan.7
C. Akhir Geger Cilegon
Peristiwa yang menjadi titik balik dari pemberontakan ini,
menyebabkan jatuhnya mental psikis para pemberontak adalah peristiwa
pertempuran Toyokerto. Petang hari tanggal 9 Juli, kaum pemberontak
diliputi semangat yang tinggi setelah berhasil menumpas para pamong
praja di Cilegon. Dengan kemenangan itu mereka merasa yakin bahwa
tidak lama lagi mereka akan berada di Serang. Pada pagi harinya, pejabat-
pejabat Serang mulai menyadari ancaman tersebut, mereka memutuskan
untuk megirim sepasukan tentara dengan 28 senjata api untuk memulihkan
ketertiban di Cilegon. Bupati dan Kontrolir Serang juga pergi kesana,
bersama dengan Letnan van der Star. Ketika Bupati beserta rombongannya
melakukan perjalanan dari Serang, mereka tiba-tiba dihadang pemberontak
yang berjumlah ratusan orang.
6
Id.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
7
Parlindungan Siregar Perjuangan Rakyat Banten Melawan Belanda, Buletin Al-Turas. Vol. XXIII
No.1 Januari 2017, hal 66.
Bupati berusaha membujuk mereka untuk membatalkan rencana
mereka, akan tetapi usaha itu sia-sia. Bupati kemudian mengatakan jika
mereka tidak bubar dan meletakkan senjata, maka tentara akan melepaskan
tembakan. Namun peringatan tersebut tidak digubris, justru pemberontak
melepaskan tembakan ke arah Bupati dan Kontrolir. Karena kondisi yang
dirasa semakin tidak kondusif, maka tentara melepaskan tembakan ke
pemberontak.
Pada pagi hari itu juga, pasukan tentara dari Batavia yang
berkekuatan satu batalion, mendarat di Pelabuhan Karangantu. Dalam
waktu yang sama, sebuah skuadron kavaleri juga dalam perjalanan menuju
Serang. Untuk menumpas pemberontakan yang hampir padam itu,
dikirimkan pasukan-pasukan ekspedisi ke berbagai penjuru. Mereka
ditugaskan untuk menangkap dan mengambil tindakan terhadap kaum
pemberontak.
Operasi menegakkan hukum benar-benar berjalan lancar setelah
pasukan ekspedisi tiba di daerah itu. selama tiga minggu mereka sibuk
melakukan pengejaran di bebagai distrik afdeling Cilegon. Baru pada
minggu ketiga operasi pengejaran diperluas ke bagian barat Kabupaten
Caringin dan Lebak.
8
Edi Kandhani, Sejarah 9 Juli: Peristiwa Geger Cilegon , Perlawanan Rakyat Banten Terhadap
Belanda, diakses dari https://bosscha.id/2020/07/09/sejarah-9-juli-peristiwa- Geger-Cilegon-
perlawanan-rakyat-Banten-terhadap-Belanda., diakses pada tanggal 14 November 2020 pukul
17.00
D. Dampak dari Geger Cilegon
9
htps://id.m.wikipedia.org/wiki/Geger_Cilegon_1888
10
https://www.tribunnewswiki.com/2019/08/12/17-agustus-seri-sejarah-nasional-geger-cilegon-
1888
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peristiwa perlawanan terhadap kaum penjajah yang terbesar adalah
peristiwa Geger Cilegon dibawah pimpinan K.H Wasyid. Perang terjadi
pada tanggal 8 Juli 1888. Faktor-faktornya adalah pertama, dua pejabat
pemerintah kolonial, yaitu patih dan jaksa telah melarang umat Islam
melakukan ibadah di Masjid. Kedua dinaikkannya pajak perahu dan pajak-
pajak usaha yang lain. Ketiga, para pejabat sama sekali tidak
menghiraukan para kiyai, bahkan memusuhi Islam, melarang shalat
dengan suara keras dan melarang membuat menara-menara masjid tinggi,
dan menyebar terlalu banyak mata-mata untuk mencari cari kesalahan
orang yang melanggar peraturan. Dari sinilah K.H Wasyid membuat
rencana dan memobilisasi rakyat Banten untuk berjuang.
Dampak dari perang ini yaitu Korban tewas oleh pemberontak
berjumlah 17 orang. Terdapat 7 orang menjadi korban luka-luka. Dari
pihak pemberontak, korban nyawa berjumlah 30 orang, 11 diantaranya
dihukum gantung. Korban luka-luka di pihak pemberontak berjumlah 13
orang. Sejumlah 94 orang pemberontak dibuang ke luar Pulau Jawa.
DAFTAR PUSTAKA
Alfara, "Sejarah dan Peradaban Bangsa Yunani Kuno"
(https://arahfajar.com/peradaban-yunani- kuno, diakses pada tanggal 10
November 2020).
Bury, John Bagnall (1923). History of the Later Roman Empire. Macmillan & Co.
ISBN 0790545446.
Millar, Fergus (2006). A Greek Roman Empire: Power and Belief under
Theodosius II (408450). University of California Press. ISBN
0520247035.
Wickham, Chris (2009). The Inheritance of Rome: A History of Europe from 400
to 1000. Viking. ISBN 0670020982.