Anda di halaman 1dari 2

Promosi Kesehatan di Indonesia Tak Maksimal

Satria Nugraha, Okezone · Senin 24 Mei 2010 12:57 WIB

Share on Facebook

Share on Twitter

whatsapp

Share on mail

copy link

https: img.okezone.com content 2010 05 24 373 335775 h5EXJrRpck.jpg

Image : Corbis.com

Share on FacebookShare on Twitterwhatsapp

Share on mail

copy link0

TOTAL SHARE

AAA

YOGYAKARTA - Promosi kesehatan atau health promotion kesehatan di Indonesia belum mencapai
tahap yang maksimal. Masih banyak masyarakat yang tidak sadar kesehatan.

Mencegah lebih baik dari mengobati juga masih sebatas semboyan dan belum bisa menjadi sebuah
landasan kesadaran di masyarakat.

Lihat juga: Bukan Gamers Kalo Belum Kenal Dengan Game Ini, Fix Nagih!

Hal tersebut diungkapkan oleh Ahmadyani Syuaibi mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK UMY) dalam diskusi terbatas, mengenai promosi
kesehatan di Indonesia yang telah dipresentasikan di Thailand baru-baru ini.

“Lebih sebatas pada sebuah slogan saja dan itu kita lihat promosi kesehatan di Indonesia belum
maksimal,” ujar Syuaibi, di Kampus UMY belum lama ini.
Dia menerangkan, ada beberapa hal yang menghambat maksimalisasi promosi kesehatan di Indonesia.
Pertama, karena tenaga kesehatan yang masih sedikit, sehingga sumber daya manusia untuk melakukan
promosi kesehatan seperti Home Care, penyuluhan, dan demostrasi juga terbatast terutama di daerah-
daerah terpencil di Indonesia.

Hambatan kedua, masyarakat Indonesia masih banyak percaya pada mitos. Contohnya jika ada orang
yang sakit lebih baik di bawa ke dukun dari pada di periksakan ke ahli kesehatan

“Terbatasnya tenaga kesehatan ini berakibat pada banyak masyarakat yang tidak tersentuh oleh
promosi kesehatan ini disamping kuatnya kepercayaan pada mitos,” ungkap mahasiswa asal Maluku
Utara ini.

Terkait mitos tersebut menurut Yani, ini merupakan masalah terbesar dalam melaksanakan promosi
kesehatan. Pola pikir masyarakat yang dekat dengan mitos, sering membuat masyarakat sulit penerima
pendidikan kesehatan yang diberikan oleh para ahli kesehatan. Menurut Yani, ini adalah budaya dan
untuk merubah budaya juga tidak bisa secara revolusioner namun harus perlahan.

"Sehingga perlu saat ini bagi para tenaga kesehatan untuk menciptakan sebuah metode pendidikan
kesehatan yang dikolaborasi dengan kepercayaan msayarakat sehingga bisa lebih bisa diterima
penjelasan mengenai pendidikan kesehatan tersebut,” paparnya.

Promosi kesehatan sendiri ujarnya merupakan sebuah proses untuk membuat masyarakat lebih mampu
mengontrol, menjaga, dan memperbaiki kesehatan.

Biasanya proses ini dilakukan oleh para tenaga kesehatan dengan melakukan Home Care atau kunjungan
ke rumah-rumah masyarakat maupun memberikan pendidikan kesehatan melalui penyuluhan di
komunitas maupun desa.

Promosi kesehatan ini bukan hanya disampaikan melalui teori saja tetapi juga melalui demonstrasi
tentang pentingnya menjaga kesehatan atau langkah-langkah untuk menangani penyakit.

(rhs)

Anda mungkin juga menyukai