MIOKARD INFARK
Disusun oleh :
108118072
ST ELEVASI MIOKARD INFARK
A. PENGERTIAN
secara permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif
maupun di pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada,
tersumbat total sehingga aliran darahnya benar-benar terhenti, otot jantung yang
dipendarahi tidak dapat nutrisi - oksigen dan mati. Infark miokard akut (IMA)
IMA dengan elevasi ST (STEMI) merupakan bagian dari spectrum koroner akut
yang terdiri atas angka pectoris yang tidak stabil. IMA tanpa elevasi ST dan IMA
dengan elevasi STEMI umumnya secara mendadak setelah oklusi thrombus pada
Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang
diakibatkan karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner
(Doengos, 2003).
dari 30-45 menit yang memyebabkan kerusakan selular yang irreversible dan
kematian otot atau nekrosis pada bagian miokardium (Price &Wilson, 2006).
B. ETIOLOGI
karena ateriosklerosis atau oklusi arteri komplit / penyumbatan total arteri oleh
embolus atau thrombus, syok dan hemoragi / perdarahan. Pada kasus ini selalu
Stemi juga terjadi jika trombus arteri koroner terjadi secara cepat pada
lokasi injuri vascular, dimana injuri ini dicetuskan oleh faktor seperti merokok,
a. Klinis
1. Nyeri dada yang terjadi secara mendadak dan terus - menerus tidak
mereda, bagian bawah sternum dan abdomen bagian atas, ini merupakan
gejala utama.
tertahankan lagi.
3. Nyeri yang tajam dan berat yang dapat menjalar ke bahu dan terus ke
gangguan emosional), menetap selama beberapa jam atau hari, dan tidak
6. Nyeri sering disertai dengan sesak nafas, pucat, dingin, diaforesis berat,
7. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
b. Laboratotium
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
2. EKG
C. PATOFISIOLOGI
Keadaan ini akan mengakibatkan sumbatan baik parsial maupun total, yang
berakibat iskemi miokard. Sumbatan total pembuluh darah yang lebih dari 4-6
jam berakibat nekrosis miokard yang irreversible tetapi reperfusi yang dilakukan
dan mortalitas.
diperlukan bagi sel-sel otot jantung mengalami kerusakan adalah iskemia selama
15-20 menit. Infark miokard hampir selalu terjadi di ventrikel kiri dan dengan
nyata mengurangi fungsi ventrikel kiri, makin luas daerah infark, makin kurang
daya kontraksinya.
lingkaran iskemik. Masing-masing menunjukkan pola EKG yang khas. Saat otot
beratnya infark. Jaringan otot jantung yang mati, diganti jaringan parut yang dapat
D. PATHWAY
Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria
Nekrosis
Suplay dan kebutuhan oksigen kejantung tidak seimbang
Resiko
penuruna
n curah
jantung
Seluler hipoksia
Metabolism
PEMERIKSAAN PENUNJANG
meningkat pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal
- CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan
b. Elektrokardiogram (EKG)
besarnya jantung, dan kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang
c. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan
dan juga untuk menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu
tes treadmill juga dapat dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan
d. Echocardiography (Ekokardiografi)
e. Angiografi korener
h. Radionuclear Medicine
positron, sehingga pola tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang
E. KOMPLIKASI
1. Disfungsi ventrikuler
dan non infak. Proses ini disebut remodeling ventrikuler dan pada umumnya
bulan atau tahun paska infak, segera setelah infak ventrikel kiri memgalami
dilatasi secara akut hasil ini berasal dari ekspansi infak antara lain:slippage
serat otot,disfungsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan dalam zona
ukuran dalam lokasi infak dengan dilatasi terbesar paska infak pada afeks
dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor dan
vasodilator yang lain. Pada pasien dengan fraksi injeksi <40% tanpa melihat
2. Gangguan hemodinamik
sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronki bassah di paru-
paru dan bunyi jantung S3 dan S4 gallop pada pemeriksaan rontgen sering
3. Komplikasi mekanik
F. PENATALAKSANAAN
a. Medis
obatan ,pemberian O2, tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap
kerusakan.
b. Farmakologi
Ada 3 kelas obat-obatan yang digunakan untuk meningkatkan suplai
G. PENGKAJIAN
Pengkajian Emergency
a. Primery Survey
1) Circulation
- TD meningkat/menurun.
- Edema.
- Gelisah.
- Akral dingin.
2) Airway
3) Breathing
- Ronki,krekels.
4) Disability
- Penurunan kesadaran.
- Penurunan refleks.
5) Eksposure
b. Secondary Survey.
1. TTV
a. Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat dari
d. Suhu hipotermi/normal.
2. Pemeriksaan fisik
b. Nyeri dada.
f. Odem ekstremitas.
3. Pemeriksaan selanjutnya
e. Riwayat alergi
c. Tersier
1. Pemeriksaan Laboratorium
d. GDA (hipoksia).
4. Pemeriksaan lainnya
arteri koroner.
ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi ejeksi
(aliran darah).
H. DIAGNOSA
-
lingkungan) intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan- Menyatakan rasa nyaman setelah ketidaknyamanan dari prosedur
jalan, menemui orang lain dan/atau nyeri berkurang ▪ Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik
aktivitas, aktivitas berulang-ulang) Tanda vital dalam rentang normal pertama kali
Respon autonom (seperti diaphoresis, Tidak mengalami gangguan tidur
perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum
Vital Sign Status ❖ Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
DO/DS: ❖ Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
Tissue perfusion: perifer
- Aritmia, takikardia, bradikardia jantung
Setelah dilakukan asuhan
Palpitasi, oedem ❖ Monitor balance cairan
selama………penurunan kardiak
- Kelelahan ❖ Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
output klien teratasi dengan kriteria
Peningkatan/penurunan JVP antiaritmia
- hasil:
Distensi vena jugularis ❖ Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
❖ Tanda Vital dalam rentang normal
- Kulit dingin dan lembab kelelahan
(Tekanan darah, Nadi, respirasi)
Penurunan denyut nadi perifer ❖ Monitor toleransi aktivitas pasien
❖ Dapat mentoleransi aktivitas,
- Oliguria, kaplari refill lambat ❖ Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
tidak ada kelelahan
Nafas pendek/ sesak nafas ❖ Anjurkan untuk menurunkan stress
- ❖ Tidak ada edema paru, ▪ Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Perubahan warna kulit
perifer, dan tidak ada asites
Batuk, bunyi jantung S3/S4 ▪ Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- ❖ Tidak ada penurunan kesadaran
Kecemasan ▪ Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- ❖ AGD dalam batas normal ▪ Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
❖ Tidak ada distensi vena leher aktivitas
- ❖ Warna kulit normal ▪ Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
-
▪ Monitor frekuensi dan irama pernapasan
kontraktilitas jantung
perifer
Intoleransi aktifitas
Intoleransi aktivitas Melaporkan secara verbal darah atau nadi terhadap aktifitas
beraktivitas.
Ketidakseimbangan antara suplei
DO :
oksigen dengan kebutuhan
DS:
Respon abnormal dari tekanan
NOC : kemampuan fisik, psikologi dan sosial
NIC :
❖ Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
❖ Self Care : ADLs
sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang
❖ Toleransi aktivitas ❖ Observasi adanya
diinginkan
pembatasan klien
❖ Konservasi eneergi
❖ Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti
dalam melakukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
aktivitas
selama …. Pasien bertoleransi terhadap
❖ Kaji adanya faktor yang
aktivitas dengan Kriteria Hasil :
menyebabkan kelelahan
❖ Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
❖ Monitor nutrisi dan sumber energi
tanpa disertai peningkatan tekanan
yang adekuat
darah, nadi dan RR
❖ Monitor pasien akan
❖ Mampu melakukan aktivitas sehari
adanya kelelahan
hari (ADLs) secara mandiri
fisik dan emosi
❖ Monitor respon
kardivaskuler
terhadap aktivitas
(takikardi, disritmia,
sesak nafas,
diaporesis, pucat,
perubahan
hemodinamik)
tidur/istirahat pasien
❖ Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
mengidentifikasi
dilakukan
❖ Bantu untuk
memilih aktivitas
konsisten yang
sesuai dengan
kursi roda, krek
Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
Berhubungan dengan : ❖ Respiratory Status : Gas exchange Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
❖ Keseimbangan asam Basa, Elektrolit Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
DS:
è sakit kepala ketika bangun Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
Berikan bronkodilator ;
è Dyspnoe
❖ Respiratory Status : ventilation -………………….
è Gangguan penglihatan
-………………….
DO:
Barikan pelembab udara
è Penurunan CO2
❖ Vital Sign Status
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
è Takikardi
Monitor respirasi dan status O2
è Hiperkapnia Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot
è pH arteri abnormal
pernafasan
pursed lips)
normal
❖ Hydration
DO/DS : Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan
Berat badan meningkat pada waktu Setelah dilakukan tindakan (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
yang singkat keperawatan selama …. Kelebihan Monitor vital sign
Asupan berlebihan dibanding output volume cairan teratasi dengan kriteria:
Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
Distensi vena jugularis ❖ Terbebas dari edema, efusi,
CVP , edema, distensi vena leher, asites)
Perubahan pada pola nafas,
anaskara
Kaji lokasi dan luas edema
dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara
❖ Bunyi nafas bersih, tidak ada
nafas abnormal (Rales atau crakles), , Monitor masukan makanan / cairan
dyspneu/ortopneu
pleural effusion Oliguria, azotemia
❖ Terbebas dari distensi Monitor status nutrisi
Perubahan status mental,
vena jugularis,
kegelisahan, kecemasan Berikan diuretik sesuai interuksi
❖ Memelihara tekanan vena
sentral, tekanan kapiler paru,
Kolaborasi pemberian obat:
output jantung dan vital sign
....................................
DBN
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Doengoes, M.E. (2006). Rencana Asuhan Keperawatan:Pedoman untuk Perencanaan
Jakarta: EGC.
dan Klasifikasi 2012-2014. alih bahasa Made Sumarwati, Dwi Widiarti, Estu Tiar,
Bidang Diklat Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita.
Smeltzer. C.S & Bare.B (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suyono, S et al. (2003). Buku ajar ilmu penyakit dalam edisi ketiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI