Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN TN.

S DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN


KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG ISOLASI INTERNAL
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANTEN

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Wa Yanti 214291517005
2. Siti Sorayah Febriyanti 214291517024
3. Masitoh 214291517026
4. Gloriana Tio Fhania 214291517028

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya
dilimpahkan-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan
Keperawatan Mata Kuliah Kperawatan Dasar dengan judul “Asuhan Keperawatan Tn. S
dengan Masalah Utama Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi di Ruang Isolasi Internal
Rumah Sakit Umum Daerah Banten”.
Asuhan keperawatan ini tersusun atas bimbingan, pengarahan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami sebagai penulis menyampaikan
ucapan terimakasih serta penghargaan yang sedalam-dalamnya, semoga Tuhan Yang
Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari katasemburna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini niatnya dapat
menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudiah apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaa. Terima kasih.

Jakarta, 20 Oktober 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………...….. 2

DAFTAR ISI…………………………………………………………….……..…. 3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….... 4

A. Latar Belakang……………………………………………………………. 4
B. Tujuan Penulisan………………………………………………………...... 7
C. Manfaat Praktik…………………………………………………………… 7
D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek…………………………………. 8

BAB II KONSEP DASAR TEORI……………………………………….………. 9


A. Konsep Dasar ……………………………………….…………................. 9
A. Definis…………………………………………................................... 9
B. Fisiologi…………………………………………................................... 10
C. Faktor- Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen……................. 11
D. Masalah terkait pemenuhan kebutuhan oksigen..................................... 12
E. Penatalaksanaan pemenuhan oksigen..................................................... 14
F. Manifestasi Klinis……………………………………………………... 16
G. Asuhan Keperawatan Secara Teoritis…………………………..……… 17

BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………… 19


BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................... 46
BAB V PENUTUP ……………………………………………………………..... 50
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..………...

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang

tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan. Teori hirarki

kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan oleh Abraham Maslow ( dalam Potter

& Perry, 1997) mengembangkan bahwa setiap manusia memiliki lima kebutuhan

dasar, yaitu kebutuhan fisiologis (oksigen, cairan, nutrisi, keseimbangan suhu

tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur serta kebutuhan seksual).

Kebutuhan rasa aman dan perlindungan terhadap ancaman, kebutuhan rasa cinta

serta rasa memiliki dan dimiliki, kebutuhan akan harga diri maupun perasaan

dihargai oleh orang lain dan kebutuhan aktualisasi diri (Hidayat, 2009).

Kebutuhan dasar manusia yang paling vital adalah oksigen. Oksigen

dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga kelangsungan metabolisme sel, sehingga

dapat mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai sel, jaringan, atau organ

(Saputra, 2013).

Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada istilah yang dipakai sebagai

manifestasi kekurangan oksigen tubuh yaitu hipoksemia, hipoksia, dan gagal

napas. Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan

analisa gas darah (AGD) dan oksimetri (Tarwoto & Wartonah, 2011). Kekurangan

4
Oksigen akan berdampak yang bermakna bagi tubuh, salah satunya kematian.

Karenanya berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin agar kebutuhan dasar

ini terpenuhi dengan baik. Untuk itu setiap perawat harus paham dengan

manifestasi tingkat pemenuhan oksigen pada pasien serta mampu mengatasi

berbagai masalah terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut (Mubarak dkk,

2008 dalam Bachtiar, 2015).

Pemenuhan kebutuhan oksigen dapat terganggu apabila adanya masalah

atau penyakit pada sistem pernapasan, salah satunya adalah penyakit Tuberkulosis

Paru (TB Paru). TB Paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim

paru - paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat

juga menyebar kebagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus

limfe. mycobacterium tuberculosis merupakan kuman yang berbentuk batang

berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3 - 0,6 mm. Sebagian besar komponen

mycobacterium tuberculosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu

tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.

Mikroorganisme ini bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen

(Somantri, 2009).

Masalah keperawatan yang mungkin muncul biasanya pada pasien dengan

gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien TB Paru adalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas, ketidakefektifan pola napas, gangguan

pertukaran gas, gangguan perfusi jaringan, gangguan citra diri dan defisiensi

pengetahuan. Menurut Benner dalam Potter & Perry (2006) Intervensi keperawatan

untuk meningkatkan dan mepertahankan oksigenasi tercakup dalam domain

keperawatan seperti pemberian dan pemantauan intervensi serta program yang

teraupeutik.

5
Tindakan keperawatan mandiri yang dilakukan perawat dalam memenuhi

kebutuhan oksigen (O2) misalnya mengelola dyspnea dengan melakukan

pengaturan posisi, mengajarkan pasien cara batuk efektif, mengajarkan pasien

melakukan teknik nafas dalam dan menawarkan pada pasien perokok untuk

melakukan program berhenti merokok. Sedangkan intervensi yang tidak

mandirinya seperti memberi terapi oksigen, melakukan fisoterapi dada, drainase

postural, melakukan penyedotan lendir, melakukan resusitasi kardiopulmonari

(Vaughans, 2013). Evaluasi terhadap masalah kebutuhan oksigen secara umum

dapat dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan jalan napas, pola

napas, serta meningkatnya pengetahuan (NANDA International, 2015). Perawat

dalam menjalankan perannya berorientasi terhadap pemenuhan kebutuhan dasar

manusia. Salah satu kebutuhan dasar tersebut adalah oksigen (Harahap, 2005

dalam Bachtiar, 2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medik Rumah Sakit

Reksodiwiryo Padang, pasien yang mengalami penyakit TB Paru 3 tahun terakhir

yaitu tahun 2014, tahun 2015, dan tahun 2016, terus mengalami peningkatan,

diantaranya adalah sebagai berikut pada tahun 2014 kasus penyakit TB Paru

sebanyak 106 orang, sedangkan pada tahun 2015 meningkat menjadi 168 orang,

dan pada tahun 2016 kasus penyakit TB Paru sebanyak 329 orang (Rekam Medik

Rumah Sakit Reksodiwiryo, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susilowati dan Kristiani

(2011) mengenai pengaruh teknik batuk efektif terhadap pengeluaran sekret pada

pasien TB Paru di Poli Paru RSUD Unit Swadana Pare kediri sebelum dilakukan

tekhnik batuk efektif responden yang dapat secara efektif mengeluarkan sekret

sejumlah 38,2% dan tidak efektif mengeluarkan sekret sejumlah 61,8%. Sedangkan

6
sesudah dilakukan teknik batuk efektif responden yang dapat secara efektif

mengeluarkan sekret mengalami peningkatan menjadi 70,6% dan tidak efektif

mengeluarkan sekret mengalami penurunan menjadi 29,4%.

Berdasarkan masalah oksigen yang ditemukan pada TB Paru peneliti

membandingkan konsep asuhan keperawatan antara keadaan klinik dan teori

dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Pada Pasien TB Paru di Ruang Isolasi Internal Rumah Sakit Umum Daerah

Banten.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan Asuhan Keperawatan

yang komperhensif bagi pasien TB Paru dengan masalah keperawatan

oksigenasi.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada klien Tn. S

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan

c. Mampu menganalisis masalah oksigenasi

d. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan Tn. S

e. Mempu melakukan intervensi keperawatan Tn. S

f. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan Tn. S

C. Manfaat Praktik

1. Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga

7
a. Manfaat bagi pasien yaitu pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang

komperhensif selama penulisan makalah ini berlangsung.

b. Manfaat praktis bagi pasien dan keluarga yaitu agar pasien dan keluarga dapat

mengetahui gambaran umum tentang oksigenasi pada pasien TB Paru beserta

perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang

tepat.

2. Manfaat Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien TB Paru dengan masalah oksigenasi.

3. Manfaat Bagi Keperawatan

Untuk menambah wawasan dan meningkatkan kompetisi perawat untuk

mengingatkan pelayanan keperawatan khususnya pada pasien TB Paru dengan

masalah oksigenasi.

D. Waktu Pelaksanaan Praktik

Adapun pelaksanaan praktik dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2021.

E. Tempat

Adapun pelaksanaan praktik dilakukan di Ruang Isolasi Internal RSUD Banten

8
BAB II

KONSEP DASAR

A. Definisi

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh,

bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen. Oksigen

merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit ke semua

proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak, membuang zat

yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan jaringan, serta

pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen. Oksigen juga

merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh (Atoilah

& Kusnadi, 2013).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem

tubuh baik itu bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh

secara alami dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan

proses pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan

dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan

kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke

lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia

yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam

mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam

kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor

seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati, 2012).

9
B. Fisiologi

Proses Fisiologi Oksigenasi :

Konsentrasi O2 menurun
CO2 DAN H+ naik

Chemoreceptor pada cabang aorta dan kartoid merangsang medulla

Impuls melalui spina cord ke otot


respiratory untuk berkontraksi

Diafragma melengkung otot intercostal kontraksi

Paru-paru mengembang

Inhalasi

Dibawa sampai alveoli

Difusi O2 dan CO2

O2 larut dalam plasma & diikat Hb CO2 dibuang melalui


saluran nafas
(Ekhalasi/Ekspirasi)
Dibawa sampai sel

Difusi O2 dan CO2

10
C. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigen

Menurut Ambarwati (2014), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

kebutuhan oksigen diantaranya adalah faktor fisiologis, status kesehatan, faktor

perkembangan, faktor perilaku, dan lingkungan.

a. Faktor fisiologis Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada

kebutuhan oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi

pernapasannya diantaranya adalah :

1. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien anemia atau pada

saat terpapar zat beracun

2. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

3. Hipovolemia

4. Peningkatan laju metabolik

5. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti

kehamilan, obesitas dan penyakit kronis.

b. Status kesehatan Pada orang yang sehat, sistem pernapasan dapat

menyediakan kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

Akan tetapi, pada kondisi sakit tertentu, proses oksigenasi dapat terhambat

sehingga mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan

pada sistem pernapasan, kardiovaskuler dan penyakit kronis.

c. Faktor perkembangan Tingkat perkembangan menjadi salah satu faktor

penting yang memengaruhi sistem pernapasan individu.

1. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.

2. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.

3. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan

merokok.

11
4. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan

stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

5. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan

arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.

d. Faktor perilaku Perilaku keseharian individu dapat mempengaruhi fungsi

pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga, kondisi emosional

dan penggunaan zat-zat tertentu secara tidak langsung akan berpengaruh pada

pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh.

e. Lingkungan Kondisi lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan

oksigen. Kondisi lingkungan yang dapat mempengaruhinya adalah :

1. Suhu lingkungan

2. Ketinggian

3. Tempat kerja (polusi)

D. Masalah Terkait Pemenuhan Kebutuhan Oksigen

Permasalahan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi tidak

terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistim respirasi, baik pada

anatomi maupun fisiologis dari orga-organ respirasi. Permasalahan dalam

pemenuhan masalah tersebut juga dapat disebabkan oleh adanya gangguan

pada sistem tubuh lain, seperti sistem kardiovaskuler (Abdullah, 2014).

Gangguan respirasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti adanya

peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan

tersebut akan menyebabkan kebutuhan tubuh terhadap oksigentidak terpenuhi

secara adekuat. Menurut Abdullah (2014) secara garis besar, gangguan pada

12
respirasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu gangguan irama atau frekuensi,

insufisiensi pernapasan dan hipoksia, yaitu ;

a. Gangguan irama/frekuensi pernapasan

1. Gangguan irama pernapasan

a. Pernapasan Cheyne stokes Pernapasan cheyne stokes merupakan siklus

pernapasan yang amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik,

kemudian menurun dan berhenti, lalu pernapasan dimulai lagi dengan

siklus yang baru. Jenis pernapasan Ini biasanya terjadi pada klien gagal

jantung kongestif, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat.

Namun secara fisiologis jenis pernapasan ini, terutama terdapat pada

orang di ketinggian 12.000 – 15.000 kaki diatas permukaan air laut dan

pada bayi saat tidur.

b. Pernapasan Biot Pernapasan biot adalah pernapasan yang mirip dengan

pernapasan cheyne stokes, tetapi amplitudonya rata dan disertai apnea.

Keadaan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.

c. Pernapasan Kusmaul Pernapasan kussmaul adalah pernapasan yang

jumlah dan kedalamannya meningkat dan sering melebihi 20

kali/menit. Jenis pernapasan ini dapat ditemukan pada klien dengan

asidosis metabolic dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernapasan

a. Takipnea

Takipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya meningkat dan

melebihi jumlah frekuensi pernapasan normal.

b. Bradipnea

13
Bradipnea merupakan pernapasan yang frekuensinya menurun

dengan jumlah frekuensi pernapasan dibawah frekuensi pernapasan

normal.

3. sufisiensi pernapasan

Penyebab insufisiensi pernapasan dapat dibagi menjadi tiga kelompok

utama yaitu ; 1) Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus,

seperti :

a. Kelumpuhan otot pernapasan, misalnya pada poliomyelitis, transeksi

servikal.

b. Penyakit yang meningkatkan kerja ventilasi, seperti asma, emfisema,

TBC, dan lain-lain.

4. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru

a. Kondisi yang menyebabkan luas permukaan difusi berkurang misalnya

kerusakanjaringan paru, TBC, kanker dan lain-lain.

b. Kondisi yang menyebabkan penebalan membrane pernapasan,

misalnya pada edema paru, pneumonia, dan lainnya.

c. Kondisi yang menyebabkan rasio ventilasi dan perfusi yang tidak

normal dalam beberapa bagian paru, misalnya pada thrombosis paru.

E. Penatalaksanaan Pemenuhan Oksigenasi

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan

pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2

> 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan

mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja

14
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau

SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. Perubahan frekuensi atau pola napas

2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3. Hipoksemia

4. Menurunnya kerja napas

5. Menurunnya kerja miokard

6. Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode,

diantaranya adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas

dalam dan batuk efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,

2014).

a. Inhalasi oksigen

Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara

memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan

menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat

dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan masker dengan

tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia

(Hidayat, 2009).

b. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan

dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan

gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan

meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas

(Hidayat, 2009).

15
F. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada nyeri akut menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI
(2017) yaitu :
1. Gejala dan tanda mayor
Subjektif: tidak tersedia
Objektif:
a. Batuk tidak efektif
b. Tidak mampu btuk
c. Sputum berlebih
d. Mengi, wheezing dan/atau ronkhi kering
e. Mekonium di jalan napas ( pada neonatus)
2. Gejala dan tanda minor
Subjektif :
a. Dispne
b. Sulit berbicara
c. Ortopnea

Objektif :
a. Gelisah
b. Sionosis
c. Bunyi napas menurun
d. Frekuensi napas berubah
e. Pola napas berubah

16
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1. Status kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
 Alasan masuk rumah sakit,
 Faktor pencetus,
 Faktor memperberat
 Timbulnya keluhan
 Pemahamanaan penatalaksanaan masalah kesehatan
 Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
 Diagnosa medik
b. Status kesehatan masa lalu
 Penyakit yang pernah dialami
 Pernah dirawat
 Operasi
 Riwayat alergi
 Status imunisasi
 Kebiasaan obat – obatan
3. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif

4. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteri Intervensi keperawatan (SIKI)


erawatan (SD a (SLKI)
KI)
1 Bersihan jalan Setelah dilakukan Latihan batuk efektif
napas tidak tindakan Observasi:
efektif keperawatan selama - dentifikasi kemampuan
3x 24 jam bersihan batuk
jalan napas teratasi - monitor adanya retensi
dengan kriteria: sputum
- Batuk efektif - monitor tanda dan gejala

17
meningkat infeksi saluran napas
- Frekuensi napas - monitor input dan output
menurun cairan (mis, jumlah dan
- Pola napas karakteristik)
menurun Teraupetik:
- atur posisi semi-flower atau
flower
- pasang perlak dan bengkok
di pangkuan pasien
- buang secret pada tempat
sputum
Edukasi :
- jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
- anjurkan tarik napas dalam
melalui hidung selama 4
detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
selama 8 detik
- anjurkan mengulangi tarik
napas dalam hingga 3 kali
- anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas
dalam yang ke 3
Kolaborasi:
- kolaborasi pemberian
mokolitik atau ekspetoran
jika perlu

18
BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Data Demografi
A. Biodata
 Nama : Tn. Sarmin bin Sia
 Usia/tanggal lahir : 58 tahun /12-04-1963
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Alamat : Kp. Pasir binong Rt 04/02 Kec. Kragilan Kab. Serang
 Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
 Status pernikahan : Kawin
 Agama/keyakinan : Islam
 Pekerjaan/sumber penghasilan : Petani
 Diagnosa medik : Tb paru
 No. Medical record : 0105803
 Tanggal masuk : 17 Oktober 2021
 Tanggal pengkajian : 18 Oktober 2021
 Therapy medik :
- Omeprazole 2x 40 mg
- Ondansentron 3x4 mg
- Meropenem 3x1 gr
- Ambroxol 3x1
- RHZE ((Rifampicin 450 mg, Isoniazid 300 mg, Pirazinamid 1000
mg dan Etambutol 1000 mg)
- Paracetamol 3x1
- Curcuma 3x1

B. Penaggung jawab
 Nama : Ny. Nakriah
 Usia : 55 tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pekerjaan/sumber penghasilan : Ibu rumah tangga

19
 Hubungan dengan klien : Istri

I. Keluhan utama
Klien mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak, dahak berwarna putih kental.

II. Riwayat Kesehatan


A. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang RS dengan keluhan sesak nafas sejak 2 minggu yang
lalu dan batuk, batuk hilang timbul sejak 1 bulan yang lalu, mual, dan
demam.
B. Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan tidak pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya,
Klien mengatakan jika sakit berobat ke puskesmas atau bidan.
C. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga klien yang mempunyai penyakit menurun
atau menular

III.Riwayat Psikososial
 Identifikasi klien tentang kehidupan sosialnya : Pasien
Mengatakan sering bersosialisasi dengan lingkungan dan
sekitarnya
 Identifikasi hubungan klien dengan yang lain dan kepuasan
diri sendiri : Klien tidak bersosialisai dengan pasien yang lain
 Kaji lingkungan rumah klien, hubungkan dengan kondisi RS :
Rumah klien permanen namun ventilasi rumah kurang.
 Tanggapan klien tentang biaya RS: klien tidak hawatir tentang
biaya rs karna menggunakan SKTM
 Tanggapan klien tentang penyakitnya : klien pasrah dengan
penyakitnya.

IV. Riwayat spiritual


 Kaji ketaatan klien beribadah dan menjalankan kepercayaannya
: klien taat beribadah.

20
 Support sistem dalam keluarga : Keluarga mendukung
kesembuhan klien
 Ritual yang biasa dijalankan : Tidak ada ritual tertentu pada
kelurga pasien

V. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum Klien
 Tanda-tanda dari distres : tidak ada
 Penampilan dihubungkan dengan manusia: penampilan pasien
rapi
 Ekspresi wajah, bicara, mood : baik, bicara lancar
 Berpakaian dan kebersihan umum : klien tampak rapi
 Tinggi badan, BB, gaya berjalan : TB 160 cm, BB 39 Kg
B. Tanda-tanda Vital
 Suhu : 37.6 C
 Nadi : 75 x/mnt
 Pernafasan : 26x/menit
 Tekanan darah : 126/65 Mmhg
 SpO2 95%
 O2 nasal kanul 4lpm
C. Sistem pernafasan
 hidung : simetris, cuping hidung (-), sekret (+)
 leher : pembesaran kelenjar (-), tumor (-)
 Dada
- Bentuk dada (normal, Barrel, pigeon chest) : Normal
- Perbandingan ukuran anterior-posterioer dengan
transversi: -
- Gerakan dada (kiri dan kanan, apakah ada retraksi) :
normal
- Keadaan proxesus xipoideus : -
- Suara nafas (trakhea, bronchial, bronchovesikular) :
Vesikuler
- Apakah ada suara napas tambahan ? : Ronkhi

21
 Apakah ada clubbing finger : (-)

D. Sistem kardiovaskuler
 Conjungtiva (-), bibir : pucat
 Arteri carotis : (-)
 Tekanan vena jugularis : (-)
 Usuran jantung : normal
 Ictus CORDES/apex : normal
 Suara jantung (mitral, tricuspidalis, S1,S2, bising
aorta, murmur, gallop) : normal
 Capillary retilling time : 2-3 detik
E. Sistem pencernaan
 bibir (lembab, kering, pecah-pecah, labioskizis) : lembab
 mulut (stomatitis, apakah ada palatoskizis, jumlah
gigi, kemampuan menalan, gerakan lidah ) :
stomatitis (-), kemampuan menelan baik
 gaster (kembung, gerakan peristaltik ) : normal
 abdomen (periksa sesuai dengan organ dalam tiap kuadran ) :
normal
 anus (kondisi, spinkter ani, koordinasi) : (-)
F. Sistem Indera
1. Mata
 Kelopak mata, bulu mata, alis, lipatan epikantus
dengan ujung atas telinga : baik
 Visus (gunakan snelen card) : (-)
 Lapang pandang : normal
2. Hidung
 Penciuman, perih dihidung, trauma, mimisan : normal
 Sekret yang menghalangi penciuman : tidak ada
3. Telinga
 Keadaan daun telinga, operasi telinga : Simetris, Tidak bekas
oprasi

22
 Kanal auditoris : normal
 Membran tympani : normal
 Fungsi pendengaran : normal
G. Sistem Saraf
1. Fungsi Cerebral
a. Status mental (orientasi, daya ingat, perhatian dan perhitungan,
bahasa)
: baik
b. Keadaan (eyes, motorik, verbal) dengan GCS : 15
c. Bicara : (ekspresif dan resiptive) : ekspresif
2. Fungsi Kranial (saraf kranial I s/d XII) : normal
3. Fungsi motorik (massa, tonus dari kekuatan otot) : normal
4. Fungsi sensorik (suhu, nyeri, getaran posis dan dikriminasi) : normal
5. Fungsi cerebellum (koordinasi dan keseimbangan) : normal
6. refleks (ekstermitas atas, bawah dan superficial) : normal
H. Sistem muskuloskletal
1. Kepala (bentuk kepala) : Simeris
2. Vertebrae (bentuk, gerakan, ROM) : normal
3. Pelvis (Thomas test, trendelenberg test, ROM) : Normal
4. Lutut (Mc. Murray test, Ballotement, ROM) : Normal
5. Kaki (keutuhan ligament, ROM) : Normal

6. Bahu : Normal
7. Tangan : Normal
I. Sistem Integumen
 Rambut(distribusi ditiap bagian tubuh, texture, kelembaban,
kebersihan): Baik
 Kulit (perubahan warna, temperature, kelembaban, bulu
kulit, erupsi, tahi lalat, ruam, teksture ) : normal
 Kuku (warna, permukaan kuku, mudah patah, kebersihan )
: normal
J. Sistem endokrin
 Kelenjar tiroid : normal
 Percepatan pertumbuhan : normal

23
 Gejala kreatinisme atau gigantisme : normal
 Ekskresi urin berlebihan, polidipsi, poliphagi, poliuria : normal
 Suhu tubuh yang tidak seimbang, keringat berlebihan, leher kaku ) :
normal
 Riwayat bekas air seni dikelilingi semut : normal
K. Sistem perkemihan
 Edema Palpebra : normal
 Moon face : normal
 Edema anasarka : normal
 Keadaan kandung kemih : normal
 Nocturia, Disuria, kencing batu : normal
 Penyakit hubungan sexsual : (-)
L. Sistem Reproduksi
1. Wanita
 Payudara (putting, areola mammae, besar,
perbandingan kiri dan kanan) : -
 Labia mayora dan minora : -
 Keadaan hymen : -
 Haid pertama : -
 Siklus haid : -
2. Laki-laki
 Keadaan gland penis (urethra) : -
 Testis (sudah turun/belum) : -
 Pertumbuhan rambut (kumis, janggut, ketiak) : -
 Pertumbuhan Jakun : -
 Perubahan suara : -

M. Sistem Immun
 Allergi (cuaca debu, bulu binatang, zat kimia) : Tidak ada alergi
 Immunisasi : Tidak lengkap
 Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Tidak ada
 Riwayat transfusi dan reaksinya : Tidak ada

24
VII . Aktivitas Sehari-hari
H. Nutrisi
 Selera makan :
- Sebelum sakit : selera makan klien baik, BB 44 kg
- Setelah sakit : selera makan klien menurun
 Menu makanan dalam 24 jam :
- Sebelum sakit : lauk pauk, saur, nasi
- Setelah sakit : nasi lunak, diet TKTP 1700 kalori
 Frekuensi makan dalam 24 jam :
- Sebelum sakit : 3x sehari
- Setelah sakit : 3x sehari habiss ½ porsi

 Makanan yang disukai dan makanan pantangan

- Sebelum sakit : pecel lele, tidak ada pantangan


- Setelah sakit : pecel lele, tidak ada pantangan
 Pembatasan pola makanan :

- Sebelum sakit : Tidak ada pembatasan pola makan


- Setelah sakit : Tidak ada pembatasan pola makan
 Cara makan (bersama keluarga, alat makan yang digunakan) :

- Sebelum sakit : bersama keluarga


- Setelah sakit : di bantu oleh keluarga
 Ritual sebelum makan: berdoa
I. Cairan
 Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam :

- Sebelum sakit : kopi, air teh, air putih


- Setelah sakit : Air putih
 Frekuensi minum :

- Sebelum sakit : Klien minum 4 gelas kopi / hari 1 gelas


teh/hari air putih 1 gelas /hari
- Setelah sakit : air putih 8 gelas/ hari

 Kebutuhan cairan dalam 24 jam :

25
- Sebelum sakit : 2 liter /hari
- Setelah sakit : 2 liter /hari
J. Eliminasi (BAK & BAB)
 Tempat pembuangan :

- Sebelum sakit : BAB dan BAK di kamar mandi


- Setelah sakit : BAB menggunakan pampers dan BAK
terpasang DC
 Frekuensi? Kapan? Teratur? :

- Sebelum sakit : BAB 1x/hari dan BAK 3x/hari


- Setelah sakit : Bab 1x/hari dan BAK 1500 ml
 Konsistensi :

- Sebelum sakit : BAB dan BAK lunak


- Setelah sakit : Bab lunak dan BAK kuning keruh
 Kesulitan dan cara menanganinya : (-)
 Obat-obat untuk memperlancar BAK/BAB : tidak ada
K. Istirahat Tidur
 Apakah cepat tertidur :
- Sebelum sakit : Klien Tidur cepat
- Setelah sakit :Klien sulit tidur karna sering batuk dan
sesak
 Jam tidur (siang/malam) :

- Sebelum sakit : klien tidur malam 8 jam


- Setelah sakit : malam 8 jam sering terbangun karna batuk

 Bila tidak dapat tidur apa yang dilakukan :

- Sebelum sakit : Menoton TV


- Setelah sakit : (-)
 Apakah tidur secara rutin :

- Sebelum sakit : klien tidur rutin


- Setelah sakit : klien tidur rutin
L. Olahraga
 Program olah raga tertentu :

26
- Sebelum sakit : klien tidak berolahraga
- Setelah sakit : klien Tidak berolahraga
 Berapa lama melakukan dan jenisnya :

- Sebelum sakit : Tidak ada


- Setelah sakit : Tidak ada
 Perasaan setelah melakukan olah raga :

- Sebelum sakit : Tidak ada


- Setelah sakit : Tidak ada
M. Rokok/alkohol dan obat-obatan
 Apakah merokok?jenis?berapa banyak?kapan mulai merokok?
- Sebelum sakit : Klien Merokok, 1 hari 2 bungkus, djarum
coklat sejak remaja
- Setelah sakit : Klien dilarang merokok
 Apakah minum-minuman keras?berapa
minum/hari/minggu? Jenis minuman?apakah
banyak minum ketika stres?apakah minuman keras
mengganggu prestasi kerja?:
- Sebelum sakit : Klien tidak minum – minum
- Setelah sakit : Klien tidak minum - minum
 Kecanduan kopi, alkohol, teh atau
minuman ringan?berapa banyak/hari ? :
- Sebelum sakit : Klien minum kopi 4
gelas/hari
Setelah sakit : Klien hanya minum air putih
 Apakah mengkonsumsi obat dari dokter
(marijuana, pil tidur, obat bius): tidak pernah
mengosumsi
N. Personal Hygiene
 Mandi (frekuansi, cara, alat mandi, kesulitan, mandiri/dibantu)
:

- Sebelum sakit : klien mandi 2x sehari


- Setelah sakit : klien di bantu mandi oleh keluarga

27
 Cuci rambut

- Sebelum sakit : klien cuci rambut 2 hari sekali


- Setelah sakit : klein cuci rambut di bantu keluarga
 Gunting kuku : di bantu oleh keluarga

- Sebelum sakit : klien gunting kuku 3 hari sekali


- Setelah sakit : klein gunting kuku di bantu oleh keluarga
 Gosok gigi :

- Sebelum sakit : klien gosok gigi 2 hari sekali


- Setelah sakit : klein gosok gigi di bantu oleh keluarga
O. Aktivitas/mobilitas fisik
 Kegiatan sehari-hari : bertani
 Pengaturan jadwal harian : tiap hari bertani
 Penggunaan alat bantu untuk aktivitas : cangkul
 Kesulitan pergerakan tubuh : (-)
P. Rekreasi
 Bagaimana perasaan anda saat bekerja? : senang
 Berapa banyak waktu luang ? : banyak
 Apakah puas setelah rekreasi? : iya
 Apakah anda dan keluarga menghabiskan waktu senggang? :
iya
 Bagaimana perbedaan hari libur dan hari kerja ? : tidak ada
bedanya

28
VIII Tes Diagnostik
 Laboratorium (tulis nilai normalnya ) : 15 oktober 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan
rujukan
Hematologi :
- Hemologlobin 10.6 13.2-17.3 g/dl
- Leukosit 13.5 3.8-10.6 10^3/uL
- Hematokrit 33 40-52 %
- Trombosit 588 150-440 10^3/uL
- Eritrosit 3.81 4.4-5.9 Juta/Ul
- Hitung jenis :
---Basofil 0 0-1 %
---Eosinofil 1 0-3 %
---Batang 2 2-6 %
---Segmen 71 50-70 %
---Limfosit 15 20-40 %
---Monosit 11 2-8 %

- MCV 87 82-100 Fe

- MCH 28 27-31 Pikogram

- MCHC 32 32-36 %

- Led 35 <10 Mm/jam

 Ro. Foto : Tanggal 15 oktober 2021 Kesan : Tb paru aktif

29
IX Therapy saai ini
1. Omeprazole 2x 40 mg
2. Ondansentron 3x4 mg
3. Merofenem 3x1 gr
4. Ambroxol 3x1
5. RHZE ((Rifampicin 450 mg, Isoniazid 300 mg, Pirazinamid 1000 mg dan
Etambutol 1000 mg)
6. Paracetamol 3x1
7. Curcuma 3x1

30
D
A
T
A

F
O
K
U
S

Data Subjektif Data Objektif


- Klien mengatakan sesak nafas - Sekret (+) berwarna putih kental
sejak 2 minggu yang lalu dan - Suhu : 37.6 C
batuk, batuk hilang timbul sejak 1 - Nadi : 75 x/mnt

bulan yang lalu - Pernafasan : 26x/menit


- Tekanan darah : 126/65 Mmhg
- Klien mengatakan mual dan
- SpO2 95%
demam
- O2 nasal kanul 4lpm
- Klien mengatakan sebelum sakit
- Ronkhi (+)
BB 44 kg
- Klien hanya habis ½ porsi makanan
- Klien mengatakan demam - BB 39 Kg
- klien mengatakan mandi dibantu - diet TKTP 1700 kalori
oleh keluarga - Klien terpasang DC
- Klien makan di bantu oleh keluarga

31
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS : Bersihan jalan nafas tidak efektif Hipersekresi jalan nafas
Klien mengatakan sesak nafas
sejak 2 minggu yang lalu dan
batuk, batuk hilang timbul
sejak 1 bulan yang lalu

DO :
- Sekret (+) berwarna putih
kental
- Suhu : 37.6 C
- Nadi : 75 x/mnt
- Pernafasan : 26x/menit
- Tekanan darah : 126/65
Mmhg
- SpO2 95%
- O2 nasal kanul 4lpm
- Ronkhi (+)

2. DS : Ketidakmampuan
- Klien mengatakan Defisit Nutrisi mengabsorbsi nutrien
mual dan demam
- Klien mengatakan
sebelum sakit BB 44
kg
DO :
- Klien hanya habis ½
porsi makanan
- BB 39 Kg
- diet TKTP 1700 kalori

3. DS: Defisit perawaatan diri Ketidakmampuan

32
- klien mengatakan perawatan diri
mandi dibantu oleh
keluarga
DO :
- Klien terpasang DC
3.
- O2 nasal kanul 4lpm
- Klien makan di bantu
oleh keluarga

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO MASALAH/DIAGNOSA TGL. DITEMUKAN TGL TERATASI

33
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 18 Oktober 2021 Sebagai teratasi

2. Defisit Nutrisi 18 Oktober 2021 Sebagai teratasi

3 Defisit perawatan diri 18 Oktober 2021 Sebagai teratasi

1.

2.

34
RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosis Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan dan Rasional


No.
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi keperawatan Latihan Batuk Efektif
selama 3x24 jam, maka bersihan jalan napas Observasi :
meningkat dengan kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan batuk
 Batuk efektif meningkat  Monitor adanya retensi sputum
 Sesak nafas menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
 Ronkhi menurun  Monitor input dan output cairan
 Produksi sputum menurun
 Frekuensi napas membaik Terapeutik :
 Atur posisi fowler atau smei fowler
 Buang sekret pada tempat sputum

Edukasi:
 Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
 Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
tarik napas dalam yang ketiga

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian ekspektoran (kp)

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen nutrisi


selama 3x24 jam, maka status nutrisi meningkat Observasi :
dengan kriteria hasil :  Identifikasi status nutrisi
 Porsi makanan yang di habiskan cukup  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
meningkat  Identifikasi makanan yang disukai
 Monitor asupan makanan
35
 Berat badan meningkat  Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
 nafsu makanan membaik
laboratorium

Terapeutik :
 Fasilitasi menentukan pedoman diet

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu


yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein

Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi :
 Kolaborasi dengan ahli gizi

3 Defisit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi keperawatan Dukungan perawatan diri
selama 3x24 jam, maka perawatan diri
meningkat dengan kriteria hasil : Observasi :
 Kemampuan mandi meningkat - Monitor tingkat kemandirian
- Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri,
 Kemampuan makan meningkat
berpakaian dan makan

Terapeutik :
Siapkan keperluan pribadi sikat gigi dan sabun
mandi
Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri.
36
Edukasi :
Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan.

37
N Hari DX Jam Implementasi Jam Evaluasi
O Tanggal
1 Senin 1 10:00 Observasi 10:00 S
18-10- - Pasein mengatakan batuk berdahak
2021 - Mengidentifikasi kemampuan batuk - Pasein mengatakan sesak nafas
- Memonitor adanya retensi sputum O
- Memonitor tanda dan gejala - Hasil thorak: Tb Paru Aktif
infeksi saluran nafas - Pasein terlihat batuk berdahak sputum
kental dan warna putih
Terapeutik - Terlihat sesak
- Mengatur posisi semi fowler - TTV
- Membuang secret pada tempat TD = 126 / 65 mmHg
sputum Nadi = 75 x / menit RR = 26 x / menit
Suhu = 37,9 ° C Spo2 95%,
Edukasi Nk 4 lpm
- Menjelaskan tujuan dan prosedur Terpasang DC
batuk efektif A
- Menganjurkan batuk dengan kuat Masalah belum teratasi
langsung setelah tarik nafas dalam
yang ke 3 P
Intervensi dilanjutkan

- Identifikasi kemampuan batuk


- Monitor adanya retensi sputum
- Atur posisi semi fowler
- Buang secret pada tempat sputum
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung
setelah tarik nafas dalam yang ke 3
- Kolaborasi pemberian antibiotik
2 Senin 2 11:00 11:00 S
18-10- Observasi - Pasein mengatakan tidak nafsu makan
2021 - Pasien mengatakan mual
- Mengidentifikasi status nutrisi O
- mengidentifikasi alergi dan - Tampak tidak nafsu makan
intoleransi makanan
38
- mengidentifikasi makananyang - Makan setengah porsi
disukai - Diet TKTP 1700 kalori
- mengidentifikasi kebutuhan kalori - BB 39
dan jenis nutrient
- Memonitor asupan makanan A
- Memonitor Berat Badan Masalah belum teratasi
- Memonitor hasil pemeriksaan
laboratorium P
Intervensi dilanjutkan
Terapeutik - Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
- Memfasilitasi menentukan pedoman - Identifikasi makanan yang disukai
diet - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- Menyajikan makanan secara nutrient
menarik dan suhu yang sesuai - Monitor asupan makanan
- memberikan makanan tinggi serat - Monitor BB
untuk mencegah konstipasi - Fasilitasi menentukan pedoman diet
- memberikan makanan tinggi kalori - Sajikan makanan secara menarik dan
dan tinggi protein suhu yang sesuai
- Berikan makanan tinggi serat untuk
Edukasi mencegah konstipasi
menganjurkaan posisi duduk - Berikan makanan tinggi serat untuk
mengajarkan diet yang diprogramkan mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
Kolaborasi
- berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
(kp)
12:00
S
3 Senin 3 12:00 Observasi Pasein mengatakan mandi dan makan di
18-10-
bantu keluarga
2021 - Memonitor tingkat kemandirian O
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu
Pasein mandi dan makan d bantu oleh
kebersihan diri, berpakaian dan makan
keluarga

39
Terapeutik Terpasang DC dan 02
- Menyiapkan keperluan pribadi sikat gigi A
dan sabun mandi Masalah belum teratasi
- mendampingi dalam melakukan P
perawatan diri sampai mandiri
Intervensi di lanjutkan
- memfasilitasi kemandirian, bantu jika
tidak mampu melakukan perawatan diri.
- Monitor tingkat kemandirian
Edukasi : - Identifikasi kebutuhan alat bantu
menganjurkan melakukan perawatan diri kebersihan diri, berpakaian dan makan
secara konsisten sesuai kemampuan - Siapkan keperluan pribadi sikat gigi dan
sabun mandi
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

1 Selasa 1 10:00 Obsevasi 10:00 S


19-10- - Pasein mengatakan masih sesak dan batuk
2021 - Mengidentifikasi kemampuan batuk berdahak
- Memonitor adanya retensi O:
sputum Sputum kental warna putih
- Memonitor tanda dan gejalainfeksi - TTV
saluran nafas TD = 110 / 80 mmHg
Nadi = 88 x / menit RR =
Terapeutik 24 x / menit Suhu = 37,5
- Mengatur posisi semi fowler ° C, Spo2 95%, nk 4 lpm
- Buang secret pada tempat sputum A
Masalah belum teratasi
Edukasi
- Menjelaskan tujuan dan prosedur P
batuk efektif Intervensi dilanjutkan

40
- Menganjurkan batuk dengan kuat - Identifikasi kemampuan batuk
langsung setelah tarik nafas dalam - Monitor adanya retensi sputum
yang ke 3 - Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas
kolaborasi - Atur posisi semi fowler
- pemberian antibiotik dan ekspektoran - Buang secret pada tempat sputum
(kp) Jelaskan tujuan dan prosedur

S
2 2 11:00 11:00
Observasi - Pasein mengatakan t i d a k n a f s u m a k a n
- Pasein mengatakan masih mual
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Mengidentifikasi alergi dan O
intoleransi makanan - Tampak nafsu makan tidak nafsu
- Mengidentifikasi makanan yang makan
disukai - BB 39
- Mengidentifikasi kebutuhan kalori - Makan masih ½ porsi
dan jenis nutrient - Diet makan 1700 kalori
- Memonitor asupan makanan A
- Memonitor Berat Badan
- Memonitor hasil pemeriksaan Masalah belum teratasi
laboratorium P
Intervensi dilanjutkan
Terapeutik
- Memfasilitasi menentukan - Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
pedoman diet - Identifikasi makanan yang disukai
- menyajikanmakanan secara - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menarik dan suhu yang sesuai nutrient
- memberikan makanan tinggi serat - Monitor asupan makanan
untuk mencegah konstipasi - Sajikan makanan secara menarik dan
- memberikan makanan tinggi kalori suhu yang sesuai
dan tinggi protein Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah Konstipasi
Edukasi
menganjurkan posisi duduk, jika
41
mampu
mengajarkan diet yang diprogramkan

3 12:00 S
12:00 Pasein mengatakan mandi dan makan di
Observasi
bantu keluarga
- Memonitor tingkat kemandirian O
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu Pasein mandi dan makan d bantu oleh
kebersihan diri, berpakaian dan makan keluarga
Terpasang DC dan 02
A
Terapeutik Masalah belum teratasi
- Menyiapkan keperluan pribadi sikat gigi
P
dan sabun mandi
- mendampingi dalam melakukan Intervensi di lanjutkan
perawatan diri sampai mandiri
- memfasilitasi kemandirian, bantu jika - Monitor tingkat kemandirian
tidak mampu melakukan perawatan diri. - Identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian dan makan
- Siapkan keperluan pribadi sikat gigi dan
Edukasi : sabun mandi
Menganjurkan melakukan perawatan diri - Dampingi dalam melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

42
Rabu 1 10:00 Obsevasi 10:00 S
- Mengidentifikasi kemampuan batuk - Pasein mengatakan sesak dan batuk
1 20-10-
- Memonitor adanya retensi sputum berdahak berkurang
2021 O:
- Memonitor anda dan gejala
infeksi saluran nafas Sputum kental warna putih
Terapeutik - TTV
- mengatur posisi semi fowler TD = 130 / 78 mmHg
- membuang secret pada tempat Nadi = 86 x / menit RR =
sputum 20 x / menit Suhu = 38,2
Edukasi ° C, Spo2 96%
- Menjelaskan tujuan dan prosedur A
batuk efektif Masalah sebagian teratasi
- Menganjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik nafas dalam P
yang ke 3 Intervensi dilanjutkan
- Identifikasi kemampuan batuk
- Atur posisi semi fowler
- Buang secret pada tempat sputum
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan batuk dengan kuat langsung
- setelah tarik nafas dalam yang ke 3

2 Rabu 2 11:00 Observasi 11:00


20-10- S
2021 - Mengidentifikasi status nutrisi
- Pasein mengatakan s u d a h n a f s u
- Mengidentifikasi alergi dan
makan
intoleransi makanan
- Pasein mengatakan mual kadang
- Mengidentifikasi makanan yang
disukai
O
- Mengidentifikasi kebutuhan kalori
- Pasien makan habis satu porsi
dan jenis nutrient
- BB 39
- Memonitor asupan makanan
- Diet makan 1700 kalori
- Memonitor Berat Badan
A
- Memonitor hasil pemeriksaan

43
laboratorium Masalah sebagian teratasi
P
Terapeutik Intervensi dilanjutkan
- Memfasilitasi menentukan - Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
pedoman diet - Identifikasi makanan yang disukai
- Menyajikan makanan secara - Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
menarik dan suhu yang sesuai nutrient
- Memberikan makanan tinggi serat - Monitor asupan makanan
untuk mencegah konstipasi - Sajikan makanan secara menarik dan
- memberikan makanan tinggi kalori suhu yang sesuai
dan tinggi protein Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah
Edukasi : Konstipasi
 Menganjurkan posisi duduk, jika - Berikan makanan tinggi kalori dan
mampu tinggi serat
 mengajarkan diet yang
diprogramkan

Kolaborasi
- berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
(kp)

3 12:00 12:00
Observasi :
- Memonitor tingkat kemandirian S
- Mengidentifikasi kebutuhan alat bantu
Pasein mengatakan mandi di bantu keluarga
kebersihan diri, berpakaian dan makan
Makan sudah bisa sendiri
Terapeutik : O
Menyiapkan keperluan pribadi sikat gigi Pasein mandi di bantu oleh keluarga
dan sabun mandi Pasein tampak makan sendiri
- mendampingi dalam melakukan A
perawatan diri sampai mandiri Masalah sebagian teratasi
44
- memfasilitasi kemandirian, bantu jika P
tidak mampu melakukan perawatan diri. Intervensi di lanjutkan

- Monitor tingkat kemandirian


Edukasi : - Identifikasi kebutuhan alat bantu
Menganjurkan melakukan perawatan diri kebersihan diri, berpakaian dan makan
secara konsisten sesuai kemampuan - Siapkan keperluan pribadi sikat gigi dan
sabun mandi
- Dampingi dalam melakukan perawatan diri
sampai mandiri
- Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konsisten sesuai kemampuan

45
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesinambungan antara teori dan studi

kasus asuhan keperawatan dengan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn S di ruang

isolasi internal rumah sakit umum daerah banten yang telah dilakukan pada tanggal 18

oktober- 20 oktober 2021. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan,intervensi keperawatan,implementasi dan evaluasi.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yangdigunakan untuk

kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidupdan aktivitas berbagai organ

atau sel (Hidayat, 2009).

Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangatdibutuhkan

dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklahkarbon dioksida, energi, dan

air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan

memberikan dampak yang cukup bermaknaterhadap aktifitas sel (Mubarak, 2007).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam prosesmetabolisme

untukmempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.Secara normal elemen

ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiapkali bernapas (Wartonah

Tarwanto, 2006).

Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yanglebih tinggi

dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi oksigendalam udara ruangan

adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah memberikantransport oksigen yang adekuat

dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pa da miokardium

( Mutaqqin, 2005).

46
4.1 Pengkajian

Merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan tahap proses

dari pengumpulan data yang sistematisdari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2011).

Pengkajian asuhan keperawatan pada tn S dilakukan pada tanggal 18 oktober

2019 dengan keluhan sesak nafas dan batuk bersputum. Sesak nafas merupakan

gejala yang nyata terhadap gangguan trakeobronkial pada parenkim paru,dan rongga

pleura. Sesak nafas terjadi karena terdapat peningkatan kerja pernafasan akibat

meningkatnya resistensielastik paru (Mutaqqin, 2010).

Hasil Pengkajian pada Tn. S mengatakan sesak dan batuk batuk terasa ada

dahak ditenggorokan dalam teori dijelaskan bahwa batuk merupakan salah satu gejala

yang muncul pada kasus tb paru .Pengobatannya bertujuan untuk meringankan

gejaladan menghambat perkembanganpenyakit ini.Gejala yang utama pada tb paru

adalah batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh dengan warna lendir

dahakberwarn agak kuningatau hijau.

Hasil dari pengkajian pemeriksaan fisik pada Tn S didapatkan data keadaan

umum lemah Td 126/65 mmHg Nadi 75x/m Rr 26x/m Spo2 95.

4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia(status kesehatan atau resiko perubahan pola)dari individu atau kelompok

dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan,menurunkan,membatasi

,mencegahdan mengubah (Nursalam,2008).

Diagnosa keperawatan utama yang diangkat adalah bersihan jalan napas tidak

47
efektif. Diagnosa tersebut diangkat oleh penulis karena pasien mengeluh sesak nafas

dan batuk bersputum.

4.3 Intervensi

Intervensi atau perencanaan keperawatan diartika sebagai suatu dokumen

tulisantangan dalam menyelesaikan masalah,tujuan,dan intervensi keperawatan,dan

merupakan metode komunikasi tentang asuhan keperawatan pada klien (Nursalam

2011)dalam tahap ini yang dilakukan adalah menyusun prioritas

masalah,merumuskan tujuan dankriteria hasil,memilih strategi asuhan

keperawatan,melakukan konsultasi dengan tenaga kesehatan lain,dan menuliskan atau

mendokumentasikan rencana asuhan keperawatan(Deswani 2009).

Perencanaan tindakan keperawatan pada kasus ini didasarkan pada tujuan

intervensi Bersihan jalan nafas tidak efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x24 jam Bersihan jalan nafas tidak efektif sebagian teratasi dengan kriteria

hasil Batuk efektif meningkat, Sesak nafas menurun, Ronkhi menurun, Produksi

sputum menurun, Frekuensi napas membaik. Intervensi atau rencana keperawatan

yang yang di kaji Latihan Batuk Efektif Identifikasi kemampuan batuk Monitor

adanya retensi sputum Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas Monitor input

dan output cairan. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian ekspektoran.

4.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah tahap melakukan rencana yang telah dibuat

klien.Adapun tahap kegiatan yang ada dalam implementasi meliputi pengkajian

ulang,memperbaharui data dasar,meninjau dan merevisi rencana asuhan keperawatan

yang telah dibuat,dan melakukan intervensi keperawatan yang direncanakan

( Deswani,2009).

48
Penulis melakukan semua implementasi berdasarkan semua tindakan yang telah

direncanakan pada intervensi yaitu Kaji Latihan Batuk Efektif Identifikasi kemampuan

batuk, Monitor adanya retensi sputum, Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas,

Monitor input dan output cairan dan penulis tidak melakukan tindakan lain selain tindakan

pada rencana keperawatan.

4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan,pada tahap ini yang

dilakukan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi

keperawatan,membandingkan respon pasien dengan kriteria hasil,memodifikasi

asuhan keperawatan, sesuai dengan hasil evaluasi dan mengkaji ulang asuahan

keperawatan yang telah diberikan kepada pasien (Deswani 2009).

Evaluasi dari tanggal 18 oktober 2021 sampai dengan tanggal 20 oktober

2021 dengan menggunakan metode soap untuk mengetahui kefektifan dari tindakan

keperawatan dengan memperhatikan pada tujuan dari kriteria hasil yang telah

dibuat.Hasil evaluasi yang didapatkan padatanggal 18 oktober 2021 jam 10.00

didapatkan data subyektif pasien mengatakan batuk berdahak dan sesak napas

obyektif pasien terlihat batuk berdahak sputum kental dan berwarna putih dan terlihat

sesak.

Hasil evaluasi pada tanggal 20 oktober 2021 jam 10.00 didapatkan data

subyektif pasien mengatakan sesak dan batuk berdahak sputum kental warna putih.

49
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan pemenuhan


oksigenasi di ruang isolasi internal RSUD Banten dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1) Dari hasil pengkajian, ditemukan klien sesak,terdapa sekret, terdengar bunyi ronkhi,
berat badan sebelum sakit dengan setelah sakit menurun, perawatan diri di bantu oleh
keluarga.
2) Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien Tn.S yaitu, bersihan jalan nafas tidak
efektif, defisit nutrisi dan defisit perawatan diri.
3) Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Klien Tn.S mengacu pada intervensi yang
telah disusun dalam Buku pedoman Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI ).
Sesuai dengan masalah yang di temukan
4) Dalam tahap implementasi yang dilakukan selama tiga hari, semua rencana keperawatan
dapat di laksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat
5) Setelah dilakukan implementasi 3x24 jam, hasil objektif sekret masih ada, klien sudah
bisa makan habis 1 porsi, klien masih di bantu oleh keluarga dalam perawatan diri maka
intervensi masih dilanjutkan

5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat mengerti dan dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
2. Bagi Institut Pendidikan
Dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional,
terampil, inovatif, aktif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
3. Bagi Perawat
Dapat memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang baik dan berkualitas sesuai
dengan SOP

50
DAFTAR PUSTAKA

51
52
53
54
55

Anda mungkin juga menyukai