EKONOMI ISLAM
1. Tidak mencari rezeki pada sektor usaha haram, baik dari segi
zatnya (objeknya) maupun prosesnya (memperoleh, mengolah
dan mendistribusikan), serta tidak mempergunakan untuk hal-hal
yang haram.
2. Tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi (la tazlimun wa la
tuzlamun);
3. Keadilan pendistribusian pendapatan;
4. Transaksi dilakukan atas dasar saling ridho (‘antaradin) tanpa
ada paksaan;
5. Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian), gharar (ketidakjelasan),
tadlis (penipuan), dharar (kerusakan/kemudharatan) dan tidak
mengandung maksiat.
FATWA DSN-MUI N0. 80/DSN-MUI/III/2011, mengatur
bagaimana memilih investasi yang dibolehkan syari’at dan
melarang kegiatan yang bertentangan dengan prinsip
syari’ah dalam kegiatan investasi dan bisnis, yaitu :
4. Batil, yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya
atau tidak dibenarkan oleh syari’at Islam.
5. Bay’ ma’dum, yaitu melakukan jual beli atas barang yang belum
dimiliki.
6. Bai’us Salam, yaitu akad pemesanan suatu barang dengan kriteria yang
telah disepakati dan dengan pembayaran tunai pada saat akad berlangsung.
7. Istishna’, yaitu akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu, dengan pembayaran
sesuai kesepakatan antara pembeli dan penjual.
CONTOH INVESTASI RIIL
1. Deposito syari’ah
2. Saham syari’ah
3. Perbankan syariah
4. Asuransi syariah
5. Sekuritas syariah