Anda di halaman 1dari 3

Tugas.

2
Dibuka: Senin, 31 Oktober 2022, 00:00

Jatuh tempo: Senin, 14 November 2022, 15:00

1. Contoh Kasus :

PT. Hancur Lebur membuka sebuah anak Perusahaan bernama PT. Hancur Bersama dengan
saham mayoritas 95%.

PT. Hancur bersama bergerak di bidang penjualan komputer yang harganya sangat murah.
Karena penjualan PT. Hancur Bersama meningkat tajam dalam 3 bulan, maka harga
sahamnya pun naik dari semula Rp. 100 per lembar menjadi Rp. 800 per lembar saham.
Dengan kondisi tersebut PT. Hancur Lebur melepas sahamnya ke pasar saham. Pada
Faktanya PT. Hancur Lebur melakukan kecurangan dengan melakukan subsidi Harga
Komputer yang dijual oleh PT. Hancur Bersama untuk meningkatkan harga sahamnya.
Setelah saham dibeli oleh pihak luar harga saham menjadi anjlok Rp. 50 per lembar!

Analisis kasus diatas dan uraikan analisis anda tindak pidana pasar modal yang terjadi
disertai dasar hukumnya!

2. Sebuah perusahaan Kapal Laut yang mendistribusikan Oli Bekas dan zat berbahaya antar
pulau. Suatu ketika karena tidak menaati prosedur, Oli bekas dan zat berbahaya yang
diangkut tumpah sebanyak 200.000 liter ke pinggir pantai yang merupakan kawasan
pemukiman nelayan. Atas kejadian tersebut para nelayan yang sedang melaut dan masyarakat
kawasan pantai mengalami penyakit kulit berbahaya.

Berikan analisis anda atas contoh kasus diatas apakah ada tindak pidana yang terjadi
atas tumpahnya oli bekas dan zat berbahaya berdasarkan kasus diatas ? dan uraikan
pertanggungjawaban pidana yang dilakukan oleh perusahaan diatas!

3. Serang, 17 Februari 2020 - Dalam kurun waktu 2019-2020, Penyidik Kanwil DJP Banten
bersama-sama Polda Banten dan Kejaksaan Tinggi Banten telah melakukan penyidikan
terhadap empat tersangka tindak pidana perpajakan dengan inisial ES, TK, IH, dan JDG.

Tersangka ES, IH dan JDG telah disangka menerbitkan dan/atau menggunakan Faktur Pajak
yang Tidak Berdasarkan Transaksi yang Sebenarnya (TBTS) atau yang lebih dikenal dengan
Faktur Pajak Fiktif. Modus yang dilakukan oleh para tersangka adalah dengan mengaku
sebagai konsultan pajak dan menawarkan kepada perusahaan-perusahaan bahwa mereka
dapat membantu mengurangkan pembayaran pajak dengan memakai dokumen yang dianggap
dapat mengurangkan pembayaran pajak (PPN).

Karena keterbatasan pemahaman mengenai pajak para pemilik perusahaan dan percaya
bahwa para tersangka adalah orang yang mengerti pajak, maka para pengusaha percaya
bahwa dokumen yang diberikan oleh tersangka adalah benar dan tidak ada permasalahan
dalam pelaporan perpajakannya.

Adapun tersangka TK ditengarai melaporkan jenis kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya serta tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan benar
sehingga menimbulkan kerugian bagi negara. Tersangka TK berkedudukan sebagai direktur
PT PH, menggunakan perusahaan tersebut untuk menjual gudang atau kavling untuk gudang
namun tidak memenuhi kewajiban PPh dan PPN terutang.

Modus tersangka adalah dengan melaporkan kegiatan usaha PT PH sebagai perusahaan yang
bergerak dalam bidang usaha jasa pemeliharaan dan pengamanan lingkungan sehingga
selama bertahun-tahun lolos dari pengawan kantor pajak yang menaunginya. Pengalihan Hak
atas Tanah dan atau Bangunan atas gudang dan/atau kavling untuk gudang dapat terus terjadi
sampai dengan pembuatan dokumen Akta Jual Beli oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) karena Tersangka membuat seolah-olah pajak penghasilan yang terutang atas
transaksi tersebut sudah dibayar. Dengan tidak dilaporkannya transaksi ini, otomatis PPN
terutangnya juga tidak dilaporkan ke kantor pajak.

Atas perbuatan tersangka ES menimbulkan kerugian terhadap negara sebesar


Rp5.905.763.662,- (lima milyar sembilan ratus lima juta tujuh ratus enam puluh tiga ribu
enam ratus enam puluh dua rupiah). Atas perbuatan tersangka IH menimbulkan kerugian
terhadap negara sebesar Rp 1.805.870.731 (Satu Milyar Delapan Ratus Lima Juta Delapan
Ratus Tujuh Puluh Ribu Tujuh Ratus Tiga Puluh Satu Rupiah).

Sedangkan atas perbuatan tersangka JDG menimbulkan kerugian terhadap negara sebesar
Rp2.283.525.428,- (dua milyar dua ratus delapan puluh tiga juta lima ratus dua puluh lima
ribu empat ratus dua puluh delapan rupiah). Begitu pula atas perbuatan tersangka TK telah
menimbulkan kerugian Negara sebesar lebih dari Rp 3.000.000.000,- (Tiga miliar rupiah).
Ancaman hukuman pidana maksimal atas modus seperti ini adalah ancaman hukuman pidana
penjara 8 tahun.

Berkat kerjasama antara penegak hukum Kanwil DJP Banten, Polda Banten, dan Kejaksaan
Tinggi Banten, berkas perkara atas tersangka ES, TK, IH dan JDG sudah dinyatakan lengkap
oleh Jaksa Peneliti (P-21). Terhadap tersangka ES sudah divonis pidana penjara selama 3
(tiga) tahun dan denda sebesar Rp4.730.755.030,- (empat miliar tujuh ratus tiga puluh juta
tujuh ratus lima puluh lima ribu tiga puluh rupiah) oleh Pengadilan Negeri Serang.  Untuk
tersangka TK masih dalam proses persidangan di Pengadilan Negeri Tangerang. Untuk
tersangka IH dan JDG sudah dilakukan penyerahan tahap tersangka dan barang bukti.

Keberhasilan Kanwil DJP Banten dalam menangani tindak pidana di bidang perpajakan ini
sekaligus menunjukkan keseriusan dalam melakukan penegakan hukum dalam bidang
perpajakan di wilayah provinsi Banten yang akan memberikan peringatan bagi para pelaku
lainnya dan juga untuk mengamankan penerimaan negara demi tercapainya pemenuhan
pembiayaan negara dalam APBN.  Sumber : https://pajak.go.id/id/siaran-pers/kanwil-banten-
sukses-ungkap-empat-kasus-tindak-pidana-perpajakan

 Jika membaca berita diatas, Penyidik Kanwil DJP Banten Bersama penyidik Kejati
dan penyidik Polda telah melakukan penyidikan kepada para tersangka. Berikan
analisis anda mengapa  pegawai  Pajak dapat menjadi penyidik atas tindak pidana
perpajakan serta uraikan unsur-unsur tindak pidana perpajakan!

Anda mungkin juga menyukai