Anda di halaman 1dari 1

1.

Konstruksi hukum ini dapat dilakukan dengan menggunakan logika berpikir secara : a) Argumentum
per analogiam atau sering disebut analogi. Pada analogi, peristiwa yang berbeda namun serupa, sejenis
atau mirip yang diatur dalam undang-undang diperlakukan sama. b) Penyempitan hukum. Pada
penyempitan hukum, peraturan yang sifatnya umum diterapkan terhadap peristiwa atau hubungan
hukum yang khusus dengan penjelasan atau konstruksi dengan memberi ciri-ciri. c) Argumentum a
contrario atau sering disebut a contrario, yaitu menafsirkan atau menjelaskan undang-undang yang
didasarkan pada perlawanan pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi dan peristiwa yang
diatur dalam undang-undang. 2. Interpretasi atau penafsiran ini dapat dilakukan dengan beberapa
metode, yaitu secara: a) Gramatikal, yaitu penafsiran menurut bahasa sehari-hari. b) Historis, yaitu
penafsiran berdasarkan sejarah hukum. c) Sistimatis, yaitu menafsirkan undang-undang sebagai bagian
dari keseluruhan sistem perundang-undangan. d) Teleologis, yaitu penafsiran menurut makna/tujuan
kemasyarakatan. e) Perbandingan hukum, yaitu penafsiran dengan cara membandingkan dengan
kaedah hukum di tempat laen. f) Futuristis, yaitu penafsiran antisipatif yang berpedoman pada undang-
undang yang belum mempunyai kekuatan hukum. 3. Contoh : Konstruksi Hukum, dapat digunakan
hakim sebagai metode penemuan hukum apabila dalam mengadili perkara tidak ada peraturan yang
mengatur secara khusus mengenai peristiwa yang terjadi. Ketentuan peraturan perundang-undangan
tentang perjanjian jual-beli berlaku juga untuk perjanjian tukar-menukar seperti yang ditegaskan oleh
pasal 1546 KUH Perdata. “untuk selainnya aturan tentang perjanjian jual-beli berlaku terhadap
perjanjian tukar-menukar,” Bunyi pasal 1546 KUH Perdata. Maksud dari pasal tersebut adalah kalau 2
orang melakukan perjanjian jual-beli yang diatur dalam pasal 1457 sampai pasal 1540 KU Perdata dapat
dipergunakan dalam perjanjian itu. Sedangkan, Penafsiran hukum adalah mencari dan menetapkan
pengertian atas dalil dalil yang tercantum dalam undang-undang sesuai dengan yang di kehendaki serta
yang dimaksud oleh pembuat undang-undang. Penafsiran sebagai salah satu metode dalam penemuan
hukum (rechtsvinding), berangkat dari pemikiran, bahwa pekerjaan kehakiman memiliki karakter logikal.
Perpu melarang orang menghentikan “Kendaraannya” pada suatu tempat. Kata kendaraan bisa
ditafsirkan beragam, apakah roda dua, roda empat atau kendaraan bermesin, bagaimana dengan
sepeda dan lain-lain. Jadi harus diperjelas dengan kendaraan mana yang dimaksudkan. Mengenai istilah
“dipercayakan” yang tercantum dalam pasal 342 KUHP Mis. sebuah paket yang diserahkan kepada Dinas
Perkereta Apian (PJKA). Sedangkan yang berhubungan dengan pengiriman tidak ada selain Dinas
tersebut artinya dipercayakan. Istilah “menggelapkan” dalam pasal 41 KUHP sering ditafsirkan sebagai
menghilangkan. Sumber : m.hukumonline.com MODUL UT https://owntalk.co.id/2020/11/02/contoh-
konstruksi-hukum-dan-penafsiran-hukum/

Anda mungkin juga menyukai