Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

TINDAKAN ASUHAN KEPERAWATAN EKSISI


1. KONSEP EKSISI
A. DEFINISI
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang
jaringan (tumor) dengan memotong. Tindakan ini dilakukan untuk berbagai
tujuan antara lain pemeriksaan penunjang (biopsy), pengobatan lesi jinak
ataupun ganas dan memperbaiki penampilan secara kosmetis.
Keuntungan eksisi :
1. Seluruh spesimen dapat dipriksa untuk diagnosis histologi dan sekaligus
melaksanakan eksisi total.
2. Pasien tidak memrlukan follow up yang berkepanjangan setelah eksisi
karena angka kekambuhan setelah eksisi total sangat rendah.
3. Hanya memerluka satu terapi saja
4. Penyembuhan luka primer biasanay tercapau dengan memberikan hasil
kosmetik yang baik.
Faktor – faktor untuk menghasilkan skar yang baik :
1. Teknik atraumatik
Merusak jaringan akan menyebabkan devitalisasu jaringan yang tak dapat
dihindarkan, menyebabkan penyembuhan yang jelek dan dengan demikian
parut luka akan jelek.
Tepi – tepi luka hendeknya ditangani dengan lembut, hendaknya jangan
pernah merusak tepian luka itu dengan memegangnya dengna forsep, baik
yang bergigi maupun tidak. Forceps yang bergigi tajam hendaknya
digunakan untuk mencubit dermis atau untuk menekan tepi kulit. Kaitan
kulit dapat digunakan sebagai gentinya.
2. Garis tegangan kulit
Kontraksi otot, mobilitas sendi dan gravitasi merupakan kekuatan
terpenting yang mempengaruhi terbentuknya garis tegangan kulit. Garis
langer selama bertahun – tahun dipakau sebagai titik menunjukkan arah
insisi, garis ini berasal dari penelitian pada kadaver. Bila ekstremitas dan
tubuh digerakkan di luara posisi anatomis istirahat, maka garis tegangan
kulit akan bergeser. Oleh karena garis tegangan kulit telah digambarkan
berhubungan dengan kerutan, garis kontur dan garis ketergantungan.
3. Usia pasien
Skar pada anak – anak yang eritem dan hipertropik akan menetap untuk
waktu yang lama akan menyebabkan penampilan akhir tidak memuaskan.
Untuk proses maturasi skar dari skar yang merahdan meninggi menjadi
tipis dan berwarna putih membutuhkan waktu 2 tahun atau lebih.
4. Lokasi
Skar yang berasal dari eksisi atau insisipada telapak tangan, telapak kaku
dan mukus membran biasanya baik dan tidak terlalu terlihat. Hal ini
kontras dengan skar pada area sternal, pundak atau punggung. Sebelum
melakukan eksisi pada daerah tersebut pasien perlu dijelaskan
kemungkinan timbulnya skar hipertropik
5. Tipe kulit
Ada pasien yang memiliki kulit yang tebal, berminyak dengan kelenjar
sebaseus yang hipertropik dan over aktif. Skar pada jenis kulit ini dapat
menyembuh dengan skar yang depress.
6. Kelainan kulit
Pasien dengan kelainan pada jarigan fibrous dan elastin akan
menyebabkan skar yang luas. Pasien dengan kelainan ini dapat dilihat
dengan cara melakukan hiperextensi jari tangan atau mencubit kulit
punggug tangan untuk melihat peningkatan elestisitas. Penyakit Ehlers-
Danloss syndrome adalah bentuk kelainan fibroelastik yang berat dimana
penyembuhan luka berlangsung sangat lambat dengan skar yang luas.

B. TEKNIK EKSISI
1. Eksisi elips (fusiform)
Merupakan bentuk eksisi dasar, dengan arah yang sejajat dengan garis dan
lipatan kulit. Perbandingan panjang dan lebar minamal 3:1 dengan sudut
30 drajat. Irisan tegak lutus atau lebih meluas kedalaman dampai dengan
subkutis. Bila perlu dapat dilakuakan undermaining yang kalau dimuka
tepat dibawah dermis dan kalau sklap diderah subdaleal. Perdarahan yang
terjadi dikulit dapat ditekan beberapa saat saat dan bila perlu dilakukan
hemostasis dengan elektrokoagulasi tetapi jangan berlebihan terutama
pada daerah dermis. Perdarahan dari pembuluh darah kecil dapat
dielektrokoagualasi tetapu yang besar harus diikat.
Lesi – lesi yang dieksisi berbentuk elips akan menghasilkan parut yang
lebih panjang dan dari lesi aslinya. Tujuan utama mengeksisi lesi
berbentuk elips adalah engurangi terbentuknya sisa kulit/ telinga anjing
(dog ears). Dog ears dapar diperbaiki dengan memanjangkan elips atau
membuang jaringan berlebihan dan menutupnya dengan bentuk L atau Y.
2. Eksisi wadge
Lesi – lesi terletak pada area bebas seperti bibir, sudut mata, cuping
hidung dan telinga dapat dieksisi dengan eksisi wadge. Karsinoma sel
skuamosa pada bibir disarankan untuk eksisi V sehingga dapat
mengangkat jaringan yang sama kelenjar limfenya.
Jika dilakukan eksisi wadge pada cuping hidung yang luas untuk ditutup
secara primer, maka dapat dilakukan graft dengan ukuran yang sama dari
telinga, sepertiga dari bibir bawah dan seperempat dari bbir atas dan
kelopak mata dapat dilakukan eksisi wadge dan dilakukan penutupan
primer.
3. Eksisi sirkular
Pada kulit wajah yang terletak diatas jaringan kartilago seperti batang
hidung atau permukaan anterior telinga, lesi – lesi dapat dieksisi dengan
bentuk sirkular dan defek ditutup dengan skin graf full thickness. Teknik
ini jug adapay digunakan pada bagian tubuh lain dnegan lesi yang sangat
luas.
Jika terdapat karaguan dalam merencanakan eksisi elips maka dapat
dilakukan eksisi sirkular dengan kulit direnggangkan dan perhatikan
lingkaran tersebut akan cenerung membentuk sebuah elips kalau kulitnya
dikendorkan.
4. Eksisis multiple
Eksisi atau ekspansi jaringan kadang dieprlukan untuk lesi – lesi yang luas
seperti congenital naevi. Teknik ini memungkinkan luka ditutup dengan
skar yang lebih pendek dibanding dengan eksisi elips satu langkah.

C. INDIKASI
1. Wide exisi : basalioma, karsinomaselsquamosa, karsinomasel basal,
melanoma malignum, sarcoma jaringan lunak.
2. Vries coupe : tumor yang mengarah pada keganasan
3. FTSG : area yang tampak pada wajah bila flap (potongan kulit
yang disayat dan dilipat)

D. PERSIAPAN
 PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Suhu ruangan
2. Meja operasi dan kain duknya
3. Lampu operasi
4. Meja mayo
5. Meja instrument
6. Standar untuk waskom
7. Mesin suction
8. Mesin dan plat diatermi
9. Tempat sampah medis
 PERSIAPAN PASIEN
1. Surat Persetujuan Operasi dari dokter bedah
2. Penandaan Operasi (Site Marking)
3. Posisikan pasien supine
4. Sign In di Ruang premedikasi
 PERSIAPAN ALAT

a. Set Linen
1. Scort :5
2. Duk besar :3
3. Duk panjang :3
4. Duk kecil :4
5. Duk lubang :1
6. Sarung meja mayo :1
7. Handuk :5
b. Basic Set
1. Desinfeksi klem (washing and dressing forcep) :1
2. Duk klem (towel klem) :3
3. Pincet cirurgis (tissue forcep) :2
4. Pincet anatomis (dissecting forcep) :2
5. Gunting jaringan kasar (surgical scissor mayo) :1
6. Gunting metzemboum (surgical scissor metzenboum :1
7. Hanvat mess no.3 (scalpel and blade and handle) :1
8. Klem mosquito (delicate haemostatic forceps mosquito) :1
9. Hak kombinasi kecil :2
10. Klem pean sedang (delicate haemostatic forceps pean) :1
11. Klem pean manis (delicate haemostatic forceps manis pean : 1
12. Klem kocher sedang (haemostatic forceps kocher curved) : 1
13. Klem ellys (tissue gasping) :1
14. Naldfoeder (needle holder) :1
15. Gunting benang (surgical scissor) :1
16. Bengkok :1
17. Cucing :1
 PERSIAPAN BAHAN HABIS PAKAI
1. Handscoen steril 6,5/7/7,5 : 1/2/1 pasang
2. Underpad steril / underpad on : 1/1
3. NS 0,9% :1
4. Mess no.10 :1
5. Premilene 3/0 :1
6. Betadine : 50cc
7. Spuit 3cc :1
8. Pehacain :1
9. Kassa : 10
10. Deppers :5
11. Sufratule :¼
12. Hipavik : 15cm x 10cm
13. Tabung PA :1
14. Formaline cair 10% : secukupnya

E. PENATALAKSANAAN
1. Sign in
2. Pasien diposisikan supinasi
3. Perawat sirkuler mamasang plat diatermi pada tungkai pasien
4. Perawat instrument melakukan surgical scrub, gowning dan gloving kemudian
membantu operator dan asisten memakaikan gown, dan hanscoen steril
5. Berikan desinfeksi klem dan deppers yang berisi betadine dalam cucing pada
operator untuk melakukan desinfeksi
6. Berikan duk besar dan duk lubang pada asisten dan operator untuk melakukan
drapping pada pasien :
 Duk besar berada dibawah pasien diposisikan sedemikian rupa
 Duk lubang kecil di area paha pasien
 Fiksasi dengan duk klem
7. Perawat instrument memasang couter didekat pasien kemudian difiksasi
dengan duk klem
8. Dekatkan meja mayo ke pasien
9. Time out
10. Perawat memberikan kassa basah dan kassa kering pada operator
11. Operator melakukan anatesi lokal, perawat instrument memberikan spuit 3cc
yang berisi pehacain pada operator dan tunggu selama beberapa menit
sebelum melakukan insisi, berikan pinset cirurgis pada operator untuk
mengetahui apakah pembiusan sudah masuk
12. Berikan hanvat mess dan mess no.10 pada operator untuk insisi soft tissue
tumor
13. Berikan pean kecil dan kassa kecil pada asisten operator untuk merawat
perdarahan
14. Operator memperdalam insisi lapis demi lapis dengan hanvat mess no.3,
kemudiann berikan metzemboum atau pean manis sampai masa tumor
terbebas
15. Berikan hak kombinasi pada asisten untuk memperluas pandang insisi sampai
tumor terlihat
16. Berikan ellys klem untuk memegang sample tumor
17. Sample tumor yang sudah didapat ditaruh dikassa steril
18. Berikan sample tumor kepada perawat sirkuler untuk dimasukkan ke botol PA
yang berisi formalin untuk pemeriksaan lebih lanjut
19. Rawat perdarahan dengan couter dan kassa
20. Sign out
21. Cek jumlah kassa dan instrument yang terpakai apakah sesuai dengan
instrument yang disiapkan sebelumnya
22. Beri operator pinset cirurgis, naldfoeder, jarum dan benang premiline 3/0 yang
sudah disiapkan untuk menutup area pembadahan
23. Beri asisten guntimg benang dan mosquito klem untuk menjepit benang
24. Beri kasa basah (NS) pada operator untuk membersihkan sisa darah di area
pasca pembedahan
25. Beri kassa kering untuk membersihkan area operasi
26. Beri sufratule dan kassa untuk menutup luka jahit
27. Tutup dengan hypavik
28. Pasien dirapikan
29. Motivasi pasien tentang perawatan pasca pembedahan dirumah. Antara lain :
 Luka tidak boleh terkena air
 Makan dan minum bebas tidak ada pantangan selama tidak mempunyai
riwayat alergi
 Minum obat teratur sesuai program
 Kontrol rutin ke poli oncologi sesuai jadwal
Perawat instrument menginventaris alat (cuci,pengepakan dan steril ulang)
dan bahan habis pakai pada form depo farmasi
DAFTAR PUSTAKA

Casciato DA, Forscher CA. SARCOMA, in Manual of Oncology, 4th ed,


Lippincot Williams & Wilkins, 2000. p.349-362

Harri, P.E. 2009. Fraktur. Faculty of Medicine – University of Riau Pekanbaru,


Riau.available. (Online), (http://www.Belibis17.tk. Di aksestanggal 17
Agustus 2011)

Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., 2005. “Soft Tissue Tumor”, dalam Buku
Ajar IlmuBedah,Edisi 2. Jakarta: EGC.

Tassya, A. 2010. Tumor JaringanLunak. (Online), (http://www.BlogSpot.com,


Diakses tanggal 17 Agustus 2011).

Anda mungkin juga menyukai