Anda di halaman 1dari 3

Anda diminta mendiskusikan tentang "apa yang dimaksudkan dengan macam-macam penafsiran hukum

yang dapat dilihat dari sumber penafsirannya itu".

Penafsiran hukum sendiri merupakan cara untuk menetapkan serta mencari pengertian dari dalil - dalil
yang tertera dalam undang - undang yang disesuaikan dengan kehendak serta maksud dari pembuat
undang - undang tersebut. Penafsiran hukum dapat dilakukan melalui beberapa macam cara yaitu
sebagai berikut :

1. Penafsiran sahih merupakan cara penafsiran yang dilakukan secara pasti dengan melihat arti dari
setiap kata yang disesuaikan dengan maksud dari yang pembentuk undang - undang itu sendiri.

2. Penafsiran historis merupakan cara penafsiran yang didasarkan atas sejarah undang - undang dimana
semua ketentuan perundang - undangan memiliki sejarahnya masing - masing. Penafsiran ini digunakan
untuk mengetahui arti dalam kalimat dalam satu undang-undang. Hal ini bertujuan agar bisa manfsirkan
berdasarkan sejarah kelahiran dari undang - undang / pasal dari undang - undang tersebut.

3. Penafsiran tata bahasa adalah cara penafsiran yang didasari atas bunyi dari isi undang - undang itu
sendiri. Penafsiran ini berpegang pada arti perkataan dan hubungannya antara satu sama lain pada
kalimat yang digunakan dalam undang - undang tersebut.

4. Penafsiran komparatif merupakan penafsiran yang dilakukan dengan jalan melakukan perbandingan
dimana penjelasannya didasari atas perbandingan dari sisi hukum. Usaha membandingkan ini bertujuan
untuk mencari kejelasan terkait suatu ketentuan undang - undang. Penafsiran ini digunakan terutama
pada hukum yang berasal dari perjanjian internasional. Hal ini dikarenakan perjanjian internasional yang
merupakan hukum objektif yang diberlakukan secara seragam pad beberapa negara sehingga penafsiran
hukum perjanjian internasional bisa digunakan dengan membandingkan implementasi yang terjadi di
lapangan.

5. Penafsiran sistematis merupakan penafsiran yang dilakukan dengan cara menghubungkan peraturan
hukum / undang - undang lain / keseluruhan sistem hukum. Hal ini dikarenakan satu undang - undang
tidak berdiri sendiri melainkan saling berhubungan dengan undang - undang lainnya di dalam sistem
perundang - undangan.
6. Penafsiran teologis merupakan penafsiran yang dilakukan dengan melihat tujuan dari undang -
undang tersebut dibuat. Jika sebuah undang - undang dibuat dengan dasar masyarakat makan
penafsiran teologis bisa dilakukan dengan sudut pandang apakah undang - undang tersebut masih
sesuai atau tidak dengan dinamika sosial yang terjadi saat ini.

7. Penafsiran nasional merupakan penafsiran yang dilakukan dengan cara apakah sebuah undang -
undang yang dibuat mempunyai kesesuaian dalam implementasinya dengan sistem hukum yang
berlaku.

8. Penafsiran futuristis merupakan penafsiran yang dilakukan dengan metode penemuan hukum dengan
sifat antisipatif. Penafsiran ini berpedoman pada ketentuan undang - undang yang belum memiliki
kekuatan hukum contohnya adalah pada Rancangan Undang-Undang (RUU) yang masih dalam
pembahasan DPR.

9. Penafsiran restriktif merupakan penafsiran yang dilakukan dengan cara membatasi. Penafsiran ini
dilakukan dengan cara mempersempit ruang lingkup undang - undang dengan berpatokan pada maksud
dari pemakaian bahasa yang digunakan.

10. Penafsiran ekstensif merupakan penafsiran yang dilakukan dengan cara memperluas makna dati
kata yang digunakan dalam sebuah undang - undang sehingga maksud yang terdapat dalam undang -
undang tersebut bisa disesuaikan dengan suatu peristiwa hukum. Penafsiran ekstensif ialah penafsiran
dengan melakukan interpretasi yang melampaui batas yang sudah ditetapkan dalam penafsiran tata
bahasa.

11. Penafsiran interdisipliner merupakan penafsiran yang dilakukan dengan cara menganalisa masalah
hukum yang berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu hukum. Pada penafsiran ini dibutuhkan logika
penafsiran yang berasal dari satu / lebih cabang ilmu hukum.

12. Penafsiran mulitdisipliner merupakan penafsiran yang dilakukan dengan cara mempelajari satu /
beberapa disiplin ilmu yang tidak termasuk ke dalam ilmu hukum. Penafsiran ini membutuhkan bantuan
serta verifikasi yang berasal dari disiplin ilmu lain diluar ilmu hukum dengan tujuan memutuskan suatu
perkara secara adil dan memastikan keadilan diberikan kepada para pencari keadilan.
Sumber :

BMP Bahasa dan Terminologi Hukum ( HKUM 4101).

Anda mungkin juga menyukai