Anda di halaman 1dari 35

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Investasi

Tandelilin (2010:2) mengartikan investasi yaitu komitmen atas sejumlah

dana atau seumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan

memperoleh return di masa yang akan datang. Hampir sama dengan Tandelilin

pengertian investasi menurut Martono dan D.Agus Marjito (2002:138) adalah

penanaman dana yang dilakukan perseorangan atau suatu perusahaan ke dalam

suatu asset (aktiva) dengan tujuan memperoleh keuntungan di masa yang akan

datang. Berdasrkan pengertian diatas, dapat disimpulkan investasi yaitu

bagaimana memanfaatkan dana saat ini untuk mendapatkan keuntungan yang

lebih besar dimasa yang akan datang.

Menurut Tandelilin (2010:8), ada alasan mengapa orang melakukan investasi,

yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mendapatkan kehidupan yang layak di masa depan. Sesorang yang

bijaksana akan berorientasi bagaimana meningkatkan dari masa ke masa

atau minimal berusaha bagaimana mempertahankan tingkat

penfapatannya yang didapat sekarang agar tidak berkurang di masa yang

akan datang

2. Mengurangi tekanan inflasi. Melalui investasi dalam kepemilikan

perusahaan atau yang lain, sesorang dapat mengurangi risiko penurunan

nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.

3. Dorongan untuk meminimalisir pajak. Beberapa Negara di dunia banyak

melakukan kebijakan yang mendorong tumbuhnya investasi pada

16
17

masyarakat melalui kemudahan fasilitas pajak kepada masyarakat yang

melakukan investasi pada bidang-bidang tertentu.

2.1.1.1 Proses Investasi

Tandelilin (2010:14) berpendapat keputusan investasi yang

dilakukan oleh sesorang terdiri atas lima tahap keputusan yang menjadi acuan

untuk mendapatkan keputusan investasi yang terbaik, yaitu:

1. Penentuan tujuan investasi

Tahap pertama yaitu tujuan dalam berinvestasi yang akan dilakukan.

Tujuan tiap investor dapat berbeda-beda tergantung pada investor

yang membuat keputusan tersebut. Misalnya, tujuan investasi pada

biaya anak sekolah, yang dilakukan dalam rangka menjaga likuiditas

yang baik di masa yang akan datang agar setiap anak dapat terpenuhi

hak-haknya.

2. Penentuan kebijakan investasi

Tahap kedua ini yaitu tahap menentukan kebijakan untuk memenuhi

tujuan investasi yang telah ditetapkan. Dimulainya penentuan

keputusan alokasi aset, keputusan ini pada pendistribusian dana yang

dimiliki pada berbagai kelas aset yang tersedia.

3. Pemilihan strategi portofolio

Dalam strategi portofolio yang telah ditentukan harus konsisten dengan

dua tahap sebelumnya. Terdapat dua pilihan strategi portofolio, yaitu

strategi portofolio aktif dan strategi portofolio pasif. Strategi portofolio

aktif mencakup pemenuhan informasi dan melakukan proyeksi untuk

mendapatkan kombinasi portofolio yang lebih baik. Strategi portofolio


18

pasif mencakup kegiatan investor yang cenderung pasif dalam

melakukan investasi, dan hasilnya bergantung pada pergerakan pasar.

4. Pemilihan aset

Setelah penentuan strategi portofolio, tehap berikutnya yaitu pemilihan

aset-aset yang akan dipilih dalam portofolio. Tahap ini harus selalu

melakukan evaluasi pada setiap sekuritas yang ingin dimasukkan

dalam portofolio. Tujuannya yaitu mencari kombinasi portofolio yang

menawarkan return tinggi dengan risiko tertentu.

5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio

Tahap paling akhir dalam proses investasi yaitu evaluasi. Tapi

kesalahan yang fatal apabila mengatakan tahapan ini merupakan

tahapan terakhir, karena proses investasi harus selalu

berkesinambungan

Halim (2003:2), membagi investasi menjadi dua jenis, yaitu:

1. Investasi pada financial assets. Pada jenis ini dibedakan kembali

menjadi dua. Pertama investasi pada financial assets yang dilakukan

di pasar uang, contohmya yaitu sertifikat deposito, surat berharga

pasar uang, commercial paper dan lainnya. Kedua investasi pada

financial assets yang dilakukan pada pasar modal, contohnya yaitu

obligasi, saham, reksadana, dan lainnya.

2. Investasi pada real assets. Investasi ini dilakukan dalam bentuk

pembelian aset produktif pendirian perusahaan, pembukaan

pertambangan pembukaan perkebunan, dan lainnya.

2.1.2 Investasi Syariah

Investasi dalam Islam adalah kegiatan investasi yang berpedoman pada

prinsip-prinsip syariah, baik itu investasi pada sektor keuangan maupun sektor rill.
19

Yang mana dalam hal ini Islam mengajarkan investasi yang memberikan

keuntungan pada semua pihak dan melarang manusia untuk mencari dan

memperoleh rezeki melalui spekulasi atau berbagai cara lain yang sifatnya

merugikan orang lain (Muhammad Nafik H.R: 2009). Hal ini didukung dalam firman

Allah SWT dalam surat al-Baqarah (268) dan surat Yusuf (47-49)

Quran surat al Baqarah 268

“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan

menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu

ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi

Maha Mengatahui.”

Penjelasan ayat diatas secara makna memberikan infoormasi pentingnya

untuk berinvestasi, dimana ayat tersebut menyampaikan beruntungnya orang

yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Yuliana (2010) berpendapat, orang

yang kaya secara keuangan kemudian menginfakkan hartanya untuk kegiatan

pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu melewati usaha produktif, maka

dia sudah menolong ribuan, bahkan ratusan ribu orang miskin untuk berproduktif

ke arah yang lebih baik.

Quran surat Yusuf 47-49

“Dia (Yusuf) berkata, "Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-

turut) sebagaimana biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan

di tangkainya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang

tujuh (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk

menghadapinya (tahun-tahun sulit), kecuali sedikit apa (bibit gandum) yang kamu

simpan. Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan

cukup) dan pada masa itu mereka memeras (anggur)."


20

2.1.2.1 Prinsip Investasi Syariah

Prinsip merupakan elemen pokok dalam struktur atau kelengkapan

sesuatu. Prinsip syariah dalam tulisan ini adalah prinsip hukum islam dalam

kegiatan ekonomi dan bisnis berdasarkan fatwa yang dikeluarkan lembaga yang

berwenang dibidang syariah. Di Indonesia lembaga fatwa adalah Dewan Syariah

Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI).

Aziz (2010) berpendapat, beberapa prinsip syariah khusus yang berkaitan

dengan investasi yang harus dijadikan pedoman oleh investor dalam berinvestasi,

yaitu:

a. Rezeki yang dicari bukan dari sektor haram, baik objeknya ataupun

prosesnya, dan tidak menggunakannya pada sektor yang haram;

b. Tidak terdapat unsur saling menzalimi;

c. Dalam pendistribusian pendapatan harus adil;

d. Akad yang dilakukan atas dasar keridaan antara pihak yang berakad;

e. Tidak terdapat unsur riba, gharar, maysir,tadlis, darar, dan tidak

mengandung maksiat.

Islam sangat menganjurkan investasi tapi tidak semua bidang

diperbolehkan dalam berinvestasi. Di atas merupakan aturan-aturan dalam

penetapan batas yang boleh dilakukan ataupun tidak boleh dilakukan. Semua itu

dengan tujuan mengendalikan manusia dari kegiatan yang membahayakan

masyarakat.

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) sebagai

lembaga fatwa, mengatur transaksi ekonomi dan bisnis dalam DSN-MUI No

80/DSN/MUI/III/2011 yang berisi tentang memilih investasi yang dibolehkan

syariat dan melarang kegiatan yang bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu:

a. Maisir, yaitu setiap kegiatan yang melibatkan perjudian dimana pihak

yang memenangkan perjudian akan mengambil taruhannya;


21

b. Gharar, yaitu ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai kualitas

atau kuantitas objek akad maupun mengenai penyerahannya;

c. Riba, tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-barang ribawi

(al-amwal al-ribawiyyah) dan tambahan yang diberikan atas pokok

utang dengan imbalan penangguhan imbalan secara mutlak;

d. Baṭil, yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan rukun dan akadnya

(ketentuan asal/ pokok dan sifatnya) atau tidak dibenarkan oleh syariat

Islam;

e. Bay‘i ma‘dum, yaitu melakukan jual beli atas barang yang belum

dimiliki;

f. Iḥtikar, yaitu membeli barang yang sangat dibutuhkan masyarakat

(barang pokok) pada saat harga mahal dan menimbunnya dengan

tujuan untuk menjual kembali pada saat harganya lebih mahal;

g. Taghrīr, yaitu upaya mempengaruhi orang lain, baik dengan ucapan

maupun tindakan yang mengandung kebohongan, agar terdorong

untuk melakukan transaksi;

h. Ghabn, yaitu ketidakseimbangan antara dua barang (objek) yang

dipertukarkan dalam suatu akad, baik segi kualitas maupun kuantitas;

i. Talaqqī al-rukbān, yaitu merupakan bagian dari ghabn, jual beli atas

barang dengan harga jauh di bawah harga pasar karena pihak penjual

tidak mengetahui harga tersebut;

j. Tadlīs, tindakan menyembunyikan kecacatan objek akad yang

dilakukan oleh penjual untuk mengelabui pembeli seolah-olah objek

akad tersebut tidak cacat;

k. Ghishsh, merupakan bagian dari tadlīs, yaitu penjual menjelaskan atau

memaparkan keunggulan atau keistimewaan barang yang dijual serta

menyembunyikan kecacatan;
22

l. Tanājush/Najsh, yaitu tindakan menawar barang dangan harga lebih

tinggi oleh pihak yang tidak bermaksud membelinya, untuk

menimbulkan kesan banyak pihak yang bermniat memblinya;

m. Dharar, tindakan yang dapat menimbulkan bahaya atau kerugian bagi

pihak lain;

n. Rishwah, yaitu suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil

sesuatu yang bukan haknya, membenarkan yang bathil dan

menjadikan yang bathil sebagai ssesuatu yang benar;

o. Maksiat dan zalim, yaitu perbuatan yang merugikan, mengambil atau

menghalangi hak orang lain yang tidak dibenarkan secara syariah,

sehingga dapat dianggap sebagai salah satu bentuk penganiayaan

Apabila dalam suatu transaksi atau aktivitas muamalah selama tidak

ditemukan unsur-unsur yang dilarang seperti diatas, maka kegiatan transaksi

investasi tersebut boleh dilakukan dalam bentuk apapun.

2.1.3 Pasar Modal

Menurut Sartono (2008:21), pasar modal yaitu tempat terlaksananya

transaksi aset keuangan yang bersifat jangka panjang. Pasar Modal oleh

Tandelilin (2010: 26) diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan saham

pada umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi.

Undang-undang Pasar Modal No. 08 Tahun 1995 dalam Sartono (2008: 21),

menjelaskan pasar modal merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan

penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan

dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkenaan

dengan efek.

Pasar modal mempunyai kesamaan seperti halnya dengan pasar uang,

pasar komoditas, ataupun pasar berjangka. Apabila pembeli jumlahnya lebih

sedikit daripada penjual, hasilnya harga akan turun, sebaliknya ketika kwantitas
23

pembeli lebih banyak daripada penjual, maka harga akan mengalami kenaikan.

Sama seperti yang terjadi dengan jenis pasar lain, yang membedakan pasar modal

dengan jenis pasar lain yaitu terletak pada instrumen tersebut. Pasar modal dapat

memenuhi kebutuhan dana jangka panjang yang terserap dalam bentuk

bangunan, peralatan, dan sarana produksi lainnya (Sartono, 2008:21). Pasar

modal dapat dimanfaatkan sebagai sarana yang efektif dalam pelaksanaa

kegiatan menghimpun dana masyarakat guna pembiayaan pembangunan yang

disalurkan pada sektor-sektor produktif.

2.1.3.1 Instrumen Pasar Modal

Instrumen Pasar Modal merupakan semua surat berharga yang secara

umum diperjualbelikan melalui Pasar Modal. Undang- undang Nomor 08 Tahun

1995 mengenai Pasar Modal, efek adalah setiap surat pengakuan utang, surat

berharga komersial, saham, obligasi, sekuritas kredit, waran, opsi, tanda bukti

utang, setiap right, atau derivatif dari efek, atau setiap instrumen yang ditetapkan

sebagai efek. Sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal yaitu obligasi,

saham, reksadana dan instrumen derivatif. Tandelilin (2010: 18), menjelaskan

beberapa instrumen pasar modal:

a. Saham

Saham merupakan surat tanda bukti kepemilikan atas aset-aset

perusahaan dalam bentuk PT. Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang

paling populer di pasar modal. Dengan memiliki saham, investor akan memperoleh

dividen dan dapat memanfaatkan fluktuasi harga saham dengan menjual saham

tersebut untuk memperoleh keuntungan yang dinamakan capital gain.

b. Obligasi

Obligasi merupakan sertifikat yang berisi kontrak antara investor dan

perusahaan, yang menyatakan bahwa investor sebagai pemegang obligasi telah

meminjamkan sejumlah uang kepada perusahaan (emiten). Perusahaan yang


24

menerbitkan obligasi mempunyai kewajiban untuk membayar bunga secara

reguler sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan serta pokok pinjaman

pada saat jatuh tempo.

c. Reksadana

Reksadana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya

menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk dikelola oleh

manajer investasi profesional, agar digunakan sebagai modal berinvestasi baik di

pasar modal maupun di pasar uang.

d. Instrumen derivatif

Instrumen derivatif merupakan sekuritas turunan dari suatu sekuritas lain,

sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain. Ada

beberapa jenis instrumen derivatif, diantaranya waran, bukti right (right issue), opsi

dan future.

2.1.3.2 Fungsi Pasar Modal

Pasar modal mempunyai peran vital pada perekonomian suatu negara.

Pasar modal menghubungkan antara investor, emiten, ataupun instansi

pemerintah melewati aktivitas perdagangan instrumen keuangan bersifat jangka

panjang diantaranya seperti saham dan obligasi. Martalena dan Malinda (2011:3)

berpendapat, pasar modal mempunyai peranan yang penting dalam

perekonomian suatu negara karena mempunyai empat fungsi, diantaranya:

1. Fungsi simpanan

Pasar modal menjadi alternatif bagi masyarakat untun menghindari

penurunan mata uang karena inflasi.

2. Fungsi kekayaan

Pasar modal memungkinkan masyarakat untuk dapat mengembangkan

nilai kekayaan melalui investasi pada instrumen pasar modal yang tidak
25

akan mengalami penyusutan nilai sebagaimana terjadi pada investasi

nyata, misalnya perhiasan atau properti.

3. Fungsi Likuiditas

Semua instrumen yang terdapat pada pasar modal pada umumnya mudah

untuk dicairkan sehingga memudahkan masyarakat memiliki kembali

dananya dibandingkan dengan tanah dan rumah.

4. Fungsi Pinjaman

Pasar modal menjadi sumber pinjaman bagi perusahaan ataupun

pemerintah untuk membiayai kegiatannya.

Gambar 2.1 Fungsi Pasar Modal

Pasar Modal

Investor/ pemilik Perusahaan/ pihak


yang membutuhkan
modal
dana

Dana Efek

Sumber: Martalena dan Malenda (2011:5)

2.1.4 Pasar modal syariah

Pasar modal syariah adalah institusi pasar modal yang penerapannya

sesuai dengan prinsip-prinsip syariah (Adrian Sutedi, 2011: 52). Pada intinya pasar

modal syariah merupakan pasar modal yang setiap transaksi instrumen keuangan

atau modal sesuai dengan syariah dan dengan cara yang di benarkan. Terpenting

agar terwujudnya pasar modal syariah yaitu perlunya acuan prinsip-prinsip dasar.

Prinsip dasar terdapat dalam Al-Quran dan Hadist, yang kemudian lahirnya produk
26

muamalah. Sesuai dengan pengertian diatas tersebut, maka produk muamalah

yang berupa efek harus tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Efek tersebut

dinamakan efek syariah harus sesuai dengan Peraturan Bapepam dan LK Nomor

IX.A.13 mengenai Penerbitan Efek Syariah. Efek syariah yaitu efek seperti dalam

UUPM dan peraturan yang mana akad, cara, dan kegiatan usaha dalam

pelaksanaannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah di Pasar

Modal. Efek syariah yang diterbitkan pada pasar modal Indonesia mencakup

saham syariah, sukuk, dan unit penyertaan dari reksa dana syariah. Soemitro

(2009) berpendapat, pasar modal syariah dalam menerbitkan efek syariah harus

memenuhi beberapa poin, yaitu:

1. Produk barang, jenis usaha, jasa yang diberikan dan akad beserta

pengelolaan perusahaan emiten atau perusahaan yang mengeluarkan

efek syariah tidak keluar dari prinsip-prinsip syariah.

2. Dalam menjalankan kegiatannya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip

syariah seperti perjudian, usaha mengandung riba, atau menjual produk

haram.

3. Jika perusahaan ingin menerbitkan efek syariah diwajibkan

menandatangani dan memenuhi ketentuan yang sesuai dengan syariah.

4. Perusahaan yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin bahwa

kegiatan usahanya sesuai prinsip-prinsip syariah dan mempunyai Shariah

Compliance Officer (SCO)

5. Apabila perusahaan sewaktu-waktu keluar dari persyaratan, maka efek

syariah yang diterbitkan akan keluar dari efek syariah.


27

Adrian Sutedi (2011:32) berpendapat, efek syariah yang diterbitkan pasar

modal Indonesia harus mencakup prinsip pasar modal syariah, yaitu:

Tabel 2.1 Prinsip Pasar Modal Syariah

Penyebab Haramnya
Implikasi di Pasar Modal
Transaksi

Li Dzatihi Efek yang di perjual belikan harus merupakan


repesentasi dari barang dan jasa yang halal.
Tadis 1. Keterbukaan/transparasi informasi
2. Larangan terhadap informasi yang
menyesatkan.
Riba Fadhl Larangan terhadap transaksi yang mengandung
ketidakjelasan objek yang di transaksikan, baik
dari
sisi pembeli maupun penjual.
Larangan atas pertukaran efek sejenis dengan
Riba Nasiah nilai nominal berbeda.
Li Gahari Riba Larangan atas short selling yang menetapkan
Jahiliyah bunga
Bai’ Najasy Larangan melakukan rekayasa permintaan untuk
mendapatkan keuntungan di atas laba normal,
dengan cara menciptakan false demand.
Ikhtiar Larangan melakukan rekayasa penawaran untuk
mendapatkan keuntungan di atas laba normal,
dengan cara mengurangi supply agar harga jual
naik.
Rukun dan Larangan atas semua investasi yang tidak
Syarat dilakukan
sportif.
Ta’alluq Transaksi yang settelmentnya dikaitkan dengan
Tidak sah transaksi lainnya (menjual saham dengan syarat)
akad
2 in 1 Dua transaksi dalam satu akad, dengan syarat :
1. objek sama
2. pelaku sama
3. periode sama

Soemitro (2009) berpendapat bahwa perusahaan publik atau emiten yang

akan menerbitkan efek syariah wajib untuk memenuhi ketentuan akad dan

menandatangani sesuai dengan ketentuan efek syariah yang diterbitkan. Akad

syariah yang dipakai diantaranya:


28

a. Ijarah, adalah akad antara pihak yang mempunyai barang dan pihak yang

penyewa barang atau jasa, dimana pemilik berjanji kepada penyewa yang

dimiliki pemberi sewa atau pemberi jasa dalam tempo waktu tertentu

dengan pembayaran sewa atau ujrah (upah), tanda adanya peralihan

kepemilikan barang yang menjadi objek ijarah.

b. Kafalah, adalah perjanjian yang mana pihak penjamin berjanji memberikan

jaminan terhadap pihak yang dijamin kepada pihak lain.

c. Mudharabah, adalah akad dimana pihak penyedian dana berjanji terhadap

pihak pengelola dana untuk menyerahkan modal dan pengelola berjanji

untuk mengelola modal tersebut.

d. Wakalah, adalah perjanjian dimana pihak pemberi kuasa memberikan

kuasa terhadap pihak yang menerima kuasa untuk melakukan perbuatan

atau tindakan tertentu. Peraturan ini diatur Bapepam-LK No.IX.A.13

mengenai Penerbitan Efek Syariah, dan peraturan No.IX.A.14 mengenai

akad-akad dalam penerbitan Efek Syariah di pasar modal.

2.1.5 Saham

Tandelilin (2010: 18) menjelaskan, saham yang merupakan surat tanda

bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan dalam bentuk PT. Saham merupakan

salah satu jenis sekuritas yang paling populer di pasar modal. Dengan memiliki

saham, investor akan memperoleh dividen dan dapat memanfaatkan fluktuasi

harga saham dengan menjual saham tersebut untuk memperoleh keuntungan

yang dinamakan capital gain. Sartono (2008: 41) berpendapat, Saham adalah

secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas

tersebut untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang

menerbitkan sekuritas tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan

pemodal tersebut menjalankan haknya. Berdasarkan pengertian diatas dapat

ditarik kesimpulan saham merupakan surat bukti kepemilikan suatu perusahaan


29

yang terdapat nilai nominal, nama perusahaan, dan terdapat hak dan kewajiban

yang dijelaskan kepada setiap penggunanya.

2.1.5.1 Jenis-jenis Saham

Saham menurut Tandelilin (2010:81), ada beberapa jenis saham yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka saham

terbagi atas:

a. Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang

menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian dividen,

dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut

dilikuidasi.

b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang memiliki

karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bias

menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga

bisa tidak mendatangkan hasil seperti ini dikehendaki oleh investor.

2. Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi:

a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut tidak

tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan dari

satuinvestor ke investor lain.

b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang ditulis

dengan jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara peralihannya harus

melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangnannya, maka saham dapt dikategorikan

menjadi:

a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu

perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industry

sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam

membayar dividen.
30

b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari suatu

emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari

rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun sebelumnya.

c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu saham-saham

dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi,

sebagai leader di industri sejenis yang mempunyai reputasi tinggi.

Selain itu terdapat juga growth stock lesser known, yaitu saham dari

emiten yang tidak sebagai leader dalam industri namun memiliki ciri

growth stock.

d. saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu perusahaan

yang tidak bisa secra konsisten memperoleh penghasilan yang tinggi

di masa mendatang, meskipun belum pasti.

2.1.5.2 Saham Syariah

Saham syariah, jika di definisikan merupakan surat berharga bukti

penyertaan modal kepada perusahaan dan dengan bukti penyertaan tersebut

pemegang saham berhak untuk mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan

tersebut. Konsep penyertaan modal dengan hak bagian hasil usaha ini merupakan

konsep yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Prinsip syariah mengenal

konsep ini sebagai kegiatan musyarakah atau syirkah. Berdasarkan analogi

tersebut, maka secara konsep saham merupakan efek yang tidak bertentangan

dengan prinsip Syariah (Darmadji & Hendy, 2011: 184).

Namun Suatu saham dapat dikategorikan sebagai saham syariah jika saham

tersebut diterbitkan oleh:

1. Emiten dan Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam

anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik

tidak bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.


31

2. Emiten dan Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran

dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten dan Perusahaan Publik tidak

bertentangan dengan Prinsip-prinsip syariah.

2.1.5.2.1 Indeks Saham Syariah Indonesia

Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan indeks saham yang

mencerminkan keseluruhan saham syariah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Pada saat Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) diluncurkan pada

tanggal 12 Mei 2011, jumlah saham syariah yang tercatat di BEI sebanyak

214 saham. Keberadaan Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) melengkapi

indeks syariah yang sudah ada sebelumnya yaitu Jakarta Islamic Index (JII).

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) dengan Jakarta Index (JII)

merupakan indeks saham yang mengacu kepada saham-saham syariah yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perbedaan dari saham syariah ISSI

dengan JII adalah saham syariah ISSI merupakan keseluruhan saham syariah

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sedangkan JII merupakan bagian

dari saham syariah ISSI.

Konstituen ISSI adalah keseluruhan saham Syariah tercatat di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dan terdaftar dalam Daftar Efek Syariah (DES). Konstituen

Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) direview setiap 6 bulan sekali (Mei dan

November) dan dipublikasikan pada awal bulan berikutnya. Konstituen ISSI

juga dilakukan penyesuaian apabila ada saham syariah yang baru tercatat atau

dihapuskan dari Daftar Efek Syariah (DES). Metode perhitungan indeks ISSI

menggunakan rata-rata tertimbang dari kapitalisasi pasar. Tahun dasar yang

digunakan dalam perhitungan Indek Saham Syariah Indonesia (ISSI) adalah

awal penerbitan Daftar Efek Syariah (DES) yaitu Desember 2007. Saham- saham
32

yang tergolong dalam Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) merupakan

saham yang telah memenuhi kriteria sebagai sebagai saham syariah dan

dirangkum didalam Daftar Efek Syariah (DES) yang diterbitkan oleh Bapepam-

LK.

2.1.6 Inflasi Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Menurut G. Cowt Hrey (dalam Latumarissa 2015: 172), Inflasi berarti suatu

keadaan dari nilai uang turun terus menerus dan harga mengalami kenaikan terus.

Inflasi terjadi apabila terjadi peningkatan harga secara umum secara terus-

menerus, yang awal mulanya diakibatkan terjadinya kelebihan permintaan atas

barang-barang didalam suatu perekonomian secara menyeluruh. Menurut Karya

& Syamsuddin (2016), pada hakikatnya terdapat 2 (dua) faktor penting sebagai

penyebab inflasi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor demand dan supply. Faktor-

faktor yang Inflasi berdasarkan penyebabnya adalah sebagai berikut :

a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Inflation)

Terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya

dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan

yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya

volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap

barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap

faktor-faktor produksitersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor

produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.

Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total

sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment

di mana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas

dipasar yang berlebihan.


33

b. Inflasi Desakan Biaya (Cost Push Inflation)

Terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya

kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada

perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidaklancaran

aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata

permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan

berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya

posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola

atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi

akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis seperti bencana alam,

cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi

spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan

produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat

terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan

peranan yang sangat penting.

Tandelilin (2010:343) mengatakan yaitu, meningkatnya inflasi secara relatif

membawa sinyal negatif kepada investor di pasar modal. Inflasi meningkatkan

biaya perusahaan dan meningkatkan pendapatan. Jika penigkatan harga lebih

rendah dari peningkatan biaya, berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan

yang menurun. Inflasi yang tinggi mengakibatkan harga bahan baku perusahaan

meningkat, selain itu pekerja juga menuntut kenaikan upah karena biaya hidup

meningkat. Hal tersebut akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan karena

besarnya beban biaya yang ditanggung .Antonio berpendapat (2013:395), inflasi

juga merupakan salah satu variabel makro yang memiliki dampak besar terhadap

kegiatan perekonomian, baik terhadap sektor riil terlebih terhadap sektor

keuangan. Sektor riil contohnya, konsumsi rill masyarakat berkurang karena nilai
34

uang yang dipegang berkurang kemudian masyarakat akan mengurangi konsumsi

atas barang dan jasa yang diproduksi perusahaan, dampak dari hal tersebut

menurunkan keuntungan perusahaan yang selanjutnya berpengaruh terhadap

harga saham yang menurun.

2.1.7 Nilai Tukar Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Nilai tukar yang menjadi acuan dunia saat ini yaitu mata uang dolar (USD).

Mengutip dari lampung.tribunnews.com, pasar keuangan Amerika Serikat yang

sudah matang mengakibatkan investasi dalam bentuk uang dolar semakin

meningkat, yang mengakibatkan dolar menjadi standar nilai tukar diseluruh dunia.

Nilai tukar adalah salah satu faktor makroekonomi yang bisa menjadi penyebab

naik turunnya indeks harga saham. Seperti dikutip dari Rachmawati, Martien dan

Nisful Laila (2015: 931), perusahaan yang memiliki utang dalam bentuk dolar, saat

terjadi depresiasi rupiah menyebabkan beban perusahaan untuk membayar

hutang lebih tinggi, yang dapat berdampak pada profitabilitas perusahaan dan

harga saham perusahaan.

Menurut (Karya & Syamsuddin, 2016), nilai tukar atau kurs pada valuta

asing sangat dipengaruhi oleh posisi neraca pembayaran secara keseluruhan.

Apabila terjadi defisit neraca pembayaran maka nilai mata uang domestik akan

melemah, karena jumlah devisa yang sedikit dan begitu juga sebaliknya. Menurut

Darmadji (2006), Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai

tukar mata uang yaitu pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam

pendekatan moneter, nilai tukar mata uang didefinisikan sebagai harga dimana

mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang domestik dan harga

tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang. Para investor

asing yang melakukan diversifikasi portofolio akan mengharapkan return atas

investasinya dalam dua hal yaitu sahamdan valas.


35

Mereka juga menanggung risiko atas saham dan risiko dari nilai tukar. Laba

yang diperoleh dari kepemilikan saham akan dikonversikan pada mata uang

negara mereka, jika kurs mata uang negara asal investor tersebut mengutamakan

keuntungan yang didapat akan lebih kecil dibanding keuntungan yang didapat oleh

investor domestik negara tempat ia menginvestasikan modal dan berlaku

sebaliknya (Rachmawati dan Laila, 2015).

2.1.8 Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI)

Menurut Hasanah (2013:3), permasalahan ekonomi dapat mempengaruhi

harga indeks saham, karena pemerintah mempunyai peranan penting dalam

kebijakannya untuk mengendalikan permasalahan ekonomi, agar ekonomi dapat

berjalan dengan selaras dan, seimbang. Salah satu kebijakan pemerintah untuk

mengatasi saat terjjadinya goncangan ekonomi selain inflasi yaitu suku bunga

Bank Indonesia (SBI). Suku Bunga Bank Indonesia (SBI) adalah suku bunga

kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakanmoneter yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (www.bi.go.id).

Suseno TW dalam Naf’an (2014:158) mengatakan, suku bunga adalah ukuran dari

keuntungan dalam suatu investasi yang dapat diperoleh pemilik modal dan juga

ukuran biaya modal yang harus dikeluarkan oleh perusahaan atau emiten atas

penggunaan dari pemilik modal.

Menurut Tandelilin (2010) menjelaskan bahwa tingkat bunga yang

meningkat akan menyebabkan peningkatan suku bunga yang disyaratkan atas

investasi pada suatu saham dan disamping itu juga dapat menyebabkan investor

menarik investasinya pada saham, kemudian memindahkanya pada investasi

berupa tabungan ataupun deposito. Suku bunga pinjaman yang mengalami

kenaikan menyebabkan beban bunga kredit meningkat dan laba bersih menurun.
36

Laba perusahaan yang menurun akan diikuti laba per saham turun dan selanjutnya

berdampak pada harga saham yang lemah.

2.1.9 Jumlah Uang Beredar Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia

(ISSI)

Jumlah uang beredar (money supply) yaitu jumlah uang yang beredar

dalam sebuah perekonomian. Jumlah uang beredar merupakan nilai keseluruhan

uang yang berada di tangan masyarakat, sedangkan uang yang berada di tangan

bank tidak dihitung sebagai uang beredar (Rahardja & Manurung, 2008). Uang

Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). Dalam

arti sempit (M1) meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral

(giro berdenominasi Rupiah), sedangkan dalam arti luas (M2) meliputi M1, uang

kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta

giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter

yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan

satu tahun (www.bi.go.id).

Ritonga (2003:74) berpendapat, jumlah uang beredar adalah jumlah uang

dalam suatu perekonomian pada waktu tertentu dan pada dasarnya jumlah uang

beredar ditentukan oleh besarnya penawaran uang dan permintaan uang. Menurut

Mohamad Samsul (2006: 210), jika jumlah uang beredar meningkat secara wajar

akan memberikan dampak positif terhadap perekonomian dan harga saham

secara jangka pendek. Namun jika jumlah uang beredar mengalami pertumbuhan

yang drastis akan menyebabkan inflasi dan kenaikan suku bunga, sehingga

investor akan menginvestasikan dananya kedalan instrumen deposito dan

tabungan, hal tersebut akan menurunkan kapitalisasi dari pasar modal (Kumar &

Sahu, 2017)
37

2.1.10 Harga Minyak Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

Harga yaitu suatu nilai tukar yang bisa disamakan dengan uang atau

barang lain untuk manfaat yang diperoleh dari suatu barang atau jasa bagi

seseorang atau kelompok pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Minyak

mentah merupakan komoditas dan sumber energi yang sangat dibutuhkan bagi

pertumbuhan suatu negara. Minyak mentah dapat diolah menjadi sumber energi,

seperti Liquified Petroleum Gas (LPG), bensin, solar, minyak pelumas, minyak

bakar dan lain-lain.

Harga Minyak Mentah Dunia dapat diukur dari harga spot pasar minyak

dunia, pada umumnya yang digunakan menjadi standar adalah West Texas

Intermediate dan Brent. Minyak dunia yang diperdagangkan di West Texas

Intermediate (WTI) merupakan minyak mentah yang berkualitas tinggi. Jenis

minyak tersebut sangat cocok untuk dijadikan bahan bakar, ini menyebabkan

harga minyak tersebut dijadikan patokan bagi perdagangan minyak dunia.

Menurut Afdi Nizar (2012) sedikitnya ada 6 (enam) saluran yang dapat

mentransmisikan dampak guncangan harga minyak (oil price shocks) terhadap

aktivitas ekonomi yaitu:

1. Efek sisi penawaran (supply side shock effect)

Kenaikan harga minyak menyebabkan penurunan output karena

kenaikan harga memberikan pertanda kurangnya ketersediaan input

dasar untuk produksi. Akibatnya, laju pertumbuhan dan produktivitas

menurun.

2. Efek transfer kekayaan (wealth transfer effect)


38

Efek ini terkait dengan pergeseran daya beli (purchasing power) dari

negara importir minyak ke negara eksportir minyak. Pergeseran daya

beli menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen terhadap

minyak di negara pengimpor dan bertambahnya permintaan konsumen

di negara pengekspor. Lebih lanjutnya, permintaan konsumen akan

minyak berkurang dan persediaan tabungan dunia meningkat.

Peningkatan pasokan tabungan mengakibatkan melemahnya suku

bunga riil. Penurunan suku bunga dunia akan menstimulasi investasi,

sebagai penyeimbang turunnya konsumsi, sehingga permintaan

agregat tidak berubah di negara pengimpor.

3. Efek saldo riil (real balance effect)

Kenaikan harga minyak akan mendorong kenaikan permintaan uang.

Apabila otoritas moneter gagal meningkatkan jumlah uang yang

beredar maka saldo riil akan turun, suku bunga akan naik dan laju

pertumbuhan ekonomi melambat.

4. Efek Inflasi (inflation effect)

Kenaikan harga minyak dapat mengakibatkan meningkatnya Inflasi.

Harga minyak mentah yang lebih tinggi akan segera diikuti oleh naiknya

harga produk-produk minyak, seperti bensin, dan lainnya. Selain itu,

akan ada banyak perusahaan mengalihkan peningkatan biaya produksi

dalam bentuk harga konsumen yang lebih tinggi untuk barang-barang

atau jasa non-energi, sementara pekerja akan merespon dengan

menuntut kenaikan upah/gaji.

5. Efek konsumsi, investasi, dan Harga Saham


39

Kenaikan harga minyak memberikan efek negatif terhadap konsumsi,

investasi, dan Harga Saham. Pengaruh terhadap konsumsi berkaitan

dengan pendapatan disposibel yang berkurang karena kenaikan harga

minyak, sedangkan investasi dipengaruhi oleh peningkatan biaya

perusahaan. Pendapatan disposibel adalah pendapatan yang siap

untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan

selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.

6. Efek penyesuaian sektoral

Guncangan harga minyak akan mempengaruhi pasar tenaga kerja

melalui perubahan biaya produksi relatif industri. Lebih lanjutnya,

perubahan ini pada gilirannya menghasilkan realokasi modal dan

tenaga kerja antar sektor yang bisa mempengaruhi pengangguran

dalan jangka panjang. Dengan kata lain, semakin tinggi penyebaran

dari guncangan sektoral, tingkat pengangguran semakin tinggi karena

jumlah realokasi tenaga kerja bertambah.

Qianqian dalam jurnal Energy Procedia 5 (2011:1362) berpendapat bahwa

harga minyak dapat mempengaruhi setiap aspek perekonomian nasional, produksi

dan konsumsi, biaya dan harga, perdagangan dan investasi, semua ini akan

dipengaruhi oleh fluktuasi harga minyak, sehingga harga minyak yang tinggi juga

akan mengurangi output nasional. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat

disimpulkan bahwa kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia diduga dapat

berpengaruh positif maupun negatif terhadap kondisi ekonomi suatu negara. Lebih

lanjutnya teori-teori tersebut menyatakan Harga Minyak Mentah Dunia memiliki

peran dalam pergerakan Harga Saham Perusahaan-perusahaan yang listing di

BEI.
40

Minyak mentah dijadikan sebagai salah satu penggerak perekonomian

dunia, karena minyak mentah adalah komoditas yang digunakan sebagai bahan

bakar aktivitas ekonomi di dunia. Pergerakan harga minyak mentah sangat

fluktuatif, yang menjadikan harga minyak mentah menjadi faktor makroekonomi

yang dapat mempengaruhi harga saham. Dikutip dari kontan.com (2015), pada

tahun 2015 pemerintah mecabut subsidi BBM yang berakibat kenaikan harga

BBM. Dampak langsung saat harga BBM mengalami kenaikan yaitu terdapat

perubahan terhadap biaya operasional suatu entitas, yang kemudian berakibat

keuntungan yang dihasilkan akan terkoreksi. Penurunan keuntungan

mengakibatkan adanya perubahan profitabilitas dan harga saham perusahaan

(www.bareksa.com, 2015).

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang akan dilakukan, terdapat penelitian terdahulu yang harus

di lihat dan dijadikan referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya.


41

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Penulis Judul Variabel Hasil Beda Penelitian

1 Afiyati,Tri Pengaruh Nilai Tukar, Bi X1: Inflasi Secara Simultan: inflasi, BI rate dan nilai Variabel dependent

Hidaya Rate Dan Inflasi Terhadap tukar berpengaruh signifikan terhadap yang berbeda,
X2: BI Rate
Topowijono Return Saham Studi Pada return saham. penulis
X3: Nilai Tukar
Perusahaan Perbankan menggunakan
Secara Parsial: inflasi dan BI rate tidak
Yang Terdaftar Di Bursa Y: Return Saham di variabel Y: Harga
berpengaruh signifikan terhadap return
Efek Indonesia Periode Perusahaan Food & saham, dan variabel
saham, nilai tukar berpengaruh
2007-2011 Beverages dependent penulis
signifikan terhadap return saham.
terdapat PDB dan

harga minyak.

Tahun pelaksanaan

penelitian berbeda
42

dari yang dilakukan

penulis.

2 Siti Aisiyah Analisis Dampak Variabel X1: Inflasi Variabel Inflasi dan Nilai Tukar IDR/USD Tahun pelaksanaan

Suciningtiasd Makroekonomi Terhadap mempunyai pengaruh negatif signifikan penelitian yang


X2: Nilai tukar
an Rizki Indeks Saham Syariah terhadap Indeks Saham Syariah berbeda, penulis
X3: SBIS
Khoiroh Indonesia (ISSI) Indonesia (ISSI) selama periode Mei melaksanakan

(Jurnal 2015) X4: Harga Minyak 2011 sampai Nopember 2014. Dimana penilitan tahun 2011-

semakin tinggi tingkat inflasi dan Nilai 2018.


Y: ISSI
Tukar IDR/USD akan menurukan Indeks

Saham Syariah Indonesia (ISSI) Variabel dependent

Variabel Sertifikat Bank Indonesia yang digunakan

Syariah (SBIS) dan Harga Minyak Dunia peneliti yaitu Inflasi,

mempunyai pengaruh tidak signifikan Nilai tukar, PDB, SBI,

terhadap Indek Saham Syariah dan Harga Minyak.

Indonesia (ISSI) selama periode Mei


43

2011 sampai Nopember 2014. Dimana

perubahan tingkat imbalan Sertifikat

Bank Indonesia Syariah (SBIS) dan

perubahan harga minyak dunia tidak

mampu mempengaruhi secara kuat

pergerakan Indeks Saham Syariah

Indonesia (ISSI)

3 Hadelina Dampak Fluktuasi Inflasi, X1: Inflasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Penulis

Hafni (Skripsi - Sertifikat Bank Indonesia secara parsial variable Inflasi memilki menggunakan
X2: SBIS
2015) Syariah (SBIS), Exchange pengaruh positif secara signifikan variabel dependent
X3: Nilai Tukar
Rate dengan koefisien sebesar yaitu Indeks Saham

dan Harga Emas Dunia X4: Harga emas 0.161132 dan Prob. sebesar 0.0064, Syariah Indonesia,

Terhadap Jakarta Islamic Sertifikat Bank Indonesia Syariah yang itu berbeda
Y: JII
Index Periode (Jan 2010 – memilki pengaruh negative secara dengan penelitian ini.

Des 2014) Dan variabel


44

signifikan dengan koefisien sebesar independent yang

0.363340 dan Prob. Sebesar 0.0001, digunakan penulis

Exchange Rate Memiliki pengaruh Inflasi, nilai tukar,

Positif secara tidak Signifikan dengan PDB, SBI, dan harga

koefisien Sebesar 0.732745 dan Prob. minyak.

Sebesar 0.2843 dan Harga Emas Dunia

memilki pengaruh negative secara Tahun pelaksanaan

Signifikan dengan koefisien -0.026329 penelitian yang

dan Prob. Sebesar 0.0000.Secara berbeda.

simultan semua variable independent

(Inflasi, Sertifikat Bank Indonesia

Syariah, Exchange Rate dan Harga

Emas Dunia) memiliki pengaruh Yang

signifikan terhadap Jakarta Islamic Index


45

Dengan F-Statistik sebesar 13.51905

dan Prob. sebesar

0.000000. Kemudian Hasil regresi

Adjusted R-Squared sebesar

0.463342menunjukkan bahwavariasi

variabel dependen(Jakarta Islamic Index

secara bersama-sama mampu

dijelaskan oleh variabel-variabel

independen (Inflasi, Sertifikat Bank

Indonesia Syariah, Exchange Rate, dan

Harga Emas Dunia) sebesar 46.33%,

sedangkan sisanya sebesar

53.67% dijelaskan oleh variasi lain yang

tidak diikutsertakan dalam penelitian ini


46

4 Sunayah, Siti Analisis Pengaruh X1: Nilai Tukar Secara Simultan: nilai tukar, suku bunga, Objek penelitian yang

Ibrahim, Zaini Perubahan Variabel Rupiah dan inflasi berpengaruh terhadap return berbeda, penulis

Makroekonomi Terhadap saham syariah PT. Telekomunikasi menggunakan Indeks


X2: Suku Bunga
Return Saham Syariah PT. Indonesia, Tbk. Saham Syariah
X3: Inflsi
Telekomunikasi Indonesia, Indonesia (ISSI).
Secara Parsial: Tidak satupun yang
Tbk. Periode 2011-2013 Y: Return Saham
secara parsial berpengaruh terhadap Periode penelitian
Syariah PT.
return saham syariah PT. yang dilakukan
Telekomunikasi
Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Namun berbeda
Indonesia, Tbk.

5 Gilang Rizky Analisis Pengaruh Inflasi, X1: Inflasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penulis

Dewanti Suku Bunga, Jumlah Uang secara parsial Suku Bunga dan Nilai menggunakan Indeks
X2: Suku bunga
(Skripsi -2012) Beredar, Kurs Nilai Tukat Tukar Dollar Amerika/Rupiah Saham Syariah
X3: JUB
Dollar Amerika/Rupiah dan berpengaruh negatif dan signifikan Indonesia dan ini

Harga Emas X4: Nilai tukar terhadap Jakarta Islamic Index. Inflasi, berbeda dengan
47

Dunia Terhadap Jakarta X5: Harga emas Jumlah Uang Beredar dan Harga Emas penelitian ini, yang

Islamic Index di Bursa Efek Dunia tidak berpengaruh signifikan menggunakan JII.
Y: JII
Indonesia (Periode 2009- terhadap JII

2012) Terdapat perbedaan

lain yaitu periode

yang digunakan

dalam penelitian.

Penulis meneliti tahun

2011-2018,

sedangkan penelitian

ini tahun 2009-2011.

Variabel bebas yang

digunakan juga

berbeda. Penulis
48

menggunakan

variabel inflasi, nilai

tukar, PDB, SBI, dan

harga minyak.
49

Penelitian mengenai pengaruh makroekonomi terhadap harga saham

sudah banyak dilakukan sebelumnya, akan tetapi dalam penelitian ini akan tetap

ada pembeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian terdahulu

tahun pelaksanaan penelitian yang dilakukan yaitu antara 2011 sampai 2015,

sedangkan tahun pelaksanaan penelitian yang dilakukan penulis yaitu 2011

sampai 2018. Variabel yang digunakan peneliti terdapat beberapa perbedaan

dengan penelitian sebelumnya, pada penelitian ini peneliti mengkombinasikan

variabel dari penelitian sebelumnya. Kondisi beberapa variabel mempunyai

perbedaan dikarenakan kondisi ekonomi dan politik Indonesia yang juga berubah.

Sehingga memungkinkan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.

2.3 Kerangka Penelitian

Dalam suatu penelitian, dibutuhkan suatu kerangka pikir agar tujuan

penelitian dapat berjalan secara sistematis melalui tahapan-tahapan yang

dilakukan selama penelitian. Pada Gambar memperlihatkan kerangka pemikiran

pada penelitian yang dilakukan penulis. Variabel Independent yaitu Inflasi (X1),

Suku Bunga Bank Indonesia (X2), Nilai Tukar (X3), jumlah uang beredar (X4), dan

Harga Minyak (X5) mempunyai pengeruh terhadap variabel dependent yaitu

Indeks Saham Syariah (Y).


50

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian

Inflasi (X1)

Suku Bunga Bank


Indonesia (X2)

Indeks Saham Syariah


Nilai Tukar (X3)
Indonesia (Y)

Jumlah Uang Beredar


(X4)

Harga Minyak X(5)

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

dan jawaban yang didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan kajian

teori dan kerangka pikir. maka dapat ditarik hipotesis sebagai berikut:

1. Ha1 : Inflasi berpengaruh negatif terhadap indeks saham syariah.

2. Ha2 : Suku Bunga Indonesia berpengaruh negatif terhadap indeks saham

syariah.

3. Ha3 : Nilai tukar berpengaruh negatif terhadap indeks saham syariah.

4. Ha4 : Jumlah uang beredar berpengaruh positif terhadap indeks saham

syariah.

5. Ha5 : Harga Minyak berpengaruh negatif terhadap indeks saham syariah.

Anda mungkin juga menyukai