Anda di halaman 1dari 22

By: Minarni, SE.

I, MSI
PENGERTIAN RIBA
Riba secara bahasa bermakna
ziyadah (tambahan).
Riba secara bahasa juga berarti
tumbuh dan membesar.

Secara istilah, Riba berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal
secara batil.
Riba merupakan pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam
Islam.
DALIL, An-Nisaa’ : 29
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara
kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu
 Riba dikelompokkan menjadi dua, yaitu riba
utang-piutang dan riba jual beli.
 Riba utang piutang dibagi menjadi Riba qardh
dan riba jahiliyyah.
 Riba jual beli dibagi menjadi Riba Fadhl dan
Riba nasi’ah.
Riba Qard : Suatu manfaat atau tingkat kelebihan
tertentu yang disyaratkan terhadap yang
berutang (muqtaridh).

Riba Jahiliyyah: Utang dibayar lebih dari


pokoknya karena si peminjam tidak mampu
membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan.
Riba Fadhl : Pertukaran antar barang sejenis dengan
kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang
yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang
ribawi.

Riba Nasi’ah : Penangguhan penyerahan atau


penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan
dengan jenis barang ribawi lainnya.
Menurut Sayid Sabiq, Riba nasi’ah adalah tambahan
yang disyaratkan yang diambil oleh orang yang
menghutangi dari orang yang berhutang, sebagai
imbangan atas penundaan pembayaran utangnya.
1. Q.S. AR-RUUM : 39
2. Q.S. AN-NISAA’ : 161
3. Q.S. ALI-IMRAN: 130
4. Q.S. AL-BAQARAH : 275, 278 - 279
Al-Baqarah : 275
“Diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri bahwa
Rasulullah saw, bersabda, “Emas hendaklah
dibayar dengan emas, perak dengan perak,
gandum dengan gandum, tepung dengan tepung,
kurma dengan kurma, garam dengan garam,
bayaran harus dari tangan ke tangan (cash).
Barangsiapa memberi tambahan atau meminta
tambahan, sesungguhnya ia telah berurusan
dengan riba. Penerima dan pemberi sama-sama
bersalah.” (HR Muslim no. 2971, dalam kitab al-
Masaqqah)
“Jabir berkata bahwa Rasulullah saw. Mengutuk
orang yang menerima riba, orang yang
membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan
dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda,
“Mereka itu semuanya sama.” (HR Muslim no.
2995, kitab al-Masaqqah)

“ Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa


nabi saw. Bersabda, “Riba itu mempunyai 73
pintu (tingkatan); yang paling rendah dosanya
sama dengan seseorang yang melakukan zina
dengan ibunya.”
 Investasi
adalah kegiatan usaha yang
mengandung risiko karena berhadapan
dengan unsur ketidakpastian. Dengan
demikian, perolehan kembaliannya (return)
tidak pasti dan tidak tetap.

 Membungakan uang adalah kegiatan usaha


yang kurang mengandung risiko karena
perolehan kembaliannya berupa bunga yang
relatif pasti dan tetap.
 Alghunmu bi al-ghurmi al-kharaj bi dhaman
(Keuntungan beriringan dengan risiko, Hasil
beriringan dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam suatu usaha).
NO BUNGA BAGI HASIL

1. Penentuan bunga dibuat pada waktu Penentuan besarnya rasio/nisbah


akad dengan asumsi harus selalu bagi hasil dibuat pada waktu akad
untung. dengan berpedoman pada
kemungkinan untung rugi.
2. Besarnya persentase berdasarkan pada Besarnya rasio bagi hasil
jumlah uang (modal) yang dipinjamkan. berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh.
3. Pembayaran bunga tetap seperti yang Bagi hasil bergantung pada
yang dijanjikan tanpa pertimbangan keuntungan proyek yang
apakah proyek yang dijalankan oleh dijalankan. Bila usaha merugi,
pihak nasabah untung atau rugi. kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak.
4. Jumlah pembayaran bunga tidak Jumlah pembagian laba
meningkat sekalipun jumlah keuntungan meningkat sesuai dengan
berlipat atau keadaan ekonomi sedang peningkatan jumlah pendapatan.
“booming”.
5. Eksistensi bunga diragukan (dikecam) Tidak ada yang meragukan
oleh semua agama termasuk Islam. keabsahan bagi hasil.
1. Bunga Tabungan
2. Bunga Deposito
3. Kartu Kredit
4. Bunga Asuransi
5. Bunga Pegadaian
6. Bunga rentenir
7. Bunga Kredit Kendaraan Bermotor
8. Bunga Kredit Rumah/Property
9. Bunga dalam transaksi Valuta Asing
10. Bunga dalam transaksi jual beli sekuritas
(saham, obigasi, dll.)
1. Dampak Ekonomi (Menimbulkan kemiskinan)
2. Dampak Sosial kemasyarakatan (Menimbulkan
ketidakadilan, permusuhan dll.)
 Diantara dampak ekonomi riba adalah dampak
inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai
biaya uang.
 Hal tersebut disebabkan karena salah satu elemen
dari penentuan harga adalah suku bunga. Semakin
tinggi suku bunga, semakin tinggi pula harga yang
akan ditetapkan pada suatu barang.
 Dampak lainnya adalah utang yang dilakukan oleh
pihak yang berpendapatan rendah (tingkat
penerimaan peminjam rendah) dan tingginya biaya
bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah
keluar dari ketergantungan, terlebih lagi bila
bunga atas utang tersebut dibungakan lagi.
Contoh: Utang negara-negara berkembang kepada
negara-negara maju seperti IMF, World Bank, dll.
 Riba merupakan pendapatan yang didapat
secara tidak adil.
 Para pengambil riba menggunakan uangnya
untuk untuk memerintahkan kepada orang lain
agar berusaha mengembalikan, misalnya 25 %
lebih tinggi dari dari jumlah yang
dipinjamkannya. (Padahal usaha yang
dijalankan oleh peminjam tersebut belum
tentu untungnya melebihi 25 %).
1. Merampas Kekayaan orang lain
2. Merusak moralitas
3. Melahirkan benih kebencian dan
permusuhan

Anda mungkin juga menyukai