Anda di halaman 1dari 5

1.

Judul Tulisan : Kesabaran dalam menjalani hidup yang dijalani oleh Lasti
Tsaniyah

2. Informasi Buku

Judul Novel : Lasti Tsaniyah (Engkau Tiada Duanya)


Pengarang : Sang Zundi
Penerbit : Pustaka Rama
Tahun Terbit : juni 2016
Tempat Terbit : Jakarta Pusat
Tebal Halaman : 252 halaman

3. Pengantar

Kehidupan yang kita jalani saat ini tidaklah selalu mengarah kepada hal yang baik-baik saja
atau berjalan sesuai dengan keinginan diri. Segala sesuatu yang sebelumnya kita rencanakan
terlebih dahupun tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Pasti akan ada
halangan dan rintangan yang akan kita hadapi.
Oleh karena itu kita dituntut untuk memiliki sikap sabar. Jangan jadikan kesusahan dan
kegagalan sebagai landasan pikiran bahwa Allah SWT tidak menyayangi manusia, tetapi jadikanlah
kesusahan dan kegagalan sebagai sebuah anugerah yang diberikan oleh Allah SWT sebagai
wujudnya bahwa Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk mengingat.

4. Kutipan dan Nilai yang Terkandung

Nilai Agama : Kesabaran

Sabar adalah suatu sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit
dengan tidak mengeluh. [1] sabar merupakan kemampuan mengendalikan diri yang juga dipandang
sebagai sikap yang mempunyai nilai tinggi dan mencerminkan kekokohan jiwa orang yang
memilikinya. [2] Semakin tinggi kesabaran yang seseorang miliki maka semakin kokoh juga ia
dalam menghadapi segala macam masalah yang terjadi dalam kehidupan. [2] Sabar juga sering
dikaitkan dengan tingkah laku positif yang ditonjolkan oleh individu atau seseorang. [2]

Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan seperti tidak
lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar dengan pengertian sepeti ini juga
disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak tergesa-gesa dan tidak terburu-buru. Dalam kamus
besar Ilmu Pengetahuan, sabar merupakan istilah agama yang berarti sikap tahan menderita, hati-
hati dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi mengemban perintah-peintah Allah serta tahan dari
godaan dan cobaan duniawi Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para sufi.
Dalam pendekatan ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah, yakni dapat menahan diri
dari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan huum Islam, baik dalam keadaan lapang maupun
sulit, mampu mengendalikan nafsu yang dapat menggoncangkan iman. Menurut Ibnu Qayyim sabar
berarti menahan diri dari kelih kesah dan rasa benci, menahan lisan dari mengadu, dan menahan
anggota badan dari tindakan yang mengganggu dan mengacaukan.

Kutipan :

“...Mungkin, inilah salah satu bapak memaksaku masuk ke pesantren ini. Sebagai anak bapak dan
ibu yang sangat taat terhadap agama dan sering menjadi rujukan banyak orang, memang
memalukan kalau aku tidak memiliki pengetahuan agama yang memadai, apalagi membaca Al-
Quran saja belum lancar-lancar.”(Halaman 56). Potongan paragraf di atas mewakilkan mayoritas
alasan seorang anak dengan sabar bersedia untuk disekolahkan di sebuah pesantren.

“Aku hanya pasrah kepada keputusan kedua orang tuaku yang menginginkan anaknya masuk
pesantren. Meninggalkan cita-citaku............................................... dan hilangnya
kebebasanku.”(Halaman 3)

“...Aku harus siap mental menerima bentakan-bentakannya lagi.”(Halaman 10)

“...Mengubur dalam-dalam rasa cinta yang baru aku rasakan ini. Apalagi mereka berdua sebetar lagi
akan lulus dari pesantren ini.”(Halaman 47)

“Lima tahun sudah aku belajar di pesantren ini aku habiskan masa remajaku untuk menimba ilmu
agama di pesantren ini, lalu ibu menelfonku agar segera pulang, dan aku pun sangat rindu kepada
ibu dan ingin menceritakan tentang aku dan Kak Azhar, tapi aku batalkan niat ku untuk
menceritakan karena bapak akan menjodohkan ku dengan lelaki yang bernama Eko Pranata Utomo,
aku merasa sedih. Hingga tiba saatnya acara pernikahanku dengan Mas Eko, saat acara akad nikah,
aku jatuh pingsan, jam 10 malam aku telah siuman, dan saat itu baru aku ketahui bahwa Eko
Pranata Utomo itu adalah Kak Azhar.”(Halaman 210)

5. Sumber Makna dari Nilai yang Terkandung

Sabar adalah sebuah istilah yang bersumber atau diambil dari bahasa Arab, yaitu berasal dari
kata shobaro yang kemudian membentuk masdar atau infinitif menjadi shabaran. Sementara itu,
sabar dari segi bahasa artinya ”menahan dan mencegah”.

Makna sabar ini juga diperkuat dalam Al-Quran Surat Al-Kahfi ayat 28, yaitu:

"Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan kehidupan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas. (Q.S. Al-Kahfi: 28)

Perintah untuk bersabar yang terkandung dalam ayat tersebut maknanya yaitu senantiasa
menahan diri dari keinginan untuk keluar dari kelompok orang-orang penyeru Rab-nya dan selalu
mengharap keridaan-Nya. Perintah bersabar dalam surat tersebut juga sekaligus untuk mencegah
keinginan manusia yang berniat bergabung dengan orang-orang yang lalai mengingat Allah SWT.

Sabar dari segi istilah dapat diartikan menahan diri dari sifat gundah serta dari rasa emosi,
menahan lisan atau perkataan dari keluh kesah, dan menahan seluruh anggota tubuh dari perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

Berkaitan dengan masalah sabar, Amru bin Usman menjelaskan bahwa kesabaran dalam
Islam itu berupa keteguhan bersama Allah dan menerima cobaan dari Allah dengan lapang dada.
Hal yang sama pun dikatakan oleh Imam Al-khowas. Ia mengatakan bahwa kesabaran merupakan
refleksi dari keteguhan dalam rangka merealisasikan Al-Quran dan sunnah.

Pada intinya, sabar itu sama sekali tidak identik dengan sikap ketidakmampuan dan
kepasrahan. Sebaliknya, orang-orang yang memiliki sikap tersebut dapat dikatakan tidak sabar
dalam mengubah kondisi yang dialami, tidak sabar berusaha, tidak sabar untuk berjuang, dan lain-
lain.

Nabi Muhammad saw., mengingatkan seluruh umatnya untuk selalu bersabar saat berjihad.
Jihad pada waktu itu adalah memerangi musuh-musuh Allah dengan cara berperang dan memakai
senjata. Artinya, berjihad melawan musuh Allah memerlukan kesabaran karena adanya keinginan
jiwa untuk bermalas-malasan daripada berjihad.

Sabar dalam jihad pun dapat diartikan sebagai keteguhan menghadapi musuh dan tidak
melarikan diri dari peperangan. Orang yang melarikan diri dari peperangan dengan alasan takut
merupakan cerminan ketidaksabaran.

Dalil tentang sabar dan keutamaannya :

‫ اِ َّن هللاَ َم َع الصَّا بِ ِري َْن‬ ‫صلَو ِة‬ َّ ‫يَا َ يُّهَا الَّ ِذي َْن اَ َمنُ ْوا ا ْستَ ِع ْينُوا بِال‬
َّ ‫صب ِْر َوال‬
“ Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar “. (QS. Al-Baqarah: 153)

‫ هللاَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِح ُْو َن‬j‫ والتَّقُوا‬ ‫صا بِرُوا َو َرا بِطُوا‬


َ ‫يَا َ يُّهَا الَّ ِذي َْن اَ َمنُوا اصْ بِرُوا َو‬
“ Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah
bersiap-siaga(diperbatasan negrimu) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung “. (QS.
Ali Imran: 200)

َ ‫َو َج َع ْلنَا ِم ْنهُ ْم أَئِ َّمةً يَ ْه ُد ْو َن بِا َ ْم ِرنَا لَ َّما‬


‫صبَرُوا‬
“ Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah kami ketika mereka bersabar “. (QS. As-Sajdah: 24)

6. Pendapat Tentang Pengantar


Inilah sekelumit sketsa mengenai kesabaran. Pada intinya, bahwa sabar mereupakan salah
satu sifat dan karakter orang mu'min, yang sesungguhnya sifat ini dapat dimiliki oleh setiap insan.
Karena pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar ini dalam
hidupnya.
Pada dasarnya manusia memiliki potensi untuk mengembangkan sikap sabar dalam
hidupnya. Sabar tidak identik dengan kepasrahan dan menyerah pada kondisi yang ada, atau identik
dengan keterdzoliman. Justru sabar adalah sebuah sikap aktif, untuk merubah kondisi yang ada,
sehingga dapat menjadi lebih baik dan baik lagi. Oleh karena itu, marilah secara bersama kita
berusaha untuk menggapai sikap ini. Maka dengan adanya sikap sabar dapat melatih kita untuk
melalui segala cobaan yang datang dari yang Maha Kuasa secara tenang dan selalu  mengucapkan
lafal istirja’ sebagai tanda bahwa segala sesuatunya hanyalah milik Allah semata.

7. Daftar Rujukan
Zundi, Sang. 2016. Lasti Tsaniyah Engkau Tiada Duanya. Jakarta Pusat. Pustaka Rama. Jumat, 19
Januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai