Anda di halaman 1dari 23

Jawaban :

1 Mengapa masih ada atau tetap dibutuhkannya pluralisme dalam sistem hukum nasional Indonesia?.
Berikan argumentasi anda dan anda dapat menggunakan hukum waris sebagai contoh objek kajian.

Hukum waris di Indonesia hingga kini masih sangat pluralistik (beragam). Di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia berlaku bermacam-macam sistem hukum kewarisan, yakni hukum waris adat, hukum
waris Islam dan hukum waris Barat yang tercantum dalam Burgerlijk Wetboek (BW). Keanekaragaman
hukum ini semakin terlihat karena hukum waris adat yang berlaku pada kenyataannya tidak bersifat
tunggal, tetapi juga bermacam-macam mengikuti bentuk masyarakat dan sistem kekeluargaan
masyarakat Indonesia.

Sistem kekeluargaan pada masyarakat Indonesia terfokus pada sistem penarikan garis keturunan. Pada
umumnya dikenal adanya tiga sistem kekeluargaan, yakni (1) sistem patrilineal (terdapat pada
masyarakat di Tanah Gayo, Alas, Batak, Ambon, Irian Jaya, Timor dan Bali), (2) sistem matrilineal
(terdapat di daerah Minangkabau), dan (3) sistem bilateral atau parental (terdapat di daerah antara lain:
Jawa, Madura, Sumatera Timur, Riau, Aceh, Sumatera Selatan, seluruh Kalimantan, seluruh Sulawesi,
Ternate dan Lombok).

Hukum waris tunduk kepada hukum yang di anut oleh pewaris. Sistem hukum waris yang dianut di
Indonesia meliputi: Hukum Waris Islam, Hukum Waris Adat, dan Hukum Waris menurut Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata (BW). Berikut ini paparan mengenai pengaturan waris menurut ketiga hukum
2) Prinsip penggantian tempat (Plaats Vervulling) yang menyatakan bahwa jika seorang anak sebagai
ahli waris dari ayahnya, dan anak tersebut meninggal dunia maka tempat dari anak itu digantikan
oleh anak-anak dari yang meninggal dunia tadi (cucu dari sipeninggal harta). Dan warisan dari cucu
ini adalah sama dengan yang akan diperoleh ayahnya sebagai bagian warisan yang diterimanya.
Dikenal adanya lembaga pengangkatan anak (adopsi), dimana hak dan kedudukan juga bisa sama
dengan anak sendiri ( kandung)“
Di samping sistem kekeluargaan yang sangat berpengaruh terhadap pengaturan hukum waris adat,
terutama terhadap penetapan ahli waris dan bagian harta peninggalan yang diwariskan, hukum waris
adat mengenal tiga sistem kewarisan, yaitu:

1) Sistem Kewarisan Individual, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa para ahli waris
mewarisi secara perorangan, misalnya di Jawa, Batak, Sulawesi, dll.
2) Sistem Kewarisan Kolektif, yaitu sistem yang menentukan bahwa para ahli waris mewaris harta
peninggalan secara bersama-sama (kolektif) sebab harta peninggalan tersebut tidak dapat dibagi-
bagi pemilikannya kepada masing-masing ahli waris.
3) Sistem Kewarisan Mayorat, yaitu sistem kewarisan yang menentukan bahwa harta peninggalan
pewaris hanya diwarisi oleh seorang anak. Sistem mayorat ini ada dua macam, yaitu:

a) Mayorat laki-laki, yaitu apabila anak laki-laki tertua/sulung atau keturunan laki-laki yang
3) Hukum Waris Islam
Sebagaimana diketahui bersama bahwa hukum kewarisan yang berlaku adalah hukum Faraid . Faraid
menurut istilah bahasa ialah takdir/qadar/ ketentuan dan pada syara adalah bagian yang
diqadarkan/ditentukan bagi ahli waris.

Sejarah hukum Indonesia menunjukkan bahwa eksistensi ketiga sistem hukum waris berlaku secara
bersamasama meski titik mula munculnya tidak bersamaan namun telah lama menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalam sejarah
perkembangannya, dapat diketahui bahwa sistem hukum waris adat lebih dahulu ada dibandingkan
dengan sistem hukum waris yang lain. Hal ini dikarenakan hukum adat, termasuk hukum warisnya,
merupakan hukum asli bangsa Indonesia, berasal dari nenek moyangnya dan telah melembaga serta
terinternalisasi secara turun-menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketika agama Islam
masuk ke Indonesia, maka terjadi kontak yang karab antara ajaran maupun hukum islam (yang
bersumber pada Alquran dan As-Sunah ) dengan hukum adat. Titik singgung antara hukum Islam dengan
hukum adat terletak pada pandangan adanya keistimewaan antara anak laki-laki dan perempuan.

Plurarisme ini menimbulkan perbedaan Hukum waris yang akan digunakan dalam suatu peristiwa,
Masyarakat Indonesia dipersilakan memillih hukum waris mana yang akan digunakan. Asal ada
kesepakatan, orang bisa saja memilih hukum waris BW, hukum waris Islam atau hukum waris adat. Tapi
Pandangan sentralistik berpendapat bahwa satu-satunya institusi yang berperan menciptakan
keteraturan sosial adalah negara melalui hukum yang dibentuk dan ditetapkan oleh negara. Pada
realitanya, banyak terdapat ‘kekuatan lain’ yang tidak berasal dari negara. Diantaranya, hukum adat,
hukum agama, kebiasaan-kebiasaan, perjanjian-perjanjian perdagangan lintas bangsa dan sebagainya.
Kekuatan-kekuatan tersebut sama-sama memiliki kemampuan mengatur tindakan-tindakan masyarakat
yang terikat di dalamnya, bahkan terkadang anggota atau komunitas dalam masyarakat lebih memilih
untuk mentaati aturan-aturan yang dibentuk oleh kelompoknya dibanding aturan hukum negara.

Jika demikian, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa pluralisme hukum masih atau tetap dibutuhkan
di negara ini. rakyat mempunyai pilihan sendiri terhadap sistem hukum yang mereka percayai dapat
mengatur urusan kehidupannya dan menyelesaikan konflik diantara mereka. Hal ini seyogyanya menjadi
bahan pertimbangan yang signifikan bagi Pemerintah dan Legislator ketika merumuskan hukum
nasional maupun strategi pembangunan hukum nasional. Disamping itu, juga bagi penegak hukum agar
memahami bahwa masyarakat memiliki pilihan cara untuk mengakses keadilan dalam menyelesaikan
sengketa diantara mereka.

2. a) Mengapa diperlukan penegasan hierarki Peraturan Perundang- undangan pada sistem hukum di
Indonesia?.

Sistem peraturan Perundang-undangan adalah satu kesatuan dari seluruh peraturan perundang-
undangan yang satu sama lain saling berhubungan dan merupakan sub-sub sistem yang terintegrasi
dalam satu kesatuan yang bulat dan tidak bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Peraturan
Perundang-undangan sebagai suatu sistem terdiri dari sub-sub sistem, maka sifat-sifat dari pada sistem
atau cirri-cirinya adalah : pertama, Bersifat abstrak artinya tidak berwujud. Kedua, Merupakan hasil
buatan dari manusia yang terencana. Ketiga,Terbuka/ gejala sosial yang mendapatkan pengaruh social.
Keempat, Hidup/ diberlakukan dan terakhir Kompleks, karena didalamnya banyak subsub sistem dan
saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Peraturan Perundang-undangan pada dasarnya merupakan proses penyelenggaraan Negara/


pemerintah dalam rangka tercapainya tata tertib dalam bernegara. Peraturan Perundang-undangan
merupakan alat atau sarana untuk tercapinya cita-cita dan tujuan Negara yaitu Kesejahteraan
Masyarakat (Welfare state). Untuk mewujudkan cita-cita dan tujuan Negara Republik Indonesia harus
Hierarki atau tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia merujuk pada Pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (“UU
12/2011”) sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan ("UU 15/2019”) yang berbunyi:

Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:


a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
Hierarki menggambarkan aturan yang khusus maupun berkedudukan lebih tinggi lebih diutamakan
daripada aturan yang umum dan berkedudukan lebih rendah.
Sedangkan mengenai ajaran tentang tata urutan peraturan perundang-undangan tersebut mengandung
beberapa prinsip berikut :

Pertama, Peraturan perundangundangan yang lebih tinggi kedudukannya dapat dijadikan landasan atau
dasar hukum bagi peraturan perundang-undangan yang lebih rendah atau berada dibawahnya.

Kedua, Peraturan perundangundangan tingkat lebih rendah harus bersumber atau memiliki dasar
hukum dari peraturan perundang-undangan yang tingkat lebih tinggi.

Ketiga, Isi atau muatan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh menyimpang atau
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

Keempat, Suatu peraturan perundang-undangan hanya dapat dicabut, diganti atau diubah dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau paling tidak dengan yang sederajat.

Kelima, Peraturan perundangundangan yang sejenis apabila mengatur materi yang sama, peraturan
yang terbaru harus diberlakukan walaupun tidak dengan secara tegas dinyatakan bahwa peraturan yang
lama itu dicabut. Selain itu, peraturan yang mengatur materi yang lebih khusus harus diutamakan dari
peraturan perundangundangan yang lebih umum.

Penegasan hierarki Peraturan Perundang- undangan pada sistem hukum di Indonesia untuk
menghindari Konsekuensi penting dari prinsip-prinsip di atas adalah harus diadakannya
mekanismeyang menjaga dan menjamin agar prinsip tersebut tidak disimpangkan atau dilanggar.
b.) Apakah di dalam Peraturan Pemerintah yang salah satu fungsinya adalah berisi materi untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya, boleh mencantumkan sanksi pidana sedangkan
dalam Undang-Undang nya sendiri tidak ada memuat sanksi pidana, atau pemaksa,?. Tanggapan anda
harus menyertakan dasar hukumnya.

Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 (“UUD 1945”):


“Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya.”

Penetapan peraturan pemerintah yang dilakukan oleh presiden ini juga tertulis dalam Pasal 1 angka (5)
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan(“UU 12/2011”) yang
berbunyi:

“Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.”
Pada umumnya, sebagaimana peraturan perundang-undangan lainnya untuk memaksakan agar
masyarakat memiliki ketaatan, maka pada peraturan perundangundangan tersebut dicantumkan sanksi.
Namun Peraturan Pemerintah (PP), Peraturan Menteri (Permen) maupun Peraturan Gubernur
(Pergub) tidak bisa menjatuhkan sanksi pidana. Karena Pada Pasal 15 UU 12/2011 telah dengan jelas
menyebut bahwa ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam undang-undang (“UU”) dan Peraturan
Daerah (“Perda”) . PP adalah menjalankan perintah UU, dan juga menyelenggarakan pengaturan lebih
lanjut ketentuan lain dalam UU . Hal tersebut menegaskan bahwa PP berfungsi untuk mejalankan
perintah UU bukan berkedudukan sama dengan UU.

3.a) Tentukan status masing – masing pelaku dalam contoh kasus di atas dan jawaban anda harus
disertai dengan ketentuan hukum yang mengaturnya.

- Badut ( Peminjam uang 200 juta ) :


- Paku :
Paku terkena pembunuhan berencana karena ikut merencanakan pembunuhan berdasarkan Pasal 340
KUHP yakni barangsiapa yang sengaja dengna rencana terlebih dahulu yang mengakibatkan hilangnya
nyawa seseorang, kemudian pertanggungjawabannya dengan hukuman pidana mati atau seumur hidup
atau paling lama dua puluh tahun.
Kemudian karena Paku ikut serta dalam rencana pembunuhan maka Paku terkena Pasal 56 KUHP:
Dihukum sebagai orang yang membantu melakukan kejahatan:
1.Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu;
2. Barangsiapa dengan sengaja memberikan kesempatan, daya upaya, atau keterangan untuk
melakukan kejahatan itu.
Pasal 480 KUHP:
Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp900,-
dihukum:
1. Karena sebagai sekongkol, barangsiapa yang membeli, menyewa, menerima tukar, menerima gadai,
menerima sebagai hadiah, atau karena kehendak mendapat untung, menjual, menukarkan,
menggadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu barang, yang diketahuinya atau
yang patut disangkanya diperoleh karena kejahatan.
Jika Debitur gagal mengembalikan uang Kreditur sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, maka
terjadilah apa yang disebutkan sebagai utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih, sehingga proses
penyelesaian sengketa Utang Piutangnya dapat diselesaikan secara cepat, sederhana dengan biaya yang
ringan di Pengadilan Niaga. Pengertian utang, kreditur, debitur, jatuh tempo dan sudah dapat ditagih
secara luas proses penyelesaian sengketanya ditangani oleh Pengadilan Negeri. Hal ini menunjukkan
penyelesaian sengketa di Pengadilan Niaga hanya dilaksanakan secara cepat dan sederhana, sedangkan

Anda mungkin juga menyukai