Tugas 3 Pledoi
Tugas 3 Pledoi
No : 006/NP/LBH-PK/V/2024
Hal : Nota Pembelaan (Pledoi)
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini Sapi, S.H., Cicak, S.H., dan Semut, S.H., selaku Advokat,
berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Hakim tentang Penunjukan Penasihat Hukum untuk
Terdakwa:
Nama : Ayam Bin Jago
Tempat lahir : Bandar Lampung
Usia/Tgl Lahir : 27 Tahun / 05 Mei 1997
Jenis kelamin : laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Kebangsaan : Indonesia
Alamat : Jl. Bintang Rangut 5 No. 7 RT.04 RW.07 Kelurahan agung damai,
Kecamatan Terbingin, Kota Bandar Lampung
Oleh karenanya dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Terdakwa hendak menyampaikan
Nota Pembelaan dengan sistematika sebagai berikut :
Pendahuluan
Bahwa terhadap Surat Dakwaan dan Surat Tuntutan Sdr. Jaksa Penuntut Umum a quo, kami
Kuasa Hukum Terdakwa secara tegas tidak sependapat dengan Jakasa Penuntut Umum, dan jika
dihubungkan dengan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan dari bukti saksi-saksi,
surat-surat, petunjuk dan keterangan Terdakwa, maka kami berpendapat Tuntutan Jaksa Terlalu
tinggi.
PENDAHULUAN
Assalamualaikum Wr. Wb. dan Salam Sejahtera Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan
syukur kehadirat Allah Swt. Karena atas berkat rahmat dan karunianyalah sehingga kita masih
diberikan kesempatan untuk menghadiri jalannya persidangan pada hari ini. Dan pada
kesempatan ini izinkanlah kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada
Majelis hakim yang mengadili perkara ini, yang dengan penuh kearifannya memimpin jalannya
persidangan ini guna memperoleh kebenaran materil dalam mengungkap perkara ini, hingga
sampailah kita pada tahap pembelaan.
Tak lupa juga kami menyampaikan penghargaan yang setinggi tingginya kepada Sdr. JPU yang
telah melaksanakan tugasnya sebagai abdi Negara, yang telah dengan segala upaya telah
membantu menemukan kebenaran yang ditinjau dari sudut kepentingannya sebagai penuntut
umum yaitu dari pandangan yang subyektif dari sisi yang objektif terhadap perkara yang kita
hadapi sekarang ini. Berbeda dengan kami Pembela atau Penasihat Hukum yang mempunyai
pandangan yang objektif dari posisi yang subjektif, namun hendaknya pembelaan yang kami
ajukan ini dinilai semata mata sebagai analisa perkara yang sedang kita hadapi sebagai persoalan
hukum, khususnya hukum acara pidana dilihat dari sudut pembelaan.
Bahwa Terdakwa dihadapkan ke persidangan dan didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan
dakwaan subsider kumulatif sesuai surat dakwaan nomor : 112/Pid.B/2024/PN-BNA tanggal 27
Maret 2024 sebagai berikut :
Dakwaan Pertama : Melanggar Pasal 340 KUHP
Setelah melalui proses pembuktian, Terdakwa dituntut berdasarkan surat tuntutan register nomor
Nomor 112/Pid.B/2024/PN-BNA Tanggal 27 Maret 2024 adalah :
1. Menyatakan terdakwa AYAM Bin JAGO terbukti bersalah melakukan tindak pidana “
melakukan Tindakan pembunuhan “ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 340 KUHP
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AYAM Bin JAGO dengan pidana Hukuman Mati
atau Pidana Penjara Seumur Hidup dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan
sementara dengan perintah supaya tetap ditahan.
- 1 (satu) buah Sepeda Motor Matic Beat merek Honda dengan Nomor Polisi BE 2325 ND
berwarna Hitam Metalic
- 1 (satu) buah Pisau Lipat
- 1 ( Satu ) Helai Baju Kaos warna coklat bermotif kartun putih
- 1 (Satu) Helai celana Hitam.
- Laptop Macbook
- Ponsel
- Dompet
Bahwa oleh karena apa yang disampaikan oleh saudara Jaksa Penuntut Umum di dalam
menemukan kebenaran hanya memandang dari sudut kepentingan yang hanya ditinjau dari segi
Subyektif ke posisi Obyektif, tentunya berbeda dengan apa yang menjadi titik pandang kami
selaku Penasehat Hukum Terdakwa yang menilai peristiwa pidana ini dari segi Obyektif ke sudut
pandang Subyektif .
Bahwa Pendapat kami tersebut adalah berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dipesidangan
berupa :
KETERANGANSAKSI-SAKSI
Kiranya dalam pembelaan ini, mengingat fakta, keterangan saksi dan keterangan Terdakwa telah
dicatat dengan lengkap dan seksama oleh Sdr Panitera Pengganti, maka kami beranggapan tidak
perlu kami ketengahkan kembali secara terperinci dan tersendiri dalam Nota Pembelaan yang
kami ajukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengulangan yang tidak efektif kecuali
untuk penegasan, maka kami mohon agar berita acara persidangan yang telah dicatat oleh
Panitera Pengganti mengenai fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan merupakan bagian
dari nota pembelaan/pledoi ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Bahwa Pada saat pemeriksaan oleh polisi, Terdakwa tidak didampingi oleh Penasihat Hukum.
Bahwa Keterangan Terdakwa yang benar adalah keterangan yang disampaikan di muka
persidangan sebagai alat bukti yang sah. Bahwa berdasarkan Pasal 114 KUHAP yang
menyatakan “dalam hal seorang disangka melakukan suatu tindak pidana sebelum dimulainya
pemeriksaan oleh penyidik, penyidik wajib memberitahukan kepadanya tentang haknya untuk
mendapatkan bantuan hukum atau bahwa ia dalam perkaranya itu wajib didampingi oleh
Penasihat hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 KUHAP”
Bahwa berdasarkan Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang menyatakan bahwa “Dalam hal tersangka
atau Terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
mati atau ancaman pidana lima belas tahun atau lebih atau bagi mereka yang tidak mampu yang
diancam dengan pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai Penasihat hukum
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses
peradilan wajib menunjuk Penasihat hukum bagi mereka”
Pasal 114 Jo Pasal 56 ayat 1 KUHAP sudah menegaskan bahwa bantuan hukum itu wajib
disediakan (dengan menunjuk Penasihat Hukum) oleh pejabat yang memeriksa disetiap tingkat
pemeriksaan. Lantas, apa konsekuensi hukum jika hal itu tak dilakukan oleh pejabat yang
memeriksa? Jawabannya, berita acara pemeriksaan, dakwaan atau tuntutan dari penuntut umum
adalah tidak sah sehigga batal demi hukum. Akibat hukum itu dapat diketahui dari beberapa
putusan Mahkamah Agung (Yurisprudensi) yang menyatakan sebagai berikut:
In casu, bahwa penyidik kepolisian telah menunjuk Penasihat Hukum untuk memberikan
pendampingan hukum kepada Tersangka namun Penasihat Hukum dimaksud ternyata tidak
menjalankan profesinya dan tidak sekalipun bertemu dengan Tersangka/Terdakwa maka dapat
dikatakan pendampingan dimaksud bersifat fiktif atau formalitas belaka dan tidak secara nyata
dilakukan oleh Penasihat Hukum yang ditunjuk. Hal mana telah dibenarkan oleh Terdakwa
dalam perkara aquo, Terdakwa tidak pernah sama sekali mendapatkan bantuan hukum dari
Penasihat Hukum yang ditunjuk oleh penyidik, bahkan Terdakwa tidak tahu siapa nama dan
bagaimana wujudnya Penasihat Hukum yang diberikan oleh penyidik.
Penerapan Undang-Undang No 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana Pasal 56 ayat (1)
maksud dan tujuannya bukanlah formalitas belaka, pejabat disemua tingkat pemeriksaan sebagai
interpretasi negara tidak semata-mata dapat melepaskan tanggungjawab terhadap pemenuhan hak
asasi Tersangka/Terdakwa bilamana Penasihat Hukum yang ditunjuk tidak menjalankan
profesinya, maka demi kepentingan hukum dan menjunjung tinggi hak asasi manusia, pejabat
yang berwenang disemua tingkat pemeriksaan wajib menunjuk Penasihat Hukum Pengganti yang
lebih kredibel dan akuntabel. Sehingga pendampingan terhadap Tersangka/Terdakwa benar-
benar terwujud nyata bukan sekedar formalitas belaka.
PETUNJUK
Bahwa alat bukti petunjuk diatur dalam Pasal 188 KUHAP yang berbunyi :
1.Petunjuk adalah perbuatan, kejadian, atau keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara
yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
2.Petunjuk sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat diperoleh dari :
a. KeteranganSaksi;
b. cctv;
c. Keterangan Terdakwa.
Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam setiap keadaan tertentu dilakukan
oleh hakim secara bijaksana, cermat dan seksama berdasarkan hati nuraninya. Bahwa yang dapat
menyimpulkan Petunjuk baik berkesesuaian atau tidak berkesesuaian adalah majeis Hakim yang
mengadili perkara aquo.
ANALISIS YURIDIS
Unsur “Barangsiapa”
Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan unsur “barangsiapa” hanya
dengan argumentasi bahwa Terdakwa dalam persidangan tidak ada satupun alasan yang
ditemukan dalam diri Terdakwa untuk meniadakan atau menghapuskan kesalahan Terdakwa.
Tentunya argumentasi seperti ini kurang pantas untuk disampaikan dalam pengadilan untuk
membuktikan unsur dalam suatu tindak pidana.Tentunya Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang
sarjana hukum, dapat memikirkan argumentasi yang lebih cerdas untuk membuktikan unsur
tersebut.
Berdasarkan Pasal 340 KUHP, unsur “barangsiapa” bukan merupakan delik inti, tetapi hanya
sebagai elemen delik yang menunjukan subjek hukum yang didakwa melakukan tindak pidana
yang pembuktiannya bergantung kepada pembuktian unsur delik lainnya.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 951-K/Pid/1982 tertanggal 10
Agustus 1983 dengan nama Terdakwa Ayam, yang antara lain menerangkan bahwa unsur
“barangsiapa”hanya merupakan kata ganti orang di mana unsur ini harus mempunyai makna jika
dikaitkan dengan unsur-unsur pidana lainnya. Oleh karena itu, haruslah unsur “barangsiapa”
dibuktikan dengan unsur-unsur delik lainnya dalam delik yang didakwakan.
Dengan demikian, hadirnya terdakwa dalam persidangan tidaklah berarti unsur “barangsiapa”
langsung terbukti, tanpa dibuktikannya juga unsur-unsur delik lainnya. Setelah terbukti unsur-
unsur lainnya barulah Jaksa Penuntut Umum dapat menyatakan bahwa unsur “barangsiapa” telah
terbukti. Dengan demikian unsur “barangsiapa” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN
MEYAKINKAN.
Yang dimaksud dengan unsur ini adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain itu haruslah
merupakan perbuatan yang positif atau aktif walaupun dengan perbuatan sekecil apapun. Jadi
perbuatan tersebut haruslah diwujudkan secara aktif dengan gerakan sebagian anggota tubuh.
Oleh karenanya perbuatanya dapat berupa bermacam-macam perbuatan. Dimana perbuatan
tersebut berujung dengan timbulnya suatu akibat hilangnya nyawa orang sebagai persyaratan
mutlak.
Dalam unsur “merampas nyawa orang lain” terdapat sifat obyektif dan subyektif, sifat obyektif
yaitu dilihat dari perbuatanya yang menghilangkan nyawa dengan obyek orang lain. Sifat
subyektif yaitu dalam perbuatan menghilangkan nyawa orang lain terdapat syarat-syarat yang
harus dipatuhi, yaitu adanya wujud perbuatan, adanya suatu kematian orang lain, dan adanya
hubungan sebab akibat antara perbuatan dan akibat kematian orang lain.
Terhadap unsur ini, Saudara Penuntut Umum menyatakan Terdakwa telah merampas nyawa
orang lain yaitu korban BEBEK adalah sudah terbukti.
Dengan Demikian, Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”, TERBUKTI SECARA SAH
DAN MEYAKINKAN.
Maka Oleh Karena dakwaan Jaksa penuntut Umum yang menuntut Terdakwa dengan Pasal 338
KUHP tidak lah tepat karena dilakukan dengan keadaan panik menurut Penasehat Hukum lebih
tepat Jaksa Penuntut Umum menuntut Terdakwa dengan Dakwaan Ketiga yaitu Melanggar Pasal
290 ayat 1e. KUHP yang berbunyi : “Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan
seseorang, sedang diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya. yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun hukuman.
PERMOHONAN
Bahwa dalam ini patut pula kami sampaikan hal-hal yang meringankan Terdakwa yang sekiranya
dapat menjadi pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia sebelum memberikan putusan akhir
kepada terdakwa:
Bahwa Terdakwa mengakui dan menerangkan dengan sejujurnya atas perbuatan yang dilakukan
sehingga persidangan berjalan lancar.
Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga analisis yang telah kami
paparkan, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dengan segala kerendahan hati kami,
memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara AQou untuk menjatuhkan Putusan
Hukuman yang seringan-ringannya bagi terdakwa
Kami Penasehat Hukum Terdakwa juga memohon kepada majelis Hakim yang mulia agar
menyatakan barang bukti berupa :
- 1 (satu) buah Sepeda Motor Matic Beat merek Honda dengan Nomor Polisi BE 2325 ND
berwarna Hitam Metalic
- 1 (satu) buah Pisau Lipat
- 1 ( Satu ) Helai Baju Kaos warna coklat bermotif kartun putih
- 1 (Satu) Helai celana Hitam.
- Laptop Macbook
- Ponsel
- Dompet
Dikembalikan kepada ibu Korban korban yaitu PIPIT
- Ponsel
- Laptop Macbook
- Dompet
Dirampas untuk Negara
- Menetapkan agak Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 1000,- (Satu ribu
rupiah)
ATAU
SUBSIDAIR
Jika Majelis Hakim Pemeriksa Perkara berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-ADILNYA.
Demikian Nota Pembelaan ini disampaikan pada Persidangan Pengadilan Negeri Medan hari
Selasa tanggal 5 April 2024 atas perkenannya disampaikan terima kasih.
Hormat Kami
Penasihat Hukum Terdakwa
Ayam seorang mahasiswa yang memiliki factor ekonomi terlilit bayaran kos serta pinjol, yang
mempunyai pikiran iri dengan kesuksesan terhadap bebek. Akhirnya mempunyai timbul niat membunuh
bebek dan mengambil beberapa barang bebek berupa Laptop Maacbook, Ponsel, dan dompet setelah
mengabisi nyawa bebek terdakwa ayam meninggalkan bebek didalam kos mayat bebek terbungkus
plastik besar dilapisi seprai.