Anda di halaman 1dari 23

ORGANISASI BISNIS

DALAM ISLAM
Ekis (12)
By: Minarni, SE.I, MSI
TIPE ORGANISASI BISNIS DALAM EKONOMI ISLAM

1. Perusahaan Pribadi (individual)

2. Perusahaan bersama (syirkah) atau


Perseroan syari’ah
PERUSAHAAN PRIBADI (PERSEORANGAN)

Perusahaan perseorangan adalah perusahaan


yang didirikan dan jalankan oleh seseorang atau
keluarga. Keuntungan bentuk perseorangan,
pemiliknya memiliki kebebasan yang tak
terbatas, menguasai sepenuhnya perusahaan
tersebut dan dapat melakukan tindakan apapun
yang dianggap menguntungkan usahanya.
Contoh perusahaan ini: penjual sate, restoran,
toko mainan, toko kelontong dll.
SYIRKAH

 Syirkah menurut pengertian bahasa artinya


adalah mencampurkan dua bagian atau
lebih sedemikian rupa sehingga tidak dapat
lagi dibedakan satu bagian dengan bagian
lainnya.
 Pengertian syirkah menurut makna
syari’ah adalah suatu akad antara dua
pihak atau lebih yang bersepakat untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan
memperoleh keuntungan.
STATUS HUKUM SYIRKAH

1. Hadits Nabi Sawberupa taqrir (pengakuan) beliau


terhadap syirkah. Pada saat beliau diutus sebagai
Nabi, banyak shahabat pada saat itu yang
bermuamalah dengan cara ber-syirkah dan Nabi
SAW-pun membenarkannya (men-taqrir-nya).
2. Dalil yang lain adalah berdasarkan sabda dari
Nabi SAW, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah
ra:
“Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman: Aku adalah
pihak ketiga dari dua pihak yang bersyirkah
selama salah satunya tidak mengkhianati yang
lainnya. Kalau salah satunya berkhianat, Aku
keluar dari keduanya” (HR. Abu Dawud. AL-
Baihaqi dan Ad-Daruquthni).
PRINSIP-PRINSIP PERSEROAN SYARI’AH ATAU
SYIRKAH ISLAM
1. Dalam perseroan syari’ah, diantara para pesyirkah harus
ada pihak yang menjalankan usaha atau bisnis secara
langsung, dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan. Perseroan syari’ah tidak boleh hanya
kumpulan pemodal saja, kemudian membuat badan
hukum perseroan, selanjutnya yang menjalankan
bisnisnya justru adalah pihak lain yang digaji untuk
menjalankan perusahaannya, sebagaimana yang terjadi
pada perseroan kapitalisme

2. Dalam perseroan syari’ah, semua orang yang telah


beraqad syirkah harus siap melebur menjadi satu. Baik
yang melebur manusianya, maupun modal yang
disertakannya. Berbeda dalam perseroan kapitalisme,
peleburan itu hanya dilihat sebatas modal yang
disertakan.
PRINSIP-PRINSIP PERSEROAN SYARI’AH ATAU SYIRKAH
ISLAM

3. Dalam perseroan syari’ah, jika ada pesyirkah yang menyertakan


modal dalam bentuk barang (misalnya rumah, yang kemudian
dinilai besarnya dengan uang), juga harus siap dileburkan
sebagai milik bersama seluruh anggota syirkah. Rumah itu tidak
boleh tetap dipandang sebagai rumah milik pesyirkah yang
menyertakannya. Jika syirkah itu bubar (misalnya mengalami
kerugian), maka rumah itu harus siap dijual dan hasilnya harus
dibagi kepada para pesyirkah sesuai dengan prosentase modal
awalnya. Rumah itu juga tidak boleh disyirkahkan dalam
bentuk sewa saja, yang besarnya nilai sewa kemudian dianggap
sebagai penyertaan modal awalnya.
4. Dalam perseroan syari’ah, suara mengikuti manusianya,
bukan mengikuti modalnya, sebagaimana yang ada dalam
perseoran kapitalisme. Setiap individu pesyirkah yang
menjadi pengelola akan memiliki suara yang sama,
walaupun modal yang disertakan berbeda-beda.
PRINSIP-PRINSIP PERSEROAN SYARI’AH ATAU SYIRKAH
ISLAM
5. Dalam perseroan syari’ah, seluruh pesyirkah adalah
pemilik perusahaan. Sedangkan untuk para pengelola,
mereka memiliki kewenangan, hak dan kewajiban yang
sama. Walaupun dalam pelaksanaannya ada pembagian
tugas, misalnya ada yang menjadi direktur utama, direktur
keuangan, direktur pemasaran, dsb, hal itu harus
dipandang sebagai cara untuk memudahkan menjalankan
perusahaan saja. Hakikatnya tanggung jawabnya adalah
sama.
6. Dalam perseroan syari’ah, setiap keputusan yang dibuat
harus disepakati oleh seluruh pesyirkah yang menjadi
pengelola. Keputusan yang diambil harus bersifat mufakat.
Jika ada satu saja anggota syirkah yang tidak setuju, maka
keputusan itu tidak boleh dilaksanakan. Walaupun, anggota
yang tidak setuju itu penyertaan modalnya sangat kecil.
Berbeda dengan perseroan kapitalisme, keputusan sangat
ditentukan oleh pemegang saham mayoritas.
PRINSIP-PRINSIP PERSEROAN SYARI’AH ATAU SYIRKAH
ISLAM
7. Dalam perseroan syari’ah, jika akan ada penambahan modal baru atau
masuknya pesyirkah baru, harus disetujui oleh seluruh anggota syirkah
yang ada. Jika ada satu anggota yang tidak setuju, maka tidak boleh
diterima. Jika seluruh anggota setuju, maka aqad syirkah yang lama
harus ditutup (tutup buku), selanjutnya harus dilakukan aqad syirkah
yang baru, dengan pembukuan yang baru, sehingga muncul keadilan
pada semua anggotanya. Berbeda dengan perseroan kapitalisme, untuk
menambah modal baru, tinggal menjual saham-saham perusahaan.
8. Dalam perseroan syari’ah, jika ada salah satu pesyirkah yang tidak
setuju dengan pemufakatan dan tetap kokoh dalam ketidaksetujuannya,
padahal seluruh pesyirkah lain sudah mufakat, maka perseroan itu
harus dibubarkan, dengan mengikuti ketentuan pembubaran syirkah.
PRINSIP-PRINSIP PERSEROAN SYARI’AH ATAU SYIRKAH
ISLAM
9. Dalam perseroan syari’ah, status perusahaan tidak boleh bersifat tetap
selamanya, sebagaimana badan hukum perseroan kapitalisme yang
bersifat tetap selamanya. Keberlangsungan perseroan syari’ah
dikembalikan kepada kesepakatan seluruh anggota yang bersyirkah.
Jika mereka ingin perusahaannya tetap ada, maka perusahaan itu akan
tetap ada. Jika mereka ingin bubar, maka perusahaan itu akan bubar,
sesuai dengan kesepakatan.
10. Dalam perseroan syari’ah, pembagian keuntungan mengikuti
kesepakatan, bukan mengikuti besarnya prosentase modal yang
disertakan saja, sebagaimana dalam perseroan kapitalisme. Semua
anggota yang terlibat dalam syirkah, memiliki hak untuk mendapatkan
prosentase modal yang disertakan. Untuk yang terlibat dalam tenaga
saja, tidak ikut menanggung kerugian, karena sudah rugi waktu dan
tenaga yang telah dicurahkan untuk menjalankan perusahaan.
RUKUN SYIRKAH

1. Wajib ada dua pihak yang berakad (‘aqidani). Syaratnya, harus


memiliki kecakapan (ahliyah) melakukan tasharruf
(pengelolaan harta).

2. Wajib ada obyek akadnya (mahal al-’aqdi). Dapat disebut juga


sebagai ma’qud ‘alayhi atau yang mencakup pekerjaan (amal)
dan atau modal (maal).

3. Wajib adanya shighat Akad, yaitu ucapan ijab dan kabul.


SYARAT SYIRKAH

1. Obyek akadnya berupa tasharruf, yaitu perbuatan atau


perkataan yang mempunyai akibat hukum. Contohnya adalah:
menerima barang (perbuatan) atau mengadakan akad jual beli
(perkataan).

2. Obyek Akadnya dapat diwakilkan (qabilun li al-wakalah), agar


dapat dikelola oleh mudharib (pengelola), sehingga keuntungan
syirkah menjadi hak bersama diantara para syarik (mitra
usaha).
MACAM-MACAM SYIRKAH

1. Syirkah Amlak, yaitu syirkah yang berasal dari kepemilikan


bersama dari dua pihak atau lebih atas suatu barang yang
diperoleh melalui salah satu sebab kepemilikan, seperti hibah,
jual beli, waris,

2. Syirkah Akad, yaitu syirkah yang terjadi karena adanya akad


antara dua pihak atau lebih dalam pekerjaan (amal) dan atau
modal (maal) untuk memperoleh keuntungan.
JENIS-JENIS SYIRKAH AKAD

1. Syirkah Inan
2. Syirkah ‘Abdan
3. Syirkah Mudharabah
4. Syirkah Wujuh
5. Syirkah Mufawadhah
SYIRKAH INAN
 Syirkah Inan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing memberi kontribusi kerja (‘amal) dan modal (maal) sekaligus.
 Dalam syirkah inan, disyaratkan modalnya harus berupa uang (nuquud).
Sedangkan untuk barang (‘uruudh), misalnya rumah atau mobil, tidak
boleh dijadikan modal syirkah, kecuali jika barang itu sudang dihitung
nilainya (qimah al ‘urudh) pada saat akad,
 Pembagian keuntungan didasarkan pada kesepakatan , sedangkan
kerugian harus ditanggung oleh masing-masing mitra usaha (syarik)
berdasarkan porsi modalnya.
 Contoh syirkah Inan : Si A dan B adalah ahli teknik Arsitektur,
bersepakat membangun bisnis properti syari’ah (pembangunan
perumahan), kemudian perumahan tersebut akan dijual. Masing-masing
memberi kontribusi modal 100 juta dan bersepakat bersama-sama
bekerja membangun perumahan dalam syirkah tersebut.
SYIRKAH ‘ABDAN

 Syirkah ‘Abdan adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang masing-
masing hanya memberikan kontribusi kerja (‘amal) tanpa modal (maal).
 Kontribusi kerja itu dapat berupa kerja pikiran (seperti pekerjaan
arsitek ataupun penulis) ataupun kerja fisik (seperti pekerjaan tukang
kayu, tukang batu, sopir, pemburu, nelayan, dan sebagainya).
 Contoh Syirkah ‘Abdan :
Ada dua orang, yaitu A dan B. Kedua orang ini adalah nelayan. Mereka
bersepakat untuk melakukan bisnis bersama, yaitu melaut untuk
mencari ikan. Mereka telah sepakat pula, jika memperoleh ikan akan
dijual, kemudian hasilnya akan dibagi bersama. Kesepakatan dalam
pembagiannya, si A akan mendapatkan 40 % dan B 60 %.
 Ketentuan dalam syirkah ‘abdan dibolehkan berbeda profesi.
SYIRKAH MUDHARABAH

 Syirkah Mudharabah adalah syirkah antara dua pihak atau lebih


dengan ketentuan, satu pihak memberikan kontribusi kerja
(amal) sedangkan pihak lain memberikan kontribusi modal
(maal).

 Istilah syirkah mudharabah banyak dipakai oleh ulama Irak,


sedangkan untuk ulama Hijaz, mereka menyebutnya dengan
istilah qiradh.
MODEL SYIRKAH MUDHARABAH

1. Syirkah mudharabah model I adalah syirkah antara dua pihak, yang mana
pihakpertama akan bertindak sebagai pemodal (shahib al-maal/rabb al maa),
sedangkan pihak kedua akan bertindak sebagai pengelola modal
(‘amil/mudharib). Contoh: Si A bertindak sebagai pemodal, yang memberikan
modalnya sebesar 100 juta kepada si B, yang bertindak sebagai pengelola
modal, untuk membuat sebuah proyek bisnis berupa toko kelontong
2. Syirkah Mudharabah model II adalah syirkah antara dua pihak (misalnya, A
dan B) yang sama-sama memberikan kontribusi modal, sedangkanpihak
ketiga (misalnya C) hanya memberikan kontribusi kerja saja.
3. Syirkah mudharabah model III adalah syirkah antara pihak pertama (misalnya
A), yang akan memberikan kontribusi modal dan kerja sekaligus, sedangkan
pihak kedua (misalnya B), hanya akan memberikan kontribusi modal, tanpa
kontribusi kerja.
SYIRKAH WUJUH

 Syirkah wujuh adalah syirkah antara dua badan dengan modal


dari pihak di luar kedua badan tersebut. Artinya, salah seorang
memberikan modalnya kepada dua orang atau lebih yang
bertindak sebagai mudharib. Keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan masing-masing pihak.

 Syirkah ini disebut syirkah wujuh karena karena didasarkan


pada kedudukan, ketokohan, atau keahlian (wujuh) seseorang di
tengah masyarakat.
MODEL SYIRKAH WUJUH
1. Syirkah wujuh model pertama adalah syirkah wujuh antara dua pihak (misal
Si A dan B), yang sama-sama memberikan kontribusi kerja (amal), sedangkan
pihak ketiga (misalnya C). Akan bertindak sebagai pemberi kontribusi modal
(maal). Dalam hal ini, pihak A dan B adalah tokoh masyarakat. Syirkah
semacam ini hakikatnya termasuk dalam syirkah mudharabah, sehingga akan
berlaku ketentuan-ketentuan syirkah mudharabah padanya.
2. Syirkah wujuh model kedua adalah syirkah antara dua pihak atau lebih yang
bersyirkah dalam barang yang mereka beli secara kredit, atas dasar
kepercayaan pedagang kepada keduanya, tanpa kontribusi modal dari
masing-masing pihak. Misalnya si A dan B adalah tokoh yang dipercaya
pedagang. Selanjutnya, Si A dan B melakukan aqad syirkah wujuh dengan
cara membeli barang dari seorang pedagang (misalnya, si C) secara
kredit. Dalam syirkah ini, Si A dan B bersepakat bahwa masing-masing akan
memiliki 50 % dari barang yang dibeli. Proyek bisnis yang mereka lakukan
adalah dengan menjual barang tersebut dan keuntungannya dibagi dua,
sedangkan harga pokoknya dikembalikan kepada C (pedagang).
SYIRKAH MUFAWADHAH
 Syirkah mufawadhah adalah syirkah wujuh antara dua pihak atau lebih
yang menggabungkan semua jenis syirkah yang telah disebutkan di
atas (syirkah inan, ‘abdan, midharabah, dan wujuh).

 Keuntungan yang diperoleh dibagi sesuai dengan kesepakatan,


sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan jenis syirkahnya.

 Untuk para pemodal, kerugian harus ditanggung oleh para pemodal


sesuai porsi modal (jika berupa syirkah inan) atau ditanggung pemodal
saja (jika berupa syirkah mudharabah) atau ditanggung mitra-mitra
usaha berdasarkan persentase barang dagangan yang dimiliki (jika
berupa syirkah wujuh).
CONTOH SYIRKAH MUFAWADHAH
 Misalkan Si A adalah pemodal, yang berkontribusi modal kepada si B dan
C, dua orang insinyur Teknik Arsitektur, yang sebelumnya telah
bersepakat untuk berkontribusi kerja menjalankan sebuah proyek
tertentu. Selanjutnya, Si B dan C juga bersepakat untuk berkontribusi
modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan
pedagang kepada B dan C.
 Pada contoh di atas dapat dijelaskan bentuk-bentuk syirkah yang
mereka lakukan. Bentuk syirkah yang pertama, adalah syirkah ‘abdan,
yaitu ketika B dan C sepakat masing-masing bersyirkah dengan
memberikan kontribusi kerja saja. Selanjutnya, ketika si A memberikan
modal kepada B dan C, berarti di antara mereka bertiga terwujud
syirkah mudharabah. Dalam hal ini, Si A bertindak sebagai pemodal,
sedangkan B dan C sebagai pengelola.
CONTOH SYIRKAH MUFAWADHAH

 Langkah berikutnya, ketika B dan C telah bersepakat bahwa mereka


masing-masing memberikan kontribusi modal (disamping kontribusi
kerja), berarti telah terwujud syirkah inan diantara B dan C.

 Berikutnya ketika B dan C membeli barang secara kredit atas dasar


kepercayaan pedagang kepada keduanya, berarti telah terwujud
syirkah wujuh antara B dan C.

 Dengan demikian, bentuk seperti ini telah menggabungkan semua jenis


syirkah yang ada, yang disebut syirkah mufawadhah.

Anda mungkin juga menyukai