Anda di halaman 1dari 10

Riba dan Implikasinya dalam

Keuangan Islam

Teori Keuangan Islam


Dina Rosalina (2018320106)
Pengertian Riba
● Kata riba, yaitu ziyadah berati bertumbuh,
menambah atau berlebihan. Riba dalam al-Qur’an
merupakan penambahan yang diambil tanpa adanya satu
transaksi penyeimbang yang dibenarkan oleh syariah.
Transaksi penyeimbang merupakan transaksi yang
melegitimasi adanya penambahan secara adil, seperti
melalui transaksi jual beli, sewa-menyewa dan bagi hasil.
Macam-macam Riba
Riba yang terjadi dalam transaksi jual beli terdiri dari 2 macam yaitu :
a. Riba fadl adalah riba yang terjadi dalam tukar menukar barang sejenis yang tidak sama
kualitasnya, kuantitasnya, maupun waktu penyerahannya.
b. Riba nasiah adalah riba yang timbul akibat hutang-piutang yang tidak memenuhi
kriteria untung muncul bersama risiko, dan mendapatkan pendapatan tanpa biaya.
Transaksi ini mengandung pertukaran kewajiban menanggung beban, hanya karena
berjalannya waktu.
Riba yang terjadi dalam transaksi pinjam meminjam terdiri dari 2 macam, yaitu :
a. Riba Qardh adalah riba yang terjadi karena dalam akad yang bersangkutan,
pihak yang meminjamkan menuntut pengembalian lebih kepada pihak yang
dipinjami yang dituangkan dalam akad.
b. Riba jahiliyah adalah riba yang terjadi apabila ada permintaan dari pihak
yang meminjamkan untuk melebihkan pengembalian, karena adanya
keterlambatan dalam pengembalian hutang.
Larangan Riba
Allah telah menurunkan larangan riba secara bertahap untuk mengurangi kesengasaran masyarakat

a. Perintah awal dari Allah sekedar mengingat kan manusia bahwa riba itu tidak akan menambah
kekayaan individu maupun Negara, sebaliknya akan mengurangi kekayaan (ar rum : 39)

b. Perintah kedua umat islam dilarang mengambil bunga sekiranya mereka menginginkan
kebahagian yang hakiki, ketenangan pikiran dan kejayaan hidup (an nisaa : 160-161)

c. Peraturan pertama melarang manusia memakan riba, selain itu ayat ini juga menjelaskan
bahwa sifat umum riba adalah berlipat ganda (ali imran : 130)
Riba dalam Pandangan Islam
Umat islam dilarang mengambil riba atau sejenisnya, dimana riba dapat
muncul karena pinjaman dan jual beli/pertukaran. Riba dilarang dalam islam
secara bertahap, tahap pertama menolak anggapan bahwa pinjaman riba yang
pada zahirnya seolah-olah menolong yang memerlukan sebagai suatu perbuatan
yang mendekati kepada Allah, tahap kedua riba digambarkan sebagai sesuatu
yang buruk, dan tahap ketiga riba diharamkan dengan dikaitkan kepada sesuatu
yang berlipat ganda.
Riba dan Keuangan Islam
Kontroversi pendapat ulama terhadap riba dan bunga bank menunjukkan
bahwa persoalan riba sebenarnya sangat terkait erat dengan masalah uang.
Evolusi konsep riba ke bunga tidak lepas dari perkembangan lembaga keuangan.
Lembaga keuangan timbul karena kebutuhan modal untuk membiayai industri
dan perdagangan.
Riba dan Implikasinya
Riba telah ada sejak orang mulai berbicara tentang hubungan perdagangan dan
keuangan. Riba merupakan tambahan yang dilakukan secara bathil, sangat
mempengaruhi pelakunya dalam sisi ekonomi dan social. Secara ekonomi, riba dapat
menimbulkan inflasi ekonomi, sebagai akibat dari bunga sebagai biaya uang. Hal
tersebut disebabkan karena penentuan harga adalah suku bunga. Semakin tinggi suku
bunga, semakin tinggi juga harga yang akan ditetapkan pada suatu barang. Dampak
lainya adalah bahwa utang dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan
tingginya biaya bunga, akan menjadikan peminjam tidak pernah keluar dari
ketergantungan, terlebih lagi bila bunga uang tersebut dibungakan.
Daftar Pustaka
a. Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, 2018, Penerbit : Gadjah Mada
University Press.
b. Andrianto, SE., M.Ak, dan Dr. M.Anang Firmansyah, SE., M.M, Manajemen Bank
Syariah (Implementasi Teori dan Praktek), 2019, Penerbit : Qiara Media Partner.
c. Rahmawaty, A., & Ag, M. (2013). Riba dalam Perspektif Keuangan Islam. Jurnal
Hukum Islam, 14(2).
Thank You

Anda mungkin juga menyukai