Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia mempunyai pandangan yang khusus tentang

perekonomiannya, hal tersebut termaktub dalam Pasal 33 Ayat 1 Undang-

Undang Dasar Tahun 1945, ”Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasar atas asas kekeluargaan” melalui pesan tersebut jelas disebutkan

bahwa gotong-royong dalam kegiatan ekonomi merupakan fondasi yang erat

dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pasal tersebut bukan hanya sekadar

memberikan petunjuk tentang susunan perekonomian dan wewenang negara

dalam mengatur kegiatan perekonomian, melainkan mencerminkan cita-cita,

suatu keyakinan yang dipegang teguh serta diperjuangkan secara konsisten oleh

suatu bangsa. Cita-cita tersebut adalah terwujudnya suatu sistem ekonomi, yang

bukan ekonomi kapitalistik (berdasar paham individualisme), namun suatu sistem

ekonomi berdasar kebersamaan dan berdasar atas asas kekeluargaan, yaitu

ekonomi kerakyatan.

Para pendiri bangsa Indonesia yang menyusun Undang Undang Dasar

1945 mempunyai kepercayaan, keadilan sosial dalam bidang ekonomi dapat

mencapai kesejahteraan yang menyentuh seluruh elemen ekonomi, seperti yang

termaktub dalam sila ke-5 yaitu “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.

Ekonomi Kerakyatan merupakan sistem ekonomi yang cita-citanya

bertujuan mencapai kesejahteraan sosial. Sistem tersebut merupakan pondasi

utama bagi kehidupan politik perekonomian dan politik sosial Republik Indonesia.

Namun, pembangunan ekonomi saat ini hanya berorientasi pada ekonomi

kapital yang tidak mencerminkan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia.

1
2

Dengan menyertakan modal ekonomi sebagai senjata utama, tanpa

memperhatikan hal lain di luar itu, bisa mendistorsi kepercayaan masyarakat

tentang kekuatan kolektifitas sosial. Ada baiknya kita mengingat proses

pembangunan selama ini, modal ekonomi sudah banyak yang diinvestasikan

baik, natural resources maupun capital resources. Akan tetapi, hasilnya ternyata

tidak maksimal. Dalam Global Wealth Report 2018 yang dirilis Credit Suisse

menunjukkan bahwa 1% orang terkaya di Indonesia menguasai 46,6% total

kekayaan penduduk dewasa di tanah air. Sementara 10% orang terkaya

menguasai 75,3% total kekayaan penduduk. Artinya pembangunan yang

dilakukan pemerintah selama ini hanya dinikmati oleh sebagian orang-orang

kaya.

Gambar 1.1 Perbandingan Penguasaan Jumlah Kekayaan dalam

Suatu Negara

Sumber : Global Wealth Report by Credit Suisse


3

di negeri ini. Kondisi ini juga menunjukkan bahwa ketimpangan kekayaan di

Indonesia masih cukup tinggi sehingga bisa menjadi masalah yang serius di

kemudian hari. Total penduduk dewasa di Indonesia mencapai 170,22 juta jiwa

dengan kekayaan mencapai US$ 1.518 miliar atau setara Rp 22.700 triliun

dengan kurs Rp 15 ribu/dolar Amerika Serikat dengan kekayaan per penduduk

dewasa sebesar US$ 8.919. Sebanyak 89 ribu orang terkaya di Indonesia

memiliki kekayaan di atas US$ 1 juta atau Rp 15 miliar.

Berangkat dari hal tersebut, kiranya adalah langkah bijak bila kita

melakukan refleksi bersama, jalan yang ditempuh dalam melaksanakan

pembangunan saat ini. Apakah masyarakat dan pemerintah luput, atau bahkan

sengaja mengkondisikan pembangunan ekonomi hanya berlandaskan modal

ekonomi?. Hal ini semakin menjadi-jadi ketika kurikulum studi ekonomi, baik di

sekolah menengah ataupun perguruan tinggi, lebih menerapkan segala yang

bersifat kapitalistik, sehingga mindset orang banyak berpikir tanpa adanya modal

finansial sulit untuk memperbaiki hidup. Logika demikian keliru, bahkan

menyesatkan karena menempatkan budaya materi sebagai segala-galanya. Tak

heran jika kini banyak manusia tumbuh menjadi seorang individualis dan egois

yang mengejar hasrat material belaka.

Selain modal ekonomi dan modal manusia, sebenarnya terdapat modal

yang terbentuk dari relasi-relasi manusia sebagai mahluk sosial, manusia tidak

bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan manusia-manusia lainnya untuk

bekerjasama. Di tengah relasi tersebut akan muncul peran modal sosial. Modal

sosial yang dimaksud merupakan komponen penting dalam pembangunan, di

Indonesia masih jarang dikaji, namun di luar sana hadir pemahaman yang terus

berkembang, ternyata modal sosial merupakan salah satu faktor penentu dalam

pembangunan ekonomi. Beberapa ilmuan sosial seperti Bourdieu (1986),


4

Putnam (1993), Coleman (1988) percaya bahwa modal sosial memiliki peran

penting dalam keberhasilan pembangunan (sosial, budaya, ekonomi, dan politik).

Secara sederhana, Bourdieu (1986) menjelaskan modal sosial sebagai

“Resource that result from social structure”. Sedangkan, Putnam (1993) lebih

rinci mengungkapkan modal sosial, “Features of social organization, such as

trust, norms (or reciprocity), and networks (of civil engagement), that can improve

the efficiency of society by facilitating coordinated actions”. Adapun Narayan

(1997) mengartikan modal sosial “The rules, the norms, obligations, reciprocity

and trust embedded in social relations, social structure and society’s institutional

arrangements which enable members to achieve their individual and community

objectives”.Dari deretan pengertian di muka, para ahli memberi pengertian yang

variatif, namun ada benang merah yang bisa ditarik. Simpulan sederhana, modal

sosial mempunyai elemen penting yang merujuk pada norms, trust, dan network.

Unsur utama dan terpenting dari modal sosial adalah kepercayaan (trust).

Atau dapat dikatakan bahwa trust dapat dipandang sebagai syarat keharusan

(necessary condition) dari terbentuk dan terbangunnya modal sosial yang kuat

(atau lemah) dari suatu masyarakat. Trust memiliki kekuatan mempengaruhi

prinsip-prinsip yang melandasi kemakmuran sosial dan kemajuan ekonomi yang

dicapai oleh suatu komunitas atau bangsa (Putnam, 1993). Trust, merupakan

energi kolektif masyarakat atau bangsa untuk mengatasi problem bersama dan

merupakan sumber motivasi guna mencapai kemajuan ekonomi bagi masyarakat

atau bangsa (Hasbullah, 2006). Energi kolektif masyarakat atau bangsa, disebut

oleh Durkheim (1973) sebagai solidaritas organik (organic solidarity), atau

banyak juga disebutkan oleh para penganut aliran ekonomi baru sebagai

solidaritas spontan. Trust merupakan energi kolektif masyarakat atau bangsa

untuk mengatasi problem bersama dan merupakan sumber motivasi guna


5

mencapai kemajuan ekonomi bagi masyarakat atau bangsa. Rasa saling percaya

ini tumbuh dan berakar dari nilai-nilai yang melekat pada budaya kelompok.

Koperasi merupakan solusi alternative yang sesuai dengan falsafah hidup

bangsa yang juga memiliki asas kekeluargaan. Dalam buku Meninjau Masalah

Koperasi 1954 dijelaskan bahwa pengertian dari koperasi berasal dari kata-kata

“ko”, yang artinya “bersama” dan “operasi” yaitu bekerja. Jadi pengertian dari

koperasi adalah sama-sama bekerja dengan tujuan agar organisasi ini mampu

meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan

perkapita baik anggota maupun non anggota.

Dalam awal perkembangannya koperasi sering kali dipandang dengan

sebelah mata, bahkan tidak jarang menjadi alternatif nomor sekian dari bentuk

badan usaha ekonomi karena tujuan koperasi bukan untuk mencari profit

melainkan untuk mensejahterakan masyarakat. Dilihat dalam Undang-undang

Republik Indonesia nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian Pasal 3 yang

berbunyi bahwa “koperasi berazaskan kekeluargaan”. Namun, pada

kenyataannya terdapat beberapa koperasi yang masih menerapkan bunga yang

relatif tinggi. Yustika (2013) mengungkapkan bahwa koperasi biasanya

membebani petani dengan bunga yang lebih tinggi dari aturan resmi. Pemerintah

sebenarnya hanya mengenakan bunga kredit (yang disalurkan lewat

koperasi/KUD) kepada petani tebu sebesar 16% per tahun. Tetapi, dalam

realitasnya KUD mengambil bunga antara 16-20%. Bahkan di Koperasi Usaha

Bersama (KUB) Kediri, misalnya setiap petani yang menjadi anggota harus

membayar iuran pokok (dibayar sekali) sebesar Rp 1.000.000,- dan iuran wajib

(dibayar setiap bulan) sebesar Rp 50.000,-. Biaya sebanyak ini jelas sangat

besar bagi petani karena pendapatan per kapita mereka umumnya sangat

rendah. Hal ini juga disampaikan dalam Marolop (2013) Bentuk pengaturan

bunga kredit pinjaman pada koperasi simpan pinjam di Kota samarinda adalah
6

berbentuk pinjaman modal bukan dalam bentuk kredit, seharusnya tidak

menggunakan bunga. Namun dalam pelaksaannya ada beberapa koperasi di

Kota Samarinda yang menggunakan bunga pinjaman 5% hingga sampai 20%.

Dengan bunga sebesar itu tidak sesuai dengan asas koperasi yaitu asas

kekeluargaan dan berwatak sosial. Selain itu, jika merujuk pada hasil penelitian

Lembaga Studi Pengembangan Perkoperasian Indonesia (LSP2I) menunjukkan,

70 persen dari jumlah koperasi yang adalah koperasi fiktif, 23 persen koperasi

mati suri, dan hanya kurang lebih 7 persen yang mandiri dan tak mengandalkan

bantuan pihak luar. (Suroto, Kompas 17 Juli 2013).

Seiring berjalannya waktu koperasi mampu menjadi alternatif dalam

membantu mengembangkan perekonomian nasional. Unit usaha koperasi

diusulkan oleh Mohammad Hatta sebagai bentuk unit organisasi ekonomi rakyat

berdasarkan pengamatannya dalam melihat struktur sosial dan struktur ekonomi

masyarakat Indonesia pada masa kolonial, koperasi dinilai relevan dan sesuai

dengan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yaitu “Gotong-Royong”. Beliau

meyakini bahwa koperasi merupakan “Soko Guru” perekonomian bangsa

Indonesia yang mampu memberikan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan

karena sesuai dengan jati diri Bangsa Indonesia.

Koperasi sebagai salah satu bentuk badan usaha mempunyai peran

strategis bagi penguatan perekonomian rakyat. Koperasi merupakan Badan

Usaha Bersama yang bergerak dalam bidang perekonomian, beranggotakan

mereka yang umumnya berekonomi lemah, yang bergabung secara sukarela,

berdasarkan persamaan hak dan kewajiban untuk melakukan suatu usaha yang

bertujuan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Karena melalui wadah

koperasi inilah para anggota dapat melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

kesejahteraan bersama. Dengan semangat kebersamaan inilah koperasi hadir

dan diperlukan guna mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat kecil.


7

Koperasi Sejahtera Bersama (KSB) adalah koperasi yang bergerak dalam

berbagai bidang usaha antara lain Usaha Simpan Pinjam dan Usaha

perdagangan yang didirikan pada bulan Januari 2004. Dalam perkembangannya

Koperasi Sejahtera Bersama telah mencapai pemilikan aset lebih dari dua triliun

rupiah, hal tersebut tergolong cepat karena hanya dalam waktu empat belas

tahun Koperasi Sejahtera Bersama mampu menjadi koperasi dengan

kepemilikan aset terbesar ke-7.

Koperasi Sejahtera Bersama ingin berperan secara aktif dalam upaya

membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

Setiap Unit Usaha Koperasi Sejahtera Bersama dikelola oleh para

expertise yang telah memiliki pengalaman di bidangnya, sehingga Unit Usaha

Koperasi Sejahtera Bersama bukan hanya mampu tumbuh dan berkembang

serta menghasilkan keuntungan, tetapi juga mampu meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dan sosial anggotanya dan masyarakat.

Melalui dialektika di atas, Koperasi memiliki nilai yang sesuai dengan jati

diri Bangsa Indonesia dan memiliki nilai seperti asas kekeluargaan sehingga

perlu ditilik peran modal sosial koperasi baik dari segi kepercayaan, norma, dan

jaringan sosial, dalam mendorong kesejahteraan anggota. Hal tersebut yang

menjadi dasar peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Identifikasi

Peran Modal Sosial Koperasi dalam Mendorong Kesejahteraan Anggota”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan jika peran

koperasi dengan modal sosial belum dapat teridentifikasi dengan jelas. Oleh

karena itu penulis mendapatkan rumusan masalah Bagaimana peran modal

sosial koperasi dalam mendorong kesejahteraan anggota?


8

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah mengetahui dan mengidentifikasi peran modal sosial koperasi dalam

mendorong kesejahteraan anggota.

1.4 Manfaat Penulisan

Penelitian ini mempunyai manfaat secara akademis maupun secara

praktisi sebagai berikut :

1. Manfaat akademis, memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya

untuk memberikan kontribusi terhadap pengembangan model yang lebih

kompleks dari penelitian sebelumnya. Selain itu penelitian ini dapat

menambah pengetahuan khususnya terkait modal sosial yang dilakukan

koperasi dalam mendorong kesejahteraan anggota dan masyarakat.

2. Manfaat praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

dasar pertimbangan pemerintah maupun koperasi dalam memberikan

kebijakan yang efektif serta efisien dalam kesejahteraan anggota dan

masyarakat melalui berkoperasi.


9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Jati Diri Koperasi

Menurut para ahli ekonomi, lembaga atau badan perekonomian yang paling

cocok dengan maksud Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 adalah koperasi. Arti

koperasi sendiri menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian, dikatakan bahwa koperasi adalah badan usaha

yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum Koperasi dengan

berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dalam koperasi,

modal dan kegiatan usaha dilakukan secara bersama-sama dan hasilnya juga

untuk kesejahteraan anggotanya secara bersama-sama.

“Koperasi adalah soko guru perekonomian Indonesia”. Makna dari istilah

koperasi sebagai sokoguru perekonomian dapat diartikan bahwa koperasi

sebagai pilar atau ”penyangga utama” atau ”tulang punggung” perekonomian.

Dengan demikian koperasi diperankan dan difungsikan sebagai pilar utama

dalam sistem perekonomian nasional. Keberadaannyapun diharapkan dapat

banyak berperan aktif dalam mewujudkan kesejahteraan dana kemakmuran

rakyat. Namun di era reformasi ini keberadaannya banyak dipertanyakan,

bahkan seringkali ada yang mengatakan sudah tidak terlalu terdengar lagi dan

apakah masih sesuai sebagai salah satu badan usaha yang berciri demokrasi

dan dimiliki oleh orang per orang dalam satu kumpulan, bukannya jumlah modal

yang disetor seperti badan usaha lainnya. Padahal Koperasi diharapkan menjadi

soko guru perekonomian nasional.


10

Tampaknya pembinaan Koperasi saat ini belum banyak membawa perubahan

dan masih terobsesi kepada pembinaan pola lama dengan menekankan kegiatan

usaha tanpa didukung oleh sumber daya manusia yang kuat dan kelembagaan

yang solid, upaya pembinaan terasa setengah hati, akibatnya kegiatan Koperasi

seperti samar-samar keberadaannya, tidak ada lagi Koperasi baru yang tumbuh

bahkan ada Koperasi yang dulu besar semakin surut keberadaannya. Hal

tersebut mungkin menjadi salah satu penyebab mengapa koperasi yang berjalan

semakin samar atau tidak terlalu terdengar lagi keberadaannya. Perbedaan

kualitas SDM-nya yang tidak merata antara diperkotaan dan pedesaan dimana di

perkotaan lebih perdiutamakan pada Koperasi distribusi, disamping itu juga

Koperasi produksi, sementara di pedesaan pembinaannya memerlukan

perlakuan khusus jika dibandingkan dengan dikota, jadi utamakan di pedesaan

dikembangkan Koperasi Produksi disamping memberikan lapangan pekerjaan

dapat pula mencegah urbanisasi. Keanggotaan koperasi bersifat terbuka dan

sukarela. Terbuka artinya anggota koperasi terbuka bagi siapa saja sesuai

dengan jenis koperasinya. Sukarela artinya keanggotaan koperasi tidak atas

paksaan. Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Sesuai

dengan pengertian koperasi bahwa koperasi merupakan kegiatan ekonomi yang

berasaskan kekeluargaan. Maka tujuan utama koperasi adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan anggotanya.

Keuntungan koperasi bisa diperoleh antara lain dari laba penjualan dan jasa

peminjaman. Meskipun koperasi tidak mengambil laba penjualan atau jasa

peminjaman yang besar. Namun apabila koperasi berjalan dengan lancar

keuntungan koperasi pun bisa menjadi besar pula. Keuntungan koperasi akan

dikembalikan kembali kepada anggota sebagai Sisa Hasil Usaha (SHU). Tentu

saja setelah dikurangi biaya-biaya operasional. Pembagian keuntungan atau sisa

hasil usaha ini dibagi secara adil sehingga tidak ada yang dirugikan.
11

Sebagai contoh Pemerintah Indonesia mengakui koperasi dan UKM sebagai

pelaku usaha yang memberikan kontribusi terhadap pengangguran dan

penurunan tingkat kemiskinan. Program yang dipaparkan lainnya adalah

kebijakan pemerintah Indonesia sendiri yang mendorong sektor koperasi dan

UKM. Melalui gerakan koperasi pemberdayaan koperasi akan dapat secara

signifikan mengurangi pengangguran. Disamping itu Koperasi juga tidak hanya

melihat dari seberapa tinggi penjualan yang dihasilkan dari Koperasi itu tapi yang

jauh lebih penting adalah jumlah anggota yang diduduki tiap koperasi itu sendiri

dan benefit yang akan dirasakan oleh anggota yang bersangkutan. Yang

terpenting adalah Koperasi dapat memberikan manfaat yang besar terhadap

para anggota koperasi tersebut, karena harus ingat tujuan utama Koperasi

adalah untuk mensejahterahkan anggotanya. Selain itu pentingnya

pendampingan dari hulu ke hilir yang dilakukan secara konsisten, mulai dari

membina, mendapatkan akses keuangan, proses produksi hingga pemasaran.

Jadi kesimpulannya Koperasi Sebagai Sokoguru Perekonomian Indonesia

berarti bahwa koperasi sebagai pilar utama dalam sistem perekonomian

nasional. Dengan tujuan utama koperasi yaitu meningkatkan kesejahteraan

anggotanya koperasi dapat menjadi penyangga dalam perekonomian

anggotanya. Walaupun disamping itu banyak yang menganggap bahwa

keberadaan koperasi terlihat samar dikarenakan apakah badan koperasi ini

masih dimiliki oleh perorangan ataupun unit usaha yang dalam pelaksaannya

banyak terjadi keganjilan. Tetapi kenyataannya koperasi dapat memberikan

manfaat manfaat yang luar biasa yaitu dapat mengurangi pengangguran dan

kemiskinan terutama di Indonesia. Jadi kalau Koperasi dapat dikelola dengan

baik, jelas, terbuka, dan sukarela atas asas kekeluargaan maka koperasi yang

berjalan akan dapat memenuhi tujuan utamanya.


12

2.2 Modal Sosial dalam Pembangunan Ekonomi

Modal sosial adalah bentukan dari hubungan yang lebih menekankan

pada nilai-nilai kebersamaan dan kepercayaan baik dalam suatu komunitas

maupun antar komunitas. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu modal dalam

membentuk masyarakat yang memiliki kepribadian, dimana saat ini sangat

penting karena ketika suatu komunitas atau masyarakat dihadapkan pada suatu

permasalahan maka nilai-nilai tersebut akan menjadi solusi cepat tanpa harus

merugikan salah satu pihak.

Beberapa ahli telah memberikan definisi tentang modal sosial namun

menurut Field (2003) ada tiga penulis yaitu Bourdieu, James Coleman dan

Robert Putnam yang sebenarnya mewakili masing-masing aliran dari modal

sosial. Bourdie menilai moal sosial sebagai hak milik ekslusif elite yang didesain

untuk mengamankan posisi mereka yang relatif. James Coleman pun

menyatakan bahwa modal sosial tidak terbatas pada mereka yang kuat, namun

juga mencakup manfaat riil bagi orang miskin dan kaum marjinal. Modal sosial

memberikan pemecahan atas mengapa manusia memilih bekerjasama ketika

kepentingan paling utama dapat dipenuhi melebihi kompetisi. Sedangkan

Putnam berpendapat bahwa yang dimaksud modal sosial adalah bagian dari

kehidupan sosial, yang meliputi kepercayaan, norma dan jaringan yang

mendorong pastisipan bertindak secacra lebih efektif untuk tujuan bersama.

Gerakan-gerakan sosial yang teroganisir dalam suatu perkumpulan

dengan tujuan mensejahterakan dan memberikan keuntungan bagi anggotanya

akan menentukan percepatan dalam perkembangan masyarakat untuk dapat

bertumbuh. Terdapat tiga unsur modal sosial yang dapat digunakan yaitu

kepercayaan, norma dan jaringan-jaringan.


13

Kepercayaan merupakan nilai yang ditunjukan oleh adanya perilaku yang

jujur, teratur dan kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama

pada suatu kelompok masyarakat. Kepercayaan harus dimiliki dan menjadi

syarat fundamental untuk membentuk modal sosial yang dapat ditandai dengan

kuatnya lembaga-lembaga sosial dalam menciptakan kehidupan yang dinamis

dan harmonis. Berbagai tindakan kolektif didasar atas rasa saling percaya yang

tinggi yang akan berdampak pada partisipasi dalam berbagai macam bentuk dan

dimensi terutama dalam konteks membangun tujuan bersama. Kelompok

masyarakat yang minim akan rasa saling percaya akan sulit menghindari

berbagai situasi kerawanan sosial dan ekonomi yang mengancam. Ketika

semangat kolektif tenggelam dalam partisipasi masyarakat untuk membangun

kehidupan bersama yang sejahtera. Maka secara perlahan biaya tinggi dalam

pembangunan akan datang, karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan

hanya menunggu apa yang diperintah. Apabila kepercayaan telah luntur maka

akan terjadi sikap yang menyimpang dari norma dan nilai yang berlaku pada

masyarakat tersebut.

Unsur yang kedua adalah norma, norma sendiri merupakan susunan dari

pemahaman terhadap nilai-nilai kehidupan serta harapan yang diyakini dan

dijalankan oleh sekelompok masyarakat. Norma dapat terbentuk dari nilai-nilai

agama, nilai-nilai budaya, maupun nilai-nilai universal yang terdapat pada

kelompok masyarakat tersebut, norma akan menjadi aturan-aturan dasar untuk

kehidupan berbangsa dan bernegara. Norma juga merupakan bagian dari modal

sosial karena muncul dari kerjasama masa lalu yang kemudian diterapkan untuk

berkehidupan oleh generasi selanjutnya. Norma-norma sosial sangat berperan

dalam mengontrol perilaku yang ada di masyarakat. Hasbullah (2006)

memberikan pengertian norma sendiri adalah sekumpulan aturan diharapkan

dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial. Norma
14

tersebut terintusional dan mengandung sanksi sosial yang dapat mencegah

individu keluar dan mencoba untuk menyimpang dari norma tersebut. Aturan

tersebut biasanya tidak tertulis namun dipahami oleh anggota masyarakat dan

menentukan tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial.

Di samping itu, terdapat jaringan yang dikarakteristikan dengan adanya

hubungan sosial antara masyarakat dalam kelompok tersebut. Latar belakang

yang sama dapat memicu gerakan-gerakan lahir untuk mewujudkan kepentingan

bersama dengan prinsip kerjasama dalam konsep perekonomian, jaringan sosial

sangat berpengaruh dalam membangun suatu lingkup perekonomian.

2.3 Modal Sosial dalam Koperasi

Modal sosial adalah proponen dari gerakan koperasi. Sebagai perkumpulan

orang yang otonom dari orang-orang yang bersatu secara sukarela untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya

bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama dan dikelola secara

demokratis, tentu koperasi menjadikan modal sosial sebagai modal yang utama.

Namun sifatnya over determistik, tidak berlaku linear. Modal sosial

memang penyokong dari gerakan koperasi, tapi koperasi itu sendiri bisa

memperkaya dan meningkatkan modal sosial yang ada. Bahkan tidak ada ihwal

yang lebih penting selain mempertinggi arti modal sosial demi kemajuan sistem

kehidupan dan peradaban masyarakat. Inti dari modal sosial adalah

kepercayaan, dalam gerakan koperasi, Kepercayaan bisa dibangun melalui

implementasi nilai-nilai koperasi. Dengan menjalankan nilai-nilai; keswadayaan,

swa-tanggungjawab, demokrasi, kebersamaan, kesetaraan, keadilan dan

kesetiakawanan/solidaritas secara konsinten, bibit-bibit kepercayaan hadir tak

terelakan. Pada tingkatan relasi sosial sumber kepercayaan berasal dari norma
15

sosial yang memang telah melekat pada stuktur sosial komunitas

(masyarakat/bangsa) yang diikat dengan nilai-nilai budaya. Hal ini terutama

berkaitan dengan kepatuhan anggota komunitas terhadap berbagai kewajiban

bersama yang telah menjadi kesepakatan tidak tertulis pada komunitas tersebut.

Dalam rangka mewujudkan landasan, pelaksanaan asas serta sendi dasarnya

koperasi diberi kebebasan wajar oleh pemerintah. Kebebasan itu hendaknya

menjadikan koperasi menyadari bahwa setiap gerak langkahnya adalah

mengemban amanat masyarakat khususnya para anggotanya, sehingga tidak

boleh menyimpangdari UUD 1945 dan Pancasila. Seiring bergantinya

pemerintahan, untuk sekarang koperasi sangat diperhatikan dengan dibentuk

berbagai instansi pemerintahan yang menangani urusan perkoperasian, hal ini

menunjukan betapa besar kebijakan pemerintah terhadap koperasi. Dengan

adanya departemen koperasi beserta kantor wilayah dan kantor daerahnya,

maka bantuan pemerintah terhadap koperasi yang meliputi segi-segi: legislatif,

edukatif, moril, dan finansiil dapat dengan mudah ditangani.

Sejatinya potensi modal sosial secara abstrak sudah ada mengalir dalam

sendi-sendi kehidupan masyarakat kita. Karena kemudian arus sistem ekonomi

nan kapitalistik hadir di dalam tata masyarakat kita, akhirnya merubah nalar

orang banyak menjadi pemangsa antar satu sama lain. Kehadiran koperasi

menjadi momentum yang bertujuan untuk mempertemukan kembali manusia

dengan jatidirinya sebagai mahluk sosial. Sudah saatnya merangkai kembali

ceceran modal sosial yang ada dalam masyarakat. Untuk mencapainya tidak ada

jalan lain lagi selain berkoperasi.


16

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai modal sosial yang berkorelasi dengan peningkatan

kesejahteraan telah banyak dilakukan, namun pengindentifikasian modal sosial

yang terdapat di dalam koperasi dalam mendorong kesejahteraan anggota masih

belum diteliti, beberapa penelitian yang membahas mengenai modal sosial

dalam suatu masyarakat sebagai berikut:

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu

No Tahun Nama Judul Hasil

1. 2010 Otniel Identifikasi Dan Di-simpulkan bahwa

Pontoh Analisis Modal mereka memiliki tipo-

Sosial Dalam logi modal sosial terikat

Rangka beserta pe-nyebabnya

Pemberdayaan menyiratkan perlunya

Masyarakat kebi-jakan dalam

Nelayan Desa rangka meningkat

Gangga Dua modal sosial di

Kabupaten masyarakat nelayan

Minahasa Utara tersebut.


17

2012 Budhi Peran Modal Hasil dari penilitian


2.
Cahyono Sosial Dalam tersebut adalah perlu

dan Peningkatan adanya

Ardian Kesejahteraan keragaman program-

Adhiatma Masyarakat program yang

Petani Tembakau dengan mengutamakan

Di Kabupaten pada peningkatan

Wonosobo kemampuan human

kapital dan sosial

kapital masyarakat.

3. 2015 Yulia Eriani Pengaruh Modal Terdapat pengaruh


yang signifikan antara
Putri dan Sosial Terhadap
Modal Sosial yang
Dhiah Perkembangan
meliputi: Kepercayaan/
Fitrayati Unit Usaha Trust, Imbal Balik/
Resiprocity, Partisipasi
Koperasi Unit
Anggota, Nilai Sosial
Desa (Kud) “Adil
dan Norma Sosial
Makmur” secara simultan
terhadap
Kecamatan
Perkembangan Unit
Kertosono
Usaha KUD Adil
Kabupaten Makmur Kecamatan
Kertosono - Nganjuk.
Nganjuk

Sumber: Penulis (2018)


18

2.5 Kerangka Berpikir

Koperasi sangat lekat dengan modal sosial. Peran penting modal sosial

dalam kemajuan suatu masyarakat dapat diketahui dari esensi modal sosial yang

menunjuk pada kepercayaan, norma serta jaringan sipil yang esensial agar

masyarakat berfungsi dengan baik. Kepercayaan dalam masyarakat adalah

kunci dari keberhasilan kemajuan ekonomi, koperasi pun demikian. Jika sisi

Kepercayaan dari masyarakat sudah terbangun maka gerakan koperasi pun

lebih mudah dalam pelaksanaan pengembangannya.

Menurut Alfitri (2011) berbagai tindakan kolektif yang didasari atas rasa

saling percaya yang tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

berbagai ragam bentuk dan dimensi terutama dalam konteks membangun

kemajuan bersama. Filosofis dasar dari koperasi pun adalah membangun

kemajuan bersama yang disertai tindakan kolektif, maka menjadi kewajiban para

anggota koperasi untuk saling mempercayai satu sama lain dengan sesama

anggota. Berbagai tindakan kolektif tersebut dapat dilihat melalui beberapa

aspek dalam koperasi yaitu internalisasi, solidaritas kerja, dan nilai-nilai yang

terdapat dalam koperasi tersebut. Masing-masing aspek tersebut berhubungan

dengan modal sosial sosial yang diterapkan oleh koperasi dalam

mensejahterakan anggotanya.
19

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir

MODAL
SOSIAL

KEPERCAYAAN JARINGAN NORMA

KOPERASI

NILAI-NILAI DALAM
INTERNALISASI SOLIDARITAS KERJA
KOPERASI

SIMPAN
PINJAM
KESEJAHTERAAN
ANGGOTA

RETAIL
Sumber: Penulis (2018)

PERDAGANGAN
FURNITURE
20

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu, untuk mengetahui peran modal

sosial koperasi dalam mendorong kesejahteraan anggota maka penelitian ini

menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2016)

metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana informan adalah sebagai instrumen kunci.

Pendekatan kualitatif dipilih karena lebih tepat dibandingkan dengan

penelitian kuantitatif. Dalam penelitian akan terdapat banyak model abstrak yang

tidak dapat diukur melalui penelitian kuantitatif. Selain itu, model pendekatan

kualitatif akan lebih efektif dalam menguak informasi dari informan, selain itu

penelitian kualitatif juga mampu secara detail untuk menggali, mengeksplorasi,

menggambarkan, atau mengembangkan pengetahuan bagaimana kenyataan

dialami dengan mencoba untuk meminta orang-orang untuk mengungkapkan

berbagai pikiran mereka tentang suatu topik tanpa memberi mereka banyak

arahan atau pedoman bagaimana harus berkata apa, sehingga peneliti tidak

menggunakan perhitungan.

3.2 Metode Penelitian

Metode yang dipakai untuk penelitian ini adalah metode studi kasus

karena mampu untuk melihat lebih jauh dan mendalami suatu aktivitas, proses,

kelompok, waktu, tempat, organisasi atau individu secara spesifik.

Metode studi kasus dipilih dalam penelitian ini juga karena penelitian

dilakukan pada sebuah kasus atau kondisi yang terdapat pada suatu obyek yaitu
21

Koperasi Sejahtera Bersama sehingga metode studi kasus paling tepat untuk

digunakan dalam penelitian ini. Dalam pelaksanaanya peneliti akan berupaya

menelusuri dan mengeksplorasi sebanyak mungkin informasi mengenai obyek.

Karena pembahasan tentang modal sosial membutuhkan pemahaman yang

mendalam untuk dapat mengidentifikasi peran modal sosial koperasi dalam

mendorong kesejahteraan anggota oleh karena itu peneliti menggunakan metode

studi kasus.

3.3 Unit Analisis dan Penentuan Informan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dibawa, unit analisis pada

penelitian ini berfokus pada peran modal sosial koperasi dalam mendorong

kesejahteraan anggota. Pihak-pihak yang akan dijadikan informan dalam

penelitian ini adalah pihak yang secara langsung berkaitan dengan unit analisis

tersebut. Oleh karena itu pihak yang akan dijadikan informan adalah pihak yang

berkecimpung di Koperasi Sejahtera Bersama, maka peneliti memilih informan

sebagai berikut:

1. Pengurus Koperasi Sejahtera Bersama karena untuk pengurus disini

sebagai subyek dalam penilitian, dan pengurus merupakan informan yang

paling memahami seluk beluk yang terjadi dalam koperasi

2. Pengawas Koperasi Sejahtera Bersama, Pengawas dipilih karena

pengawas yang melakukan pengawasan, dan evaluasi dari kinerja yang

dilakukan oleh pengurus koperasi.

3. Anggota Koperasi karena anggota merupakan objek yang terdampak dari

pelayanan dan kinerja koperasi.


22

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan berbagai cara,

antara lain :

a. Wawancara

Teknik wawancara semi terstruktur dilakukan untuk mendapatkan data

karena teknik ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi jawaban subjek

penelitian tanpa harus lepas dari pertanyaan-pertanyaan yang sudah disiapkan

oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar mempermudah pendalaman dan penguasaan

jawaban dari subjek penelitian untuk menemukan jawaban yang signifikan untuk

dijadikan data.

b. Observasi

Pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik observasi, karena

dibutuhkan pengamatan mendalam dari berbagai macam unsur yang ada di

subjek penelitian. Seperti mood, suasana sekitar subjek, sampai apa yang

dilakukan subjek selama tahap penelitian. Observasi menangkap apa yang

dilakukan dan dirasakan oleh subjek melalui panca indra, sehingga informasi

yang didapat bisa dideskripsikan lebih dalam.

Menurut Nasution (Sugiyono, 2016) menyatakan bahwa, observasi

adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperolah melalui

observasi. Dalam penelitian ini menggunakan observasi terus terang dan

tersamar sehingga objek penelitian mengetahui tujuan peneliti namun terkadang

tersamar mendapatkan informasi yang rahasia.

Dalam metode ini pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan

beberapa daftar pertanyaan yang sudah disiapkan namun bisa dikembangkan


23

agar tidak terlalu kaku sehingga lebih menemukan jawaban yang terbuka dari

informan.

c. Dokumentasi

Teknik terakhir adalah dokumentasi, karena penelitian ini tidak hanya

menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, namun juga memerlukan

catatan-catatan atau hal lainnya yang bisa digunakan dan menunjang penelitian.

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang telah lalu dan dapat berupa

gambar, tulisan, karya-karya monumental dari objek penelitian (Sugiyono, 2016).

Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto kegiatan ketika objek dalam

fenomena dalam hal ini konsumsi.

3.5 Teknik Interpretasi data

Teknik Interpretasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode metode analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan karena analisis

ini mampu menjabarkan data yang didapat secara detail dan mendalam. Sesuai

dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara semi terstruktur

dan dokumentasi, analisis deskriptif dapat menggambarkan data yang didapat

sesuai dengan apa yang dirasa oleh subjek penelitian.

Metode analisis deskriptif adalah dengan mendeskripsikan data-data

yang telah diolah secara kualitatif. Kemudian data-data tersebut dijabarkan guna

memperjelas dalam penyampain hasil akhir.

Menurut Miles dan Huberman (1992) alur analisis dilakukan dengan tiga

tahapan yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data digunakan karena penyerdahanan yang mencapai

kepadatan dan inti kumpulan data yang didapat akan mempermudah hasil
24

menemukan jawaban dari penelitian, sehingga seluruh data akan

dipertimbangkan dan diolah untuk mencapai inti dari data yang didapat.

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data ‘kasar’ yang

muncul dari catatan-catatan yang diperoleh dari data lapangan. Dengan kata lain

bahwa reduksi data merupakan peringkasan hasil lapangan menjadi hasil yang

lebih padat berisikan pokok atau inti hasil lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian data digunakan karena informasi yang didapat dari lapangan

harus ada kesimpulan yang ditarik, sehingga informasi akan dikumpulkan dan

disusun untuk kemudahan penarikan kesimpulan.

Penyajian data merupakan informasi yang terkumpul dan tersusun dan

memungkinkan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data dalam penelitian

ini berupa teks hasil wawancara dengan informan di lapangan.

3. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan dilakukan karena data yang sudah

dikumpulkan dan dianalisis akan disajikan dengan kesimpulan yang jelas.

Penarikan kesimpulan dilakukan sejak pengumpulan data, dimana dari proses

tersebut mulai dicari pola-pola tertentu, penjelasan, serta alur-alur tertentu yang

relevan dengan masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya penarikan

kesimpulan dilakukan setelah data yang terkumpul dianalisis. Setelah hasil

penarikan kesimpulan tersebut diverifikasi, yaitu peninjauan ulang pada catatan

hasil lapangan.
25

3.6 Uji Validitas data

Teknik pemeriksaan validitas data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik Triangulasi. Triangulasi sumber dan metode dilakukan karena

penelitian membahas peran modal sosial yang butuh kedalaman jawaban dari

subjek penelitian, untuk menarik kesimpulan yang kuat, harus dilakukan

pembandingan antar sumber dan teknik yang sudah didapatkan dan dilakukan.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin dalam Moleong (2012)

membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data

triangulasi dengan sumber dan triangulasi dengan metode. Penggunaan

triangulasi sumber digunakan untuk mendapatkan informasi yang kuat dan

meminimalkan bias terkait informasi tersebut. Penggunaan teknik pengumpulan

data observasi, wawancara dan dokumentasi dari berbagai sumber sebagai

bentuk triangulasi dengan sumber dari peneltian ini.

Penggunaan triangulasi metode digunakan juga untuk mendapatkan

informasi yang kuat dan meminimalkan informasi yang didapat dari sumber.

Penggunaan teknik pengumpulan data observasi dan wawancara terhadap satu

sumber atau subjek penelitian sebagai bentuk triangulasi dengan metode dari

penelitian ini.

Menurut Patton di dalam Moelong (2012) triangulasi dengan sumber

memiliki arti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian

kualitatif. Sedangkan triangulasi dengan metode menurut Patton terdapat dua


26

strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian

beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan

beberapa sumber data dengan metode yang sama.

Dengan teknik triangulasi dengan sumber, peneliti membandingkan hasil

wawancara yang diperoleh dari masing-masing sumber atau informan penelitian

sebagai pembanding untuk mengecek kebenaran informasi yang didapatkan.

Selain itu peneliti juga melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui

teknik triangulasi dengan metode, yaitu dengan melakukan pengecekan hasil

penelitian dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara,

observasi, dan dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid.


27

DAFTAR PUSTAKA

Alfitri. 2011. Community Development, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar

Bagir Manan, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara,

Bandung: Mandar Maju, 1995, Hlm. 45

Bourdieu P. 1986. „The Forms of Capital’, in Richardson, J.G. Handbook

of Theory and Research for the Sociology of Education. Westport. Connecticut:

Greenwood Press.

Coleman, James.S. 1988. Social Capital in the Creation of Human

Capital, The American Journal of Sociology, Vol. 94 (S195-S120), Supplement:

Organizations and Institutions: Sociological and Economic Approaches to the

Analysis of Social Structure, JSTOR.

Credit Suisse , 2018, Global Wealth Report. Hlm 50.

Durkheim, E. 1973. Moral Education: Study in the Theory and Application

of the Sociology of Education. New York: Free Press.

Field J., 2003, Social Capital, London Routledge

Hatta, Mohammad. 2015. Membangun Koperasi dan Koperasi

Menmbangun, Jakarta ; Kompas Penerbit Buku

Hasbullah, J. 2006. Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia), Jakarta: Penerbit MR-United Press

Marolop, Sitompul Charles. 2013. Penegakan Hukum Terhadap

Pengaturan Bunga Pinjaman Pada Koperasi Simpan Pinjam di Kota Samarinda.

Jurnal Beraja Niti. Vol. 2 No. 12.

Miles, B. Mathew dan Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif

Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UIP.

Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya
28

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Narayan, 1997.Voice of the Poor: Poverty and Social Capital in Tanzania.

World Bank,Washington. DC 20433, USA.

Pemerintah Republik Indonesia. 1995. Undang-undang Perkoperasian

tahun 1992: Undang-undang No. 25 Tahun 1992. Jakarta: Sinar Grafika.

Putnam, R.D. 1993, Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern

Italy, Princeton University Press, Princeton, USA

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alvabeta

Sri-Edi Swasono, 2008 Tentang Demokrasi Ekonomi Indonesia, Jakarta:

Bappenas, , Hlm. 3.

Yustika, Erani. 2012. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori dan

Kebijakan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai