Anda di halaman 1dari 18

KONSEP AKUNTANSI SYARIAH

Dosen pengampu:

Agus Kurniawan, M.S.AK

Kelompok 1:

Anggun Wijayanti 2051040412

Muhammad Agus Tomy 2051040106

Rena Chintia 2051040374

Salsa Nurfitriani 2051040408

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH
2022

1
2
Kata pengantar

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Akutansi
Syariah" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah Akuntansi Syariah.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Akuntansi
Syariah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

1
Daftar isi

Kata Pengantar……………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………..2
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………….3
Latar Belakang…………………………………………………….3
Masalah……………………………………………………………3
Tujuan……………………………………………………………...3
BAB II
Pembahasan………………………………………………………4
a. Akuntansi Syariah………………………………………….4
b. Hubungan Syariah dengan akuntansi………………………6
c. Perkembangan transaksi syariah……………………………7
BAB III
Penutup……………………………………………………………14
Kesimpulan………………………………………………………..14
Daftar Pustaka …………………………………………………….15

2
BAB I
pendahuluan

1. Latar Belakang

Definisi bebas dari akuntansi adalah identifikasi transaksi yang kemudian


diikuti dengan kegiatan pencatatan, penggolongan, serta pengikhtisaran
transaksi tersebut sehingga menghasilkan laporan keuangan yang dapat
digunakan untuk pengambilan keputusan. Definisi bebas dari syariah adalah
aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. untuk dipatuhi oleh manusia
dalam menjalani segala aktivitas hidupnya di dunia. Jadi, akuntansi syariah
dapat diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksitransaksi yang sesuai
dengan aturan yang telah di tetapkan Allah SWT.1 Oleh sebab itu, akuntansi
syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan yang harus dilakukan sesuai
syariah, karena tidak mungkin dapat menerapkan akuntansi yang sesuai
dengan syariah jika transaksi yang akan dicatat oleh proses akuntansi
tersebut tidak sesuai dengan syariah. Informasi yang disajikan oleh akuntansi
adalah suatu laporan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan
perubahan posisi keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Sehubungan
dengan pentingnya informasi akuntansi, maka standar akuntansi merupakan
pedoman dalam penyusunan laporan keuangan

2. Masalah

a. Apa itu konsep akuntasi syariah?

b. Bagaimana hubungan syariah islam dengan akuntasi?

c. Bagaimana perkembangan transaksi syariah?

3. Tujuan

a. Mengetahui konsep akuntani syariah

b. Mengetahui hubungan syariah islam dengan akuntansi

3
c. Mengetahui perkembangan transaksi syariah

BAB II
PEMBAHASAN

1. Akuntansi Syariah

Secara sederhana, akuntansi syariah dapat dijelaskan dengan mengambil akar akar
kata yang dimilikinya yaitu Akuntansi dan Syariah. Secara garis besar, akuntansi
merupakan suatu proses yang diawali dengan mencatat, mengelompokkan,
mengolah, menyajikan data, serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan
keuangan. Kemudian catatan atau informasi tersebut dapat digunakan oleh
seseorang yang ahli di bidangnya dan menjadi bahan untuk mengambil suatu
keputusan.

Sedangkan secara terminology syariah adalah hukum-hukum yang ditetapkan oleh


Allah untuk hamba-hambanya yang dibawa oleh seorang rasul Muhammad SAW,
baik hukum tersebut berhubungan dengan cara tingkah laku, yaitu yang disebut
dengan hukumhukum furu‘. Pada dasarnya kata syariah dalam Islam mencakup
seluruh petunjuk agama Islam, baik yang menyangkut dengan akidah, ibadah,
muamalah, etika, dan hukum-hukum yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. Jadi akuntansi syariah dapat diartikan sebagai proses Akuntansi dari
transaksi transaksi yang segala aturannya diambil dari ketetapan Allah SWT.

Namun terdapat pula beberapa definisi dari beberapa pakar akuntansi dan lembaga
akuntansi, agar memberi bekal dasar dalam mengekplorasi pada pembahasan
berikutnya, diantaranya (Harahap, 1997: 27-28) :

4
1. Dalam buku “A Statement of Basic Accounting Theory” akuntansi diartikan
sebagai proses pengindentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan
informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh pakar
pemakaiannya.

2. Komite istilah ”American Institute of Certified Public Accountant (AICPA)”


mengartikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan dan
pengiktisaran dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi dan
kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
menafsirkan hasil-hasilnya.

3. Accounting Principle Board (APB) Statement No. 4 mendefinisikan


akuntansi sebagai suatu jasa yang fungsinya memberikan informasi kuatitatif,
umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi, yang
digunakan dalam memilih diantara beberapa alternatif.

4. Dalam teori akuntansinya Sofyan Syafri Harahap mengartikan akuntansi


dengan singkat; A (angka), K (keputusan), U (uang), N (nilai), T
(transaksi/catatan), A (analisa), N (netral), S (seni), dan I (informasi).

Dari kata-kata yang dirumuskan oleh Harahap, cukup mewakili definisi akuntansi jika
ditinjau dari berbagai sudut. Bahwa akuntansi memberikan informasi kuantitatif
(Angka), ia memberikan informasi yang berfungsi dalam proses pengambilan
keputusan (Keputusan), ia hanya mencatat yang berdampak moneter dan dinilai
(Nilai) dengan nilai uang (Uang), ia hanya melakukan mencatatan transaksi
(Transaksi) yang terjadi di perusahaan ataupun di instansi keuangan, akuntansi juga
menjadi bahan untuk menganalisis (Analisa), ia netral (Netral) tidak memihak, ia seni
karena memerlukan berbagai pertimbangan dan keahlian khusus bersifat subjektif
(Seni), dan ia juga merupakan sistem informasi (Informasi).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti persoalan akuntansi
adalah sarana informasi dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Maka
kemudian terdapat beberapa pertimbangan terkait dengan realitas praktik akuntansi

5
yang menyimpang dari fungsi pokoknya, yaitu sebagai sarana informasi. Diantara
pertimbangan yang harus dicermati adalah: pertama kompleksitas proses
pengambilan keputusan dalam bisnis saat ini tidak bisa hanya mengandalkan

informasi akuntansi. Kedua, apabila selama ini sumber informasi akuntansi dinilai
dominan maka ternyata situasi ekonomi maupun bisnis justru masih mengalami
berbagai kerugian, korupsi, kecurangan, kegagalan/bangkrut (crash), depresi, dan
akibat negativ lainnya. Ketiga oleh karena informasi akuntansi diannggap bebas nilai
maka akuntansi dibawa oleh pihak yang berkepentingan untuk dirinya sendiri,
sehingga dapat merugikan masyarakat.

Belajar dari kehidupan yang terjadi, maka Triyuwono dan Gaffikin (1996)
memberikan pengertian terkait dengan konsepsi akuntansi syari’ah yang merupakan
upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat
nilai. Dengan tujuan demi terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis,
emansipatoris tranendental, dan teleological.

2. Hubungan Syariah Islam dengan Akuntansi


Menurut Iwan Triwiyono seperti yang dikutip oleh (Harahap 1997, 144)
menjelaskan bahwa temuan mengenai pencatatan dengan sistem buku berpasangan
yang merupakan bangunan dasar akuntansi modern tidak terlepas dari
berkembangnya ilmu aritmatika, yaitu yang dikembangkan dari persamaan Al Jabar
(sebuah ilmu hasil ijtihad pemikir muslim ternama yaitu Al Jabar), aritmatika dan
temuan angka nol oleh Al Khawarizmi (logaritma) pada abad ke 9 M. Ia menulis
tentang Al Jabr Wa‟l Mughabalah atau yang lebih dikenal dengan Aljabar atau
Algebra, yang telah menjadi dasar kesamaan akuntansi. Dari sisi budaya, Bangsa
Arab waktu itu pun sudah memiliki administrasi yang cukup maju, praktik
pembukuan telah menggunakan buku besar umum, jurnal umum, buku kas, laporan
periodik dan penutupan buku.

Sejarah membuktikan beberapa sistem pencatatan perdagangan sebenarnya telah


berkembang di Madinah Al Munawarah pada tahun 622 M atau bertepatan dengan

6
tahun 1 Hijriyah. Petugas yang melakukan pencatatan dan pemeriksaan serta
menjaga pencatatan disebut Diwan (yang mengalami morfologi bahsa menjadi
Dewan) Dewan ini telah ada pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab pada tahun 634
M dengan Baitul Maalnya. Istilah awal dalam pembukuan saat itu dikenal dengan
Jaridah atau berkembang menjadi istilah di dalam bahasa Inggris Journal yang
secara harfiah berarti berita. Pada tahun 750 M di zaman pemerintahan Abbasiyah
jurnal ini dikembangkan lebih sempurna menjadi 12 jurnal khusus di antaranya
adalah: Al Jaridah Annafakat (Jurnal Pengeluaran atau Expenditure Journal), Jaridah
Al Mal (Jurnal Penerimaan Dana atau Baitul Mall), Jaridah Al Musadarin (Jurnal Dana
Sitaan dari harta petinggi Negara), Al Awrajyang mencatat akun-akun khusus atau
buku jurnal pembantu, misalnya buku jurnal khusus piutang. Buku harian yang saat
ini dikenal dengan Daily Book atau Daftar Al Yawmiyah. Daftar Al Yawmiyah ini
digunakan oleh Dewan dalam setiap pencatatan transaksi dengan pihak ketiga.
Selain itu juga terdapat Ash Shad atau voucher. Selain berbagai jurnal juga dikenal
berbagai laporan atau report yangdikenal dengan Al Khitmah yang bersifat bulanan,
ada pula yang tahunan. (Adnan 1997).

Perkembangan akuntansi tidak berhenti pada zaman khalifah, tetapi juga


dikembangkan oleh filsuf Islam antara lain Imam Syafi‟I (768 – 820 M) dengan
menjelaskan fungsi akuntansi sebagai Review Book atau Auditing. Menurut Imam
Syafi‟I, seorang auditor harus memiliki kualifikasi tertentu yaitu orang yang hafidz
Alquran (sebagai value judgement), intelektual, dapat dipercaya, bijaksana, dan
kualitas manusia yang baik lainnya. (Harahap 197, 147)

Akuntansi Islam jauh lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan
atau pertanggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum sehingga
tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan dengan
hukum ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai domainnya akuntansi maka lebih
“compatible” dengan sistem akuntansi Ilahiyah dan akuntansi amal yang kita kenal
dalam Alquran. Atau lebih dekat dengan “Auditor” dalam bahasa akuntansi
kontemporer. (Harahap 197, 152).

Kesimpulan dari berbagai fakta sejarah ini sudah cukup kuat untuk menyatakan
akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam artinya peradaban Islam tidak
mungkin tidak memiliki akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang

7
dilakukan beberapa oknum di Barat dan ketidakmampuan ummat muslin untuk
menggali khazanah ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri.

3. Perkembangan Transaksi Syariah


Perkembangan pesat dalam kegiatan usaha dan lembaga keuangan (bank, asuransi,
pasar modal, dana pensiun dan lain sebagainya) yang berbasis syariah. Dalam tiga
dekade terakhir, lembaga keuangan telah meningkatkan volume dan nilai transaksi
berbasis syariah yang tentunya meningkatkan kebutuhan terhadap akuntansi syariah.
Selanjutnya, perkembangan pemikiran mengenai akuntansi syariah juga semakin
berkembang, yang ditandai dengan semakin diterimanya prinsip-prinsip transaksi
syariah di dunia internasional.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa motor dari penerapan transaksi syariah diawali oleh
sistem perbankan syariah dan baru dilanjutkan dengan sektor lainnya. Sistem
perbankan syariah sendiri memiliki rekam jejak yang panjang. Diawali dengan Mit
Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963, yang kemudian diambil alih dan
direstrukturisasi oleh Pemerintah Mesir menjadi Nasser Social Bank pada tahun
1972. Perkembangan tentang perbankan syariah terus berlanjut, tidak hanya di Timur
Tengah termasuk pendirian Islamic Development Bank (1975), tetapi juga di negara-
negara Eropa seperti Luksemburg (1978), Swiss (1981) dan Denmark (1983).
Perkembangan yang sama juga terjadi di negara-negara Asia Tenggara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Malaysia, bank syariah pertama berdiri
pada tahun 1982 sementara di Indonesia baru terjadi 9 tahun kemudian, dengan
pendirian Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991.

Pendirian Bank Muamalat sendiri bukanlah sebuah proses yang pendek, tetapi
dipersiapkan secara hati-hati. Untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat, sebelum
tahun 1992, telah didirikan beberapa lembaga keuangan nonbank yang kegiatannya
menerapkan sistem syariah. Selanjutnya melalui UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan dijabarkan dalam PP No. 72 tahun 1992, pemerintah telah
memberikan kesempatan untuk pelaksanaan bank syariah.

Perkembangan lembaga keuangan syariah selanjutnya di Indonesia hingga tahun


1998 masih belum pesat, karena baru ada 1 (satu) Bank Syariah dan 78 Bank

8
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan
UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan landasan hukum lebih kuat untuk
perbankan syariah. Melalui UU No. 23 tahun 1999, pemerintah memberikan
kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya
berdasarkan prinsip syariah.

9
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999, perkembangan
perbankan syariah meningkat tajam terutama dilihat dari peningkatan jumlah
bank/kantor yang menggunakan prinsip syariah dan peningkatan jumlah aset yang
dikelola. Berikut ini adalah data perkembangan bank syariah di Indonesia hingga
tahun 2007.

Sektor berikutnya yang juga berkembang adalah asuransi syariah. Asuransi syariah
pertama kali didirikan di Sudan pada tahun 1979 dengan nama The Islamic
Insurance Company of Sudan. Pendirian ini terus berlanjut dan saat ini telah berdiri
baik di negara-negara Timur Tengah, negara yang memiliki banyak penganut Islam,
seperti: Pakistan, Lebanon, Nigeria, maupun negara barat, seperti: Inggris, pecahan

10
Uni Soviet dan Australia. Perkembangan paling pesat dewasa ini untuk industri
asuransi syariah di luar negara Timur Tengah adalah Malaysia.

Perkembangan di Indonesia sendiri diawali dengan berdirinya Asuransi Takaful, yang


dibentuk oleh PT Syarikat Takaful Indonesia (STI) sebagai holding company pada
tahun 1994. Persiapan pendirian dilakukan dengan studi banding ke Malaysia pada
bulan September 1993. Malaysia memang merupakan negara ASEAN pertama yang
menerapkan asuransi dengan prinsip syariah sejak tahun 1985 dan dikelola oleh
Syarikat Takaful Malaysia Sdn. Bhd.

Setelah melalui persiapan yang matang, STI mendirikan PT Asuransi Takaful


Keluarga pada 25 Agustus 1994 dan PT Asuransi Takaful Umum pada 2 Juni 1995.
Berikut ini adalah perkembangan asuransi di Indonesia hingga tahun 2007.

11
12
Sektor syariah yang sedang berkembang adalah transaksi investasi syariah dan
sektor keuangan non bank. Transaksi ini terus mengalami peningkatan, di antaranya:

1. Obligasi Syariah (Sukuk)

2. Pasar Modal Syariah

3. Dana Pensiun Syariah

4. Pendanaan Proyek Syariah

5. Real Estat Syariah

Pertengahan bulan Juni 2008, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI baru saja
mengesahkan dua Undang-Undang yang penting, yaitu UU Surat Berharga Syariah
Nasional (SBSN) tahun 2008 dan UU Perbankan Syariah tahun 2008. Dengan dua
Undang-undang yang baru ini, Indonesia diharapkan dapat mengambil peran dalam
perkembangan ekonomi dan keuangan syariah sekaligus menjadi pusat ekonomi
dan keuangan syariah internasional (International Economic and Finance Hub) yang

13
penting di Asia.

Di tengah pesatnya perkembangan transaksi syariah tersebut, maka kebutuhan atas


akuntansi syariah semakin meningkat. Akuntansi sebagai proses untuk melaporkan
transaksi keuangan perusahaan tentu harus dapat mengikuti seluruh perkembangan
transaksi yang sedang berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa adanya akuntansi syariah


memiliki 2 alasan utama, yaitu suatu tuntutan atas pelaksanaan syariah dan adanya
kebutuhan akibat pesatnya perkembangan transaksi syariah.

14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Secara sederhana, akuntansi syariah dapat dijelaskan dengan mengambil akar akar
kata yang dimilikinya yaitu Akuntansi dan Syariah. Secara garis besar, akuntansi
merupakan suatu proses yang diawali dengan mencatat, mengelompokkan,
mengolah, menyajikan data, serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan
keuangan. Kemudian catatan atau informasi tersebut dapat digunakan oleh
seseorang yang ahli di bidangnya dan menjadi bahan untuk mengambil suatu
keputusan.

Beberapa waktu terakhir kebutuhan atas akuntansi syariah semakin meningkat.


Akuntansi sebagai proses untuk melaporkan transaksi keuangan perusahaan tentu
harus dapat mengikuti seluruh perkembangan transaksi yang sedang berlangsung.
Perkembangan akuntansi syariah sendiri memiliki 2 alasan utama, yaitu suatu
tuntutan atas pelaksanaan syariah dan adanya kebutuhan akibat pesatnya
perkembangan transaksi syariah.

15
Daftar pustaka

Sri Nurhayati dan Wasilah. (2013). Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat.

Wiroso. 2011. Akuntansi Transaksi Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.

Apa itu Definisi Pengertian Akuntansi / Accounting Artinya Adalah?, Mekari Journal,
Journal Entrepreneur.

Nurma Sari, Akuntansi Syariah, Jurnal Khatulistiwa, Jurnal of Islamic Studies, Vol. 4,
No. 1, Maret 2014.

Zakaria Batubara, Akuntansi Dalam Pandangan Islam, Jurnal Akuntansi Syariah, Vol.
3, No. 1, Juni 2016

16

Anda mungkin juga menyukai