NIM : 041868511
TUGAS 1
b. Berikan pendapat mengenai Definisi, Objek dan tujuan ilmu hukum pidana!
Jawaban :
Pengertian HukumPaling tidak ada sembilan pengertian hukum yang lazim dan dikenal
masyarakat :
1.Hukum dalam arti sebagai ilmu pengetahuan (ilmu hukum) yang berarti juga sebagai
ilmu kaidah (normwissenschaft).
2.Hukum dalam arti sebagai disiplin yaitu ajaran hukum mengenai fenomena
masyarakat atau ajaran kenyataan atau gejala-gejala hukum yang ada dan yang hidup
dalam masyarakat
3.Hukum dalam arti sebagai kaidah atau peraturan hidup yang menetapkan
bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat.
4.Hukum dalam arti sebagai tata hukum yaitu keseluruhan aturan hukum yang berlaku
sekarang atau yang positif berlaku di suatu tempat dan pada suatu waktu.
5.Hukum dalam arti sebagai petugas hukum. Dalam Konteks ini lebih banyak
merupakan anggapan dari sebagian warga masyarakat yang awam hukum ( the man
in the street ).
7.Hukum dalam arti proses pemerintahan yang berarti aktivitas dari lembaga
administratif atau lembaga eksekutif dalam menyelenggarakan pemerintahan.
8.Hukum dalam arti sebagai perilaku yang teratur, dalam hal ini perilaku individu yang
satu terhadap yang lain secara biasa, wajar dan rasional, yang secara terus menerus
dilakukan dan pada akhirnya menimbulkan suatu ikatan yang diterima sebagai suatu
keharusan.
9.Hukum dalam arti sebagai jalinan nilai-nilai yaitu untuk mewujudkan keseimbangan
atau keserasian antara pasangan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
- Pidana
Dapatlah dikatakan bahwa pengertian hukum pidana dalam arti sempit hanya meliputi
hukum pidana materiil, sementara pengertian hukum pidana dalam arti luas meliputi,
baik hukum pidana materiil maupun hukum pidana formil. Hukum pidana materiil
biasanya merujuk kepada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sedangkan
hukum pidana formil mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
atau KUHAP.
Berdasarkan defenisi ilmu hukum pidana, maka objek ilmu hukum pidana adalah
aturan-aturan hukum pidana yang berlaku di suatu Negara. Tegasnya, objek ilmu
hukum pidana adalah aturan-aturan pidana positif yang berlaku di suatu negara.
Pertanyaan lebih lanjut, apakah yang dimaksudkan dengan aturan-atutran atau
ketentuan pidana.van Hattumdan van Bemmelenmemberi cakupan mengenai aturan
atau ketentuan pidana meliputi kitab undang-undang hukum pidana, seluruh undang-
undang hukum pidana yang tertulis, umum maupun khusus, baik perundang-
undangan yang dikodifikasi ataupun tidak dikodifikasi. Ketentuan atau aturan pidana
di sini tidak hanya dalam pengertian formal tetapi juga dalam pengertian materiil
(Hattum, 1953: 55).Ketentuan atau aturan pidana dalam pengertian formal berarti
pembentukannya dilakukan oleh Dewan perwakilan Rakyat dan Pemerintah,
sedangkan ketentuan atau aturan pidana dalam pengertian materiil berarti segala
sesuatu yang bersifat mengikat yang berisi sanksi pidana dan keberlakuannya dapat
dipaksakan. Ketentuan atau aturan pidana dalam pengertian materiil termasuk di
dalamnya adalah ketentuan pidana yang terdapat dalam Peraturan Daerah, baik
provinsi maupun kabupaten atau kota.
Dengan demikian dalam konteks Indonesia yang menjadi objek ilmu hukum pidana
dalam pengertian yang luas adalah :
1.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang meliputi asas-asas hukum pidana,
kejahatan-kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran.
2.Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
3.Undang-Undang Pidana di luar kodifikasi atau KUHP
4.Ketentuan Pidana yang terdapat dalam Undang-Undang lainnya
5.Ketentuan pidana yang terdapat dalam Peraturan Daerah
Objek ilmu hukum pidana yang demikian masih beradadalam tataran dogmatik
hukum, yaitu pengetahuan terkait hukum positif. Selain dogmatik hukum yang juga
merupakan objek ilmu hukum pidana adalah teori hukum pidana yang cakupannya
antara lain adalah aliran-aliran hukum pidana, teori pemidanaan dan lain sebagainya.
Menurut Sudarto fungsi hukum pidana itu dapat dibedakan sebagai berikut:
Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari hukum, oleh karena itu fungsi
hukum pidana juga sama dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu untuk
mengatur hidup kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata dalam
masyarakat;
2. Fungsi yang khusus
Fungsi khusus bagi hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya (rechtsguterschutz) dengan sanksi
yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang
terdapat pada cabang hukum lainnya. Dalam sanksi pidana itu terdapat suatu tragic
(suatu yang menyedihkan) sehingga hukum pidana dikatakan sebagai „mengiris
dagingnya sendiri‟ atau sebagai „pedang bermata dua‟, yang bermakna bahwa
hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan hukum
(misalnya: nyawa, harta benda, kemerdekaan, kehormatan), namun jika terjadi
pelanggaran terhadap larangan dan perintahnya justru mengenakan perlukaan
(menyakiti) kepentingan (benda) hukum si pelanggar. Dapat dikatakan bahwa hukum
pidana itu memberi aturan-aturan untuk menaggulangi perbuatan jahat. Dalam hal
ini perlu diingat pula, bahwa sebagai alat social control fungsi hukum pidana adalah
subsidair,artinya hukum pidana hendaknya baru diadakan (dipergunakan) apabila
usaha-usaha lain kurang memadai.
Adami Chazawi menyebutkan bahwa, sebagai bagian dari hukum publik hukum
pidana berfungsi:
2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi
perlindungan atas berbagai kepentingan hukum
Kekuasaan negara yang sangat besar dalam rangka menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum itu dapat membahayakan dan menjadi bumerang bagi warganya,
negara bisa bertindak sewenang-wenang jika tidak diatur dan dibatasi sedemikian
rupa, sehingga pengaturan hak dan kewajiban negara mutlak diper-lukan.
1. Reformation, yaitu memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan
berguna bagi masyarakat.
2. Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dari masyarakat sehingga timbul rasa aman
masyarakat
3. Retribution, yaitu pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan kejahatan
4. Deterrence, yaitu menjera atau mencegah sehingga baik terdakwa sebagai individual
maupun orang lain yang potensi menjadi penjahat akan jera atau takut untuk
melakukankejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.
Menurut teori ini penjatuhan pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan
atau pengimbalan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi hanya sebagai
sarana melindungi kepentingan masyarakat. Lebih lanjut teori ini menjelaskan bahwa
tujuan dari penjatuhan pidana adalah sebagai berikut:
a.Teo ri menakutkan yaitu tujuan dari pidana itu adalah untuk menakut- nakuti
seseorang, sehingga tidak melakukan tindak pidana baik terhadap pelaku itu sendiri
maupun terhadap masyarakat (preventif umum) Teori memperbaiki yaitu bahwa
dengan menjatuhkan pidana akan mendidik para pelaku tindak pidana sehingga
menjadi orang yang baik dalam masyarakat (preventif khusus) Sedangkan prevensi
khusus, dimaksudkan bahwa pidana adalah pembaharuan yang esensi dari pidana itu
sendiri. Sedangkan fungsi perlindungan dalam teori memperbaiki dapat berupa pidana
pencabutan kebebasan selama beberapa waktu. Dengan demikian masyarakat akan
terhindar dari kejahatan yang akan terjadi. Oleh karena itu pemidanaan harus
memberikan pendidikan dan bekal untuk tujuan kemasyarakatan. Selanjutnya Van
Hamel yang mendukung teori prevensi khusus memberikan rincian sebagai berikut:
a.Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang menakutkan supaya sipelaku tidak
melakukan niat buruk.
b.Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang memperbaiki bagi terpidana yang
nantinya memerlukan suatu reclessering.
c.Pemidanaan harus memuat suatu anasir membinasakan bagi penjahat yang sama
sekali tidak dapat diperbaiki lagi
d.Tujuan satu- satunya dari pemidanaan adalah mempertahankan tata tertib hukum
Menurut pandangan modern, prevensi sebagai tujuan dari pidana adalah merupakan
sasaran utama yang akan dicapai sebab itu tujuan pidana dimaksudkan untuk
kepembinaan atau perawatan bagi terpidana, artinya dengan penjatuhan pidana itu
terpidana harus dibina sehingga setelah selesai menjalani pidananya, ia akan menjadi
orang yang lebih baik dari sebelum menjalani pidana Teori gabungan Teori ini berakar
pada pemikiran yang bersifat kontradiktif antara teori absolut dengan teori relatif.
Teori gabungan berusaha menjelaskan dan memberikan dasar pembenaran tentang
pemidanaan dari berbagai sudut pandang
yaitu:
a. Dalam rangka menentukan benar dan atau tidaknya asas pembalasan, mensyaratkan
agar setiap kesalahan harus dibalas dengan kesalahan, maka terhadap mereka telah
meninjau tentang pentingnya suatu pidana dari sudut kebutuhan masyarakat dan asas
kebenaran.
b. Suatu tindak pidana menimbulkan hak bagi negara untuk menjatuhkan pidana dan
pemidanaan merupakan suatu kewajiban apabila telah memiliki tujuan yang
dikehendaki.
c. Dasar pembenaran dari pidana terletak pada faktor tujuan yakni mempertahankan
tertib hukum Lebih lanjut Rossi berpendapat bahwa pemidanaan merupakan
pembalasan terhadap kesalahan yang telah dilakukan, sedangkan berat ringannya
pemidanaan harus sesuai dengan justice absolute (keadilan yang mutlak) yang tidak
melebihi justice sosial (keadilan yang dikehendaki oleh masyarakat),sedangkan tujuan
yang hendak diraih
berupa:
a.Pemulihan ketertiban,
b.Pencegahan terhadap niat untuk melakukan tindak pidana (generak preventief),
c.Perbaikan pribadi terpidana,
d.Memberikan kepuasan moral kepada masyarakat sesuai rasa keadilan,
e.Memberikan rasa aman bagi masyarakat
Dengan demikian, teori gabungan ini berusaha memadukan konsep -konsep yang
dianut oleh teori absolut dan teori relatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
pemidanaan yaitu disamping penjatuhan pidana itu harus membuat jera, juga harus
memberikan perlindungan serta pendidikan terhadap masyarakat dan terpidana.