Dosen pengampu:
Kelompok 1:
1
2
Kata pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Akutansi
Syariah" dengan tepat waktu.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
1
Daftar isi
Kata Pengantar……………………………………………………1
Daftar Isi…………………………………………………………..2
BAB I
Pendahuluan……………………………………………………….3
Latar Belakang…………………………………………………….3
Masalah……………………………………………………………3
Tujuan……………………………………………………………...3
BAB II
Pembahasan………………………………………………………4
a. Akuntansi Syariah………………………………………….4
b. Hubungan Syariah dengan akuntansi………………………6
c. Perkembangan transaksi syariah……………………………7
BAB III
Penutup……………………………………………………………14
Kesimpulan………………………………………………………..14
Daftar Pustaka …………………………………………………….15
2
BAB I
pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Masalah
3. Tujuan
3
c. Mengetahui perkembangan transaksi syariah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Akuntansi Syariah
Secara sederhana, akuntansi syariah dapat dijelaskan dengan mengambil akar akar
kata yang dimilikinya yaitu Akuntansi dan Syariah. Secara garis besar, akuntansi
merupakan suatu proses yang diawali dengan mencatat, mengelompokkan,
mengolah, menyajikan data, serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan
keuangan. Kemudian catatan atau informasi tersebut dapat digunakan oleh
seseorang yang ahli di bidangnya dan menjadi bahan untuk mengambil suatu
keputusan.
Namun terdapat pula beberapa definisi dari beberapa pakar akuntansi dan lembaga
akuntansi, agar memberi bekal dasar dalam mengekplorasi pada pembahasan
berikutnya, diantaranya (Harahap, 1997: 27-28) :
4
1. Dalam buku “A Statement of Basic Accounting Theory” akuntansi diartikan
sebagai proses pengindentifikasikan, mengukur, dan menyampaikan
informasi dalam hal pertimbangan dalam mengambil kesimpulan oleh pakar
pemakaiannya.
Dari kata-kata yang dirumuskan oleh Harahap, cukup mewakili definisi akuntansi jika
ditinjau dari berbagai sudut. Bahwa akuntansi memberikan informasi kuantitatif
(Angka), ia memberikan informasi yang berfungsi dalam proses pengambilan
keputusan (Keputusan), ia hanya mencatat yang berdampak moneter dan dinilai
(Nilai) dengan nilai uang (Uang), ia hanya melakukan mencatatan transaksi
(Transaksi) yang terjadi di perusahaan ataupun di instansi keuangan, akuntansi juga
menjadi bahan untuk menganalisis (Analisa), ia netral (Netral) tidak memihak, ia seni
karena memerlukan berbagai pertimbangan dan keahlian khusus bersifat subjektif
(Seni), dan ia juga merupakan sistem informasi (Informasi).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa inti persoalan akuntansi
adalah sarana informasi dalam proses pengambilan keputusan bisnis. Maka
kemudian terdapat beberapa pertimbangan terkait dengan realitas praktik akuntansi
5
yang menyimpang dari fungsi pokoknya, yaitu sebagai sarana informasi. Diantara
pertimbangan yang harus dicermati adalah: pertama kompleksitas proses
pengambilan keputusan dalam bisnis saat ini tidak bisa hanya mengandalkan
informasi akuntansi. Kedua, apabila selama ini sumber informasi akuntansi dinilai
dominan maka ternyata situasi ekonomi maupun bisnis justru masih mengalami
berbagai kerugian, korupsi, kecurangan, kegagalan/bangkrut (crash), depresi, dan
akibat negativ lainnya. Ketiga oleh karena informasi akuntansi diannggap bebas nilai
maka akuntansi dibawa oleh pihak yang berkepentingan untuk dirinya sendiri,
sehingga dapat merugikan masyarakat.
Belajar dari kehidupan yang terjadi, maka Triyuwono dan Gaffikin (1996)
memberikan pengertian terkait dengan konsepsi akuntansi syari’ah yang merupakan
upaya mendekonstruksi akuntansi modern ke dalam bentuk yang humanis dan sarat
nilai. Dengan tujuan demi terciptanya peradaban bisnis dengan wawasan humanis,
emansipatoris tranendental, dan teleological.
6
tahun 1 Hijriyah. Petugas yang melakukan pencatatan dan pemeriksaan serta
menjaga pencatatan disebut Diwan (yang mengalami morfologi bahsa menjadi
Dewan) Dewan ini telah ada pada masa Khalifah Umar Ibnu Khattab pada tahun 634
M dengan Baitul Maalnya. Istilah awal dalam pembukuan saat itu dikenal dengan
Jaridah atau berkembang menjadi istilah di dalam bahasa Inggris Journal yang
secara harfiah berarti berita. Pada tahun 750 M di zaman pemerintahan Abbasiyah
jurnal ini dikembangkan lebih sempurna menjadi 12 jurnal khusus di antaranya
adalah: Al Jaridah Annafakat (Jurnal Pengeluaran atau Expenditure Journal), Jaridah
Al Mal (Jurnal Penerimaan Dana atau Baitul Mall), Jaridah Al Musadarin (Jurnal Dana
Sitaan dari harta petinggi Negara), Al Awrajyang mencatat akun-akun khusus atau
buku jurnal pembantu, misalnya buku jurnal khusus piutang. Buku harian yang saat
ini dikenal dengan Daily Book atau Daftar Al Yawmiyah. Daftar Al Yawmiyah ini
digunakan oleh Dewan dalam setiap pencatatan transaksi dengan pihak ketiga.
Selain itu juga terdapat Ash Shad atau voucher. Selain berbagai jurnal juga dikenal
berbagai laporan atau report yangdikenal dengan Al Khitmah yang bersifat bulanan,
ada pula yang tahunan. (Adnan 1997).
Akuntansi Islam jauh lebih luas dari hanya perhitungan angka, informasi keuangan
atau pertanggungjawaban. Dia menyangkut semua penegakan hukum sehingga
tidak ada pelanggaran hukum baik hukum sipil atau hukum yang berkaitan dengan
hukum ibadah. Kalau ini yang kita anggap sebagai domainnya akuntansi maka lebih
“compatible” dengan sistem akuntansi Ilahiyah dan akuntansi amal yang kita kenal
dalam Alquran. Atau lebih dekat dengan “Auditor” dalam bahasa akuntansi
kontemporer. (Harahap 197, 152).
Kesimpulan dari berbagai fakta sejarah ini sudah cukup kuat untuk menyatakan
akuntansi sudah dikenal pada masa kejayaan Islam artinya peradaban Islam tidak
mungkin tidak memiliki akuntansi. Permasalahannya adalah pemalsuan sejarah yang
7
dilakukan beberapa oknum di Barat dan ketidakmampuan ummat muslin untuk
menggali khazanah ilmu pengetahuan dan teknologinya sendiri.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa motor dari penerapan transaksi syariah diawali oleh
sistem perbankan syariah dan baru dilanjutkan dengan sektor lainnya. Sistem
perbankan syariah sendiri memiliki rekam jejak yang panjang. Diawali dengan Mit
Ghamr Local Saving Bank di Mesir pada tahun 1963, yang kemudian diambil alih dan
direstrukturisasi oleh Pemerintah Mesir menjadi Nasser Social Bank pada tahun
1972. Perkembangan tentang perbankan syariah terus berlanjut, tidak hanya di Timur
Tengah termasuk pendirian Islamic Development Bank (1975), tetapi juga di negara-
negara Eropa seperti Luksemburg (1978), Swiss (1981) dan Denmark (1983).
Perkembangan yang sama juga terjadi di negara-negara Asia Tenggara yang
mayoritas penduduknya beragama Islam. Di Malaysia, bank syariah pertama berdiri
pada tahun 1982 sementara di Indonesia baru terjadi 9 tahun kemudian, dengan
pendirian Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991.
Pendirian Bank Muamalat sendiri bukanlah sebuah proses yang pendek, tetapi
dipersiapkan secara hati-hati. Untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat, sebelum
tahun 1992, telah didirikan beberapa lembaga keuangan nonbank yang kegiatannya
menerapkan sistem syariah. Selanjutnya melalui UU No. 7 tahun 1992 tentang
perbankan dan dijabarkan dalam PP No. 72 tahun 1992, pemerintah telah
memberikan kesempatan untuk pelaksanaan bank syariah.
8
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang beroperasi. Pada tahun 1998, dikeluarkan
UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan landasan hukum lebih kuat untuk
perbankan syariah. Melalui UU No. 23 tahun 1999, pemerintah memberikan
kewenangan kepada Bank Indonesia untuk dapat menjalankan tugasnya
berdasarkan prinsip syariah.
9
Berdasarkan UU No. 10 tahun 1998 dan UU No. 23 tahun 1999, perkembangan
perbankan syariah meningkat tajam terutama dilihat dari peningkatan jumlah
bank/kantor yang menggunakan prinsip syariah dan peningkatan jumlah aset yang
dikelola. Berikut ini adalah data perkembangan bank syariah di Indonesia hingga
tahun 2007.
Sektor berikutnya yang juga berkembang adalah asuransi syariah. Asuransi syariah
pertama kali didirikan di Sudan pada tahun 1979 dengan nama The Islamic
Insurance Company of Sudan. Pendirian ini terus berlanjut dan saat ini telah berdiri
baik di negara-negara Timur Tengah, negara yang memiliki banyak penganut Islam,
seperti: Pakistan, Lebanon, Nigeria, maupun negara barat, seperti: Inggris, pecahan
10
Uni Soviet dan Australia. Perkembangan paling pesat dewasa ini untuk industri
asuransi syariah di luar negara Timur Tengah adalah Malaysia.
11
12
Sektor syariah yang sedang berkembang adalah transaksi investasi syariah dan
sektor keuangan non bank. Transaksi ini terus mengalami peningkatan, di antaranya:
Pertengahan bulan Juni 2008, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI baru saja
mengesahkan dua Undang-Undang yang penting, yaitu UU Surat Berharga Syariah
Nasional (SBSN) tahun 2008 dan UU Perbankan Syariah tahun 2008. Dengan dua
Undang-undang yang baru ini, Indonesia diharapkan dapat mengambil peran dalam
perkembangan ekonomi dan keuangan syariah sekaligus menjadi pusat ekonomi
dan keuangan syariah internasional (International Economic and Finance Hub) yang
13
penting di Asia.
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Secara sederhana, akuntansi syariah dapat dijelaskan dengan mengambil akar akar
kata yang dimilikinya yaitu Akuntansi dan Syariah. Secara garis besar, akuntansi
merupakan suatu proses yang diawali dengan mencatat, mengelompokkan,
mengolah, menyajikan data, serta mencatat transaksi yang berhubungan dengan
keuangan. Kemudian catatan atau informasi tersebut dapat digunakan oleh
seseorang yang ahli di bidangnya dan menjadi bahan untuk mengambil suatu
keputusan.
15
Daftar pustaka
Sri Nurhayati dan Wasilah. (2013). Akuntansi Syariah di Indonesia, Edisi 3. Jakarta:
Salemba Empat.
Apa itu Definisi Pengertian Akuntansi / Accounting Artinya Adalah?, Mekari Journal,
Journal Entrepreneur.
Nurma Sari, Akuntansi Syariah, Jurnal Khatulistiwa, Jurnal of Islamic Studies, Vol. 4,
No. 1, Maret 2014.
Zakaria Batubara, Akuntansi Dalam Pandangan Islam, Jurnal Akuntansi Syariah, Vol.
3, No. 1, Juni 2016
16