Anda di halaman 1dari 10

Nama : Tjokorda Istri Novyani Surya Dewi

NIM : 041868511

TUGAS 1

a. Berikan pendapat mengenai Definisi dan pembagian hukum pidana!

b. Berikan pendapat mengenai Definisi, Objek dan tujuan ilmu hukum pidana!

c. Berikan pendapat mengenai Tugas, Tujuan dan Fungsi Hukum Pidana!

d. Apakah Tujuan Pidana berhubungan dengan pemidanaan, jelaskan!

Jawaban :

a. pendapat mengenai Definisi dan pembagian hukum pidana

- DEFINISI HUKUM PIDANA


- Hukum :

Pengertian HukumPaling tidak ada sembilan pengertian hukum yang lazim dan dikenal
masyarakat :

1.Hukum dalam arti sebagai ilmu pengetahuan (ilmu hukum) yang berarti juga sebagai
ilmu kaidah (normwissenschaft).

2.Hukum dalam arti sebagai disiplin yaitu ajaran hukum mengenai fenomena
masyarakat atau ajaran kenyataan atau gejala-gejala hukum yang ada dan yang hidup
dalam masyarakat

3.Hukum dalam arti sebagai kaidah atau peraturan hidup yang menetapkan
bagaimana manusia seharusnya bertingkah laku dalam hidup bermasyarakat.

4.Hukum dalam arti sebagai tata hukum yaitu keseluruhan aturan hukum yang berlaku
sekarang atau yang positif berlaku di suatu tempat dan pada suatu waktu.

5.Hukum dalam arti sebagai petugas hukum. Dalam Konteks ini lebih banyak
merupakan anggapan dari sebagian warga masyarakat yang awam hukum ( the man
in the street ).

6.Hukum dalam arti keputusan penguasa. Artinya, hukum merupakan keseluruhan


ketentuan-ketentuan hukum yang dibuat, ditetapkan atau diputuskan oleh pihak
penguasa yang berwenang.

7.Hukum dalam arti proses pemerintahan yang berarti aktivitas dari lembaga
administratif atau lembaga eksekutif dalam menyelenggarakan pemerintahan.
8.Hukum dalam arti sebagai perilaku yang teratur, dalam hal ini perilaku individu yang
satu terhadap yang lain secara biasa, wajar dan rasional, yang secara terus menerus
dilakukan dan pada akhirnya menimbulkan suatu ikatan yang diterima sebagai suatu
keharusan.

9.Hukum dalam arti sebagai jalinan nilai-nilai yaitu untuk mewujudkan keseimbangan
atau keserasian antara pasangan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

Hukum memiliki empat fungsi. Pertama, mendefinisikan hubungan antara anggota-


anggota masyarakat. Hukum menegaskan perbuatan-perbuatan yang boleh dilakukan
dan hal yang tidak boleh dilakukan. Paling tidak hukum mengatur aktivitas antara
individu dan kelompok dalam masyarakat.Di sini, hukum bertujuan untuk menjaga
ketertiban masyarakat.Kedua, hukum berfungsi menjinakkan kekuasaan yang
telanjang dan menunjukan bagaimana mengatur kekuasaan itu.Artinya, hukum
memiliki fungsi perlindungan terhadap individu dari kesewenang-wenangan
negara.Ketiga, hukum berfungsi menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul, baik
antarindividu maupun antara individu dengan kelompok.Di sini, hukum berfungsi
untuk menyelesaikan konflik kepentingan dan untuk memulihkan tatanan kehidupan
kembali kepada keadaan normal. Keempat, hukum berfungsi melakukan redefinisi
hubungan antara individu-individu dan kelompok dalam kondisi kehidupan yang telah
berubah. Dengan kata lain hukum berfungsi melakukan adaptasi(Schwartz And
Skolnick, 1970: 17).Artinya, hukum juga bersifatdinamis untuk disesuaikan dengan
perkembangan zaman.

- Pidana

Secara sederhana pidana didefinisikan sebagai suatu penderitaan yang sengaja


diberikan oleh negara pada seseorang atau beberapa orang sebagai akibat atas
perbuatan-perbuatan yang mana menurut aturanhukum pidana adalah perbuatan
yang dilarang. Oleh karena itu,setiap perbuatan pidana harus mencantumkan dengan
tegas perbuatan yang dilarang berikut sanksi pidana yang tegas bilamana perbuatan
tersebut dilanggar. Wujud penderitaan berupa pidana atau hukuman yang dijatuhkan
oleh negara diatur dan ditetapkan secara rinci, termasuk bagaimana menjatuhkan
sanksi pidana tersebut dan caramelaksanakannya

- Definisi Hukum Pidana


Secara singkat Moeljatno memberipengertian hukum pidana sebagai bagian dari
keseluruhan hukum yang berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan
mengatur ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh dilakukan, dilarang dengan
disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan. Kapan dan dalam hal apa
kepada mereka yang telah melanggar larangan itu dapat dikenakan sanksi pidana dan
dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan(Moeljatno, 2008:
1).

Berdasarkan pengertian tersebutmaka secara umum hukum pidana dapat dibagi


menjadi dua bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil. Hukum
pidana materiil sepanjang menyangkut ketentuan tentang perbuatan yang tidak boleh
dilakukan, dilarang yang disertai ancaman pidana bagi barang siapa yang melakukan,
sedangkan hukum pidana formil berkaitan dengan dalam hal apa kepada mereka yang
telah melanggar larangan itu dapat dikenakan sanksi pidana dan dengan cara
bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan.

Dapatlah dikatakan bahwa pengertian hukum pidana dalam arti sempit hanya meliputi
hukum pidana materiil, sementara pengertian hukum pidana dalam arti luas meliputi,
baik hukum pidana materiil maupun hukum pidana formil. Hukum pidana materiil
biasanya merujuk kepada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sedangkan
hukum pidana formil mengacu kepada Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
atau KUHAP.

- PEMBAGIAN HUKUM PIDANA


Hukum pidana dapat dibagiatas dasar hukum pidana materiil dan hukum pidana
formil; hukum pidana objektif dan hukum pidana subjektif; hukum pidana umum dan
hukum pidana khusus; hukum pidana nasional, hukum pidana lokal dan hukum pidana
internasional; sertahukum pidanatertulis dan hukum pidana yang tidak tertulis.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai pembagian hukum pidana tersebut :
1.Hukum pidana materiil aturan yang berisi perbuatan-perbuatan yang tidak boleh
dilakukan atau perbuatan-perbuatan harus dilakukan dengan disertai ancaman
pidana. Sedangkan hukum pidana formil adalah aturan mengenai cara bagaimana
menegakkan hukum pidana materiil melalui suatu proses peradilan pidana.
2.Hukum pidanaobjektif yang juga disebut sebagai jus poenalesebagai perintah dan
larangan yang pelanggaran terhadap larangan dan norma tersebut diancam pidana
oleh badan yang berhak; ketentuan-ketentuan mengenai upaya-upaya yang dapat
digunakan jika norma itu dilanggaryangdisebutsebagai hukum penitentiairetentang
hukum dan sanksidan aturan-aturan yang menentukan kapan dan dimana berlakunya
norma tersebut.Sedangkan hukum pidana yang subjektif atau jus puniendiadalah hak
negara untuk menuntut pidana, hak untuk menjatuhkan pidana dan hak untuk
melaksanakan pidana
3.Hukum pidana umum adalahhukum pidana yang ditujukan dan berlaku untuk semua
warga Negarasebagai subjek hukum tanpa membeda-bedakan kualitas pribadi subjek
hukum tertentu. Hukum pidana khusus dapat didasarkan atas dasar subjek hukumnya
maupun atas dasar pengaturannya. Dilihat dari subjek hukumnya, hukum pidana
khusus adalah hukum pidana yang dibentuk oleh negara hanya dikhususkan berlaku
bagi subjek hukum tertentu saja.
Dilihat dari pengaturannya, hukum pidana khusus adalah ketentuan-ketentuan
hukum pidana yang secara materiial menyimpang dari KUHP atau secara formil
menyimpang dari KUHAP. Atas dasar pengaturan tersebut, hukum pidana khusus
dibagi menjadi dua bagian yaitu hukum pidana khusus dalam undang-undang pidana
dan hukum pidana khusus bukan dalam undang-undang pidana.
4.Hukum pidana nasional yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia yang disebut
sebagai unifikasi hukum pidana. Hukum pidana nasional ini baik meliputi hukum
pidana materiil maupun hukum pidana formil, baik hukum pidana umum maupun
hukum pidana khusus. Hukum pidana lokal adalah ketentuan hukum pidana yang
dimuat dalam Peraturan Daerah. Hukum pidana internasional sebagai seperangkat
aturan menyangkut kejahatan-kejahatan internasional yang penegakannya dilakukan
oleh negara atas dasar kerjasama internasional atau oleh masyarakat internasional
melalui suatu lembaga internasional baik yang bersifat permanen maupun yang
bersifat ad-hoc.
5.Hukum pidana tertulis disebut juga dengan hukum pidana undang-undangyang
terdiri dari hukum pidana kodifikasiseperti KUHP dan KUHAPdan hukum pidana di luar
kodifikasi, yang tersebar diberbagai peraturan perundang-undangan.Hukum pidana
tidak tertulis disebutjuga hukum pidana adatyang keberlakuannya dipertahankan dan
dapat dipaksakan oleh masyarakat adat setempat.

b. Definisi, Objek dan tujuan ilmu hukum pidana

- Definisi ilmu hukum pidana ,


Sebelum memahami pengertian ilmu hukum pidana, terlebih dulu perlu dijelaskan
pengertian mengenai ilmu hukum itu sendiri. Imre Lakatos memberi pengertian
terkait ilmu sebagai hasil pemikiran yang tidak akan musnah dan hilang begitu saja
ketika ilmu lain muncul. Kemunculan satu ilmu atau teori akan disusul oleh ilmu atau
teori lainnya pada dasarnya merupakan keanekaragaman dalam sebuah penelitian.
John Finch menyatakan bahwa ilmu hukum adalah studi yang meliputi karakteristik
esensial pada hukum dan kebiasaan yang sifatnya umum pada suatu sistem
hukumyang bertujuan menganalisis unsur-unsur dasar sehingga membuatnya
menjadi hukum dan membedakannya dari peraturan-peraturan lain.Secara singkat
Jan Gijssels mengatakan bahwa Ilmuhukum adalah ilmuyang bersifat menerangkan
atau menjelaskan tentang hukum.
Ilmuhukum pidana adalah ilmu pengetahuan mengenai suatu bagian khusus dari
hukum, yakni hukum pidana.Pengetahuan hukum pidana secara luas meliputi :
1.Asas-asas hukum pidana
2.Aliran-aliran dalam hukum pidana
3.Teori pemidanaan
4.Ajaran kausalitas
5.Sistem peradilan pidana
6.Kebijakan hukum pidana
7.Perbandingan hukum pidana

- OBJEK ILMU HUKUM PIDANA

Berdasarkan defenisi ilmu hukum pidana, maka objek ilmu hukum pidana adalah
aturan-aturan hukum pidana yang berlaku di suatu Negara. Tegasnya, objek ilmu
hukum pidana adalah aturan-aturan pidana positif yang berlaku di suatu negara.
Pertanyaan lebih lanjut, apakah yang dimaksudkan dengan aturan-atutran atau
ketentuan pidana.van Hattumdan van Bemmelenmemberi cakupan mengenai aturan
atau ketentuan pidana meliputi kitab undang-undang hukum pidana, seluruh undang-
undang hukum pidana yang tertulis, umum maupun khusus, baik perundang-
undangan yang dikodifikasi ataupun tidak dikodifikasi. Ketentuan atau aturan pidana
di sini tidak hanya dalam pengertian formal tetapi juga dalam pengertian materiil
(Hattum, 1953: 55).Ketentuan atau aturan pidana dalam pengertian formal berarti
pembentukannya dilakukan oleh Dewan perwakilan Rakyat dan Pemerintah,
sedangkan ketentuan atau aturan pidana dalam pengertian materiil berarti segala
sesuatu yang bersifat mengikat yang berisi sanksi pidana dan keberlakuannya dapat
dipaksakan. Ketentuan atau aturan pidana dalam pengertian materiil termasuk di
dalamnya adalah ketentuan pidana yang terdapat dalam Peraturan Daerah, baik
provinsi maupun kabupaten atau kota.
Dengan demikian dalam konteks Indonesia yang menjadi objek ilmu hukum pidana
dalam pengertian yang luas adalah :
1.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang meliputi asas-asas hukum pidana,
kejahatan-kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran.
2.Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
3.Undang-Undang Pidana di luar kodifikasi atau KUHP
4.Ketentuan Pidana yang terdapat dalam Undang-Undang lainnya
5.Ketentuan pidana yang terdapat dalam Peraturan Daerah
Objek ilmu hukum pidana yang demikian masih beradadalam tataran dogmatik
hukum, yaitu pengetahuan terkait hukum positif. Selain dogmatik hukum yang juga
merupakan objek ilmu hukum pidana adalah teori hukum pidana yang cakupannya
antara lain adalah aliran-aliran hukum pidana, teori pemidanaan dan lain sebagainya.

-TUJUAN ILMU HUKUM PIDANA

Gustav Radbruch dalam Vorschule der


Rechtsfilosofie,menyatakan,“Rechtswissenschaft its die wissenschaft vom obyektiven
sinn des positiven rechts”. Artinya, ilmu pengetahuan hukum bertujuan untuk
mengetahui objektivitas hukum positif. Dengan demikian, tujuan ilmu hukum pidana
adalah untuk mengeathui objektivitas dari hukum pidana positif. Dalam konteks teori,
objektivitas hukum pidana positif dapat dilihat dari substansi hukum pidana positif
yang mengatur mengenai perbuatan-perbuatan yang dilarang. Terkait perbuatan-
perbuatan yang dilarang, ada yang bersifat sebagai rechtsdelictendan ada yang
bersifat sebagai wetdelicten.
Rechtsdelictensecara harafiah berarti pelanggaran hukum. Perbuatan-perbuatan yang
dilarangsebagai pelanggaran hukum sejak semula dianggap sebagai suatu
ketidakadilan oleh karena itu perbuatan tersebut dilarang. Perbuatan-perbuatan
sebagai rechtsdelictenbiasanya lahir dari norma agama dan norma kesusilaan. Sebagai
contoh larangan membunuh, larangan mencuri, larangan menipu dan lain sebagainya.
Perbuatan-perbuatan tersebut dilarang dalam kitab suci semua agama. Hukum pidana
kemudian mempositifkan larangan tersebut dalam undang-undang disertai dengan
ancaman pidana yang tegas dan keberlakuannya dapat dipaksakan oleh negara.
Wetdelicten secara harafiah berarti pelanggaran undang-undang. Perbuatan-
perbuatan tersebut dilarang oleh pembentuk undang-undang dengan melihat
perkembanganmasyarakat. Sebagai misal dalam undang-undang lalu lintas. Setiap
orang orang yang mengendarai sepeda motor di jalan raya harus menggunakn helem
atau setiap orang yang mengendarai mobil harus menggunakan sabuk pengaman. Jika
tidak menggunakan helem atau tidak menggunakan sabuk pengaman maka diancam
dengan pidana denda. Wetdelicten tidak berasal dari norma agama.
Objektivitas lainnya dari hukum pidana positif adalah terkait penegakan hukum
pidana itu sendiri. Artinya, perbuatan-perbuatan yang dilanggar dalam hukum pidana
materiil harus dapat dikenakan tindakan oleh negara. Aparat penegak hukum yang
bertugas menegakkan hukum pidana positif dari segi suprasturktur maupun dari segi
infrastruktur telah memadai. Dari segi suprastruktur artinya institusi tersebut telah
mapan dan dilengkapi oleh tugas kewajiban dan kewenangan menurut undang-
undang, sedangkan dari segi infrastruktur berarti sarana dan prasaran untuk
bekerjanya aparat penegak hukum telah tersedia.
Secara Umum Tujuan Ilmu Hukum Pidana adalah Mengetahui objektivitas dari hukum
pidana positif.

c. Tugas, Tujuan dan Fungsi Hukum Pidana

- Tugas Hukum Pidana adalah mengatur perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh


undang-undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi barang siapa yang
melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang disebutkan dalam
undang-undang pidana. Seperti perbuatan yang dilarang dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, Undang-Undang Korupsi, Undang-Undang HAM dan sebagainya Dalam
hukum pidana dikenal, 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran, kejahatan
ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan undang-undang tetapi juga
bertentangan dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat,
contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa dan sebagainya. sedangkan
pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh undang-undang, seperti tidak
pakai helem, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendaraan, dan
sebagainya.

- Tujuan dan Fungsi Hukum Pidana

Menurut Sudarto fungsi hukum pidana itu dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Fungsi yang umum

Hukum pidana merupakan salah satu bagian dari hukum, oleh karena itu fungsi
hukum pidana juga sama dengan fungsi hukum pada umumnya, yaitu untuk
mengatur hidup kemasyarakatan atau untuk menyelenggarakan tata dalam
masyarakat;
2. Fungsi yang khusus

Fungsi khusus bagi hukum pidana adalah untuk melindungi kepentingan hukum
terhadap perbuatan yang hendak memperkosanya (rechtsguterschutz) dengan sanksi
yang berupa pidana yang sifatnya lebih tajam jika dibandingkan dengan sanksi yang
terdapat pada cabang hukum lainnya. Dalam sanksi pidana itu terdapat suatu tragic
(suatu yang menyedihkan) sehingga hukum pidana dikatakan sebagai „mengiris
dagingnya sendiri‟ atau sebagai „pedang bermata dua‟, yang bermakna bahwa
hukum pidana bertujuan untuk melindungi kepentingan-kepentingan hukum
(misalnya: nyawa, harta benda, kemerdekaan, kehormatan), namun jika terjadi
pelanggaran terhadap larangan dan perintahnya justru mengenakan perlukaan
(menyakiti) kepentingan (benda) hukum si pelanggar. Dapat dikatakan bahwa hukum
pidana itu memberi aturan-aturan untuk menaggulangi perbuatan jahat. Dalam hal
ini perlu diingat pula, bahwa sebagai alat social control fungsi hukum pidana adalah
subsidair,artinya hukum pidana hendaknya baru diadakan (dipergunakan) apabila
usaha-usaha lain kurang memadai.

Adami Chazawi menyebutkan bahwa, sebagai bagian dari hukum publik hukum
pidana berfungsi:

1. Melindungi kepentingan hukum dari perbuatan atau perbuatanperbuatan yang


menyerang atau memperkosa kepentingan hukum tersebut Kepentingan hukum
yang wajib dilindungi itu ada tiga macam, yaitu:
2. . Kepentingan hukum perorangan (individuale belangen), misalnya kepentingan
hukum terhadap hak hidup (nyawa), kepentingan hukum atas tubuh, kepentingan
hukum akan hak milik benda, kepentingan hukum terhadap harga diri dan nama baik,
kepentingan hukum terhadap rasa susila, dan lain sebagainya;

1. Kepentingan hukum negara (staatsbelangen), misalnya kepentingan hukum terhadap


keamanan dan keselamatan negara, kepentingan hukum terhadap negara-negara
sahabat, kepentingan hukum terhadap martabat kepala negara dan wakilnya, dan
sebagainya.

2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka negara menjalankan fungsi
perlindungan atas berbagai kepentingan hukum

Dalam mempertahankan kepentingan hukum yang dilindungi, dilakukan oleh negara


dengan tindakan-tindakan yang sangat tidak menyenangkan, tindakan yang justru
melanggar kepentingan hukum pribadi yang mendasar bagi pihak yang bersangkutan,
misalnya dengan dilakukan penangkapan, penahanan, pemeriksaan sampai kepada
penjatuhan sanksi pidana kepada pelakunya. Kekuasaan yang sangat besar ini, yaitu
kekuasaan yang berupa hak untuk menjalankan pidana dengan menjatuhkan pidana
yang menyerang kepentingan hukum manusia atau warganya ini hanya dimiliki oleh
negara dan diatur di dalam hukum pidana itu sendiri terutama di dalam hukum acara
pidana, agar negara dapat menjalankan fungsi menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum yang dilindungi oleh hukum pidana dengan sebaik-baiknya.
3. Mengatur dan membatasi kekuasaan negara dalam rangka negara melaksanakan
fungsi perlindungan atas kepentingan hukum. [

Kekuasaan negara yang sangat besar dalam rangka menegakkan dan melindungi
kepentingan hukum itu dapat membahayakan dan menjadi bumerang bagi warganya,
negara bisa bertindak sewenang-wenang jika tidak diatur dan dibatasi sedemikian
rupa, sehingga pengaturan hak dan kewajiban negara mutlak diper-lukan.

Menurut para ahli tujuan hukum pidana adalah :

1. Memenuhi rasa keadilan (WIRJONO PRODJODIKORO)


2. Melindungi masyarakat (social defence) (TIRTA AMIDJAJA)
3. Melindungi kepentingan individu (HAM) dan kepentingan masyarakat dengan negara (
(KANTER DAN SIANTURI)
4. Menyelesaikan konflik (BARDA .N)

Tujuan Pidana (Menurut literatur Inggris R3D) :

1. Reformation, yaitu memperbaiki atau merehabilitasi penjahat menjadi orang baik dan
berguna bagi masyarakat.
2. Restraint, yaitu mengasingkan pelanggar dari masyarakat sehingga timbul rasa aman
masyarakat
3. Retribution, yaitu pembalasan terhadap pelanggar karena telah melakukan kejahatan
4. Deterrence, yaitu menjera atau mencegah sehingga baik terdakwa sebagai individual
maupun orang lain yang potensi menjadi penjahat akan jera atau takut untuk
melakukankejahatan, melihat pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa.

Teori relatif atau teori tujuan

Menurut teori ini penjatuhan pidana bukanlah sekedar untuk melakukan pembalasan
atau pengimbalan. Pembalasan itu sendiri tidak mempunyai nilai tetapi hanya sebagai
sarana melindungi kepentingan masyarakat. Lebih lanjut teori ini menjelaskan bahwa
tujuan dari penjatuhan pidana adalah sebagai berikut:
a.Teo ri menakutkan yaitu tujuan dari pidana itu adalah untuk menakut- nakuti
seseorang, sehingga tidak melakukan tindak pidana baik terhadap pelaku itu sendiri
maupun terhadap masyarakat (preventif umum) Teori memperbaiki yaitu bahwa
dengan menjatuhkan pidana akan mendidik para pelaku tindak pidana sehingga
menjadi orang yang baik dalam masyarakat (preventif khusus) Sedangkan prevensi
khusus, dimaksudkan bahwa pidana adalah pembaharuan yang esensi dari pidana itu
sendiri. Sedangkan fungsi perlindungan dalam teori memperbaiki dapat berupa pidana
pencabutan kebebasan selama beberapa waktu. Dengan demikian masyarakat akan
terhindar dari kejahatan yang akan terjadi. Oleh karena itu pemidanaan harus
memberikan pendidikan dan bekal untuk tujuan kemasyarakatan. Selanjutnya Van
Hamel yang mendukung teori prevensi khusus memberikan rincian sebagai berikut:
a.Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang menakutkan supaya sipelaku tidak
melakukan niat buruk.
b.Pemidanaan harus memuat suatu anasir yang memperbaiki bagi terpidana yang
nantinya memerlukan suatu reclessering.
c.Pemidanaan harus memuat suatu anasir membinasakan bagi penjahat yang sama
sekali tidak dapat diperbaiki lagi
d.Tujuan satu- satunya dari pemidanaan adalah mempertahankan tata tertib hukum

Menurut pandangan modern, prevensi sebagai tujuan dari pidana adalah merupakan
sasaran utama yang akan dicapai sebab itu tujuan pidana dimaksudkan untuk
kepembinaan atau perawatan bagi terpidana, artinya dengan penjatuhan pidana itu
terpidana harus dibina sehingga setelah selesai menjalani pidananya, ia akan menjadi
orang yang lebih baik dari sebelum menjalani pidana Teori gabungan Teori ini berakar
pada pemikiran yang bersifat kontradiktif antara teori absolut dengan teori relatif.
Teori gabungan berusaha menjelaskan dan memberikan dasar pembenaran tentang
pemidanaan dari berbagai sudut pandang
yaitu:
a. Dalam rangka menentukan benar dan atau tidaknya asas pembalasan, mensyaratkan
agar setiap kesalahan harus dibalas dengan kesalahan, maka terhadap mereka telah
meninjau tentang pentingnya suatu pidana dari sudut kebutuhan masyarakat dan asas
kebenaran.
b. Suatu tindak pidana menimbulkan hak bagi negara untuk menjatuhkan pidana dan
pemidanaan merupakan suatu kewajiban apabila telah memiliki tujuan yang
dikehendaki.
c. Dasar pembenaran dari pidana terletak pada faktor tujuan yakni mempertahankan
tertib hukum Lebih lanjut Rossi berpendapat bahwa pemidanaan merupakan
pembalasan terhadap kesalahan yang telah dilakukan, sedangkan berat ringannya
pemidanaan harus sesuai dengan justice absolute (keadilan yang mutlak) yang tidak
melebihi justice sosial (keadilan yang dikehendaki oleh masyarakat),sedangkan tujuan
yang hendak diraih
berupa:
a.Pemulihan ketertiban,
b.Pencegahan terhadap niat untuk melakukan tindak pidana (generak preventief),
c.Perbaikan pribadi terpidana,
d.Memberikan kepuasan moral kepada masyarakat sesuai rasa keadilan,
e.Memberikan rasa aman bagi masyarakat
Dengan demikian, teori gabungan ini berusaha memadukan konsep -konsep yang
dianut oleh teori absolut dan teori relatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan
pemidanaan yaitu disamping penjatuhan pidana itu harus membuat jera, juga harus
memberikan perlindungan serta pendidikan terhadap masyarakat dan terpidana.

d. Tujuan Pidana berhubungan dengan pemidanaan


Mengingat pentingnya tujuan pidana sebagai pedoman dalam memberikanatau
menjatuhkan pidana maka di dalam Konsep Rancangan Buku I KUHP Nasional yang
disusun oleh LPHN pada tahun 1972 dirumuskan dalam Pasal2 sebagaiberikut
1.Maksud tujuan pemidanaan ialah:
a.Mencegah dilakukannya tindak pidana demi pengayoman negara, masyarakat dan
penduduk;
b.Membimbing agar terpidana insaf dan menjadi anggota masyarakat yang berbudi
baik dan berguna;
c.Menghilangkan noda-noda yangdiakibatkan oleh tindak pidana;
d.Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan
merendahkan martabat manusia.

2. Pemidanaan bertujuan untuk:


a.Mencegah dilakukannya tindak pidana dengan menegakkan norma hukum demi
pengayoman masyarakat;
b.Mengadakan koreksi terhadap terpidana dan dengan demikian menjadikannya
orang yang baik dan berguna, serta mampu untuk hidup bermasyarakat;
c.Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.
d.Pemidanaan tidak dimaksudkan untuk menderitakan dan tidak diperkenankan
merendahkan martabat manusia.

Anda mungkin juga menyukai