18
LAPORAN PENDAHULUAN CHF (CONGESTIF HEART FAILURE)/ GAGAL
JANTUNG KONGESTIF
LAPORAN PENDAHULUAN
CHF (CONGESTIF HEART FAILURE)/ GAGAL JANTUNG KONGESTIF
KONSEP MEDIS
A.
Definisi
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan nutrien. (Diane C.
Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan
kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian
metabolisme
tekanan pengisian
ventrikel kiri
(Braundwald )
B.
Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
Infark
miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan
dan penyakit miokardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi yang
secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitaas menurun.
Hipertensi sistemik atau pulmonal ( peningkatan afterload ) meningkatkan beban kerja jantung
dan pada gilirannya mngakibatkan hipertrofi serabut otot jantung
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan dengan gagal jantung karena
kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung.
mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung (stenosis katup semiluner), ketidak
mampuan jantung untuk mengisi darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau
stenosis AV), peningkatan mendadak afteer load.
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan beratnya gagal jantung.
Meningkatnya laju metabolisme(mis : demam, tirotoksikosis ), hipoksia dan anemia peperlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia
juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau metabolik dan
abnormalita elekttronik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
Grade gagal jantung menurut New york Heart Associaion
Terbagi menjadi 4kelainan fungsional :
I.
II.
III.
IV.
C.
Manifestasi Klinis
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan arteri dan vena
meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada
kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak mampu
memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran gas.Dapat terjadi
ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda malam hari yang dinamakan Paroksimal
Nokturnal Dispnea ( PND)
Batuk
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan
oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi karena distress
pernafasan dan batuk.
o
1.
2.
Edema ekstrimitas bawah (edema dependen), biasanya edema pitting, penambahan berat
badan,
3.
Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran
vena di hepar
4.
Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam rongga abdomen.
5.
Nokturia
6.
Kelemahan.
D. Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung
kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup
keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas
miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan
cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta
dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan
kardiomiopati.
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanan
sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan
emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan
penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga
terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
Setiap hambatan pada arah aliran (forward flow) dalam sirkulasi akan menimbulkan
bendungan pada arah berlawanan dengan aliran (backward congestion). Hambatan pengaliran
(forward failure) akan menimbulkan adanya gejala backward failure dalam sistim sirkulasi aliran
darah. Mekanisme kompensasi jantung pada kegagalan jantung adalah upaya tubuh untuk
mempertahankan peredaran darah dalam memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan.
Mekanisme kompensasi yang terjadi pada gagal jantung ialah : dilatasi ventrikel, hipertrofi
ventrikel, kenaikan rangsang simpatis berupa takikardi dan vasikonstriksi perifer, peninggian
kadar katekolamin plasma, retensi garam dan cairan badan dan peningkatan eksttraksi oksigen
oleh jaringan. Bila jantung bagian kanan dan bagian kiri bersama-ama dalam keadaan gagal
akibat gangguan aliran darah dan adanya bendungan, maka akan tampak tanda dan gejala gagal
jantung pada sirkulasi sistemik dan sirkulasi paru. Keadaan ini disebut Gagal Jantung Kongestif
(CHF).
Jantung yang normal dapat berespon terhadap peningkatan kebutuhan metabolisme dengan
menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk mempertahankan kardiak output,
yaitu meliputi :
1)
2)
Pengencangan dan pelebaran otot jantung untuk menyesuaikan terhadap peningkatan volume
3)
4)
Respon terhadap serum sodium dan regulasi ADH dan reabsorbsi terhadap cairan
Kegagalan mekanisme kompensasi dapat dipercepat oleh adanya volume darah sirkulasi
yang dipompakan untuk melawan peningkatan resistensi vaskuler oleh pengencangan jantung.
Kecepatan jantung memperpendek waktu pengisian ventrikel dari arteri coronaria. Menurunnya
COP dan menyebabkan oksigenasi yang tidak adekuat ke miokardium. Peningkatan dinding
akibat dilatasi menyebabkan peningkatan tuntutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertrophi)
terutama pada jantung iskemik atau kerusakan yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
(Patway Terlampir)
E.
Pemeriksaan Diagnostik
? Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau efusi pleura yang
menegaskan diagnosa CHF
? EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika disebabkan
AMI), Ekokardiogram
? Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah
F.
1.
2.
3.
4.
Kaerdiomegali
5.
6.
Irama Derap S3
7.
8.
Refluks Hepatojugular
Kriteria Minor :
1.
2.
3.
Dyspneu d efford
4.
Hepatomegali
5.
Efusi Pleura
6.
7.
a.
b.
Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa
keluhan
c.
Bila pasien ditak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan
d.
G.
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus tirah baring.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraktilitas miokarium dengan preparat farmakologi, dan
Membuang penumpukan air tubuh yang berlebihan dengan cara memberikan terapi antidiuretik,
diit dan istirahat.
Terapi Farmakologis :
q Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi
jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume
darah dan peningkatan diuresisidan mengurangi edema
q Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan hrs hati hati karena
efek samping hiponatremia dan hipokalemia
q Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impadansi tekanan terhadap penyemburan
darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel dan peningkatan kapasitas
vena sehingga tekanan engisian ventrikel kiri dapat dituruinkan
Dukungan diet : Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau menghilangkan
edema.
Menurut prioritas penatalaksanaan terbagi atas 4 kategori :
1.
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
d.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
Indikasi pada keluhan sesak napas yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan
symptomatik. Bila ekhokardiografi menunjukkan sistole ventrikel kiri 55 mm, atau fractional
shortning 25% dipertimbangkan untuk tindakan operasi sebelum timbul gagal jantung.
5.
a.
b.
Menjelaskan tentang kegunaan obat-obat yang digunakan, serta memberikan jadwal pemberian
obat
c.
Merubah gaya hidup/ kebiasaan yang salah : merokok, stress, kerja berat, minum alkohol,
makanan tinggi lemak dan kolesterol
d.
Menjelaskan tentang tanda-tanda serta gejala yang menyokong terjadinya gagal jantung,
terutama yang berhubungan dengan kelelahan, lekas capai, berdebar-debar, sesak napas,
anoreksia, keringat dingin
e.
f.
1. Pengkajian
a.
Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea
pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda: Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
b.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung ,
endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda :
TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
Irama Jantung ; Disritmia.
Frekuensi jantung ; Takikardia.
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri.
Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
Murmur sistolik dan diastolic.
Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat.
Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya pada ekstremitas.
c.
Integritas ego
Gejala: Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial
(pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda: Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
d.
Eliminasi
Gejala: Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
e.
Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses
dan penggunaan diuretic.
Tanda: Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen,
tekanan dn pitting).
f.
Higiene
Neurosensori
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
Tanda: Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
i.
Pernapasan
Gejala: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa
pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda:
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa
pemebentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j.
Keamanan
Interaksi sosial
Diagnosa Keperawatan
1)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien di harapkan mampu menunjukan adanya
penurunan rasa nyeri dada, menunjukan adanya penuruna tekanan dan cara berelaksasi.
Intervensi:
3.
1.
2.
Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
6. Kolaborasi dalam:
Pemberian oksigen.
Ukur tanda vital sebelum dan sesudah dilakukan pengobatan dengan narkosa
2) Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan Penurunan volume paru, hepatomegali,
splenomigali
Kemungkinan dibukikan oleh : Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan ,gangguan
pengembangan dada, GDA tidak normal.
Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selam di RS, RR Normal ,
tak ada bunyii nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan. Dan GDA Normal.
Intervensi :
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
Tinggikan kepala
dan
2)
3)
Perubahan structural
Ditandai dengan ;
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang)
dan bebas gejala gagal jantung
1)
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitas ventrikel.
2)
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4)
dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan
Inkompetensi /stenosis katup.
3)
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis
dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
4)
Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak
mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
5)
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung;
vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering
berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
6)
Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas
dan menurunkan kongesti.
b.
1)
2)
Kelemahan umum
3)
1)
Kelemahan, kelelahan
2)
3)
1)
2)
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya
kelemahan dan kelelahan.
Intervensi :
1)
Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan
vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan
cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
2)
Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat
dan pucat.
4)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan.
Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik
kembali,
c.
1)
2)
Oliguria, edema.
3)
4)
1)
2)
1)
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang
membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan
selama tirah baring.
2)
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia)
meskipun edema/asites masih ada.
3)
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga
meningkatkan diuresis.
4)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan
terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
5)
Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat
mengganggu fungsi gaster/intestinal.
6)
7)
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori
dalam pembatasan natrium.
d.
Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapileralveolus.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1)
2)
1)
2)
3)
4)
-
Kolaborasi dalam
Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
e.
Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama,
edema dan penurunan perfusi jaringan.
Hasil yang diharapkan/criteria evaluasi, klien akan :
1)
2)
1)
Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi
atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
2)
Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.
4)
5)
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk
kerusakan kulit/terjadinya infeksi.
f.
jantung/penyakit/gagal.
Ditandai dengan :
1)
2)
1)
2)
3)
1)
2)
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas
gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
3)
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi
menghentikan tidur.
4)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC, Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional,
2002, Salemba Medika, Jakarta
Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta.
rbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996,
Hal. 443 - 450
enges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 64 & 240
249.
TumpukanASKEP
Classic
Flipcard
Magazine
Mosaic
Sidebar
Snapshot
Timeslide
1.
Jun
18
LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
A. KONSEP MEDIS
1.
menjadi
komplikasi
makrovaskuler,
mikrovaskuler
dan
c.
d.
2.
b.
c.
Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan yang sebenarnya
menyentuh lympa.
Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu sel alfa,
beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dengan struktur dan sifat
pewarnaannya. Sel beta mengekresi insulin, sel alfa mengekresi glukagon, dan
sel-sel delta mengekresi somatostatin.
Fungsi pancreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :
a.
2.)
3.)
b.
Insulin
Insulin adalah protein kecil yang berat molekulnya 5808 untuk
manusia. Insulin terdiri dari dua rantai asam amino, satu sama lain
yang
disekresikan
oleh
kelenjar
adrenalin
masih
Glukagon
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-sel alfa
pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan
insulin. Fungsi yang terpenting adalah : meningkatkan konsentrasi glukosa
3.
Etiologi
Etiologi dari Diabetes Mellitus sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa
Diabetes Mellitus adalah merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan
yang berbeda-beda dengan lebih satu penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1.
a. Faktor genetik
Penderita tidak mewarisi diabetas tipe I sendiri tetapi mewarisi suatu
predisposisi kearah terjadinya diabetas tipe I yaitu dengan ditmukannya
tipe antigen HLA (Human Leucolyte antoge) teertentu pada individu
tertentu
a. Faktor imunologi
Pada diabetae tipe I terdapat suatu respon autoimun sehingga antibody
terarah pada sel-sel pulau lengerhans yang dianggapnya jaringan tersebut
seolah-olah sebagai jeringan abnormal
a. Faktor lingkungan
Penyelidikan dilakukan terhadap kemungkinan faktor-faktor ekternal yang
dapat memicu destruksi sel beta, contoh hasil penyelidikan yang
menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta
2.
Nutrisi
a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b.) Malnutrisi protein
c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c.
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya
menyebabkan hyperglikemia sementara.
d.
Hormonal
Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi,
akromegali karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena kadar
katekolamin meningkat
4.
Klasifikasi
dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak atau usia muda dapat
disebabkan karena keturunan.
b.
Non obesitas
2.) Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pancreas, tetapi
biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c.
5.
Patofisiologi
Sebagian besar patologi Diabetes Mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari
tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1) Pengurangan penggunaan
glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan konsentrasi glukosa darah
setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari
daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada Diabetes
Mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine penderita
Diabetes Mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi
glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit glukosa dalam jumlah
bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang
terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke
metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua
energinya pada lemak, kadar asam aseto asetat dan asam Bihidroksibutirat
dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10
Meq/Liter.
6.
Gambaran Klinik
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
penderita mengeluh banyak kencing.
b.
c.
d.
Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang. Hal ini disebabkan
kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh berusama
mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein.
e.
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi)
yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan
sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
7.
Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan Diabetes Mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau
hypoglikemia. Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga
faktor aktifitas fisik, diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral
dan insulin. Penyuluhan kesehatan awal dan berkelanjutan penting dalam membantu
klien mengatasi kondisi ini.
8.
Komplikasi
a.
Akut
1.)
Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.)
b.
Diabetik
Kronik
1.)
2.)
3.)
9.
Neuropati diabetic.
Test Diagnostik
Kriteria diagnostik menurut WHO(1985) untuk diabetes melitus pada orang
dewasa tidak hamil, pada sedikitnya dua kali pemeriksaan:
1.
2.
3.
Bukan DM
Belum Pasti DM
DM
Kadar GD Sewaktu:
I.
Plasma vena
<110
110 199
> 200
< 90
90 199
> 200
<110
110 125
> 226
< 90
90 109
> 110
Kadar GD Puasa:
Perencanaan makan
Standar yang dianjurkan adalah makan dengan komposisi seimbangan dalam
hal Karbohidrat (KH), Protein, lemak yang sesuai kecukupan gizi :
a.
KH 60 70 %
b.
Protein 10 15 %
c.
Lemak 20 25 %
Beberapa cara menentukan jumalah kelori uantuk pasien DM melalui
perhitungan mennurut Bocca: Berat badan (BB) Ideal: (TB 100) 10%
kg
1). BB ideal x 30% untuk laki-laki
BB ideal x25% untuk Wanita
Kebutuan kalori dapat ditambah lagi dengan kegiatan sehari-hari:
Ringan : 100 200 Kkal/jam
Sedang : 200 250 Kkal/jam
Berat
2.
Pasien nermal
Pasien gemuk
Latihan jasmani
Dianjurkan latihian jasmani secara teratur (3 4 x seminggu) selama kurang
lrbih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penyakit
penyerta. Latihian yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging,
lari, renang, bersepeda dan mendayung. Sespat muingkain zona sasaran yaitu
75 85 % denyut nadi maksimal : DNM = 220-umur (dalam tahun)
3.
Pengelolaan farmakologi
a.
2)
Biguanid
-
3)
4)
Thoazolidinediones
adalah
golongan
obat
baru
yang
B. KONSEP KEPERAWATAN
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan
hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga, untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses terapeutik maka perawat
melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.
Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan secara
sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk mengkaji status
Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama,
sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :
a.
b.
Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c.
Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d.
Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e.
Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f.
Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g.
Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h.
Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i.
Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
2.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori, maka
diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Diabetes Mellitus yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3.
Rencana Keperawatan
a.
2.) Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional
3.)
Rasional
sedang
berlangsung
dan
selanjutnya
dalam
b.
Intervensi :
1.)
Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional
3.)
Rasional
c.
Intervensi :
1).
2). Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang
baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional
3).
5).
d.
Intervensi :
1.)
2.)
Menurunkan
kebingungan
dan
membantu
untuk
4.) Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional
e.
Intervensi :
1.)
Rasional
Pendidikan
dapat
memberikan
motivasi
untuk
4.)
f.
Intervensi :
1.)
3.)
4.) Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan
diri sendiri.
Rasional
g.
Intervensi :
1.)
3.)
4.)
4.
Pelaksanaan
Pelaksanaan rencana keperawatan adalah kegiatan atau tindakan yang diberikan
kepada klien sesuai dengan rencana asuhan keperawatan. Pada tahap ini perawat
menerapkan keterampilannya dan pengetahuannya berdasarkan ilmu keperawatan dan
ilmu lain, yang terkait secara integrasi. Pada waktu perawat memberikan asuhan
keperawatan, proses pengumpulan data berjalan terus-menerus guna
perubahan/penyesuaian tindakan keperawatan.
b.
Melakukan observasi
c.
d.
Evaluasi
b.
c.
d.
e.
f.
g.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, (1998), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta.
Doenges, E. Marylin, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan (edisi 3), EGC,
Jakarta.
Guyton and Hall, (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC. Jakarta.
Price, A. Sylvia dan Lorraine M. Wilson, (1995), Patofisiologi, Edisi IV, EGC. Jakarta.
Tjokronegoro, Arjatmo, Prof. dr. Ph.D, Hendra Utama,(1999), Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi III, EGC. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
HEMOFILIA
A.
KONSEP MEDIS
1.
PENGERTIAN
2.
ETIOLOGI
1.
2.
a.
b.
pembekuan darah.
Hemofilia B. Hemofilia B dikenal juga dengan nama Chrismas
disease : karena ditemukan untuk pertama kalinya pada seorang
bernama Steven Chrismas asal kanada.
Hemofilia ini di sebabkan karena kurangnya faktor pembekuan
IX . dapat muncul dengan bentuk yang sama dengan tipe A. Gejala
ke dua tipe hemofilia adalah sama, namun yang membedakan tipe
A / B adalah dari pengukuran waktu tromboplastin partial
deferensial.
3.
GEJALA KLINIS
1.
Masa bayi (untuk diagnosis)
a. Perdarahan berkepanjangan setelah sirkumsisi
b.
Ekimosis subkutan diatas tonjolan-tonjolan tulang (saat berumur 3-4
2.
3.
bulan)
c.
Hematoma besar setelah infeksi
d.
Perdarahan dari mukosa oral
e. Perdarahan jaringan lunak
Episode perdarahan (selama rentang hidup)
a. Gejala awal, yaitu nyeri
b.
Setelah nyeri, yaitu bengkak, hangat dan penurunan mobilitas
Sekuela jangka panjang
PATOFISIOLOGI
Perdarahan karena gangguan pada pembekuan biasanya terjadi pada jaringan
yang letaknya dalam seperti otot, sendi, dan lainya yang dapat terjadi kerena
gangguan pada tahap pertama, kedua dan ketiga, disini hanya akan di bahas
gangguan pada tahap pertama, dimana tahap pertama tersebutlah yang merupakan
gangguan mekanisme pembekuan yang terdapat pada hemofili A dan B. Perdarahan
mudah terjadi pada hemofilia, dikarenakan adanya gangguan pembekuan, di awali
ketika seseorang berusia 3 bulan atau saat saat akan mulai merangkak maka akan
terjadi perdarahan awal akibat cedera ringan, dilanjutkan dengan keluhan-keluhan
berikutnya.
Hemofilia juga dapat menyebabkan perdarahan serebral, dan berakibat fatal.
Rasionalnya adalah ketika mengalami perdarahan, berarti terjadi luka pada pembuluh
darah (yaitu saluran tempat darah mengalir keseluruh tubuh) darah keluar dari
pembuluh. Pembuluh darah mengerut/ mengecil Keping darah (trombosit) akan
menutup luka pada pembuluhKekurangan jumlah factor pembeku darah tertentu,
mengakibatkan anyaman penutup luka tidak terbentuk sempurnadarah tidak
berhenti mengalir keluar pembuluh perdarahan (normalnya: Faktor-faktor
pembeku darah bekerja membuat anyaman (benang - benang fibrin) yang akan
menutup luka sehingga darah berhenti mengalir keluar pembuluh).
5.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1)
Uji skrining untuk koagulasi darah
a.
Jumlah trombosit (normal 150.000-450.000 tombosit per mm3 darah)
b.
Masa protombin (normal memerlukan waktu 11-13 detik)
c.
Masa tromboplastin parsial (meningkat, mengukur keadekuatan faktor
2)
koagulasi intrinsik)
d. Assays fungsional terhadap faktor VIII dan IX (memastikan diagnosis)
e.
Masa pembekuan trombin (normalnya 10-13 detik)
Biopsi hati (kadang-kadang) digunakan untuk memperoleh jaringan untuk
pemeriksaan patologi dan kultur.
3)
PENATALAKSANAAN
1)
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang diberikan untuk mengganti factor VIII atau faktot IX
yang tidak ada pada hemofilia A diberikan infus kriopresipitas yang mengandung
8 sampai 100 unit faktor VIII setiap kantongnya. Karena waktu paruh faktor VIII
adalah 12 jam sampai pendarahan berhenti dan keadaan menjadi stabil. Pada
defisiensi faktor IX memiliki waktu paruh 24 jam, maka diberikan terapi
pengganti dengan menggunakan plasma atau konsentrat factor IX yang diberikan
setiap hari sampai perdarahan berhenti.
Penghambat antibody yang ditunjukkan untuk melawan faktor pembekuan
tertentu timbul pada 5% sampai 10% penderita defisiensi faktor VIII dan lebih
jarang pada faktor IX infase selanjutnya dari faktor tersebut membentuk anti bodi
lebih banyak. Agen-agen imunosupresif, plasma resesif untuk membuang
inhibitor dan kompleks protombin yang memotong faktor VIII dan faktor IX yang
terdapat dalam plasma beku segar. Produk sintetik yang baru yaitu: DDAVP (1deamino 8-Dargirin vasopressin) sudah tersedia untuk menangani penderita
hemofilia sedang. Pemberiannya secara intravena (IV), dapat merangsang
aktivitas faktor VIII sebanyak tiga kali sampai enam kali lipat. Karena DDAVP
merupakan produk sintetik maka resiko transmisi virus yang merugikan dapat
terhindari.
Hematosis bisa dikontrol jika klien diberi AHF pada awal perdarahan.
Immobilisasi sendi dan udara dingin (seperti kantong es yang mengelilingi sendi)
bisa memberi pertolongan. Jika terjadi nyeri maka sangat penting untuk
mengakspirasi darah dan sendi. Ketika perdarahan berhenti dan kemerahan mulai
menghilang klien harus aktif dalam melakukan gerakan tanpa berat badan untuk
mencegah komplikasi seperti deformitas dan atrofi otot.
Prognosis untuk seorang yang menderita hemofilia semakin bertambah
baik ketika ditemukannya AHF. 50% dari penderita hemofilia meninggal sebelum
mencapai umur 5 tahun. Pada saat ini kejadian kematian jarang terjadi setelah
trauma minor. Infusi di rumah menggunakan AHF meyakinkan pengobatan bahwa
manifestasi pertama dari perdarahan dan komplikasi diatasi. Program training
dengan panduan yang ketat. Ketika panduan ini diikuti dengan baik seseorang
yang menderita hemofili akan sangat jarang berkunjung ke ruang imergensi.
Analgesik dan kortikosteroid dapat mengurangi nyeri sendi dan
kemerahan pada hemofilia ringan pengguna hemopresin intra vena mungkin tidak
diperlukan untuk AHF. sistem pembekuan darah yang sifatnya hanya sementara,
sehingga tidak perlu dilakukan transfusi. Biasanya pengobatan meliputi transfuse
untuk menggantikan kekurangan faktor pembekuan. Faktor-faktor ini ditemukan
di dalam plasma dan dalam jumlah yang lebih besar ditemukan dalam plasma
konsentrat.
Beberapa penderita membentuk antibodi terhadap faktor VIII dan faktor
IX yang ditransfusikan, sehingga transfusi menjadi tidak efektif.Jika di dalam
darah contoh terdapat antibodi, maka dosis plasma konsentratnya dinaikkan atau
diberikan factor pembekuan yang berbeda atau diberikan obat-obatan untuk
mengurangi kadar antibodi.Kandungan :
2)
B.
: Kelemahan otot
Sirkulasi
Tanda : kulit, membran mukosa pucat, defisit saraf serebral/ tanda
perdarahan serebral
Gejala : Palpitasi
c.
Eliminasi
Gejala : Hematuria
d.
Integritas Ego
Tanda : Depresi, menarik diri, ansietas, marah.
Gejala : Perasaan tidak ada harapan dan tidak berdaya.
e.
Nutrisi
Gejala : Anoreksia, penurunan berat badan.
f.
Nyeri
Tanda :.Perilaku berhati-hati, gelisah, rewel.
Gejala : Nyeri tulang, sendi, nyeri tekan sentral, kram otot
g.
Keamanan
Tanda : Hematom
Gejala : Riwayat trauma ringan.
Terjadi perdarahan spontan pada sendi dan otot yang berulang
-
3.
-
4.
PSIKOLOGI
Kaji konsep diri pasien body image, peran, dll
Kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang kondisi dan tindakan
Kaji dampak kondisi pada gaya hidup paru
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan aktif ditandai
dengan kesadaran menurun, perdarahan.
b.
c.
kembali.
Resiko tinggi injuri berhubungan dengan kelemahan pertahanan
4)
menjadi adekuat
Memperbaiki / menormalakn jumlah sel darah merah dan
meningkatkan kapasitas pembawa oksigen sehingga perfusi
b.
1)
2)
dehidrasi
Perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian
c.
terjadi injuri
5) Jelaskan pada orang tua pentingnya menghindari cedera.
Rasional :
1)
Jaringan rapuh dan gangguan mekanisme pembekuan
2)
3)
komplikasi
4) Orang tua dapat mengetahui mamfaat dari pencegahan cidera/
5)
6.
EVALUASI
a.
Tidak terjadi penurunan tingkat kesadaran, pengisian kapiler berjalan
normal, perdarahan dapat teratasi.
b.
Menunjukkan perfusi yang adekuat misalnya:
c.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN PENDAHULUAN
POST OP LAPARATOMY KOLELITIASI
KONSEP MEDIS
A.
PENGERTIAN
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu, atau
pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya adalah
kolesterol. (Williams, 2003)
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu kolesterol,
bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid (Price &
Wilson, 2005).
Kolelitiasis (kalkuli/kalkulus,batu empedu) merupakan suatu keadaan dimana
terdapatnya batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea) yang memiliki
ukuran, bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kolelitiasis lebih sering dijumpai
pada individu berusia diatas 40 tahun terutama pada wanita dikarenakan memiliki
faktor resiko,yaitu : obesitas, usia lanjut, diet tinggi lemak dan genetik
B.
INSIDEN
Menurut (Ignatavicius, 2006) kasus kolelitiasis terjadi lebih banyak pada
wanita dibandingkan pria karena wanita memiliki beberapa faktor resiko, diantaranya
kehamilan, obesitas, pemakaian KB dan genetik. Tampaknya ada beberapa hal yang
menyebabkan keluarga menjadi faktor terhadap perkembangan kolelitiasis, tapi ini
mungkin terkait dengan kebiasaan makan keluarga (asupan kolesterol berlebihan
dalam makanan) dan gaya hidup menetap di beberapa keluarga. Batu empedu terlihat
lebih sering pada orang obesitas, mungkin sebagai akibat gangguan metabolisme
lemak. Kehamilan cenderung memperburuk pembentukan batu empedu. Kehamilan
dan obat-obatan seperti pil estrogen dan pil KB yang mengubah kadar hormon dan
C.
KLASIFIKASI
Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu di
golongkankan atas 3 (tiga) golongan:
1.
2.
komponen utama.
3. Batu pigmen hitam. Berwarna hitam atau hitam kecoklatan, tidak berbentuk,
seperti bubuk dan kaya akan sisa zat hitam yang tak terekstraksi.
D.
ETIOLOGI
Penyebab yang jelas belum diketahui tetapi beberapa faktor etiologi dapat
diidentifikasi :
1.
dan parasit
Infeksi saluran empedu. Seperti Escherichia coli, maka kadar enzim glukoronidase yang berasal dari bakteri akan dihidrolisasi menjadi
bilirubin bebas dan asam glukoronat. Kemudian kalsium mengikat
2.
garam empedu, serta ketika kandung empedu tidak dapat mengosongkan isinya
3.
c.
empedu.
Suku bangsa. Suku tertentu mempunyai kecenderungan untuk
menghasilkan kolesterol tinggi dalam empedu yang menyebabkan
f.
i.
E.
PATOFISIOLOGI
Batu kolesterol
Untuk terbentuknya batu kolesterol diperlukan 3 faktor utama :
a.
Supersaturasi atau penumpukan kolesterol didalam kantung empedu
b.
Berkurangnya kemampuan kandung empedu
c.
Nukleasi atau pembentukan nidus cepat.
Khusus mengenai nukleasi cepat, sekarang telah terbukti bahwa empedu pasien
dengan kolelitiasis mempunyai zat yang mempercepat waktu nukleasi kolesterol
(promotor) sedangkan empedu orang normal mengandung zat yang menghalangi
terjadinya nukleasi.
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati
Berperan sebagai penunjang
iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh
kolesterol
empedu (kolesistitis)
Pengendapan kolesterol
Batu empedu
2.
Batu kalsium bilirunat (pigmen cokelat)
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari keempat anion ini :
bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak. Pigmen (bilirubin) pada kondisi
normal akan terkonjugasi dalam empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya
enzim glokuronil tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena
kurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini disebabkan
karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi larut dalam
lemak.sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan bilirubin tak terkonjugasi
yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini jarang terjadi.
Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase
Presipitasi / pengendapan
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi
3.
hemolisis kronik atau sirosis hati. Potogenesis terbentuknya batu ini belum jelas.
Umumnya batu pigmen hitam terbentuk dalam kandung empedu dengan empedu yang
steril.
Batu kandung empedu dapat berpindah ke dalam duktus koledokus
melalui duktus sistikus. Didalam perjalanannya melalui duktus sistikus, batu
tersebut dapat menimbulkan sumbatan aliran empedu secara parsial ataupun
komplit sehingga menimbulkan gejala kolik bilier. Pasase berulang batu empedu
melalui duktus sistikus yang sempit dapat menimbulkan iritasi dan perlukaan
sehingga dapat menimbulkan peradangan dinding duktus dan striktur. Apabila
batu berhenti di dalam duktus sistikus dikarenakan diameter batu yang terlalu
besar atau pun karena adanya striktur, batu akan tetap berada di sana sebagai batu
duktus sistikus
4.
Batu campuran. Batu campuran dapat terjadi akibat kombinasi antara batu
pigmen dan batu kolesterol atau salah satu dari batu dengan beberapa zat lain
seperti kalsium karbonat, fosfat, dan garam empedu.
F.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi yang biasa tampak pada pasien dengan penyakit kolelitiasis antara
lain :
1.
Rasa nyeri dan kolik bilier. Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran
kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan ; biasanya disertai
dengan mual dan muntah. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh
kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat
tersumbatnya saluran oleh batu.
Muntah
2.
3.
4.
5.
G.
KOMPLIKASI
1.
Komplikasi yang umumnya terjadi :
a.
Obstruksi duktus sistikus
b.
Kolik bilier
c.
Kolesistitis akut
d.
Perikolesistitis
e.
Peradangan pankreas (pankreatitis)-angga
f.
Perforasi
g.
Kolesistitis kronis
h.
Hidrop kandung empedu
i.
Empiema kandung empedu
j.
Fistel kolesistoenterik
k.
Batu empedu sekunder (Pada 2-6% penderita, saluran menciut kembali
2.
b.
c.
d.
H.
Infeksi
Kerusakan organ internal
Adhesi organ viseral
DIAGNOSIS
1.
Anamnesis
Setengah sampai duapertiga penderita kolelitiasis adalah asimtomatis.
Keluhan yang mungkin timbul adalah dispepsia yang kadang disertai intoleran
terhadap makanan berlemak. Pada yang simtomatis, Pasien biasanya datang
dengan keluhan utama berupa nyeri di daerah epigastrium atau nyeri/kolik
pada perut kanan atas atau perikondrium yang mungkin berlangsung lebih dari
15 menit, dan kadang beberapa jam. Timbulnya nyeri kebanyakan perlahanlahan tetapi pada 30% kasus timbul tiba-tiba. Kadang pasien dating dengan
mata dan tubuh menjadi kuning, badan gatal-gatal, kencing berwarna seperti
teh, tinja berwarna seperti dempul dan Penyebaran nyeri pada punggung bagian
tengah, skapula, atau ke puncak bahu, disertai mual dan muntah. Lebih kurang
seperempat penderita melaporkan bahwa nyeri berkurang setelah menggunakan
antasida. Kalau terjadi kolelitiasis, keluhan nyeri menetap dan bertambah pada
waktu menarik nafas dalam. Hal-hal yang perlu ditanyakan lebih lanjut kepada
pasien adalah:
perjalanan penyakit akut/kronis
riwayat keluarga
nyeri atau tidak; ikterus tanpa nyeri biasanya disebabkan karena
-
1.
keganansan
riwayat minum obat sebelumnya
kelainan gastrointestinal, seperti nyeri epigastrium, mual, muntah
demam, nafsu makan menurun; lebih cenderung ke hepatitis
anemia ada atau tidak
Pemeriksaan Fisik
Pasien dengan stadium litogenik atau batu asimptomatik tidak memiliki kelainan
dalam pemeriksaan fisis. Selama serangan kolik bilier, terutama pada saat kolesistitis
akut, pasien akan mengalami nyeri palpasi / nyeri tekan dengan punktum maksimum
didaerah letak anatomis kandung empedu. Diketahui dengan adanya tanda Murphy positif
apabila nyeri tekan bertambah sewaktu penderita menarik nafas panjang karena kandung
empedu yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti
menarik nafas. Riwayat ikterik maupun ikterik cutaneus dan sklera dan bisa teraba hepar
I.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nilai hasil pemeriksaan laboratorium (dalam buku patofisiologi vol 1)
1. Uji eksresi empedu
Fungsinya mengukur kemampuan hati untuk mengonjugasi dan mengekresikan
pigmen.
Bilirubin direk (terkonjugasi) merupakan bilirubin yang telah diambil oleh
sel-sel hati dan larut dalam air.Makna klinisnya mengukur kemampuan hati
untuk mengonjugasi dan mengekresi pigmen empedu. Bilirubin ini akan
2.
meningkat jika terjadi obstuksi biliaris. Nilai normalnya : 30-120 IU/L atau 2-4
unit/dl.
3. Radiologi Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
cepat dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.
Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi.
Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah
berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam
keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara
yang dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam
kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
4. Radiografi: Kolesistografi Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia
atau bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk
mendeteksi batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk
melakukan pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan
isinya. Oral kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver
tidak dapat menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami
obstruksiSonogram Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah
5.
Kenaikan fosfolipid
Penurunan urobilirubin
Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di
duktus utamA
J.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pasien kolelitiasis dapat dilakukan dengan intervensi bedah
dan non bedah.
1. Non Bedah
a. Penatalaksanaan pendukung dan diit
- Mencapai perbaikan dengan istirahat, cairan IV, penghisapan nasogastrik,
analgesik, dan antibiotik
- Diit segera setelah serangan biasanya cairan rendah lemak.
b. Farmakoterapi
- Analgesik seperti meperidin mungkin dibutuhkan ; hindari penggunaan
morfin karena dapat meningkatkan spasme sfingter Oddi
- Asam senodeoksikolik (chenodiol) adalah efektif dalam menghancurkan
batu kolesterol utama
- Tindak lanjut jangka panjang dan pemantauan enzim-enzim hepar harus
dilakukan.
2. Litotripsi
a. Litotripsi syok gelombang ekstrakorporeal : Kejutan gelombang berulang
yang diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu atau
b.
3.
batu.
Kolesistostomi : Kandung empedu dibuka melalui pembedahan, batu serta
Tujuan
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri
abdomen yang tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami
trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber
nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
c. Indikasi
Indikasi dilakukannya laparotomy diantaranya yaitu :
1)
Kanker pada organ abdomen (seperti pada ovarium, kolon, pancreas,
2)
3)
4)
5)
atau hati)
Peritonitis appendicitis
Kolelitiasis, kolesistitis
Pankreatitis akut atau kronik
Abses retroperitoneal, abdominal, atau pelvis (kantong/benjolan yang
infeksi)
6)
Divertikulitis (inflamasi kantong usus)
7)
Adhesi (perlengketan jaringan pada abdomen)
8)
Perforasi usus
9)
Kehamilan ektopik (kehamilan di luar uterus)
10) Perdarahan internal
11) Trauma abdomen
d. Perawatan post operasi secara umum antara lain :
1)
Memantau tanda-tanda vital
2)
Mempertahankan volume sirkulasi adekuat
3)
Memantau keadaan luka terhadap tanda-tanda infeksi (kemerahan,
nyeri sekitar insisi, bengkak), dan keadaan drainase
4)
5)
6)
7)
K.
PROGNOSIS
Batu empedu asimptomatik yang berubah menjadi simptomatik yaitu rata-rata 2%
per tahun. Gejala pada umumnya kolik bilier kemudian menjadi komplikasi biliar
mayor. Bila gejala bilier dimulai, keluhan nyeri muncul pada 20-40% pasien per
tahun, 1-2% pasien pertahun terjadi komplikasi berupa kolesistitis, koledokolithiasis,
kolangitis, dan pancreatitis batu empedu. Setiap tahun di Amerika Serikat sekitar
500.00 orang dengan perkembangan gejala atau komplikasi batu empedu
memerlukan cholecystecomy. Penyakit batu empedu menyebabkan 10.000 kematian
tiap tahun. Sekitar 7.000 kematian diakibatkan oleh komplikasi batu empedu akut
seperti pancreatitis akut. Sekitar 2.000 sampai 3.000 kematian disebabkan oleh
kanker batu empedu (80% terjadi pada penyakit batu empedu dengan kolesistitis
kronik).
KONSEP KEPERAWATAN
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam
aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan. Untuk
sampai pada hal ini, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan
masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni keperawatan
dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori, dengan menggunakan metode
ilmiah.
Proses keperawatan adalah proses yang terdiri dari lima tahap, yaitu pengkajian
keperawatan,
identifikasi/analisa
masalah
(diagnosa
keperawatan),
perencanaan,
A.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan tahap pertama dari proses keperawatan, dimana datadata dasar klien dikumpulkan.
Data dasar klien adalah kombinasi data yang dikumpulkan dari wawancara
untuk pengambilan riwayat kesehatan klien (metode mendapatkan informasi
subjektif dengan berbicara pada klien dan/atau orang terdekat dan mendengarkan
respon mereka), pemeriksaan fisik (mendapatkan informasi objektif dengan
menggunakan
tangan),
dan
data
yang
diperoleh
dari
hasil
pemeriksaan
laboratorium/diagnostik.
Biodata
a.
Identitas klien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa
b.
2.
3.
mengeluh nyeri pada daerah luka post operasi. Nyeri bertambah bila
klien bergerak atau batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak
bergerak atau beristirahat dan setelah diberi obat.
Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan nampak atau
terdengar, den sejauh mana klien merasakan keluhan utamanya. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan skala 5 (0-10) dan biasanya
membuat klien kesulitan untuk beraktivitas.
R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah menyebar?
Nyeri dirasakan di area luka post operasi, dapat menjalar ke seluruh
daerah abdomen.
S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai
mengganggu aktivitas atau tidak. Biasanya aktivitas klien terganggu
karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri luka post
operasi.
T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan berapa
lama nyeri itu hilang selama periode akut. Nyeri dapat hilang timbul
maupun menetap sepanjang hari.
b.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan kapan terjadi.
Biasanya klien memiliki riwayat penyakit gastrointestinal.
c.
Riwayat kesehatan Keluarga
Kaji apakah ada anggota keluarga yang memiliki penyakit serupa dengan
klien, penyakit turunan maupun penyakit kronis. Mungkin ada anggota
d.
e.
f.
lemas.
Sistem Pernapasan: Terjadi perubahan pola dan frekuensi pernapasan
dan konstipasi.
Sistem Perkemihan: Jumlah output urin mungkin sedikit karena
kehilangan cairan tubuh saat operasi atau karena adanya muntah. Biasanya
f.
terpasang kateter.
Sistem Persarafan: Dikaji tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS
dan dikaji semua fungsi nervus kranialis. Biasanya tidak ada kelainan pada
g.
sistem persarafan.
Sistem Penglihatan: Diperiksa kesimetrisan kedua mata, ada tidaknya
sekret/lesi, reflek pupil terhadap cahaya, visus (ketajaman penglihatan).
i.
Sistem
Muskuloskeletal:
Biasanya
ditemukan
kelemahan
dan
6.
kelenjar getah bening. Biasanya tidak ada keluhan pada sistem endokrin.
Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
a.
Elektrolit : dapat ditemukan adanya penurunan kadar elektrolit akibat
kehilangan cairan berlebihan
b. Hemoglobin : dapat menurun akibat kehilangan darah
c.
Leukosit : dapat meningkat jika terjadi infeksi
Terapi: Biasanya klien post laparotomy mendapatkan terapi analgetik untuk
mengurangi nyeri, antibiotik sebagai anti mikroba, dan antiemetik untuk
mengurangi rasa meal.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) mendefinisikan bahwa
diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, atau
komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk
mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat. Diagnosa keperawatan yang
mungkin muncul pada klien post laparatomy adalah:
1.
Nyeri (akut) berhubungan dengan insisi bedah, distensi abdomen, batuk, mual
terhadap pembedahan.
Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif adanya luka
insisi pembedahan dengan kemungkinan kontaminasi.
5.
6.
7.
status puasa.
Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan insisi bedah.
Konstipasi berhubungan dengan efek-efek anestesi, manipulasi pembedahan,
8.
mobilitas
9.
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis, dam kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi, kesalahan interpretasi informasi,
tidak mengenal sumber informasi.
B.
PERENCANAAN/INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana keperawatan merupakan bukti tertulis dan tahap dua dan tiga
proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah/kebutuhan klien, tujuan/hasil
perawatan, dan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan dan menangani
masalah/kebutuhan klien.
C.
IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana perawatan dilaksanakan; melaksanakan intervensi /aktivitas yang telah
ditentukan.
D.
EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dan proses keperawatan. Proses kontinyu yang
penting untuk menjamin kualitas dan ketepatan perawatan yang diberikan, dilakukan
dengan meninjau respons klien untuk menentukan keefektifan rencana perawatan
dalam memenuhi kebutuhan klien.
Perawat dapat melakukan evaluasi terhadap respon klien dari tindakan
keperawatan yang dilaksanakan pada klien untuk mendapatkan kasus sebagai data
dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang dilaksanakan pada klien untuk
A : analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah
yang ada.
LAPORAN PENDAHULUAN
CHF (CONGESTIF HEART FAILURE)/ GAGAL JANTUNG KONGESTIF
KONSEP MEDIS
A.
Definisi
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadp oksigen dan
nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Suatu keadaan patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung
gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau
kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri
(Braundwald )
B.
Etiologi
Gagal jantung kongestif dapat disebabkan oleh :
Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung.
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
Penyakit jantung lain. Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit
jantung yang sebenarnya, yang ssecara langsung mempengaruhi jantung.
Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk
jantung (stenosis katup semiluner), ketidak mampuan jantung untuk mengisi
darah (tamponade, perikardium, perikarditif konstriktif, atau stenosis AV),
peningkatan mendadak afteer load.
Faktor sistemik
Terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal jantung.
I.
II.
III.
IV.
C.
Manifestasi Klinis
Tanda dominan :
Meningkatnya volume intravaskuler. Kongestif jaringan akibat tekanan
arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantungManifestasi kongesti
dapat berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang terjadi .
Gagal jantung kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri krn ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari paru. Manifestasi klinis yang terjadi
yaitu :
o
Dispnu
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan mengganggu pertukaran
gas.Dapat terjadi ortopnu.Bebrapa pasien dapat mengalami ortopnu pda
malam hari yang dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
Batuk
Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari
sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa
hasil
2.
3.
Hepatomegali. Dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi
akibat pembesaran vena di hepar
4.
Anorexia dan mual. Terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena dalam
rongga abdomen.
5.
Nokturia
6.
Kelemahan.
D. Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis
penyakit jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis
yang
2)
3)
4)
(Patway Terlampir)
E.
Pemeriksaan Diagnostik
? Foto torax dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
? EKG dapat mengungkapkan adanya tachicardi, hipertrofi bilik jantung dan
iskemi (jika disebabkan AMI), Ekokardiogram
? Pemeriksaan Lab meliputi : Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar
natrium yang rendah sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan
retensi air, K, Na, Cl, Ureum, gula darah
F.
Kriteria Mayor :
1.
2.
3.
4.
Kaerdiomegali
5.
6.
Irama Derap S3
7.
8.
Refluks Hepatojugular
Kriteria Minor :
1.
2.
3.
Dyspneu d efford
4.
Hepatomegali
5.
Efusi Pleura
6.
7.
a.
b.
Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari
hari tanpa keluhan
c.
Bila pasien ditak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan
d.
Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun dan harus
tirah baring.
G.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah :
Terapi Farmakologis :
q Glikosida jantung.
Digitalis , meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat
frekuensi jantung.Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresisidan
mengurangi edema
q Terapi diuretik.
Diberikan untuk memacu eksresi natrium dan air mlalui ginjal.Penggunaan
hrs hati hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia
q Terapi vasodilator.
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi
terhadap
penyemburan
impadansi tekanan
b.
c.
2.
b.
c.
d.
3.
b.
c.
d.
e.
4.
5.
Pendidikan kesehatan, menyangkut penyakit, prognosis, pemakaian obatobatan serta mencegah kekambuhan
a.
b.
c.
d.
e.
gejala
f.
KONSEP KEPERAWATAN
Gagal
serambi
kiri/kanan
dari
jantung
mengakibtkan
ketidakmampuan
Aktivitas/istirahat
Gejala: Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri
dada dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan
tenaga.
Tanda: Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad
aktivitas.
b.
Sirkulasi
Gejala: Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung
, bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada
kaki, telapak kaki, abdomen.
Tanda :
TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
c.
Integritas ego
Gejala: Ansietas, kuatir dan takut.Stres yang berhubungan dengan
penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
Tanda: Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan
mudah tersinggung.
d.
Eliminasi
Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan
signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu
terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
Tanda: Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta
edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
f.
Higiene
Gejala: Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
Tanda: Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
g.
Neurosensori
Gejala: Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda: Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah
tersinggung.
h.
Nyeri/Kenyamanan
Gejala: Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan
sakit pada otot.
Tanda: Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
i.
Pernapasan
Gejala: Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal,
batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis,
penggunaan bantuan pernapasan.
Tanda:
Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus
dengan/tanpa pemebentukan sputum.
Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
j.
Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit
lecet.
k.
Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
h. Pembelajaran/pengajaran
Gejala: menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya :
penyekat saluran kalsium.
Tanda
2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Intervensi:
1.
2.
3.
Anjurkan pada pasien agar segera melaporkan bila terjadi nyeri dada.
6. Kolaborasi dalam:
-
Pemberian oksigen.
2) Pola nafas tidak efektif yang berhubungan dengan Penurunan volume paru,
hepatomegali, splenomigali
Kemungkinan dibukikan oleh : Perubahan kedalaman dan kecepatan pernafasan
,gangguan pengembangan dada, GDA tidak normal.
Tujuan : Pola nafas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selam di RS,
RR Normal , tak ada bunyii nafas tambahan
pernafasan. Dan GDA Normal.
Intervensi :
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu nafas
Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas tambahan
Tinggikan kepala
dan
2)
3)
Perubahan structural
Ditandai dengan ;
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
Intervensi:
1)
2)
3)
4)
Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat
meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi
mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
5)
6)
untuk
meningkatkan
volume
sekuncup,
2)
Kelemahan umum
3)
Ditandai dengan :
1)
Kelemahan, kelelahan
2)
3)
1)
2)
Intervensi :
1)
2)
Penurunan/ketidakmampuan
miokardium
untuk
4)
2)
Oliguria, edema.
3)
4)
2)
Intervensi :
1)
3)
4)
5)
6)
7)
d.
2)
Berpartisipasi
dalam
program
pengobatan
dalam
btas
kemampuan/situasi.
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Kolaborasi dalam
-
e.
Intervensi
1)
2)
3)
4)
5)
obat
dan
predisposisi
untuk
kerusakan
kulit/terjadinya infeksi.
f.
pengobatan
pemahaman/kesalahan
berhubungan
persepsi
tentang
dengan
hubungan
kurang
fungsi
jantung/penyakit/gagal.
Ditandai dengan :
1)
2)
2)
3)
Intervensi
1)
3)
4)
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Mdikal Bedah, edisi 8, 1997, EGC,
Jakarta.
Doenges E. Marlynn, Rencana Asuhan Keperawatan , 2000, EGC, Jakarta.
Gallo & Hudak, Keperawatan Kritis, edisi VI, 1997, EGC Jakarta
Noer Staffoeloh et all, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 1999, Balai Penerbit
FKUI, Jakarta
Nursalam. M.Nurs, Managemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional, 2002, Salemba Medika, Jakarta
Russel C Swanburg, Pengantar keparawatan, 2000, EGC, Jakarta.
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran
Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku
Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 64 & 240 249.
Junadi P, Atiek SS, Husna A, Kapita selekta
Add a comment
5
Jun
18
LAPORAN PENDAHULUAN
COMBUSTIO/LUKA
A.
KONSEP MEDIS
1.
PENGERTIAN
Luka bakar (combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh
dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik, dll).
Atau zat-zat yang bersifat membakar (asam, kuat, basa kuat). Luka bakar
merupakan salah satu jenis luka yang paling sering dialami oleh tiap orang,
terutama anak-anak, setelah kecelakaan. Derajatnya berbeda-beda, dari luka
bakar yang paling ringan yaitu akibat sengatan matahari, hingga yang terberat,
menyebabkan kematian. Luka bakar yaitu luka yang disebabkan oleh suhu
tinggi, dapat disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik
seperti kabel listrik yang terbuka, petir atau bahan kimiawi seperti asam atau
2.
basa kuat.
ETIOLOGI
Combustio disebabkan oleh 3 golongan yaitu :
a.
Panas ( thermis ) misalnya : Api, Pasir, Air panas, Aliran listrik, Minyak
panas, Suhu yang tinggi dan Logam panas.
b.
3.
PATHOFISIOLOGI
Akibat yang terlihat pada individu yang mengalami luka bakar merupakan
hasil dari penyebab efek panas itu sendiri terhadap kulit, efek dari panas
terhadap elemen darah atau pembuluh darah serta kelainan metabolik yang
terjadi secara umum.
Efek terhadap kulit adalah merusak lapisan kulit sehingga mudah terjadi
infeksi menyebabkan panas dan cairan tubuh yang hilang bertambah banyak.
Efek terhadap pembuluh darah adalah berupa permeabilitas kapiler yang
meningkat sehingga cairan dan protein merembes menyebabkan hipovolemi dan
syok. Fase syok sering terjadi dalam 24 jam pertama.
4.
akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2)
a)
b)
organ fungsional.
c)
Keadaan hipermetabolisme.
3)
Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka
dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada
fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
5.
Kedalaman
Penyebab
Penampilan
Ketebalan
partial
ultra
superfisial
(terbakar
(tingkat I)
matahari).
Warna
tidak
Perasaan
adaBertambah
violetgelembung.
Nyeri
merah.
Lebih
dari
dalamKontak
ketebalanbahan
air
partial
bahan padat.
(tingkat II)
- Superfisial
pakaian.
- Dalam
Jilatan
besar.
jelas,
kurang
putih,
pink,
merah
coklat.
kimiawi.
Ketebalan
sepenuhnya
bahan
(tingkat III)
padat.
Pembuluh
Nyala api.
mudah lepas
Kimia.
yang mengelupas.
bila dicabut.
cair
Kontak
arus listrik.
disertai
kulitPutih,
ataumengelupas.
hitam,
darah
denganGelembung
dindingnya
kering,Tidak
sakit,
coklatsedikit sakit.
sepertitua.
Merah.
Rambut
jarang,
sangat
tipis,
tidak membesar.
Tidak pucat bila ditekan.
b.
5)
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
c.
Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa
faktor antara lain :
1)
Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
2)
Kedalaman luka bakar.
3)
Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5)
Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
1)
Parah critical:
a)
Tingkat II : 30% atau lebih.
b)
Tingkat III : 10% atau lebih.
c)
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah.
d)
Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung,
fractura, soft tissue yang luas.
2)
Sedang moderate:
a)
Tingkat II : 15 30%
b)
Tingkat III : 1 10%
3)
Ringan minor:
a)
Tingkat II : kurang 15%
b)
Tingkat III : kurang 1%
6.
7.
Komplikasi
Combustio dapat menyebabkan masalah atau komplikasi pada pasien antara lain :
1)
Curling Ulcer. Curling Ulcer ( Tukak Curling ) merupakan komplikasi yang
muncul pada hari ke 5 10, terjadi ulkur pada duodenum atau lambung, kadangkadang dijumpai hematemesis, antasida harus diberikan secara rutin pada
2)
4)
Konvulsi. Ini adalah komplikasi yang paling unik karena sering terjadi pada
anak-anak. Konvulsi disebabkan karena ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia,
infeksi obat-obatan ( Aminopillin, Dipenhidramin ) dan 33 % oleh sebab tidak
8.
diketahui.
5)
Komplikasi luka bakar lain adalah timbulnya kontraktur gangguan kosmotik.
Pemeriksaan diagnostik:
a)
b)
c)
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d)
e)
f)
g)
h)
9.
Penatalaksanaan :
a)
Menurut derajat Luka Bakar.
Derajat 1 : cuci larutan antiseptik dan beri analgesik. Bila mengenai daerah
muka, genital rawat inap.
Derajat 2 : inj. TAS 1500 IU im atau inj. Tetanus Toksid (TT) 1 ml im.
Derajat 2 : tidak luas tetapi terbuka : dicuci dengan larutan antiseptik, ditutup
kasa steril, beri zalf levertran. Bila tidak ada tanda infeksi, kasa diganti
tiap 2 minggu.
Derajat 3 : rujuk ke RSUD dengan infus terpasang.
b)
c)
d)
Perawatan
Terdapat tiga prioritas penting dalam perawatan luka bakar ringan.
Selalu dahulukan tindakan medis dan bedah. Sebagai contoh dalam
menghadapi seorang pasien yang mengalami kesulitan bernafas, prioritas
pertama kita ialah mengatasi msalah pernafasan.
bakar.
Prioritas berikutnya ialah upaya mencintapkan penampakan jaringan parut
sebaik mungkin. Hal ini merupakan problem utama dari pasien-pasien
luka bakar. Upaya terpenting yang bisa dikaerjakan ialah dengan
pemberian tekanan diatasnya selama 6 12 bulan.
Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini
umunya memakan waktu yang lebih lama. Lternatif yang lebih cepat ialah dengan
skin graft (cangkok kulit).
Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit dari suatu bagian tubuh yang
kemudian ditanam pada daerah yang memerlukan. Lokasi pengambilan (donor
site) biasanya di daerah paha karena ini lebar dan gampang sembuh. Agar
pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa syarat.
Kulit donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor
ditanam) mesti memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit
donor tidak akan bisa tumbuh. Stetelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal
yang mesti dikerjakan ialah membiarkannya.
Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya melindungi cangkok tersebut
dan menantinya tumbuh. Umumnya petumbuhan akan terjadi dalam 4 -7 hari.
e)
Pengobatan
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di
rumah sakit. Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih
lanjut, sebaiknya lepaskan semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari
bahan kimia (termasuk asam, basa dan senyawa organik) dengan mennguyurnya
dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika :
B.
Pengkajian
a)
Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area
yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b)
Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi
perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik);
takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan
oedema jaringan (semua luka bakar).
c)
Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d)
Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin
hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot
dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam
sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan motilitas/peristaltik
gastrik.
e)
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f)
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam
(RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik);
ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g)
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; sementara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h)
Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera
inhalasi).
Tanda:
serak;
batuk
mengii;
partikel
karbon
dalam
sputum;
i)
Keamanan:
Tanda:
-
2.
Diagnosa Keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning
and documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1)
2)
melalui
rute
abnormal.
Peningkatan
kebutuhan
status
4)
5)
6)
Resiko
tinggi
kerusakan
perfusi
jaringan,
perubahan/disfungsi
8)
9)
10)
11)
3.
Rencana Intervensi
a.
Perhatikan adanya pucat atau warna buah ceri merah pada kulit yang
cidera.
Rasional : Dugaan adanya hipoksemia atau karbon monoksida.
terbakar, bantal
dapat
menghambat
pernafasan,
risiko
edema
paru.
Catatan
Cedera
inhalasi
O2
memperbaiki
hipoksemia/asidosis.
Pelembaban
b.
Awasi tanda vital, CVP. Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer.
Rasional : Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler.
Rasional : Observasi ketat fungsi ginjal dan mencegah stasis atau refleks
urine.
hari. CVP (tekanan vena sentral) setiap jam bial diperlukan. Status umum
setiap 8 jam.
Rasional : Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Periode darurat (awal 48 jam
pasca luka bakar) adalah periode kritis yang ditandai oleh hipovolemia
yang mencetuskan individu pada perfusi ginjal dan jarinagn tak adekuat.
Inspeksi adekuat dari luka bakar.
Tes guaiak muntahan warna kopi atau feses ter hitam. Laporkan
temuan-temuan positif.
Rasional : Temuan-temuan guaiak positif ennandakan adanya perdarahan
GI. Perdarahan GI menandakan adaya stres ulkus (Curlings).
c.
Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dispnea
disertai dengan takipnea. Siapkan pasien untuk pembedahan eskarotomi
sesuai pesanan.
Rasional : Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi adda.
Mengupas kulit (eskarotomi) memungkinkan ekspansi dada.
d.
Pantau: Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status
balutan di atas sisi tandur bial tandur kulit dilakukan) setiap 8 jam.
Mengidentifikasi
indikasi-indikasi
kemajuan
atau
Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik
(debridemen) sesuai pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan,
implementasikan perawatan yang ditentukan untuk sisi donor, yang
dapat ditutup dengan balutan vaseline atau op site.
Rasional : Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan
pembentukan granulasi.
Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari
area luka bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka
dan berikan antibiotika IV sesuai ketentuan.
Rasional : Temuan-temuan ini mennadakan infeksi. Kultur membantu
mengidentifikasi patogen penyebab sehingga terapi antibiotika yang
tepat dapat diresepkan. Karena balutan siis tandur hanya diganti setiap
5-10 hari, sisi ini memberiakn media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
tempat tidur steril, handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril,
sarung tangan dan penutup kepala dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisis pada ruangan
pasien untuk menghilangkan kebosanan.
Rasional : Kulit adalah lapisan pertama tubuh untuk pertahanan
terhadap infeksi. Teknik steril dan tindakan perawatan perlindungan
lainmelindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai rangsang
ekstrenal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.
Mulai rujukan pada ahli diet, beriakn protein tinggi, diet tinggi kalori.
Berikan suplemen nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara
makan bila masukan makanan kurang dari 50%. Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial pasien tak dapat makan per oral.
Rasional : Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi
paling baik status nutrisi pasien dan merencanakan diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi penderita. Nutrisi adekuat membantu
penyembuhan luka dan memenuhi kebutuhan energi.
e.
hipotermia.
Tindakan
eksternal
ini
membantu
f.
neurovaskuler
perifer
berhubungan
dengan
g.
Menurunkan
pembengkakan
/membatasi
resiko
Cuci sisi dengan sabun ringan, cuci, dan minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam sehari, setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.
Rasional : Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh memerlukan
perawatan khusus untuk mempertahankan kelenturan.
DAFTAR PUSTAKA
Memuat
Kirim masukan
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.