Anda di halaman 1dari 2

Penafsiran hukum adalah mencari dan menetapkan pengertian atas dalil-dalil yang tercantum dalam UU

sesuai dengan yang dimaksud oleh pembuatnya.

Macam-macam penafsiran hukum:

1) Gramatikal, yaitu memberi arti kepada suatu istilah atau perkataan sesuai dengan tata bahasa.
Misal: “Kepala Daerah menerima suap”
Maka pelakunya adalah Kpeala Daerah, bukan barangsiapa atau nahkoda.
2) penafsiran authentic, yaitu penafsiran yang resmi atau pasti terhadap arti kata-kata
sebagaimana dalam peraturan tersebut.
3) Historis, yaitu penafsiran berdasarkan sejarah hukum dengan menyelidiki sejarah terjadinya
hukum tersebut.
4) Sistimatis, yaitu menafsirkan dengan menilik susunan yang berhubungan dengan bunyi pasal-
pasal lainnya baik dalam UU itu maupun dengan UU lainnya. Contoh: istilah pencurian dalam
pasal 363 KUHP harus diartikan sama dengan istilah Pencurian dalam pasal 362 KUHP.
5) Teleologis (sosiologis), yaitu penafsiran dengan mempelajari tujuan daripada dibentuknya suatu
produk hukum. Misalnya dibentuknya UU KPK atau UU Pengadilan Niaga.
6) Perbandingan hukum, yaitu penafsiran dengan cara membandingkan dengan penjelasan
berdasarkan perbandingan hukum, agar dapat ditemukan kejelasan suatu ketentuan UU.
7) Ekstensif yaitu penafsiran dengan memperluas pengertian daripada suatu istilah berbeda
dengan pengertian yang digunakan sehari-hari. Misalnya aliran listrik ditafsirkan sebagai benda.
8) Restriktif artinya penafsiran dengan mempersempit pengertian dari istilah
9) Futuristis, yaitu penafsiran dengan penjelasan UU dengan berpedoman pada UU yang belum di
sahkan.

Konstruksi hukum, dapat digunakan hakim sebagai metode penemuan hukum apabila dalam
mengadili perkara tidak ada peraturan yang mengatur secara secara khusus mengenai peristiwa yang
terjadi.Konstruksi hukum ini dapat dilakukan dengan menggunakan logika berpikir secara:

1) Argumentum per analogiam atau analogi hukum. Pada analogi, peristiwa yang berbeda namun
serupa, sejenis atau mirip yang diatur dalam undang-undang diperlakukan sama. Missal, istilah menjual
dalam pasal 1576 KUHPer dianggap sama dengan memberikan, mewariskan, dan mengalihkan hak pada
orang lain.

2) Argumentum a contrario atau sering disebut a contrario, yaitu menafsirkan atau menjelaskan
undang-undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi
dan peristiwa yang diatur dalam undang-undang ( penafsiran kebalikan dari suatu istilah) contoh: tidak
dipidana tanpa kesalahan.
3) rechtvervijning (Penyempitan hukum) . contoh: konsep keluarga dipersempit pengertiannya
menjadi kepala keluarga.

Anda mungkin juga menyukai