Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

EPILEPSI

OLEH:
SUWARTY NURSAHARA USMAN PUTRA, S. Kep
NIM: 2020032091

PEMBIMBING INSTITUSI CI LAHAN PRAKTIK

Farli Aprian Perere, S. Kep., Ns., M.Kep Ns. Hj. Nurfaisah N, S.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

2021
KONSEP TEORITIS
A. DEFINISI
Epilepsi adalah kejang yang menyarang seseorang yang tampak sehat atau
sebagai suatu ekserbasi dalam kondisi sakit kronis sebagai akibat oleh disfungsi
otak sessaat di manifestasikan sebagai fenomena motorik, sensorik otonomik, atau
psikis yang abnormal. Epilepsi merupakan akibat dari gangguan otak kronis dengan
serangan kejang spontan yang berulang ( satyanegara, 2010)[ CITATION
Placeholder2 \l 14345 ]
Epilepsi adalah gejala komplek dari gangguan fungsi otak yang berat yang di
karakteristikkan oleh kejang berulang. Sehingga epilepsy bukan penyakit tetapi
suatu gejala. (brunner and sudarth)[ CITATION Nur15 \l 14345 ]

B. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem saraf adalah serangkaian organ yang kompleks dan bersambungan
serta terdiri terutama dari jaringan saraf yang berfungsi untuk menyelenggarakan
kerjasama yang rapi dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh.
Sistem saraf terdiri atas sel saraf (neuron) dan sel penyokong (neuroglia dan
sel schwann). Kedua jenis sel tersebut berkaitan erat satu sama lain sehingga
bersama-sama berfungsi sebagai suatu unit.
Susunan saraf pusat manusia terdiri atas sekitar 100 miliar neuron. Neuron
adalah suatu sel saraf dan merupakan unit anatomi dan fungsional sistem persarafan.
Gambar 1.1 struktur neuron

Neuron terdiri dari:


1. Badan sel
Secara relatif badan sel lebih besar dan mengelilingi nukleus yang
didalamnya terdapat nukleolus. Disekelilingnya terdapat perikarion yang berisi
neurofilamen yang berkelompok yang disebut neurofibril. Diluarnya
terhubungkan dengan dendrit dan akson yang memberikan dukungan terhadp
proses-proses fisiologis.dendrit
2. Dendrit
Dendrit adalah tonjolon yang menghantarkan informasi menuju badan sel.
Dendrit merupakan bagian yang menjulur keluar dari badan sel dan menjalar
kesegala arah. Khususnya dikorteks serebri dan serebellum, dendrit mempunyai
tonjolan-tonjolan kecil bulat, yang disebut tonjolan dendrit. Neuron tertentu juga
mempunyai akson fibrosa yang panjang yang berasal dari daerah yang agak tebal
dibadan sel yaitu akson hilok (bukit akson).
3. Akson
Tonjolan tunggal dan panjang yang menghantarkan informasi keluar dari
badan sel disebut akson. Dendrit dan akson secara kolektif sering disebut sebagai
serabut saraf atau tonjolan saraf. Kemampuan untuk menerima, menyampaikan
dan menerusakan pesan-pesan neural disebabkan saraf khusus membran sel
neuron yang mudah dirangsang dan dapat menghantarkan pesan
elektrokimia. Serangan epilepsi akan muncul apabila sekelompok kecil neuron
abnormal mengalami depolarisasi yang berkepanjangan berkenaan dengan
cetusan potensial aksi secara tepat dan berulang-ulang. Secara klinis serangan
epilepsi akan tampak apabila cetusan listrik dari sejumlah besar neuron abnormal
muncul secara bersamaan.

C. ETIOLOGI
Masalah dasarnya diperkirakan dari gangguan listrik distritmia pada sel saraf
pada salah satu bagian otak, yang menyebabkan sel ini mengeluarkan muatan listrik
abnormal, berulang, dan tidak terkontrol.

Menurut Mansjoer, Arif etiologi dari epilepsi adalah:[ CITATION Nur15 \l 1057 ]
1. Idiopatik, sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik
2. Faktor herediter, ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang di sertai
bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose, neurofibromatosis, hipoglikemi,
hipopratiroidisme, angiomatosis ensefalotrigeminal, fenilketonuria
3. Faktor genetik, pada kejang demam dan breath holding spell
4. Kelainan kongenital otak, atrofi, parosenfali, agenesis korpus kolosium
5. Gangguan metabolik, hipernatremia, hiponatremia, hipokalsemia, hopoglikemia
6. Infeksi, radang yang di sebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya
toksoplasmosis
7. Truma, kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural
8. Neoplasma otak dan selaputnya
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10. Keracunan; Timbale (Pb), kamper (kapur barus), fenotiazin, air
11. Lain-lain; Penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon, degenarasi serebral
dll.

D. PATOFISIOLOGI
Keseimbangan potensial membran sel, dalam hal ini adalah sel saraf pusat,
membutuhan energi dan bantuan enzim Na-K-ATPase yang terdapat pada
permukaan sel. Gangguan pada keseimbangan potensial membran sel dapat
menyebabkan gangguan pada depolarisasi dan repolarisasi sel yang berdampak pada
aktifitas sel tersebut. Keseimbangan potensial membran itu sendiri dapat di ubah
dengan beberapa antara lain perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler,
rangsangan yang datang secara baik karena proses penyakit maupun keturunan.
[ CITATION Yas162 \l 1057 ]
Mekanisme dari kejang adalah peningkatan aktifitas listrik yang berlebihan
pada neuron-neuron dan mampu secara berurutan meransang sel nauron lain secara
bersama-sama melepaskan muatan listriknya. Hal ini di sebabkan oleh beberapa hal
anatar lain kemampuan membran sel sebagai pacemaker neuron untuk melepaskan
muatan listrik yang berlebihan ; berkurangnya inhibisi oleh neurotransmiter asam
gama amino gutirat(gaba); meningkatnya eksitasi oleh transmitter asam glutamate
dan aspartate melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus terjadi oleh
karena proses eksitasi yang berlebihan yang berlangsung terus-menerus di samping
akibat inhibisi yang tidak sempurna.[ CITATION Yas162 \l 1057 ]
E. PATHWAY
Idiopatik, herediter,
CV trauma Ketidakseimbangan aliran
System saraf
kelahiran, infeksi perinatal, listrik pada sel saraf
meningitis, dll
Epilepsi
Hilang tonus otot Hambatan mobilitas fisik

Akimetis Mylonik
petitmal

Keadan lemah dan tidak Kontraksi tidak sadar yang


sadar mendadak

Isolasi social defisiensi Perubahan status Aktivasi kejang Gangguan peredaran darah
pengetahuan kesehatan
Penurunan aliran darah ke
jaringan serebral
Jatuh Hipoksia Ketidak mampuan
keluarga mengambil
Resiko jatuh tindakan yang tepat Penurunan suplai O2 ke
Kerusakan memori
jaringan serebral
Ketidakmampuan
Pengobatan, Defisiensi pengetahuan
keperawatan koping keluarga
Ansiestas Perfusi jaringan serebral
keterbatasan tidak efektif

Penyakit kronik Psikomotor Grandmal

Perubahan proses
keluarga
Spasme otot Hilang
pernapasan kesadaran
Ganguan neurologis
Ganguan respiratori
Obstruksi
Ganguan perkembangan trakhebronkial

Ketidakefektifan bersihan
HDR
jalan nafas

Sumber: [ CITATION Nur15 \l 14345 ]


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala kejang yang spesifik akan tergantung pada macam kejangnya. Jenis
kejang dapat bervariasi antara kejang namun sering serupa.
2. Kejang komplek persial dapat termaksud gambaran somatosensorik atau motor
vokal.
3. Kejang komplek persial dikaitkan dengan perubahan kesadaran .
4. Ketiadaan kejang tampak relatif ringan, dengan periode perubahan kesadaran
hanya sangat singkat (detik).
5. Kejang tonik Kronik umum merupakan episode konfunsif utama dan selalu
dikaitkan dengan kehilangan kesadaran.
(yuliana elin, 2009) dikutib dalam buku[ CITATION Nur15 \l 14345 ]
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG kejang pada epilepsi di bagi menjadi:
1. Kejang umum (generalized seizure); jika aktivitas terjadi pada kedua
hemisfer otak secara bersama-sama. Kejang umum terbagi atas :
2. Tonic / cronic convulsion (grandmal)
Merupakan bentuk paling banyak terjadi pasien tiba-tiba jatuh, kejang,
nafas terenga-engah, keluar air liur, bias terjadi sianosis, ngompol, atau
menggigit lidah, terjadi beberapa menit, kemudian di ikuti lemah,
kebingungan, sakit kepala.
3. Abscense attacks /lena (petit mall)
Jenis yang jarang umumnya hanya terjadi pada masa anak-anak atau
awal remaja penderita tiba-tiba meletotot atau matanya berkedip-kedip,
dengan kepala terkulei kejadiannya cuman beberapa detik dan bahkan sering
tidak di sadari
4. Myoclonic seizure
Biasanya terjadi pada pagi hari setelah bangun tidur pasien mengalami
sentakan yang tiba-tiba. Jenis yang sama (tapi non epileptik) bias terjadi pada
pasien normal atonik seizure jarang terjadi pasien tiba-tiba kehilangan oto
jantung tapi bias segera recovered.
5. Kejang parsial/fokal jika di mulai dari daerah tertentu dari otak. Kejang
parsial terbagi menjadi
a. Simpel parsiel seizure
Pasien tidak kehilangan kesadaran rejadi sentakan-sentakan
pada bagian terntentu dari tubuh.
b. Complex parsial seizure
Pasien melakukan gerakan-gerakan tak terkendali: Gerakan
mengunyah, meringis, dan lain-lain tanpa kesadaran.

G. Komplikasi
1. Terdapat beberapa alasan mengapa penderita epilepsi yang tengah mengalami
kejang-kejang perlu mendapatkan penanganan yang secepatnya. Hal tersebut di
karenakan bertujuan untuk menghindari berbagai komplikasi dan siatuasi yang
dapat membahayakan kondisi penderitanya. Seperti halnya terjatuh, tenggelam
atau mengalami kecelakaan saat hendak berkendara akibat kejang.
2. Bahkan selain dari pada itu, komplikasi epilepsi berupa masalah kesehatan
metal yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh di anggap enteng.  Sebab
penderita bisa saja mencoba bunuh diri akibat merasa depresi dan stres berat
dengan kondisinya tersebut ataupun di karenakan efek samping dari pada obat
anti-epilepsi yang di konsumsi. Dalam hal ini, keluarga serta orang-orang
terdekat dengan penderita sangat di butuhkan untuk memberikan dukungan dan
semangat kepadanya.
3. Adapun dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi juga dapat menimbulkan
komplikasi berupa status epileptikus. Adapun status epilepsatikus ini sendiri 
adalah kondisi pada saat penderita engalami kejang dengan durasi lebih dari
pada 5 menit atau serangkaian pendek. Biasanya penderita sattus epileptikus ini
berada dalam keadaan benar-benar tidak sadar pada saat serangkaian kejang
pendek sekali. Bahkan status epileptikus dapat menyebabkan keruksakan pada
otak secara permanen bahkan kematian.
4. Kematian mendadak juga merupakan salah satu komplikasi dari epilepsi.
Hingga pada saat ini kematian mendadak pada penderita peilepsi belum di
ketahui secara pasti. Banyak dari para ahli yang menyatakan bahwasannya hal
tersebut berkaitan dengan dengan kondisi jantung dan pernapasan penderita.
5. Terdapat beberapa alasan mengapa penderita epilepsi yang tengah mengalami
kejang-kejang perlu mendapatkan penanganan yang secepatnya. Hal tersebut di
karenakan bertujuan untuk menghindari berbagai komplikasi dan siatuasi yang
dapat membahayakan kondisi penderitanya. Seperti halnya terjatuh, tenggelam
atau mengalami kecelakaan saat hendak berkendara akibat kejang.
6. Bahkan selain dari pada itu, komplikasi epilepsi berupa masalah kesehatan
metal yang muncul akibat epilepsi juga tidak boleh di anggap enteng.  Sebab
penderita bisa saja mencoba bunuh diri akibat merasa depresi dan stres berat
dengan kondisinya tersebut ataupun di karenakan efek samping dari pada obat
anti-epilepsi yang di konsumsi. Dalam hal ini, keluarga serta orang-orang
terdekat dengan penderita sangat di butuhkan untuk memberikan dukungan dan
semangat kepadanya.
7. Adapun dalam kasus yang jarang terjadi, epilepsi juga dapat menimbulkan
komplikasi berupa status epileptikus. Adapun status epilepsatikus ini sendiri 
adalah kondisi pada saat penderita engalami kejang dengan durasi lebih dari
pada 5 menit atau serangkaian pendek. Biasanya penderita sattus epileptikus ini
berada dalam keadaan benar-benar tidak sadar pada saat serangkaian kejang
pendek sekali. Bahkan status epileptikus dapat menyebabkan keruksakan pada
otak secara permanen bahkan kematian.
8. Kematian mendadak juga merupakan salah satu komplikasi dari epilepsi.
Hingga pada saat ini kematian mendadak pada penderita peilepsi belum di
ketahui secara pasti. Banyak dari para ahli yang menyatakan bahwasannya hal
tersebut berkaitan dengan dengan kondisi jantung dan pernapasan penderita.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan dan magnetik resonance imaging (MRI) untuk mendeteksi lesi pada
otak, fokal abnormal, serebrovaskuler abnormal, gangguan degeneratif
serebral. Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang
tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun
kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal
atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas.
2. Elektroensefalogram (EEG) untuk mengklasifikasi tipe kejang dan waktu
serangan.
3. Kimia darah : hipoglikemia, meningkatnya BUN, kadar alkohol darah.
- Mengukur kadar gula, kalsium dan natrium dalam darah
- Menilai fungsi hati dan ginjal
- Menghitung jumlah sel darah putih (jumlah yang meningkat menunjukkan
adanya infeksi)

I. PENATALAKSANAAN
1. Non farmokologi
a). Amati faktor pemicu
b). Menghindari faktor pemicu (jika ada), misalya : stress, OR, komsumsi kopi
atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dan lain-lain
2. Farmakologi
a). Obat anti epilepsi (OAE) mulai di berkan apabila diagnosis epilepsi sudah di
pastikan, terdapat minimum 2 kali bangkitan dalam setahun. Selain itu pasien
dan keluarganya harus terlebih dahulu di beri penjelasan megenai tujuan
pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut.
b). Pemberian obat di mulai dari dosis rendah dan dinaikkan secara bertahan
sampai dengan dosis efektif tercapai atau timbul efek samping obat.
c). Apabila dengan penggunakan OAE dosis maksimum tidak dapat mengontrol
bangkitan, maka tambahkan OAE ke dua di mana bila sudah mencapai dosis
terapi,maka OAE pertama dosisnya di turunkan secara perlahan
Adapun penambahan OAE ketiga baru di berikan setelah terbukti
bangkitan tidak terkontrol dengan pemberian OAE pertama dan ke dua
J. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Biodata : identitas klien

Keluhan utama: untuk keluhan utama, keluarga pasien biasanya ketempat


pelayanan kesehatan karena klien yang mengalami penurunan kesadaran secara
tiba-tiba disertai mulut berbuih. Kadang-kadang klien / keluarga mengeluh klien
prestasinya tidak baik dan sering tidak mencatat. Klien atau keluarga mengeluh
sering berhenti mendadak bila diajak bicara.

Riwayat penyakit sekarang: kejang, terjadi aura, dan tidak sadarkan diri.

Riwayat penyakit dahulu: Trauma lahir, asphixia neonatorum Cedera kepala,


infeksi sistem syaraf

a. Ganguan metabolik (hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia)

b. Tumor otak

c. Kelainan pembuluh darah

d. Demam,Gangguan tidur

e. Penggunaan obat

f. Hiperventilasi
g. Stress emosional
Riwayat penyakit keluarga: pandangan yang mengatakan penyakit ayan
merupakan penyakit keturunan memang tidak semuanya keliru, sebab terdapat
dugaan terdapat 4-8% penyandang ayan diakibatkan oleh faktor keturunan.
a. Riwayat psikososial Intrapersonal: keluarga klien merasa cemas dengan
kondisi penyakit yang diderita klien
b. Interpersonal: keluarga klien merasa bahwa klien terjadi gangguan konsep diri
dan hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit epilepsi (atau
“ayan” yang lebih umum di masyarakat).

Pemeriksaan fisik (ROS)


a. B1 (breath): RR biasanya meningkat (takipnea) atau dapat terjadi apnea,
aspirasi
b. B2 (blood): Terjadi takikardia, cianosis
c. B3 (brain): penurunan kesadaran
d. B4 (bladder): oliguria atau dapat terjadi inkontinensia urine
e. B5 (bowel): nafsu makan menurun, berat badan turun, inkontinensia alfi
f. B6 (bone): klien terlihat lemas, dapat terjadi tremor saat menggerakkan
anggota tubuh, mengeluh meriang
2. Diagnosa Keperawatan
a, Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan spasme pada
jalan napas
b. Perfusi jaringan serebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan
suplai okesigen ke jaringan serebral
c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kendali dan masa
otot
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi
informasi.
e. Ansietas berhubungan kurang pengetahuan mengenai penyakit
f. Resiko jatuh berhubungan dengan resiko tingkat kesadaran, gelisah,
gerakan involunter dan kejang
3. Intervensi Keperawatan
No
D Tujuan dan KH Intervensi Rasional
X
1. Setelah dilakukan -Lepaskan pakaian pada daerah leher/dada, - Memfasilitasi usaha bernapas/ekspansi
tindakan keperawatan abdomen dada
selama 3 x 24 jam -Masukkan spatel lidah/jalan napas buatan - Dapat mencegah tergigitnya lidah, dan
diharapkan bersihan jalan -Lakukan penghisapan sesuai sesuai indikasi memfasilitasi saat melakukan
nafas teratasi dengan KH : -Kolaborasi Berikan tambahan O2 penghisapan lendir, atau memberi
Frekuensi nafas dalam sokongan pernapasan jika diperlukan
batas normal - Menurunkan risiko aspirasi atau
asfiksia
- Kolaborasi
- Dapat menurunkan hipoksia serebral
2. Setelah dilakukan - Monitor tanda-tanda vital - Mengetahui tindakan keperawatan
tindakan keperawatan - Monitor adanya diplopia, pandangan kabur selanjutnya
selama 3 x 24 jam - Monitor tekanan intrakranial dan respon - Mengetahui perkembangan dan
diharapkan perfusi neurologis penyimpangan penyakit
jaringan serebral teratasi - Catat perubahan pasien dalam merespon - Mengidentifikasi perkembangan atau
dengan KH : stimulus penyimpangan hasil yang diharapkan
- Tekanan sistole dan - Tinggikan kepala 0-45o tergantung kondisi klien - Sebagai data penunjang dalam
diastole dalam rentang - Beri informasi tentang kondisi klien perawatan klien
yang diharapkan - Kolaborasi tentang terapi yang tepat untuk klien - Sirkulasi oksigen maksimal
- Bebas dari aktivitas - Upaya pengobatan
kejang
- Tidak ada kelemahan

3. Setelah dilakukan - Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan - Mengidentifikasi masalah,
tindakan keperawatan kebutuhan akan peralatan memudahkan intervensi.
selama 3 x 24 jam - Tentukan tingkat motivasi pasien dalam - Mempengaruhi penilaian terhadap
diharapkan hambatan melakukan aktivitas kemampuan aktivitas aspakan
mobilisasi fisik teratasi - Ajarkan atau pantau dalam hal penggunaan alat ketidakmampuan ataukah
dengan KH : bantu ketidakmauan.
- Penampilan yang - Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM - Menilai batasan kemampuan
seimbang aktif dan pasif, juga mobilisasi dini aktivitas optimal.
- Melakukan - Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi - memepertahankan dan
pergerakan dan meningkatkan kekuatan dan
perpindahan ketahanan otot
- Klien meningkat - Mengembangkan perencanaan dan
dalam aktivitas mempertahankan mobilitas pasien.
- Mengerti tujuan
dari peningkatan
mobilitas
- Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk
mobilisasi
4. Setelah dilakukan - Kaji tingkat pengetahuan klien - Mengetahui sejaumana pengetahuan
tindakan keperawatan - Berikan penjelasan kepada klien sebab dan yang dimiliki klien
selama 3 x 24 jam akibat tentang penyakitnya - Penjelasan tentang kondisi yang
diharapkan pengetahuan - Jelaskan setiap tindakan keperawatan yang akan dialami dapat membantu wawasan
klien bertambah dengan dilakukan klien
kriteria hasil : - Berikan pendidikan kesehatan kepada klien - Agar klien mengetahui tujuan setiap
- Klien dapat/mampu tindakan keperawatan
ikut serta dalam - Memberikan informasi yang jelas
proses keperawatan kepada klien
- Klien tidak sering
bertanya
5. Setelah dilakukan - Identifikasi tingkat kecemasan - Mengidentifikasi timgkat kecemasan
tindakan selama 3 x 24 - Bantu klien mengenal situasi yang dan memudahkan intervensi
jam diharapkan menimbulkan kecemasan - Meminimalkan kecemasan bertambah
kecemasan teratasi dengan - Membantu mengurangi dan mengatasi
KH: - Gunakan pendekatan yang menenangkan cemas
- Klien mampu - Temani klien untuk memberikan keamanan dan - Mengurangi tingkat cemas
mengidentifikasi mengurangi takut - Sebagai pengetahuan bagi klien
gejala cemas - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
- Mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan serta
menunjukan teknik
untuk mengontrol
cemas
- Vital sign dalam
batas normal
- Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukan
berkurangnya
kecemasan
6. Setelah dilakukan - Kaji tanda-tanda vital - Mengetahui tindakan keperawatan
tindakan selama 3 x 24 - Identivikasi factor lingkungan yang selanjutnya.
jam diharapkan resiko - Barang- barang di sekitar pasien dapat
jatuh dapat dicegah memungkinkan resiko terjadinya cedera membahayakan saat terjadi kejang
dengan KH: - Pantau status neurologis setiap 8 jam - Mengidentifikasi perkembangan atau
- Tidak terjadi cedera - Jauhkan benda- benda yang dapat penyimpangan hasil yang diharapkan
fisik pada klien mengakibatkan terjadinya cedera pada pasien - Mengurangi terjadinya cedera seperti
- Klien dalam kondisi saat terjadi kejang akibat aktivitas kejang yang tidak
aman - Pasang penghalang tempat tidur pasien terkontrol
- Tidak ada memar - Letakkan pasien di tempat yang rendah dan - Penjagaan untuk keamanan, untuk
- Tidak jatuh datar mencegah cidera atau jatuh
- Tinggal bersama pasien dalam waktu beberapa - Area yang rendah dan datar dapat
lama setelah kejang mencegah terjadinya cedera pada
- Menyiapkan kain lunak untuk mencegah pasien
terjadinya tergigitnya lidah saat terjadi kejang - Memberi penjagaan untuk keamanan
- Tanyakan pasien bila ada perasaan yang tidak pasien untuk kemungkinan terjadi
biasa yang dialami beberapa saat sebelum kejang kembali
kejang - Lidah berpotensi tergigit saat kejang
- Berikan obat anti konvulsan sesuai advice karena menjulur keluar
dokter - Mengidentifikasi manifestasi awal
- Anjurkan pasien untuk memberi tahu jika sebelum terjadinya kejang pada pasien
merasa ada sesuatu yang tidak nyaman, atau - Mengurangi aktivitas kejang yang
mengalami sesuatu yang tidak biasa sebagai berkepanjangan, yang dapat
permulaan terjadinya kejang. mengurangi suplai oksigen ke otak
- Berikan informasi pada keluarga tentang - Sebagai informasi pada perawat untuk
tindakan yang harus dilakukan selama pasien segera melakukan tindakan sebelum
kejang terjadinya kejang berkelanjutan
- Melibatkan keluarga untuk
mengurangi resiko cedera
DAFTAR PUSTAKA

Kristanto, A. (2017). Epilepsi Bangkitan Umum Tionik-Klonik di UGD RSUP


Sanglah Denpasar- Bali. Intisari Sain Medis 2017, Volume 8, Number 1 : 69-37
, 71.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diangnosa Keperawatan Medis dan NANDA NIC NOC. Jogjakarta:
Mediaction.
Yasmara, D., Nursiswati, & Arafat, R. (2016). Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal-Bedah : Diagnosis NANDA-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC.
jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai