Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERKULIAHAN KETUJUH

Nama : Febby Ineza Rahmawati


NIM : 20011213
Prodi : Psikologi
HP/WA : 082184599469
E-mail : Febby.ineza@gmail.com

Ketentuan Tugas:
 Jawablah perntanyaan berikut pada lembaran ini secara mandiri.
 Jika teridentifikasi ada plagiarism maka tugas Anda dibatalkan.
 Setelah selai convert file ke PDF format dengan penamaan file sebagai
berikut: NAMA-NIM contoh: AHMAD-202021989
 Upload file PDF tersebut ke halaman asssigment tempat anda
mendownloadnya sebelum batas waktu yang telah ditentukan.
 Selamat mengerjakan tugas.

Pertanyaan:
1. Bagaimana kedudukan syariah dalam agama Islam? Menjelaskan
2. Bagaimana konsep ibadah dalam Islam ? menjelaskan
3. Jelaskan fungsi syariah daalam kehidupan? Analisis
4. Jelaskan tingakatan mashlahat yang dapat diwujudkan oleh syari`ah?
Analisis

Jawaban:
1. Syariah memiliki peran penting dalam agama Islam. Ia sebagai penyangga
bangunan agama agar tetap beriri kokoh. Dari Mu’adz bin Jabal Ra bahwa
Rasulullah Saw bersabda:
‫الال و اإلال األ‬
“Inti (pokok) segala perkara adalah Islam dan tiangnya (penopangnya)
adalah shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2616 dan Ibnu Majah no. 3973.
2. Konsep ibadah dalam Islam
 Pengertian
Ibadah secara etimologis berasal dari bahasa arab yang artinya melayani,
patuh, tunduk. Sedangkan menurut terminologis adalah sebutan yang
mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai allah Azza wa Jalla, baik
berupa ucapan atau perbuatan, yang zhahir maupun bathin. Ibadah pada
hakekatnya adalah sikap tunduk semata-mata mengagungkan Dzat yang
disembah.
 Tujuan
Ibadah atau menghambakan diri kepada allah SWT, secara logis memang
sudah merupakan tugas manusia sebagai ciptaan-Nya, karena Dia adalah
kholik (yang menciptakan). Tujuan ibadah dalam islam adalah semata-
mata untuk mendekatkan diri dan mencari ridhonya Allah SWT.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an :
*َّ‫ص َالتِيَّ ن‬
َ َّ‫اي ََّو َونُسُكِي‬ َِّ ‫َِّا العٰ لَمِينَقُلَّ َر‬
َِّٰ ِ ‫ب‬
ََّ َ‫لِل َو َم َماتِيَّ َمحي‬
"Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku,
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,"
(QS. Al-An'am 6: Ayat 162)

 Macam
-Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah merupakan bentuk ibadah yang merupakan wujud
penghambaan murni seorang hamba kepada Tuhannya. Dalam ibadah
mahdhah, seorang hamba seakan terhubung langsung dengan Tuhannya
melalui serangkaian ritual ibadah sesuai dengan yang disyariatkan.
Bentuk ibadah mahdhah tidak bisa dilakukan sesuka hati, namun harus
sesuai dengan prinsip yang sudah ditetapkan. Ada empat prinsip yang
perlu diperhatikan dan wajib dipenuhi dalam menjalankan ibadah
mahdhah ini, yaitu:
1. Keberadaannya sesuai dengan dalil/perintah dari Allah
Suatu ibadah mahdhah hanya bisa dilaksanakan jika ada perintah untuk
melakukannya. Baik dalam al-Qur’an ataupun sunnah. Dan jika tidak ada
dasar perintahnya, maka tidak boleh ditetapkan keberadaannya.
2. Tata cara pelaksanaannya harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh
Rasulullah SAW
Selain itu, tata cara dan pelaksanaan suatu ibadah mahdhah juga harus
sesuai dengan cara ibadah tersebut dilakukan oleh rasul. Tidak diizinkan
adanya improvisasi atau mengada-adakan tata cara tersendiri.
3. Sifatnya supra rasional atau di luar kemampuan akal manusia
Ibadah mahdhah bukanlah ibadah yang berada dalam lingkup akal,
namun wahyu. Dalam hal ini, akal hanya berfungsi untuk memahami
rahasia di balik syariat dari penerapan ibadah tersebut dan bukan untuk
menetapkan keabsahannya.
4. Dilaksanakan dengan azas ketaatan
Setiap ibadah mahdhah dilaksanakan dengan azas ketaatan atau
kepatuhan kepada Allah. Karena, pelaksanaan ibadah mahdhah adalah
sebagai bukti ketaatan dan penghambaan seorang manusia kepada
Tuhannya.
Ibadah-ibadah yang termasuk ibadah mahdhah adalah wudhu,
tayammum, mandi hadats, adzan, iqamat, shalat, membaca Al-Qur’an,
itikaf, puasa, haji, umrah, dan tajhiz al-Janazah.

-Ibadah Muamalah (Ghaira Mahdhah)


Sesuai dengan namanya, ibadah muamalah adalah ibadah yang
dilakukan dalam bentuk menjaga hubungan sesama manusia yang tidak
menyalahi aturan Allah. Secara umum, prinsip dalam ibadah muamalah
adalah sebagai berikut:
1. Tidak melakukan jual beli barang yang haram
2. Tidak menipu ataupun memanipulasi takaran, timbangan, dan kualitas
barang
3. Tidak melakukan suap, sogok, atau risywah
4. Tidak melakukan kegiatan riba, termasuk bunga

3. Syari`ah ataupun seperangkat hukum yang diturunkan Allah Swt kepada


manusia yang mengatur tentang perbuatan mereka memiliki fungsi dan
tujuan. Fungsinya itu adalah untuk mengatur segala tindak tanduk manusia
agar sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan Allah Swt. Jika manusia
tidak diatur oleh Allah Swt maka manusia akan menjadi makhluk yang lebih
rendah derajatnya dari makhluk yang lain.
 Fungsi Primernya adalah :
a) Menjaga Agama
b) Menjaga Jiwa
c) Menjaga Akal
d) Menjaga Harta
e) Menjaga Keturunan

4. 1) Kemashlahatan Dunia
Ulama sepakat bahwa kemashalahatan dalam kehidupan dunia dapat
dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu: dharuriyah (primer), hajiyah (sekunder)
dan tahsiniyah (tersier). Pada masing-masing tingkatan memiliki
karakteristik dan standar yang berbeda. Berikut penjelasan masing-masing
tingkatan tersebut lebih rinci.
1) Daruriyyah (Primer) Dharuriyah (pimer) merupakan tingkatan yang paling
mendasar. Segala yang dibutuhkan pada tingkatan ini mesti terwujud. Jika
tidak maka kehidupan di dunia ini tidak akan berjalan dengan semestinya.
Manusia akan menghadapi permasalahan ataupun kesengsaraan yang
menghantarkan umat manusia pada kesengsaraan dan berujung pada
kebinasaan. Untuk terpenuhinya kemashlahatan manusia pada tingkatan ini,
ada lima hal yang mesti ada dalam kehidupan, yaitu: agama, jiwa, akal,
harta dan keturunan. Syariat Islam sagat menjaga lima hal ini sehigga
disyariatkanlah atau ditetapkanlah seperangkat hukum untuk menjaganya.
Menjaga agar tetap eksis dan menjaga agar tidak hilang atau binasa.

2) Hajiyyah - Sekunder
Kemaslhahatan hajiyyah (sekunder) adalah kemashlahatan yang berkaitan
dengan kebutuhan-kebutuhan yang bila mana tidak terwujud maka tidak
sampai mengancam kehidupan manusia, akan tetapi hanya menyebabkan
manusia dalam kesusahan atau kesulitan. Agar manusia terhindar dari
kesusahan-kesusahan tersbut, maka Islam mensyariatkan rukhsah. Rukhshah
adalah keringanan hukum yang diberikan oleh Allah Swt kepada manusia jika
mereka menghadapai kondisi yang susah untuk melakukan perintah sesuai
dengan ketentuannya. Seperti Islam mensyriatkan rukhsah dengan
kebolehan men-jama` (menggabungkan) shalat pada perjalanan. Begitu juga
dengan menqashar (meringkas) rakaat shalat jika seandanya perjalanan yang
ditempuh cukup jauh sesuai dengan batasan yang telah ditentukan oleh
syara’.

3) Tahsiniyyah - Tersier
Mashlahat tahsiniyah adalah kemashalatan dalam tingkatan kemewahan.
Keberadaannya merupakan pelengkap bagi kemashalatan lain, jika tidak
terpenuhi maka tidak akan mengancam kehidupan manusia dan juga tidak
akan menyebabkan mereka kesusahan dalam kehidupan. Hal ini biasanya
adalah kepatutan menurut adat istiadat, menghindarkan hal-hal yang tidak
enak dipandang mata dan berhias dengan keindahan yang sesuai dengan
tuntuan norma dan akhlak yang berlaku. Mashlahat tahsiniyah terdapat
dalam berbagai bidang kehidupan, seperti ibadah, muamalah dan lain
sebagainya. Allah Swt. telah menyariatkan hal-hal yang berhubungan dengan
kebutuhan tahsiniyyah. Dalam perkara ibadah, Islam menyariatkan bersuci
baik dari najis atau dari hadas, baik dari badan maupun pada tempat dan
lingkungan. Islam menganjurkan berhias ketika hendak ke mesjid,
menganjurkan memperbanyak ibadah sunat. Masalah muamalah, Islam
melarang boros, kikir, menaikkan harga, monopoli dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai