Petunjuk
1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.
Surat Pernyataan
Mahasiswa Kejujuran
Akademik
1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE
pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan
soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai
pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai
dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media
apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik
Universitas Terbuka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat
pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik
yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Sabtu , 03 Juli 2021
Pertanyaan:
a. Analisislah munculnya gerakan studi hukum kritis (CLS)!
b. Analisislah bukti bahwa pemikiran CLS relevan dalam konteks Indonesia yang sekaligus membuktikan
kelemahan dari aliran positivisme!
c. Buat analisis bahwa pada prinsipnya CLS menolak anggapan ahli hukum tradisional!
3. Hak asasi manusia merupakan hak-hak dasar yang dibawa manusia semenjak lahir sebagai 2
anugerah Tuhan Yang Maha Esa, bukan bersumber dari negara dan hukum sehingga hak asasi 5
manusia tidak bisa dikurangi. Perjuangan untuk memperoleh pengakuan dan jaminan terhadap hak
asasi manusia selalu mengalami pasang surut. Perlindungan terhadap hak asasi manusia ditandai
dengan lahirnya Piagam PBB tentang HAM yang dikenal dengan Universal Declaration of Human
Right. Inggris merupakan negara pertama di dunia yang memperjuangkan HAM yang tergambar
dalam perjuangan pada dokumen Magna Charta, Petition of Rights, Habeas Corpus Act, dan Bill of
Rights.
Pertanyaan:
a. Analisislah instrumen utama dalam kelembagaan HAM internasional!
b. Coba Anda analisis instrumen HAM internasional!
c. Berikan analisis Anda terkait peristiwa pelanggaran HAM berat yang menjadi isu internasional!
1 dari 2
4. Ada dua konsep etika profesi hukum yang saat ini cukup mendominasi dalam menghadapi 2
modernisasi atau proses pergeseran hukum klasik menuju hukum modern. 5
Pertanyaan:
a. Analisislah ciri moralitas yang tinggi disertai contoh!
b. Buatlah analisis tentang elemen pokok dalam profesional hukum!
c. Analisislah terkait profesi yang luhur!
2 dari 2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. A) Coba Anda analisis kaitan tiga kelompok kajian filsafat dalam ilmu hukum!
Untuk mendapat pemahaman yang lebih utuh mengenai filsafat. Dalam hal ini,perlu saya kemukakan dua
kelompok besar filsuf.
Kelompok pertama, mereka yang mengingkari filsafat metafisika. Masuk dalam kelompok ini adalah
filsafat positivisme yang berpandangan bahwa ilmu pengetahuan dengan segala cabangnya telah
mencakup seluruh objek sehingga tidak menyisakan ruang sedikitpun bagi filsafat untuk
mengeksplorasilebih jauh. Kelompok ini berpandangan bahwa tidak ada lapangan untuk berfilsafat,
kecuali mengkaji hukum-hukum ilmiah yang mengantarkan cabang-cabang ilmu menjadi sebuah kajian
yang lengkap atau dengan menganggapnya tunduk pada satu metode dan mencakup bidang-bidang yang
berbeda dari studi umum. Dalam pandangan positivisme logis, ilsafat adalah metode atau cara untuk
menganalisiskata-kata dengan suatu analisislogika. Positivisme logis menggunakan silogisme untuk
menemukan jawaban atas permasalahan-permasalahan, yakni berangkat dari premis mayor dan premis
minor, kemudian memberikan kesimpulan (conclusion).
Kelompok kedua, mereka memperluas wilayah filsafat sampai mencakup semua objek pengetahuan
manusia sehingga setiap lapangan pengetahuan mempunyai filsafatnya sendiri. Filsafat berkisar pada ide-
ide umum. Kelompok ini berpendapat bahwa setiap problem ilmu pengetahuan mempunyai sisi rasional
yang menjadi perhatian filsafatserta sisi persepsional yang merupakan objek bahasan ilmu-ilmu khusus.
Kajian politik, sejarah, kebudayaan manusia, agama, seni, bahasa, dan hukum dapat dilihat dari perspektif
filsafat. Hal ini sejalan dengan ungkapan al-Farabi yang menyatakan,“Tidak ada entitas apapun di alam
semesta ini, kecuali filsafat mempunyai pintu masuk ke dalamnya.”
Setelah memahami keduanya baru secara lebih spesifik kita membicarakan klasifikasi kajian filsafat.
Dalam hal ini,kita akan membatasi pada pembahasan dan aliran-aliran filsafat pada tiga bidang, yakni(1)
studi tentang being(ontologi); (2) studi tentang pengetahuan (epistemologi); dan (3) studi tentang nilai
(aksiologi).
1.Ontologi atau Hakikat Keberadaan
Apa yang dimaksud dengan ontologi? Mengapa kajian ontologi begitu penting? Kajian ini merupakan
kajian filsafat paling awal dan paling besar secara keseluruhan. Namun demikian, kajian ontologi telah
mendapatkan serangan keras bukan hanya dari tokoh agama, melainkan oleh sebagian filsuf sendiri.
Meski demikian, ia masih tetap eksis karena adanya kebutuhan manusia terhadapnya. Ilmu
3 dari 2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
pengetahuan hanya mampu menyediakan sejumlah proposisi dan hukum yang berkaitan dengan
fenomena-fenomena dan tidak bisa memberikan sebuah penafsiran yang komprehensif tentang alam.
Ilmu pengetahuan seperti kita ketahui hanya membahas peristiwa dan fenomena yang dapat ditangkap
pancaindra. Ada banyak hal yang lebih dalam daripada itu yang tidak bisa dikajinya. Misalnya, tentang
“prinsip pertama” dan “sebab pertama” dari segala sesuatu.Dalam ontologi ini,terdapat dua bagian
penting, yakni (1) metafisika umum dan (2) metafisika khusus. Persoalan metafisika umum antara lain
sebagai berikut.
a.Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan,atau eksistensi itu?
b.Bagaimana penggolongan dari yang ada, keberadaan,atau eksistensi?
c.Apa sifat dasar, kenyataan,atau keberadaan?Sementara itu, metafisika khusus mempersoalkan hakikat
yang ada pada tiga bagian penting berikut.
a.Kosmologi mempersoalkan hakikat alam semesta,termasuk segala isinya, kecuali manusia. Persoalan-
persoalan kosmologi (alam) bertalian dengan hal-hal berikut.
1)Asal mula, perkembangan,dan struktur atau susunan alam.
2)Jenis keteraturan apa yang ada di alam?
3)Apa hakikat hubungan sebab akibat?
4)Apakah ruang dan waktu itu?
b.Antropologi, yakni bidang ilmu yang mempersoalkan hakikat manusia. Persoalan yang ada antara lain
menyangkut hal-hal berikut.
1)Bagaimana terjadinya hubungan badan dan jiwa?
2)Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
3)Manusia sebagai makhluk bebas atau tidak bebas?
c.Teologi, yaitu bidang yang mempersoalkan hakikat Tuhan. Ini merupakan konsekuensi terakhir dari
seluruh pandangan filsafat. Tema-tema yang dibicarakanberkisar pada kesucian, kebenaran, keadilan,
dan sifat-sifat Tuhan
4 dari 2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
ada berkat kegiatan akal. Dan yang ketiga adalah dengan objek transender yakni, objek yang pada
dasarnya ada, tetapi berada diluar jangkauan pikiran dan pengalaman manusia.
dapat disimpulkan, bahwasanya ketika kita mempunyai keinginan untuk mengetahui suatu
pengetahuan. Maka kita harus benar-benar memahami bagaimana cara memperoleh pengetahuan
tersebut dengan baik. Bukan hanya sekedar mengetahui tetapi juga memahami bagaimana
pengetahuan itu ada sehingga disitu kita harus benar-benar berfikir tentang pengetahuan yang ingin
kita ketahui. Meskipun akal mempunyai kelemahan , namun akal lah yang telah menghasilkan apa yang
disebut filsafat.
Kepeloporan manusia ini menjadi jalan untuk mencari keadilan dan kebenaran sesuai dengan peraturan
yang berlaku, dan mengukur apakah sesuatu itu adil, benar, dan sah.
Secara faktual kehidupan masyarakat kontemporer sudah banyak mengalami berbagai kemajuan, dan
kemajuan tersebut secara kausalitas seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat
pesat dan spektakuler. Fakta menunjukkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan telah melahirkan
berbagai teknologi canggih, terutama teknologi dalam bidang komunikasi dan transformasi. Kedua
bidang teknologi telah mampu mengubah peradaban manusia yang luar biasa. Dunia seakan tanpa
batas, semua menjadi mengglobal dan terasa tanpa sekat atau demarkasi pembatas yang memisahkan
negara yang satu dengan lainnya, komunitas yang satu dengan lainnya, bahkan antara individu dengan
individu lainnya. Namun disisi lain kemajuan tersebut di atas juga harus diakui telah menimbulkan
berbagai kegamangan sikap hidup dan kegersangan jiwa. Kegamangan sikap hidup dan kegersangan
jiwa yang dialami masyarakat pada era belakangan dapat dikatakan sebagai akibat dari menipis-nya
nilai-nilai moral dan agama. Moral dan agama cenderung ditempatkan pada lahan yang tidak bertuan,
dalam arti seakan tidak ada manfaat dan tidak ada kaitannya dengan kehidupan praktis manusia. Fakta
menunjukkan bahwa masyarakat kontemporer secara esensial telah ber-Tuhan kepada kebebasan
(libralisme), dan kebendaan yang sesuai dengan keinginan dan kepuasan nafsu keserakahan, sehingga
kebenaran yang menjadi ukuran adalah yang sesuai benda dan dengan nafsu.11 Oleh karena itu penulis
menganggap hal tersebut menjadi sangat penting untuk dikaji secara menyeluruh, mendasar,
bagaimana fungsi moral dan agama bagi kehidupan masyarakat kontemporer menurut kajian filsafat.
Kajian tentang urgensi filsafat dalam kehidupan masyarakat kontemporer spesifik mengenai fungsi
moral dan agama dalam kajian ini tentunya menggunakan pendekatan kefilsafatan seperti telah
disebutkan sebelumnya. Penggunaan pendekatan filsafat tersebut bertujuan untuk memahami hakikat
moral dan agama dan sekaigus nilai-nilainya dapat difungsikan secara totalitas, dan komprehensif,
sehingga nilai-nilai moral dan agama dapat dikonkreti-sasikan dalam berbagai tatanan kehidupan
praktis manusia khususnya pada masyarakat yang sedang mengglobal dewasa ini. Dengan demikian
apa yang menjadi kegamangan perilaku dan kegersangan hidup manusia akibat keringnya nilai-nilai
moral dan agama, dapat diminimalisir, dan akhirnya nilai-nilai tersebut dapat diterapkan sesuai hakikat,
fungsi dan tujuan yang seharus-nya. Artinya tidak perlu ada lagi yang menyangkal akan pentingnya nilai-
nilai moral dan agama bagi kehidupan manusia.
8 dari 2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
9 dari 2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Studi hukum kritis ( CLS ) adalah aliran teori kritis yang pertama kali muncul sebagai gerakan di Amerika
Serikat pada tahun 1970 - an ( Konferensi Hukum Kritis ). Penganut CLS mengklaim bahwa hukum digunakan
untuk mempertahankan status quo struktur kekuasaan masyarakat; juga berpendapat bahwa hukum adalah
bentuk bias masyarakat yang terkodifikasi terhadap kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Terlepas dari
variasi yang luas dalam pendapat para sarjana hukum kritis di seluruh dunia, ada konsensus umum mengenai
tujuan utama Studi Hukum Kritis:
-untuk menunjukkan ambiguitas dan kemungkinan hasil preferensial dari doktrin hukum yang dianggap tidak
memihak dan kaku .
-untuk mempublikasikan sejarah, sosial, ekonomi dan psikologis hasil dari keputusan hukum
-untuk mengungkap analisis hukum dan budaya hukum untuk memaksakan transparansi pada proses hukum
sehingga mereka mendapatkan dukungan umum dari warga negara yang bertanggung jawab secara sosial
b. Analisislah bukti bahwa pemikiran CLS relevan dalam konteks Indonesia yang sekaligus membuktikan kelemahan
dari aliran positivisme
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum” yang berpendapat bahwa terdapat lima faktor yang
menjadi penyebab dapat atau tidaknya penegakan hukum, maka pertanyaannya adalah apakah masalah
penegakan hukum tergantung “hanya” kepada lima faktor itu sajakah ? Ternyata tidak. Hal ini, karena
terdapat satu unsur lagi yang menyebabkan tidak mudahnya penegakan hukum. Sehingga, keseluruhannya
enam faktor yang menjadikannya penegakan hukum tidak mudah dimana terdapat lima alasan dan saat ini
bertambah satu yang dapat mempengaruhi penegakan hukum yaitu aliran positivisme hukum. Hal ini,
karena aliran ini berpendapat bahwa hukum harus tertulis, sehingga tidak ada norma hukum di luar hukum
positif.
Berpikir aliran ini bagaikan mesin mekanis dan otomatis yang bekerja dalam penegakan hukum dengan
mengabaikan rasa keadilan dan kebenaran yang seharusnya ada. Penegakan hukum yang bersifat matematis
ini berbahaya bagi pencari keadilan dengan ekonomi terbatas, sebab tidak ada kesempatan untuk
menjelaskan masalah sesungguhnya. Lain halnya kelompok ekonomi yang mapan dan kuat mereka dapat
mempengaruhi untuk membelokkan kemana sesuai kehendaknya sepanjang penegak hukum mau
berkerjasama. Positivisme hukum ini terlalu memberikan penghargaan berlebihan-lebihan terhadap
10 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
kekuasaan yang membentuk dan menciptakannya hukum yang tertulis dan kekuasaan adalah sumber hukum
dari kekuasaan adalah hukum itu sendiri.
Pola berpikir positivisme hukum di atas berakibatnya dalam menegakan hukum hanya terbatas kepada
menegakkan bunyi undang-undang saja dan tidak berkehendak menegakan keadilan dengan substansi
hukum itu sendiri. Hal ini jika dilakukan dan dijalankan sebagai dasarnya, penegakan hukum bagaikan
menggunakan kaca mata kuda dalam penegakan hukumnya. Hal ini berbahaya, karena para penegak hukum
tidak dapat membedakannya kesalahan yang prosedural dan substansial dalam menyelesaikan kasus yang
dihadapinya. Dalam hal ini penegakan hukum hanya berpegang “rule and procedure“-nya saja dan tidak
mendalami dibalik permasalahan sesungguhnya. Yang diutamakannya adalah parsial saja dan seharusya
menelah kasus dan menegakannya harus dengan melihat secara komprehensif terhadap semua aspek
hukum. Penegakan hukum lebih legaslistik membuahkan rasa ketidakadilan. Ketidakadilan yang menjauhkan
idealisme dan cita-cita pembentuk peraturan itu sendiri. Sebuah kerugian yang tidak saja merugikan pencari
keadilan, tetapi juga semua lapisan masyarakat yang sedang dan akan mencari keadilan di Indonesia
sekarang dan masa yang akan datang.
Otonomi, netralitas dan obyektivitas hukum mungkin lebih mudah dipahami bila kita mengingat kembali
ajaran salah satu tokoh positivisme hukum Austria, yakni Hans Kelsen tentang Stuffenbau Theorie.
Menurutnya pembuatan dan penafsiran hukum hanya mungkin dengan memperhatikan hirarki perundang-
undangan: mulai dari aturan hukum dasar (konstitusi) sampai ke aturan hukum yang terendah. Di Indonesia
hal ini dilakukan dengan memperhatikan bagian “Mengingat” pada sebuah aturan hukum (UU, Keppres,
Kepmen, PP, atau Perda) yang dibuat dengan mengacu pada berbagai aturan hukum yang statusnya lebih
tinggi sampai dengan UUD. Bagian “Mengingat” ini yang mencegah kemungkinan penafsiran non-hukum saat
menerapkan hukum.
Hal tersebut yang membuat clc seharusnya relevan dengan konteks indonesia karena formalisme murni itu
tidak ada. Sebab setiap norma hukum selalu ditafsirkan berdasarkan budaya hukum tertentu. Tapi tafsir
tersebut tidak open-ended, melainkan dibatasi oleh “tradisi” tertentu di mana hakim adalah salah satu
anggota penafsirnya.
11 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
c. Buat analisis bahwa pada prinsipnya CLS menolak anggapan ahli hukum tradisional!
Critical Legal Studies―yang menganggap hukum tidak terpisah dari politik ―barang tentu juga
menampung gerakan pluralisme hukum. Sebab gerakan pluralisme hukum memungkinkan berbagai
norma dan aturan yang secara “tradisional” tidak dikategorikan sebagai “hukum negara” ambil bagian
dalam penyelesaian kasus. Bahkan berbagai norma dan aturan non-hukum tersebut turut mengubah
“norma hukum”.
Berangkat dari anggapan tentang bagaimana berbagai wacana tradisional (gender, orientasi seksual,
agama, suku, ras, bahasa, status sosial, kelas atau usia) maupun ilmiah (biologi, psikologi dan hukum)
mengkonstruksikan identitas individu, postmodernisme mengumumkan kematian “subyek rasional
modern”. Sebaliknya postmodernisme menganggap subyektivitas adalah hasil dari konstruksi sosial.
Subyektivitas tidak alamiah. Pengkonstruksian identitas tersebut terjadi baik pada saat orang itu hidup
atau pun mati
Kegagalan hukum menjawab permasalahan yang ada disebabkan oleh empat hal. Pertama, hukum
mencari legitimasi yang salah dengan mencari prosedur hukum yang berbelit. Prosedur hukum yang
berbelit dan bahasa yang susah dimengerti dijadikan alat pemikat sehingga pihak yang ditekan oleh
mereka yang punya kuasa cepat percaya bahwa hukum adalah netral. Kedua, hukum dibelenggu oleh
kontradiksi-kontradiksi. Setiap kesimpulan hukum selalu terdapat sisi sebaliknya, sehingga kesimpulan
itu hanya merupakan pengakuan terhadap pihak yang berkuasa (yang berkuasa secara dominan). Dalam
hal ini hakim memihak pada salah satu pihak (yang kuat) yang dengan sendirinya akan menekan pihak
yang lain
Ketiga, tidak ada prinsip-prinsip dasar dalam hukum. Tidak seperti halnya ahli hukum tradisional yang
mempercayai bahwa prinsip yang mendasari setiap hukum adalah pemikiran yang rasional, sebaliknya
aliran ini menganggap bahwa rasionalitas itu pun merupakan ciptaan masharà'at yang merupakan
pengakuan terhadap kekuasaan, karenanya tidak kesimpulan yang valid yang diambil dengan jalan
edukasi dan verifikasi empiris Keempat, hukum tidak netral, keputusan yang diajukan sering kali bias dan
hakim hanya berpura-pura tidak memihak dan mendasari putusannya pada undang-undang,
yurisprudensi, atau prinsip keadilan. Padahal, yang terjadi mereka selalu bias dan selalu dipengaruhi
oleh ideologi , legitimasi dan mistifikasi yang dianut untuk memperkuat kelas yang dominan.
12 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Critical Legal Studies menawarkan analisis kritis terhadap hukum dengan melihat relasi suatu doktrin
hukum dengan realitas dan mengungkapkan kritiknya. Berbeda dengan kaum legis liberial, gerakan CLS
ini memang ingin mengarahkan kritik mereka mempunyai sumbangan bagi transformasi politik dalam
masharà'at atau mempunyai implikasi praksis. Kalangan CLS ingin mengedepankan analisis hukum yang
tidak hanya bertumpu semata-mata pada segi-segi doktrinal (internal relation), tapi juga dengan
mempertimbangkan berbagai faktor di luar itu, seperti preferensi-preferensi ideologis, bahasa,
kepercayaan, nilai-nilai, dan konteks politik dalam proses pembentukan dan aplikasi hukum (external
relation). CLS menuntut pemahaman terhadap kepustakaan fenomenologi, post-struktualisme,
dekonstruksi, dan linguistik untuk membantu memahami relasi eksternal tersebut
Bagi CLS, hukum adalah sebuah produk yang tidak netral karena di sana selalu ada berbagai kepentingan-
kepentingan tersembunyi di belakangnya. Teori CLS sangat bermanfaat terutama untuk menganalisis
proses-proses hukum yang terjadi di Amerika. Studi ini mungkin sangat berguna untuk meninjau lebih
jauh perkembangan analisis hukum yang mempunyai jalinan-jalinan rumit, yang tidak cukup diuraikan
melalui hukum formalisme dan objektivisme.
terhadap salah satu hak yang dikemukakan dalam Kovenan Hak – Hak Sipil dan Politik. Pengaduan tidak akan di
terima, dari warga negara yang negaranya tidak ikut serta menandatangani Protokol Fakultatif/Opsional pada
Konvenan Internasional tentang Hak – Hak Sipil dan Politik atau belum meratifikasinya. c.Komisi Penghapusan
Diskriminasi Terhadap Perempuan. Komisi ini berperan untuk memantau pelaksanaan HAM dan menerima
pengaduan individu mengenai pelanggaran HAM sebagaimana yang dijamin dalam Kovenan Internasional
Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan. d.Komisi Diskriminasi Rasial. Komisi ini
berperan untuk memantau pelaksanaan HAM dan menerima pengaduan individu mengenai pelanggaran HAM
sebagaimana yang dijamin dalam Konvensi Internasional Terhadap Semua Bentuk Diskriminasi Rasial. e.Komisi
Hak – Hak Anak. Komisi ini berperan untuk memantau pelaksanaan HAM menerima pengaduan individu
mengenai pelanggaran HAM sebagaimana yang dijamin dalam Konvensi Hak-Hak Anak. f.Disamping lembaga –
lembaga perlindungan HAM bentukan PBB, terdapat juga lembaga perlindungan HAM yang didirikan oleh
masyarakat internasional di luar pemerintah dalam bentuk LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) atau sering
dikenal sebagai Organisasi Non Pemerintah (ORNOP)/ Non Governmental Organizations (NGOs). Beberapa
diantaranya adalah organisasi besar yang bersifat internasional adalah Amnesty Internasional dan Palang
Merah Internasional. ORNOP ini berperan penting untuk memonitor cara kerja badan HAM internasional
seperti Komisi Hak Asasi Manusia (Commission on Human Rights) juga berperan penting dalam mempengaruhi
kebijakan PBB di bidang HAM, dan banyak diantaranya memiliki konsultan resmi di PBB.
14 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
dan mekanisme kontrol terhadap kesepakatan – kesepakatan antar negara tentang jaminan HAM yang
berupa undang – undang internasional HAM (International Bill of Rights). Undang – undang internasional
HAM tersebut bentuknya berupa kovenan(perjanjian) dan protokol . Kovenan , yaitu perjanjian yang
mengikat bagi negara – negara yang menandatanganinya. Istilah covenant (kovenan) digunakan
bersamaan dengan treaty (kesepakatan) dan convention (konvensi/perjanjian). Sedangkan protokol
merupakan kesepakatan dari negara – negara penandatangannya yang memiliki fungsi untuk lebih lanjut
mencapai tujuan – tujuan suatu kovenan. Ketika Majlis Umum PBB mengadopsi atau menyetujui sebuah
konvensi atau protokol, maka terciptalah standar internasional , dan negara – negara yang meratifikasi
konvensi itu berjanji untuk menegakkannya. Ada sekitar 30 kovenan yang telah diratifikasi sejak DUHAM
dideklarasikan 50 tahun yang lalu. Pemerintah yang melanggar standar yang telah ditentukan konvensi
kemudian dapat digugat oleh PBB.
Berbagai instrumen HAM yang berlaku secara internasional, diantaranya:
a.Kovenan International tentang Hak – hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (The International Covenant on
Economic, Social and Culture Rights). Kovenan ini lahir pada tahun 1966, diadopsi pada 16 Desember 1975,
dan berlaku pada 3 Januari 1976. Kovenan ini mengakui bahwa setiap manusia memiliki hak ekonomi,
sosial dan budaya. Hak ekonomi, sosial dan budaya mencakup: 1)hak atas pekerjaan, 2)hak untuk
membentuk serikat kerja, 3)hak atas pensiun,hak atas tingkat kehidupan yang layak bagi dirinya dan
keluarganya, termasuk makanan, pakaian dan perumahan yang layak, 4)hak atas pendidikan.
b.Kovenan Internasional tentang Hak – hak Sipil dan Politik (The International Covenant on Civil and
Political Rights/ICCPR). Kovenan ini lahir tahun 1966, diadopsi pada 16 Desember 1975 dan berlaku pada
23 Maret pada 1976. Hak – hak sipil dan politik yang dijamin dalam kovenan ini yaitu : 1)hak atas hidup,
2)hak atas kebebasan dan keamanan diri, 3)hak atas keamanan di muka badan – badan peradilan, 4)hak
atas kebebasan berpikir, mempunyai keyakinan, beragama, 5)hak berpendapat tanpa mengalami
gangguan, 6)hak atas kebebasan berkumpul secara damai,
47)hak untuk berserikat.
c.Protokol Opsional pada Kovenan Internasional Hak – Hak Sipil dan Politik.Protokol opsional ini, diadopsi
15 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
pada 16 Desember 1975, dan berlaku pada 23 Maret 1976. Protokol Opsional/pilihan berisikan pemberian
tugas pada Komisi Hak –Hak Asasi Manusia untuk menerima dan mempertimbangkan pengaduan dari
individu – individu warga dalam wilayah kekuasaan negara peserta Kovenan yang menjadi peserta
Protokol, yang mengaku telah menjadi korban pelanggaran terhadap salah satu hak yang dikemukakan
dalam Kovenan Hak –hak Sipil dan Politik. Pengaduan itu dapat diajukan secara tertulis kepada Komisi Hak
– Hak Asasi Manusia.setelah semua upaya domistik (dalam negara warga yang bersangkutan) yang
tersedia telah di tempuhnya, tetapi tidak menampakan hasil.
d.Protokol Opsional Kedua terhadap Kovenan Internasional tentang Hak – hak Sipil danPolitik dengan
tujuan Penghapusan Hukuman Mati. Protokol ini diadopsi pada 15 Desember 1989, dan berlaku pada 11
Juli 1991.
e.Konvensi Internasional Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan (Convention on
the Elimination of All Forms of Discrimination Agains Women/CEDAW ). Konvensi ini mulai berlaku tahun
1981. Dokumen ini merupakan alat hukum yang paling lengkap (komprhensif) berkenaan dengan hak –
hak asasi wanita, dan mencakup peranan dan status mereka. Dengan demikian dokumen ini merupakan
dasar untuk menjamin persamaan wanita di negara – negara yang meratifikasinya. f.Konvensi
Internasional Penghapusan terhadap Semua Bentuk Diskriminasi Rasial(International Convention on the
Elimination of All Forms of Racial Discrimination). g.Konvensi Hak – hak Anak (Convention on the Rights of
the Child). Konvensi ini disepakati Majlis Umum PBB dalam sidangnya ke 44 pada Desember 1989. Menurut
konvensi ini, pengertian anak yakni setiap orang yang masih berumur di bawah 18 tahun. Kecuali jika
berdasarkan hukum yang berlaku bagi anak menentukan batas umur yang lebih rendah dari 18 tahun.
Konvensi ini dicetuskan karena ternyata di berbagai belahan dunia meskipun telah di deklarasikan DUHAM
yang juga melindungi harkat anak – anak sebagai manusia, ternyata belum dilaksanakan dengan baik.
Banyak anak dipekerjakan di bawah umur, di kirim ke medan perang, diperkosa, dll. Perlakuan anak
sebagai manusia sepenuhnya masih diabaikan. Misalnya, anak – anak tidak pernah didengar suara dan
pandangan mereka, ketika menetapkan suatu kebijakan publik maupun kebijakan yang menyangkut anak
sendiri. Padahal mereka akan terkena akibat atau akan merasakan dari setiap kebijakan publik yang
diambil.
Dengan demikian instrumen HAM internasional dapat disimpulkan :
a.Wujud instrumen HAM internasional berupa Undang – undang Internasional HAM (Inter nasional Bill of
16 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Rights) yang bentuknya berupa, kovenan, atau konvensi atau perjanjian (treaty) dan protokol.
b.Konvensi maupun protokol akan berlaku dan mengikat secara hukum terhadap negara – negara yang
telah menandatanganinya. Negara – negara lainnya (yang tidak ikut menandatangani dalam konvensi)
dapat meratifikasi pada waktu selanjutnya.
c.Ketika Majlis Umum PBB telah mengadopsi suatu kovenan atau protokol, maka terciptalah standar
internasional.
d.Konvensi maupun protokol akan berlaku dalam suatu negara yang bersifat nasional (secara domistik)
jika negara yang bers
c. ) Berikan analisis Anda terkait peristiwa pelanggaran HAM berat yang menjadi isu internasional!
Beberapa kasus pelanggaran atau kejahatan HAM internasional, diantaranya:
a.Terorisme internasional Terorisme internasional pertama di New Zeland, dilakukan dua agen Perancis
atas perintah Menteri Pertahanan Perancis, Charles Henu. Teror tersebut, berupa pemboman dua kali
terhadap kapal layar “Rainbow Warrior”, milik Greenpeace (nama sebuah LSM internasional yang
memusatkan aktivitasnya pada masalah – masalah pencemaran lingkungan hidup), karena melakukan
penolakan terhadap kebijakan nuklir dan kehadiran militer di Pasifik serta hak-hak uji coba nuklir.
Peristiwa teror pemboman yang mengakibatkan tenggelamnya kapal “Rainbow Warrior” dan
terbunuhnya seorang fotografer Portugal berusia 35 tahun ayah dari dua anak, meninggal oleh ledakan
kedua. Pemboman ini terjadi 10 Juli 1985.Serangan terorisme pada 11 September 2001 terhadap gedung
Pusat Perdagangan Dunia (World Trade Center/WTC) di New York, Washington, AS (Amerika Serikat). AS
menuduh Osama bin Laden berada di balik peristiwa ini. Kemudian kasus bom bunuh diri di Kabul pada 7
Juni 2003 yang menewaskan enam orang termasuk empat tentara Jerman yang tegabung dalam pasukan
keamanan internasional, dan mencidrai 31 orang lainnya. Presiden Afganistan Hamid Karzai mengangap
serangan bom bunuh diri itu sebagai terorisme. Leiden & Schmit, mengartikan teror sebagai tindakan
berasal dari suatu kekecewaan atau keputusasaan, biasanya disertai dengan ancaman – ancaman tak
berkemanusiaan dan tak mengenal belas kasihan
17 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
b.Penolakan secara sadar untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan dasar manusia. Untuk kasus ini dapat
dicontohkan: pasukan Perancis di Indocina pada tahun 1944 – 1945 turut menjadi penyebab 2 juta
penduduk Vietnam mati kelaparan, karena pasukan tersebut menghalang – halangi penyaluran beras
setelah daerah itu panen gagal. Contoh lain, penggunaan agent orange, yaitu zat yang banyak digunakan
oleh tentara AS di Vietnam dan juga oleh tentara Uni Sovyet di Afganistan, yang dimaksudkan untuk
menghancurkan tanaman musuh yang siap di panen, telah menyebabkan keguguran pada bayi – bayi
baru lahir di daerah tersebut dan penyakit kanker pada veteran Amerika dan Uni Sovyet;
c.Kejahatan perang Contohnya : invasi yang dilakukan AS dan sekutunya ke Irak pada tahun 1991 akibat
penyerangannya ke Kuwait,padahal Irak sedang menjalani hukuman embargo ekonomi oleh PBB,
kemudian AS bersama Inggris tanpa mandat dari PBB melakukan invasi ke Irak tahun 2003 dengan alasan
Irak memiliki senjata pemusnah masal. Sampai perang selesai AS tidak menemukan senjata yang dicari.
Tetapi yang terjadi setelah perang usai, AS berusaha menguasai minyak Irak.
Beberapa contoh kasus pelanggaran HAM di berbagai negara di atas, dapat dinyatakan kesimpulan
tentang pengertian dan penggolongan pelanggaran HAM sebagai berikut : Pelanggaran atau kejahatan
HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara yang secara
melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut HAM seseorang atau
kelompok. Sedangkan penggolongan pelanggaran atau kejahatan HAM dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1)Genosida, yaitu pembunuhan besar – besaran secara berencana dan sistematis terhadap suatu suku
bangsa tertentu. Kejahatan ini disebut sebagai kejahatan paling jahat, karena merupakan pelanggaran
paling keji terhadap hak hidup manusia. Yang termasuk genosida: pembunuhan terhadap suku Dakota di
AS, pembunuhanan orang Tutsi terhadap orang Huttu di Burundi, Rwanda, dan pembantaian etnis Bosnia
oleh Serbia.
2)Apartheid atau rasialisme resmi, yaitu kebijakan rasialis yang dilakukan pemerintah. Contohnya,
kebijakan rasial pemerintah Afrika Selatan terhadap kulit hitam Afrika, kebijakan perlakuan pemerintah
Australia terhadap Aborigin, pemerintah AS terhadap kulit hitam Negro.
3)Penindasan oleh pemerintahan otoriter. Contohnya : kasus tindakan pemerintahan militer Myanwar
18 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
1. Kejujuran
Kejujuran adalah dasar utama. Tanpa kejujuran maka profesional hukum mengingkari misi
profesinya, sehingga akan menjadi munafik, licik dan penuh tipu daya. Sikap yang terdapat
dalam kejujuran yaitu :
a. Sikap terbuka, berkenaan dengan pelayanan klien, kerelaan/keikhlasan melayani atau
secara cuma-cuma
b. Sikap wajar. Ini berkenaan dengan perbuatan yang tidak berlebihan, tidak otoriter, tidak sok
kuasa, tidak kasar, tidak menindas, tidak memeras.
2. Otentik
Otentik artinya menghayati dan menunjukan diri sesuai dengan keasliannya, kepribadian yang
sebenarnya. Otentiknya pribadi profesional hukum antara lain :
a. tidak menyalahgunakan wewenang;
b. tidak melakukan perbuatan yang merendahkan martabat (malkukan perbuatan tercela;
c. mendahulukan kepentingan klien;
19 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
d. berani berinsiatif dan berbuat sendiri dengan bijaksana, tidak semata-mata menunggu
atasan;
e. tidak mengisolasi diri dari pergaulan sosial.
3. Bertanggung Jawab
Dalam menjalankan tugasnya, profesioal hukum wajib bertanggung jawab, artinya :
a. kesediaan melakukan dengan sebaik mungkin tugas apa saja yang termasuk lingkup
profesinya ;
b. bertindak secara proporsional, tanpa membedakan perkara bayaran dan perkara cuma-
cuma (prodeo);
c. kesediaan memberikan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kewajibannya.
4. Kemandirian Moral
Kemandirian moral artinya tidak mudah terpengaruh atau tidak mudah mengikuti pandangan
moral yang terjadi di sekitarnya, melainkan memebetuk penilaian dan mempunyai pendirian
sendiri. mandiri secara moral berarti tidak dapat dibeli oleh pendapat mayoritas, tidak
terpengaruhi oleh pertimbangan untung rugi (pamrih), penyesuaian diri dengan nilai kesusilaan
dan agama.
5. Keberanian Moral
Keberanian moral adalah kesetiaan terhadap suara hati nurani yang menyatakan kesediaan
untuk menanggung resiko konflik. Keberanian tersebut antara lain :
a. menolak segala bentuk korupsi, kolusi suap, pungli;
b. menolak segala bentuk cara penyelesaian melalui jalan belakang yang tidak sah.
Tiga ciri moralitas yang tinggi itu adalah :
1.Berani berbuat dengan bertekad untuk bertindak sesuai dengan tuntutan profesi.
2.Sadar akan kewajibannya, dan
3.Memiliki idealisme yang tinggi.
20 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Contoh :
Penerapan Moral pada Hukum Indonesia
Dengan norma-norma moralitas meletakkan aturan-aturan universal bagi perbuatan manusia. Karena ada
ukuran moral yang pasti pada moral itulah, maka pergeseran dalam moral masyarakat mempunyai lapangan
yang sangat sempit. Artinya pertumbuhan yang menyimpang dari alur-alur yang semula dikira baik atau burk
tiba – tiba melenceng sedemikian rupa sedikit sekali kemunhkinannya
Untuk menjadi penyelenggara profesi hukum yang baik dibutuhkan kehadiran sarjana-sarjana hukum dan
praktisi hukum yang memiliki kualifikasi sikap berikut :
1. Sikap kemanusiaan, agar tidak menaggapi (menyikapi) hukum secara formal belaka, Artinya, sebagai
sarjana hukun dituntut sejak dini untuk gemar melakukan analisis dan interpretasi yuridis yang sesuai dengan
aspirasi dan dinamika masyarakat, sehingga dalam dirinya tidak sampai kehilangan, apalgi tergusur atau
21 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
terdegradasi wacana kemanusiaan. Tuntutan memiliki sikap kemanusiaan (human attitude) itu tidaklah
muncul seketika, tetapi melalui proses yang menuntut konsentrasi dalam hal sinergi dan intelektual. Kalau
sikap ini bisa dimiliki, maka seorang sarjana hukum akan mampu menjadi penyelenggara profesi hukum yang
bukan tergolong sebagai "mulut/corong undang-undang" (la bauche de laloi), tetapi sebagai penyelenggara
profesi hukum yang humanis.
2. Sikap keadilan yang berorientasi pada nilai-nilai kemanusiaan. Ketentuan perundang-undangan yang
berhasil dipelajari dan mengantarkannya sebagi pihak yang jadi pusat ketergantungan masyarakat adalah
sudah seharusnya kalu sikap-sikap yang ditujukan itu mencerminkan dan mengartikulasikan tuntutan
masyarakat. pemenuhan terhadap tuntutan masyarakat yang memang sebenarnya merupakan hak-haknya
akan menentukan apakah dirinya pantas disebut sebagai penyelenggara profesi hukum yang baik atau tidak.
Sikap yang ditujukan dalam menangani suatu perkara hukum misalnya bukan dilatarbelakangi oleh tuntutan
memperoleh keuntungan pribadi seperti harta dan kemapanan posisi, tetapi adalah memenuhi panggilan
keadilan. Menunjukan sikap yang baik bukanlah hal yang mudah bagi penyelenggara hukum. Hal-hal yang
menuju pada kebaikan kerapkali dihadapkan dengan beragam tantangan yang bertujuan hendak mematikan
cahaya kebaikan itu. Kalau ada pihak yang bersemangat dan kukuh dalam memegang kode etik, maka di sisi
lain biasanya terdapat sejumlah pengganggu yang menjadi pemerdayanya. Sikap adil yang ditujukan oleh
penyelenggara profesi huku dapat dikategorikan sebagai ekspresi nuraniah yang cukup berani dan mulia,
mengingat dengan sikap itu, penyelenggara profesi hukum berarti tidak sampai kehilangan jati diri dan tetap
menjadi pemenang karena mampu mengalahkan beragam tantangan yang berusaha menjinakan sikap
adilnya.
3. Mampu melihat dan menempatkan nilai-nilai objektif dalam suatu perkara yang ditangani. Penyelenggara
hukum yang dihadapkan dengan kasus seorang klien, yang perlu dan harus dikedepankan lebih dulu adalah
mencermati dan menelaah secara teliti kronologis kasus tersebut. Ketika klien menyampaikan latar belakang
kejadian munculnya kasus (konflik) itu, maka penyelenggara hukum dituntut bisa mempertanyakan,
mendialogkan dan mengongklusiakn kasus itu sampai muncul dan apa yang diinginkan setelah kasus itu
terjadi, termasuk menjelaskan kemungkinan-kemungkinan akhir kasus itu dengan berpijak pada inti
persoalan objektif dan pijakan yuridis yang sudah diketahuinya. Wacana objektifitas itu sangat penting bagi
22 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
penyelenggara hukum, mengingat hal ini selain dapat dijadikan bahan untuk membantu menyelesaikan
kasus yang dihadapinya, ia juga akan tetap mampu memepertahankan konsistensi keintelektualannya dalam
mengembangkan disiplin ilmu hukum. Penyelenggara seperti ini akan mampu menyeimbangkan antara da
sollen dan das sein. Disiplin ilmu hukum yang berhasil diraihnya tetap percaya dan mampu menerangi
kepentingan masyarakat, dan bukan senaliknya tergeser oleh kepentingan-kepentingan dan ambisi-ambisi
yang melupakan sisi normatif dan referensi keilmuannya.
4. Sikap kejujuran. Sikap ini boleh dikata menjadi panduan moral tertinggi bagi penyelenggara profesi
hukum. sebagai suatu panduan tertinggi, tentulah akan terjadi resiko dan impact yang cukup komplikatif
bagi kehidupan masyarakat dan kenegaraan kalau sampai sikap itu tidak dimiliki oleh penyelenggara hukum.
Sebagai suatu sikap yang harus ditegakkan dalam penyelenggaraan profesi, maka tanggung jawab yang
terkait dengannya akan ditentukan karenannya. Kasus-kasus hukum akan bisa diatasi dan tidak akan
terhindar dari kemungkinan mengundang timbulnya persoalan sosial-yuridis yang baru bilamana komitmen
kejujuran masih diberlakukan oleh kalangan penyelenggara profesi hukum. kasus-kasus yang muncul
ditengah masyarakat, baik yang diketegorikan sebagai bentuk pelanggaran hukum maupun moral tidak
sedikit di antaranya dikarenakan oleh ketidakjujuran yang dilakukan seseorang maupun kelompok sosial.
Sikap jujur ini menjadi pangkal atas terlaksana dan tegaknya stabilitas nasional. Masyarakat, terlebih rakyat
kecil akan dapat menikmati kehidupan sejahtera dan harmonis bilamana sikap jujur tak sampai terkikis
dalam diri kalangan orang-orang besar yang diantaranya adalah penyelenggara profesi hukum yang salah
satu tugasnya menjembatani aspirasi orang-orang kecil.
Masalah-Masalah Profesi Hukum
Dalam pembahasan profesi hukum, Sumaryono (1995) menyebutkan lima masalah yang dihadapi
sebagai kendala yang cukup serius, yaitu :
(a) Kualitas pengetahuan profesional hukum;
(b) Terjadi penyalahgunaan profesi hukum;
(c) Kecenderungan profesi hukum menjadi kegiatan bisnis;
(d) Penurunan kesadaran dan kepedulian sosial;
(e) Kontinuasi sistem yang sudah usang.
23 dari
2
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA
Pelaksanaan profesi luhur yang baik menurut Magnis Suseno harus didukung dengan moralitas yang tinggi.
Berkaitan dengan moralitas tinggi magnis menyatakan terdapat tiga ciri :
1) berani berbuat dengan bertekad untuk brtindak sesuai dengan tuntutan profesi;
2) sadar akan kewajibannya, dan
3) memiliki idealisme yang tinggi.
Profesi luhur tidak hanya menjadi pendapat para ahli akan tetapi telah diterapkan dalam peraturan
perundangan, seperti Undang-undang nomor: 18 tahun 2003, tentang Advokat. Catur wangsa penegak
hukum seperti Polisi,Jaksa,Hakim,Advokat.
24 dari
2