Anda di halaman 1dari 3

a.

Pengertian bank

Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Bank


adalahbadan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan,
danmenyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.Serupa dengan definisi perbankan syariahyaitu badan usaha yang menghimpun
dana darimasyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentukkredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat. (Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah).

B. rente

Rente adalah istilah yang berasal dari bahasa Belanda yang berarti bunga.
FuadMuhammad Fachruddin mendefinisikan bahwa rente ialah keuntungan yang
diperolehperusahaan bank, karena jasanya meminjamkan uang untuk melancarkan
perusahaan orangyang meminjam. Berkat bantuan bank yang meminjamkan uang
kepadanya, perusahaannyabertambah maju dan keuntungan yang diperolehnya juga
bertambah banyak.Bunga adalah sejumlah uang yang dibayar atau tambahan untuk
penggunaan modal

Dalam praktiknya, bunga bank (rente) merupakan keuntungan yang diperoleh pihakbank
atas jasanya yang telah meminjamkan uang kepada debitur dengan dalih untuk
usahaproduktif, sehingga dengan uang pinjaman tersebut, Usahanya menjadi maju dan
lancar, dankeuntungan yang diperoleh semakin besar. Tetapi dalam akad kedua belah
pihak baikkreditor (bank) maupun debitor (nasabah) sama-sama sepakat atas
keuntungan yang akandiperoleh pihak bank.Ketentuan batas maksimum bunga bank
sebenarnya tidak memberatkan dan tetapdalambatas kewajaran. Ketentuan semacam
ini tidak termasuk ribaad’afan mudha’afahsebagaimana yang disingung dalam al-Qur’an.
Bunga bank dengan ketentuan semacam inijika dilihatasbabun nuzulayat-ayat tentang
riba dalam al-Qur’an tidak termasuk riba,sehingga sejauh ini bunga bank masih menjadi
diskursus yang multi tafsir dalam ajaran Islam.

Bedanya riba dengan bunga/rente (bank) yakni riba adalah untuk pinjaman yang
bersifatkonsumtif, sedangkan bunga/rente (bank) adalah untuk pinjaman yang bersifat
produktif.Pada praktiknya, tidak semua bunga/rente atau semacamnya sama
memberatkan bagipeminjam

tan syekh dan seorang mufti SayyidThantawi menyatakan bahwa bunga deposito
berjangka di bank yang ditetapkan besarpersentasenya terlebih dahulu itu tidak haram
menurut Islam. Fatwa ini sejalan dengan apayang ditulis olehRasyid Ridha dalam Tafsit
al-Manar,“Tidak termasuk riba seseorang yangmemberikan kepada orang lain uang
untuk diinvestasikan sambil menentukan baginya dari hasil usahatersebut kadar
tertentu. Karena transaksi semacam ini menguntungkan bagi pemilik dan
pengelolamodal. Sedangkan riba yang diharamkan itu merugikan salah satu pihak tanpa
alasan sertamenguntungkan pihak lain tanpa usaha.
c. Hukum riba

Secara bahasa, kata riba berarti tambahan. Dalam istilah hukum Islam, riba
berartitambahan baik berupa tunai, benda, maupun jasa yang mengharuskan pihak
peminjam untukmembayar selain jumlah uang yang dipinjamkan kepada pihak yang
meminjamkan padawaktu pengembalian uang pinjaman, semakin lama waktu
pembayaran semakin besar pulatambahannya. Riba jenis ini disebut riba nasiah

Uraian di atas memberikan kejelasan bahwa ribanasiahmengandung tiga


unsur.Pertama, terdapat tambahan pembayaran atau modal yang dipinjamkan.
Kedua, tambahanitu tanpa resiko kecualisebagai imbalan dari tenggang waktu yang
diperoleh si peminjam.Ketiga, tambahan itu disyaratkan dalam bentuk pemberian
piutang dan tenggang waktu.Bandingkan dengan kasus lain, penambahan yang
dilakukan oleh orang yang berhutangketika membayar dan tanpaada syarat
sebelumnya, hal itu dibolehkan, bahkan dianggapperbuatanihsan(baik) yang pernah
dicontohkan oleh Rasulullah (Quraish Shihab, 1988:136)

Tahap pertama, bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan


Allah,sedangkan shodaqoh akan meningkatkan keberkahan berlipat ganda (QS. Ar-
Rum: 39).Tahap kedua, pada awal periode Madinah, praktik riba dikutuk dengan
keras, sejalandengan larangan pada kitab-kitab terdahulu. Riba dipersamakan
dengan mereka yangmengambil kekayaan orang lain secara tidak benar dan
mengancam kedua belah pihakdengan siksa Allah yang pedih (QS. An-Nisa’: 120-
161).

Tahap pertama, bahwa riba akan menjauhkan kekayaan dari keberkahan


Allah,sedangkan shodaqoh akan meningkatkan keberkahan berlipat ganda (QS. Ar-
Rum: 39).Tahap kedua, pada awal periode Madinah, praktik riba dikutuk dengan
keras, sejalandengan larangan pada kitab-kitab terdahulu. Riba dipersamakan
dengan mereka yangmengambil kekayaan orang lain secara tidak benar dan
mengancam kedua belah pihakdengan siksa Allah yang pedih (QS. An-Nisa’: 120-
161).Tahap ketiga, keharaman riba dikaitkan pada suatu tambahan yangberlipat
ganda (QS.Ali Imran: 130). Ayat ini turun setelah perang Uhud yaitu tahun ke-3
Hijriyah. MenurutAntonio (2001: 49), istilah berlipat ganda harus dipahami sebagai
sifat bukan syarat sehinggapengertiannya adalah yang diharamkan bukan hanya
yangberlipat ganda saja sementarayang sedikit, maka tidak haram, melainkan sifat
riba yang berlaku umum pada waktu ituadalah berlipat ganda.Tahap
keempatmerupakan tahap terakhir yang dengan tegas dan jelas
Allahmengharamkan riba, menegaskan perbedaan yang jelas antara jual beli dan
riba danmenuntut kaum Muslimin agar menghapuskan seluruh hutang-pihutang yang
mengandungriba (QS. Al-Baqarah: 278-279)

d. Fee
Fee artinya pungutan dana yang dibebankan kepada nasabah bank untuk
kepentinganadministrasi, seperti keperluan kertas,biaya operasional, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai