-Maria Ulfah- 1
SISTEM
(SYSTEM)
Black’s Law Kamus Besar Bahasa
The New Penguin English Dictionary (2019): Indonesia (2020):
Dictionary (2001): 1. Detailed 1. perangkat unsur
1. Regularly interacting or procedures, methods yang secara teratur
interdependent group of items and routines to carry saling berkaitan
out an activity, sehingga
forming a unified whole;
problem solve or membentuk suatu
2. An organised or established perform a duty.
procedure; totalitas;
2. Purposeful 2. susunan yang
3. Harmonious arrangement organized structure teratur dari
or pattern, order; that is regarded as a pandangan, teori,
4. The body considered as a whole and consists of asas, dsb;
functional unit. interdependent and 3. metode.
interrelated elements.
➔ Sistem selalu merujuk pada susunan beberapa bagian atau unsur yang 2
saling terkait membentuk satu kesatuan utuh.
Sistem Hukum
(Legal System)
John Henry Merryman:
A legal ‘system’, ‘is an operating set of legal institutions, procedures, and rules.
Legal Information Institute: A legal system is a procedure or process for
interpreting and enforcing the law.
US Legal.com: Legal system refers to a procedure or process for interpreting and
enforcing the law. It elaborates the rights and responsibilities in a variety of ways.
University of London: The legal system comprises the law – produced by law-
making bodies (legislatures and judiciary) – and the institutions, processes and
personnel that contribute to the operation and enforcement of those laws.
+ eksekutif, legislatif
4
Sistem hukum dapat dipahami dalam konteks hukum nasional (secara umum)
maupun konteks bidang-bidang hukum (secara khusus). 5
± 160 negara di dunia
=
160 sistem hukum nasional?
TIDAK
8
4) Tradisi Hukum Sosialis (Socialist Law): sudah tidak relevan sejak Uni
Soviet sebagai negara kesatuan dibubarkan menjadi beberapa negara
merdeka yang tidak sepenuhnya menganut ideologi sosialis komunis.
➔ Sejarah perkembangan sistem Socialist Law dipengaruhi kuat oleh ideologi
Marxisme-Leninisme. Uni Soviet bermula dari tradisi Civil Law, namun
terjadi Revolusi Bolsevik tahun 1917 yang memunculkan pemerintahan
berideologi Komunisme-Leninisme dan tradisi Civil Law ‘diubah’ secara
revolusioner.
➔ Tradisi hukum ‘baru’ ini oleh para ahli hukum sosialis di era Perang Dingin
diperkenalkan sebagai sistem atau tradisi hukum revolusioner dan sangat
berbeda dari sistem hukum ‘barat’ borjuis dengan ideologi liberalisme-
kapitalisme.
➔ Hukum menurut tradisi Socialist Law semata-mata dipandang sebagai hasil
ciptaan negara dan oleh karenanya harus tunduk pada negara (yakni
penguasa), bukan negara yang harus tunduk pada hukum. Konsep ini
membuat negara dengan tradisi Hukum Sosialis tidak mengenal konsep
Supremasi Hukum (Rule of Law) yang menjadi pilar utama dari demokrasi
dalam bernegara sebagaimana dikenal luas di negara-negara barat yang
menganut Civil Law maupun Common Law. 9
1) Tradisi Hukum Barat
(Western Legal Traditions)
Tradisi Hukum Barat memiliki karakteristik:
1. Pembedaan tajam antara institusi-institusi hukum (legal institutions)
dengan institusi sosial lain ➔ Institusi hukum yang dimaksud bukan
hanya gedung atau lembaga seperti parlemen, tetapi juga proses
penegakan hukum seperti perundang-undangan, penyelesaian
perkara, teori hukum, asas hukum, dsbnya. Walaupun hukum dalam
perkembangannya dapat dipengaruhi oleh ekonomi, agama,
kebiasaan, moral, dsbnya, namun hukum tetap dapat dibedakan dari
berbagai faktor lainnya. Secara singkat, menurut tradisi hukum
barat, hukum bersifat mandiri atau otonom karena memiliki
karakternya sendiri.
2. Penyelenggaraan dan/atau penegakkan berbagai pranata hukum
dalam tradisi hukum barat dipercayakan pada sekelompok
profesional yang sehari-harinya menjalankan aktivitas di bidang
hukum ➔ muncul pengemban profesi hukum (legal professionals). 10
3. Para pengemban profesi hukum harus mengikuti program
pendidikan khusus pada pendidikan tinggi hukum ➔ memiliki
metode pembelajaran khas untuk melatih para calon profesional
hukum.
4. Materi atau bahan ajar bagi para calon pengemban profesi hukum
pada sekolah-sekolah hukum, dalam tradisi hukum barat,
berkembang secara dialektis ➔ ilmu hukum dan institusi-institusi
hukum saling mempengaruhi dan berkembang secara dialektis.
Konsep-konsep, teori, atau pemikiran-pemikiran dari para ahli
hukum pada akhirnya akan mempertajam, memperkaya, dan
menyempurnakan institusi hukum itu sendiri, demikian pula
sebaliknya. Dengan demikian, hukum dalam tradisi hukum barat,
tidak hanya meliputi apa yang disebut dengan institusi/ pranata,
perintah, norma/ kaidah, putusan hakim, undang-undang, atau
sejenisnya, melainkan juga mencakup apa yang dipikirkan atau
digagas oleh para pemikir/ ahli hukum. Ilmu hukum menjadi benar-
benar sebuah bidang ilmu sendiri, memiliki metodenya sendiri, yang
semuanya dapat dianalisis dan dikembangkan. 11
5. Hukum dipandang sebagai sebuah sistem yang koheren, sebuah
sistem yang terintegrasi ➔ Hukum sebagai sebuah sistem yang utuh
berkembang sesuai dengan perkembangan waktu, dari satu generasi
ke generasi berikutnya, terus berkembang seperti itu hingga berabad-
abad kemudian. Sebagai sebuah sistem, hukum dalam pemikiran
tradisi barat diyakini akan terus berevolusi, berkembang sesuai
dengan perubahan dalam masyarakat.
6. Kesejarahan hukum menurut tradisi hukum barat terkait dengan
konsep supremasi hukum atas politik ➔ Pembangunan/
pertumbuhan hukum secara sistemik juga berlaku atau mengikat
negara dan para penyelenggara negara itu sendiri. Mereka adalah
pembuat hukum, namun mereka juga tunduk terhadap hukum.
Prinsip supremasi hukum ini sudah berlaku di negara-negara di
Eropa sejak abad 12, bahkan juga di negara-negara yang menganut
sistem pemerintahan kerajaan absolut sekalipun.
12
7. Tradisi hukum barat di Eropa di masa lampau juga mengenal
pluralisme sistem hukum yang berlaku secara damai bagi kelompok
atau golongan masyarakat yang berbeda-beda. Misal, ada sistem
hukum gereja atau Kanonik (Canon Law) yang mengatur berbagai
hal yang dimasukkan ke dalam urusan gereja (ecclesiastical polity),
dan sistem hukum yang dibuat oleh negara untuk mengatur berbagai
hal yang tidak berkaitan dengan urusan gereja (secular polities).
Selain itu, di beberapa wilayah di Eropa pada masa itu juga
mengenal adanya sistem hukum yang khusus berlaku untuk
golongan bangsawan (Royal Law, Feudal Law), sistem hukum yang
khusus berlaku untuk penduduk di pedesaan (Manorial Law), sistem
hukum khusus untuk kaum pedagang (Mercantile Law) dstnya.
Akibatnya, pada abad 11-16 di Eropa, dapat saja terjadi seseorang
untuk suatu hal tunduk pada yurisdiksi Hukum Gereja, untuk hal lain
tunduk pada yurisdiksi pengadilan niaga yang bertugas menegakkan
mercantile law, lalu untuk hal yang lain lagi ia tunduk pada royal
law, dstnya ➔ pemisahan antara hukum agama dan hukum negara.
13
8. Tradisi hukum barat juga banyak dipengaruhi dan dibaharui oleh
nilai-nilai sosial baru yang lahir sebagai akibat dari berbagai
perubahan atau bahkan revolusi sosial yang terjadi di Eropa ➔
Contoh munculnya Masa Renaisans (Renaissance, sekitar tahun
1300 hingga abad 16 Masehi), Revolusi Agraria (sebelum abad 18
Masehi), Revolusi Industri (di mulai sekitar tahun 1760 di Inggris),
dan Revolusi Perancis (tahun 1789-1799) ➔ adanya revolusi sosial.
14
Civil Law dan Common Law dapat dibedakan dari
lima hal berikut ini:
1. Latar belakang sejarah perkembangannya;
2. Metode hukumnya;
3. Jenis sumber hukum utama;
4. Ideologi;
5. Lembaga/ pranata hukum yang khas.
15
1. Karakteristik Latar Belakang Sejarah
16
C I V I L L A W:
➔ Tradisi/ sistem Romano-Germanic (Romawi memperluas wilayah ke utara
Eropa yang bersistem Germanic) bersumber dari Romawi Kuno (masa
Kekaisaran Romawi).
➔ Masa Kaisar Justinianus (527-565 Masehi) berhasil menghimpun kitab kodifikasi
Hukum Romawi bernama Corpus Juris Civilis atau Codex Justinianus yang terdiri
dari Institutiones-pengantar; Digestae/ Pandectae- materi-materi yang harus
dipelajari mahasiswa; Codex-koleksi peraturan masa Romawi yang tersusun
sistematis; Novelli-peraturuan perundang-undangan tambahan yang disusun setelah
ketiganya selesai dibuat. Kitab tersebut adalah cikal bakal terbentuknya Civil Law.
➔ Lalu terjadi stagnasi beberapa abad, hingga abada 11-12 Masehi berkembang
lagi hukumnya melalui para Glossators (terpelajar yang merekonstruksi kitab
kodifikasi Hukum Romawi seasli mungkin) dan para Commentators (terpelajar
yang menyesuaiakan kitab kodifikasi Hukum Romawi dengan perkembangan
baru saat itu) dengan studi hukum di universitas Bologna-Italia: Hukum
Romawi kembali hidup ke seluruh daratan Eropa, terkecuali Inggris.
➔ Sesuai dengan tradisinya, maka sistem Civil Law dikembangkan oleh para
akademisi hukum di universitas-universitas, untuk kemudian dikompilasi,
dikodifikasi, dan disahkan oleh perangkat legislatif menjadi undang-undang:
kodifikasi kitab hukum atau peraturan perundang-undangan. 17
KODIFIKASI NAPOLEON
→ Napoleon Bonaparte (Perancis) lahir lima jenis kodifikasi:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Code Civil);
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Code Penal);
3. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Code du Commerce);
4. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata;
5. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Perancis Portugis,
Spanyol,
Jepang
Belanda
Hindia Belanda
(Indonesia) 19
C O M M O N L A W:
➔ Bermula dan berkembang di Inggris. Lalu Amerika Serikat
mengembangkan menjadi Anglo Amerika.
➔ Sistem Common Law dikembangkan oleh para praktisi hukum melalui
kasus-kasus hukum yang harus diselesaikan di depan forum pengadilan.
➔ Pengadilan-pengadilan kerajaan meluas dan menggantikan pengadilan-
pengadilan tradisional. Hakim-hakim kerajaan = hakim keliling yang
berkelana ke seluruh penjuru negeri. Mereka mengadili kasus dengan
menerapkan beragam hukum adat setempat.
➔ Dengan keberagaman hukum adat yang dikenal, mereka sering
mendiskusikan keuntungan dan kerugiannya masing-masing. Lalu mulai
timbul situasi di mana hakim-hakim kerajaan sering menerapkan hukum
yang sama di seluruh negeri, sehingga terbentuk lah “COMMON LAW”.
➔ Common Law tercipta melalui pengadilan-pengadilan yang
menggunakan putusan-putusan pengadilan mereka sebagai PRESEDEN
(Yurisprudensi). Preseden tersebut dalam keadaan serupa harus diikuti
dan dihormati = prinsip “STARE DECISIS”. 20
➔ Prinsip Stare Decisis/ the Doctrine of Judicial Precedent:
Dua kasus dengan sebagian besar fakta “relevan sama”, dapat diputuskan
dengan cara sama oleh Hakim (judge made law). “Relevan sama” dapat dilihat
pada ratio decidendi (pertimbangan hakim atas penerapan hukum). Ratio
decidendi yang bersifat mengikat adalah aturan hukum yang dipakai
pengadilan dalam memutuskan kasus yaitu hukum yang diperlukan untuk
mengambil putusan.
22
C I V I L L A W:
➔Mengingat asal mulanya dari para akademisi hukum, maka sistem
Civil Law cenderung bersifat rule-based: menekankan pada aspek
norma/ kaidah/ hukum tertulis yang abstrak dan konseptual.
➔Norma-norma hukum Civil Law dirumuskan untuk mencari solusi
atau pemecahan terhadap problem hukum yang mungkin akan terjadi
dalam masyarakat. Itu sebabnya pola atau cara berpikir para ahli
hukumnya dan metode pendekatan hukumnya bersifat deduktif.
➔Hukum dalam sistem Civil Law dipersepsikan sebagai kaidah-kaidah
yang mengatur perilaku manusia yang berkait erat dengan konsep
tentang keadilan dan moralitas. Dengan demikian, pembentuk hukum
menurut tradisi hukum ini diserahkan pada kalangan akademisi
hukum melalui pemikiran-pemikiran atau doktrin-doktrin mereka.
Pada gilirannya, berdasarkan doktrin-doktrin inilah akan disusun
produk hukum tertulis berupa undang-undang yang akan diterapkan
untuk memecahkan kasus hukum yang terjadi di masa depan
(mengenal aspek hukum prosedural, namunfokus utama pada
23
perumusan secara detail kaidah-kaidah hukum material/ substansial).
C O M M O N L A W:
➔Mengingat asal mulanya berasal dari praktisi hukum (advokat,
hakim), maka sistem Common Law bersifat court-based: menekankan
pada pemecahan masalah hukum secara praktis dan konkrit di forum
pengadilan.
➔Para praktisi hukum mencari dan menggali hukum dari hukum
kebiasaan dalam konteks untuk menjawab kasus-kasus hukum yang
dibawa ke pengadilan oleh para pihak yang bersengketa. Itu sebabnya
pola atau cara berpikir ahli hukumnya dan metode pendekatan
hukumnya pun lebih bersifat pragmatis, konkrit, dan induktif.
➔Hukum dalam tradisi Common Law lebih dipersepsikan sebagai
kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antar pihak-pihak
yang berperkara di depan hakim sekaligus sebagai solusi atas sengketa
hukum yang bersangkutan. Ini sebabnya kaidah-kaidah hukum yang
menyangkut aspek prosedural atau proses berperkara di depan
pengadilan, seperti misalnya Evidence dan Administration of Justice,
menjadi sangat penting peranannya menurut tradisi hukum Common 24
Law.
3. Karakteristik Jenis Sumber Hukum
25
C I V I L L A W:
➔Tradisi Civil Law sangat mengutamakan perundang-
undangan atau hukum tertulis sebagai sumber hukum
utama, dan bukan putusan hakim. Lebih lanjut, dalam
tradisi ini Kitab Kodifikasi Hukum, misal Code du Penal
(Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), Code du Civilis
(Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) memainkan fungsi
amat penting sebagai sumber hukum.
26
C O M M O N L A W:
➔Tradisi Common Law berkembang dari hukum tidak tertulis
yakni hukum kebiasaan yang kemudian ‘dikuatkan’ oleh hakim
dalam memutuskan perkara di depan pengadilan, maka putusan
hakim menjadi sumber hukum yang utama dalam tradisi hukum
ini. Hukum tertulis berupa undang-undang memang juga
menjadi salah satu sumber hukum juga, namun kedudukannya
dan nilainya tidak dapat disamakan dengan putusan hakim.
Undang-Undang hanyalah sebagai pelengkap dan umumnya
apa yang diatur oleh UU itu hanyalah penegasan, konkritisasi
atau formalisasi dari apa yang sebelumnya sudah menjadi
hukum kebiasaan.
27
Catatan Umum dari Civil Law dan Common Law di atas:
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, memperlihatkan kecenderungan
bahwa tradisi Civil Law dan Common Law dalam memandang hukum
tertulis dan tidak tertulis sebagai sumber hukum mulai saling
melengkapi dan bukan saling bertentangan secara frontal. Artinya,
meskipun dalam tradisi Civil Law, kitab kodifikasi hukum dan undang-
undang merupakan sumber hukum paling utama, tidaklah berarti bahwa
dalam tradisi ini putusan hakim tidak mempunyai nilai atau fungsi
sebagai sumber hukum. Sebaliknya, dalam tradisi Common Law yang
memprioritaskan keputusan hakim (case law) sebagai sumber hukum
utama, tidak berarti mereka tidak mengakui undang-undang sebagai
sumber hukum. Putusan hakim maupun undang-undang (hukum
tertulis) keduanya diakui sebagai sumber hukum menurut kedua tradisi
hukum itu, hanya penekanan prioritasnya yang berbeda. Pada sistem
Civil Law, undang-undang menjadi yang terpenting dan dominan,
sedangkan pada sistem Common Law hal sebaliknya yang terjadi. 28
4. Karakteristik Ideologi
29
5. Karakteristik Lembaga/ Pranata Hukum
Civil Law ➔
Dikenal adanya pranata hukum ‘law of obligation’, ‘good faith’,
dan lembaga hukum ‘administrative court’, ‘competition law’.
Common Law ➔
Dikenal adanya pranata hukum ‘trust’, ‘estoppel’, ‘consideration’,
dan lembaga hukum ‘equity’ , ‘competition law’ , ‘tort’.
30
(untuk kepentingan kelas)
31
KARAKTERISTIK CIVIL LAW:
1. Sistem hukum berlandaskan pada sumber hukum tertulis/
perUUan (bentuk kodifikasi maupun non-kodifikasi).
2. Pemikiran hukum berasal dari para akademisi atau ahli hukum →
jurist (legal scholars) berpengaruh besar dalam pembuatan
hukum oleh parlemen, maupun melalui putusan hakim.
3. Pada saat lahirnya terdapat perbedaan tegas antara penggolongan
hukum publik dan hukum privat/ perdata. Akan tetapi, pada
perkembangannya garis pemisah tersebut memudar.
4. Metode hukum bersifat deduktif :
berangkat dari pemikiran asas serta norma hukum secara umum dan
abstrak yang kemudian asas dan norma tersebut diaplikasikan pada
setiap kasus hukum yang terjadi ➔ Asas-asas dan norma hukum
diujikan/ diterapkan pada kasus hukum relevan. Apabila di dalamnya
terdapat unsur-unsur sama seperti yang tercantum di dalam norma
hukum (pasal tertentu), maka pasal tersebut yang menjadi “solusi
hukum". 32
5. Hukum tertulis tidak identik dengan kodifikasi hukum, begitu pula
peraturan perundang-undangan tidak identik dengan kodifikasi
hukum ➔ hukum tertulis: kodifikasi hukum serta peraturan
perundang-undangan.
6. Peran hakim dalam sidang peradilan hanyalah sebagai penafsir
hukum, bukan sebagai pembuat/ pencipta hukum baru (hakim
sebagai corong UU). Artinya, hakim harus menggunakan berbagai
metode penemuan atau penafsiran hukum terhadap hukum tertulis
untuk dapat diaplikasikan pada fakta hukumSistem peradilan atau
hukum acara adalah inquisitorial system dan tidak mengenal sistem
juri (jury). Tidak adanya sistem juri ini membuat hakim menjadi
sangat dominan dan aktif, bahkan dalam banyak kasus persidangan
jumlah hakim yang bersidang harus lebih dari satu orang sehingga
dikenal “majelis hakim”.
7. Adanya konsep pembagian kekuasaan antara eksekutif-legislatif-dan
judikatif, untuk memberi tugas, peran dan fungsi yang berbeda. Pihak
yudikatif hanya berwenang menerapkan hukum yang dibuat legislatif
33
melalui metode penemuan hukum.
KARAKTERISTIK COMMON LAW (INGGRIS):
1. Sistem hukum berlandaskan pada perkara/ kasus hukum →
putusan pengadilan (case law). Kaidah hukum berkembang
melalui putusan hakim sehingga hakim di pengadilan
memegang peranan penting dalam pembentukan/ penciptaan
hukum (jugde made decisional law) → peraturan perundang-
undangan ada, tetapi berjumlah sedikit.
2. Menganut doktrin preseden/ prinsip stare decisis yang
hirarkis. Putusan hakim (case law) yang menjadi preseden
disebut yurisprudensi ➔ dibatasi dengan kebenaran dan
keadilan.
3. Gaya hukum pragmatis dan mengandalkan improvisasi ➔ tata
cara peradilan sangat praktis-operasional.
4. Tidak mengenal pembedaan hukum privat dan hukum publik
secara struktural dan substantif (≠ civil law).
34
5. Metode hukum bersifat induktif: berangkat dari sekumpulan
fakta riil atau kasus konkrit → diteliti dan dibandingkan →
masalah yang kurang lebih sama/ mirip dengan putusan hakim
sebelumnya (preseden) → ditemukan ketentuan hukum
mengikat dan diterapkan pada kasus tersebut (singkatnya adalah
pemikirian dari sesuatu yang khusus diterapkan ke sesuatu yang
sifatnya umum).
6. Pengadilan menggunakan adversarial/ adversary system ➔
masing-masing pihak menggunakan pengacara; hakim menjadi
seperti wasit/ pasif (mengatur alur persidangan), dan apabila ada
sistem juri maka hakim tidak menentukan hasil putusan (juri:
gulty or not guilty; hakim hanya menentukan vonis hukuman).
7. Sistem hukum Inggris sangat mengutamakan atau
menitikberatkan pada aspek hukum acara. Hal ini tampak dari
adanya writ atau breve (sebuah perintah resmi tertulis yang
diterbitkan oleh orang atau lembaga yang memiliki kewenangan
administratif atau yudikatif). 35
Civil Law
Common Law
Islamic Law
Mix Law (Civil Law and Common Law) 36
Sistem Hukum
B. Hukum Adat Indonesia
Oleh: Prof. Dr. Catharina Dewi Wulansari, S.H., M.H.
-Maria Ulfah- 37
o Hukum Adat: bahasa Arab ➔ “Huk’m” dan “Adah” (jamaknya
Ahkam): suruhan atau ketentuan atau kebiasaan. Hukum adat
adalah hukum kebiasaan.
39
o KOENTJARANINGRAT:
Tiap-tiap masyarakat (berbentuk kompleks maupun sederhana), tentu
mempunyai aktivitas-aktivitas yang berfungsi dalam lapangan
pengendalian masyarakat atau kontrol sosial.
45
Soerjono Soekanto:
1. Hukum Tantra atau Hukum Negara Materil dan Formil, yaitu:
a. Hukum Tata Tantra atau Hukum Tata Negara;
b. Hukum Administrasi Tantra atau Hukum Administrasi Negara;
c. Hukum Pidana.
-Maria Ulfah- 48
❑ Hukum Islam berhubungan erat dengan agama Islam. Aturan-aturan
yang diterapkan pada hukum Islam adalah aturan-aturan yang
ditetapkan oleh Allah untuk mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhannya, mengatur hubungan manusia dengan dirinya
sendiri, mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia dalam
hubungan sosial dan hubungan dengan alam semesta.
Syariah ➔
Akidah Akhlak Fiqih
49
❑ AKIDAH: ikatan/ sangkutan ➔ mengikat dan menjadi sangkutan/
gantungan segala sesuatu. Akidah ini fundamental dalam Hukum Islam.
Akidah merupakan kumpulan aturan-aturan yang menjadi titik tolak
kegiatan seorang muslim. Akidah dikenal pula sebagai keyakinan mutlak
seseorang terhadap Allah.
Al-maqasid Al-khamsah
atau
Al-maqasid al-syariah
52
Bidang-Bidang atau Ruang Lingkup dalam Hukum Islam
69
c) Qiyas: menyamakan hukum suatu perkara yang belum ada hukumnya
dengan perkara lain yang ditetapkan oleh Al-Qur’an karena adanya
persamaan alasan/illat hukum. Maka apabila suatu ayat Al-Qur’an
telah menunjukkan hukum suatu perkara dan telah diketahui alasan
hukumnya (illat hukumnya) melalui salah satu metode penemuan
hukum tertentu, kemudian terdapat perkara lain yang memiliki alasan
hukum yang sama, maka hukum atas perkara lain tersebut disamakan
dengan perkara yang telah ada aturannya/ nash-nya, karena
sesungguhnya hukum terseut ada disebabkan alasan hukumnya/ illat
hukumnya ada.
Qiyas secara sederhana dapat dicontohkan yakni ketika meminum khamr/
minuman memabukkan adalah perkara yang telah ditetapkan sebagai
sesuatu yang diharamkan sebagaimana yang tercantum dalam Qur’an
Surah Al-Maidah (5):90. Pengharaman ini karena adanya illat/alasan
yakni memabukkan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa setiap sesuatu
minuman atau makanan yang memiliki illat/ alasan yang sama yaitu sama-
sama memabukkan maka dipersamakan dengan khamr dan hukumnya
haram. 70
Qiyas ini ditempuh sebagai metode penemuan hukum apabila suatu
perkara yang dihadapi tidak ditemukan hukumnya secara rinci
berdasarkan aturan yang ada di dalam Al-Qur’an dan tidak terdapat pula
dalam sunnah/ hadits maupun ijma’, maka ditemukan illat/ alasan yang
sama atas suatu peristiwa yang telah terdapat ketetapan hukumnya.
Penggunaan qiyas ini didasarkan pada asas-asas hukum, yaitu, bahwa
segala ketentuan hukum harus berdasarkan atas tujuan dan kemanfaatan/
kemaslahatan, hal ini yang merupakan alasan hukum dan sebab adanya
hukum. Atas dasar kaidah inilah kemudian membahas ketentuan hukum
yang telah ada untuk mendapatkan unsur-unsur yang menjadi alasan atau
illat pada masalah yang telah ada aturan hukumnya di dalam nash/aturan
itu yang belum ada dasar hukumnya, dengan memberikan hukum yang
sama, yaitu apabila di antara keduanya terdapat unsur-unsur alasan hukum
yang sama
71
Kedudukan Hukum Islam Dalam Tata Hukum Nasional
❑ Periode penjajahan Belanda – Regerings Reglement S 1855-2 diakomodir
3 (tiga) sistem hukum yaitu hukum Barat, hukum Adat, dan hukum Islam.
❑ Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, hukum nasional tetap
dibangun oleh ketiga sumber hukum tersebut, hukum nasional dalam
bentuk hukum positif masih terdiri atas 3 (tiga) unsur tersebut, hanya saja
dasar pembentukkan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
❑ Kedudukan hukum Islam dalam pembinaan dan pembangunan hukum
nasional berdasar pada peraturan perundang-undangan yang
menggunakan sumber dari hukum Islam, antara lain Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1946 tentang Pencatatan Nikah, Talak, dan Rujuk;
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria jo.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf jo. Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan; Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan jo. Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; … 72
…; Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2006 jo. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang
Pengadilan Agama; Undang-Undang nomor 18 Tahun 2008 tentang Surat
Berharga Syariah Negara; Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal; Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014
tentang Asuransi; Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang
Kompilasi Hukum Islam dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1
Tahun 2008 tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, dan lain-lain.
73
74
Periode Sejarah Tata Hukum Indonesia
1) Masa Verenigde Oost-Indische Compagnie (1602-1799)
2) Masa Transisi (1800-1811)
3) Masa Inggris (1811-1814)
4) Masa Belanda (1814-1942):
A. Masa Besluiten Regering-BR (1814-1855)
→ Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB)
B. Masa Regerings Reglemen-RR(1855-1919; 1920-1925)
C. Masa Indische Staatsregeling-IS (1926 -1942)
5) Masa Jepang (1942-1945)
6) Masa Indonesia Merdeka
75