Anda di halaman 1dari 37

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS DENGAN RISIKO

PERIPHERAL ARTERY DISEASE (PAD) BERDASARKAN NILAI


ANKLE BRAKHIAL INDEX (ABI)
PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI KECAMATAN CEMPAKA PUTIH

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh :
PUTRIANA DEWY ROMIANTI

194201426002

FAKULTAS ILMU KESEHATAN KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah Subhaanahu wa ta’aalaa, Rabb semesta

alam yang telah mencurahkan begitu banyak rahmat, hidayah serta rizkiNya

sehingga saya dapat menyusun proposal ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam

Rasulullah Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam, keluarga, sahabat dan

pengikutnya, yang senantiasa istiqomah di jalanNya hingga yaumul akhir proposal

ini membahas tentang “HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS

DENGAN RISIKO PERIPHERAL ARTERY DISEASE (PAD)

BERDASARKAN NILAI ANKLE BRAKHIAL INDEX (ABI) PADA

PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KECAMATAN CEMPAKA

PUTIH ”.

Penulis menyadari bahwa proposal ini tidak dapat selesai tanpa arahan,

sehingga dengan segenap ketulusan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan

terimakasih yang tak terhingga kepada dosen.

Penulis sangat menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari berbagai pihak demi perbaikan proposal ini.

Jakarta, 25 Januari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian..................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 6
2.1 Kajian Teori .............................................................................. 6
2.2 Kerangka Teori........................................................................... 13
2.3 Kerangka Konsep....................................................................... 13
2.4 Hipotesis..................................................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 15
3.1 Desain Penelitian....................................................................... 15
3.2 Populasi dan Sampel................................................................. 15
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 16
3.4 Definisi Operasional.................................................................. 17
3.5 Instrumen Penelitian.................................................................. 18
3.6 Prosedur Pengumpulan Data..................................................... 19
3.7 Pengolahan Data........................................................................ 20
3.8 Analisis Data............................................................................. 22
3.9 Etika Penelitian......................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 13


Bagan 2.2 Kerangka Konsep.......................................................................... 13

iv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional....................................................................... 17

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner tingkat aktivitas

vi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah sindrom kronik hiperglikemia karena

kekurangan relatif insulin, resistensi atau keduanya (Soegondo, 2009).

Menurut estimasi Internasional of Diabetic Federation (2010), terdapat 382

juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun

2035 jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.

Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum

terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi

tanpa disadari dan tanpa pencegahan. Angka kejadian DM menurut data

Riskesdas (2013) terjadi peningkatan dari 1,1 % di tahun 2007 meningkat

menjadi 2,1 % di tahun 2013 dari keseluruhan penduduk sebanyak 250 juta

jiwa.

Diabetes Mellitus akan menimbulkan faktor penyulit pada pembuluh

darah arteri, seperti aterosklerosis dan arteriosklerosis (Black, 2014).

Aterosklerosis yang terjadi dapat menyebabkan terjadinya Peripheral

Artheri Disease (PAD). PAD merupakan salah satu komplikasi yang terjadi

pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2, lebih dari setengah amputasi ekstremitas

bawah nontraumatik berhubungan dengan komplikasi diabetes seperti

neuropati sensori dan otonom, penyakit vaskuler perifer, peningkatan risiko

dan laju infeksi dan penyembuhan yang tidak baik (Black, 2014).

1
Pengelolaan Diabetes Mellitus dapat dilakukan dengan terapi

farmakologis dan nonfarmakologis. Pengelolaan farmakologis yaitu

pemberian insulin dan obat hipoglikemik, sedangkan terapi nonfarmakologis

meliputi pengendalian berat badan, diet, dan olahraga/aktivitas fisik

(Soegondo, 2009). Salah satu cara untuk mencegah terjadinya Peripheral

Artheri Disease (PAD) pada orang dengan Diabetes Mellitus tipe 2 yaitu

dengan melakukan aktivitas fisik, dimana saat melakukan aktivitas akan

meningkatkan metabolisme dan lebih banyak membakar kalori (Tjokoprawiro

et al, 2014).

Aktivitas fisik dan latihan yang baik, benar, terukur, dan teratur akan

meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh.

Aktivitas fisik aktif dengan melakukan kegiatan fisik minimal 10 menit

sampai meningkatnya denyut nadi dan napas lebih cepat dari biasanya

(Riskesdas, 2013). Howley (2013) mendefinisikan latihan teratur sebagai

pergerakan tubuh yang dihasilkan dari kontraksi otot-otot rangka yang

meningkatkan penggunaan energy.

Selama beraktivitas kebutuhan energi akan meningkat dan ini dipenuhi

dari pemecahan glikogen dan pembongkaran trigliserida, asam lemak bebas

dari jaringan adiposa serta pelepasan glukosa dari hepar, menaikkan

elastisitas pembuluh darah (Tjokoprawiro et al, 2014) dan mampu

menurunkan kadar gula darah pada pasien Diabetes Mellitus karena terjadi

peningkatan kebutuhan bahan bakar tubuh oleh otot yang aktif. Otot

cenderung meningkatkan kapasitas oksidatifnya. Hal ini dicapai dengan

2
peningkatan jumlah dan ukuran mitokondria pada sel otot, peningkatan suplai

ATP melalui fosforilasi oksidatif, dan peningkatan kuantitas enzim respirasi.

Peningkatan jumlah mitokondria dalam sel otot juga menyebabkan terjadinya

oksidasi asam lemak yang lebih cepat dan lebih sedikit glikogen yang

dioksidasi. Selain itu peningkatan kemampuan otot untuk menyimpan

glikogen dan myoglobin juga meningkat pada seseorang yang melakukan

latihan fisik secara rutin sehingga terjadi peningkatan cadangan glikogen dan

myoglobin pada otot (Takakura, 2015).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yoga (2011) yang

berjudul “Hubungan Antara 4 pilar Pengelolaan Diabetes Mellitus dengan

Keberhasilan Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2” membuktikan bahwa

faktor yang berhubungan dengan keberhasilan pengelolaan penderita DM tipe

2 adalah pengetahuan, keteraturan aktifitas fisikdan atau/ olahraga, pola

makan dan kepatuhan minum obat. Faktor yang berpengaruh terhadap

keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 adalah keteraturan aktifitas fisik dan

atau/ olahraga. Keteraturan aktivitas fisik dan atau/ olahraga mempengaruhi

keberhasilan pengelolaan DM tipe 2 sebesar 40%.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti simpulkan bahwa Diabetes Mellitus

ini sangat serius dan memerlukan tindakan preventif dalam menurunkan atau

mencegah komplikasinya terutama komplikasi kaki diabetes, antara lain

dengan melakukan aktivitas fisik yang rutin. Oleh karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang Hubungan antara tingkat aktivitas dengan

3
risiko peripheral artery disease (PAD) berdasarkan nilai ABI pada penderita

diabetes melitus

1.2 Rumusan Masalah

Pengaruh aktivitas fisik secara langsung berhubungan dengan

peningkatan kecepatan pemulihan glukosa otot (seberapa banyak otot

mengambil glukosa dari aliran darah) dan meningkatkan produksi NO (Nitric

Oxide) plasma (Black, 2014). Maka yang menjadi rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Hubungan antara tingkat aktivitas dengan risiko

peripheral artery disease (PAD) berdasarkan nilai Ankle Brachial Index (ABI)

pada penderita diabetes mellitus di Kecamatan Cempaka Putih.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut:

1.3.1 Mendapatkan gambaran tingkat aktifitas fisik penderita Diabetes

Mellitus yang akan dilakukan melalui analisys berbagai hasil

penelitian terkait

1.3.2 Mendapatkan gambaran nilai Ankle Brachial Index(ABI) penderita

Diabetes Mellitus yang akan dilakukan melalui analisys berbagai

hasil penelitian terkait

1.3.3 Mendapatkan gambaran Hubungan antara tingkat aktivitas dengan

nilai ankle brachial index pada penderita diabetes melitus yang akan

dilakukan melalui analisys berbagai hasil penelitian terkait

4
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi penderita Diabetes Mellitus

Mendapatkan informasi tentang pentingnya melakukan latihan fisik

bagi penderita Diabetes Mellitus.

1.4.2 Bagi institusi pendidikan

Diharapkan dari hasil penelitian ini mahasiswa dapat menambah

pengetahuan tentang pengelolaan tingkat Ankle Brachial Index(ABI)

dan pencegahan komplikasi pada penderita Diabetes Mellitus

dengan aktivitas fisik rutin

1.4.3 Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan dari hasil penelitian ini pelayanan kesehatan seperti di

posyandu lansia dan Puskesmas, memberikan informasi tentang

pentingnya melakukan aktivitas fisik rutin untuk mengontrol Ankle

Brachial Index(ABI) pada penderita Diabetes Mellitus.

1.4.4 Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan sebagai data dasar untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan menambah pengetahuan wawasan serta

pengalaman bagi penelitian selanjutnya khususnya menambah

pengetahuan tentang peningkatan Ankle Brachial Index (ABI) pada

penderita Diabetes Mellitus dengan terapi Nonfarmakologis, dengan

aktivitas fisik rutin.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe II

Diabetes tipe II, yang juga disebut Diabetes Mellitus tidak

tergantung insulin (NIDDM), disebabkan oleh penurunan sensitivitas

jaringan target terhadap target efek metabolic insulin, penurunan

sensitivitas terhadap insulin ini sering kali disebut sebagai resistensi

insulin (Guyton & Hall, 2007). Diabetes Melitus tipe II merupakan

gangguan yang melibatkan, baik genetic dan faktor lingkungan, DM tipe II

ini biasanya terdiagnosis setelah usia 40 tahun, dewasa obesitas, dan etnik

serta populasi ras tertentu (Black, 2014).

2.1.2 Etiologi Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut Smeltzer & Bare (2008) DM tipe 2 disebabkan kegagalan

relatif sel β dan resistensi insulin.Resistensiinsulin adalah turunnya

kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan

perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.Sel β tidak

mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi

defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya

sekresi insulin pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang

sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desentisasi terhadap

glukosa.

6
2.1.3 Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe II

Beberapa factor yang diketahui dapat mempengaruhi DM tipe II

(Smeltzer & Bare, 2008) antara lain:

2.1.3.1 Kelainan genetik

Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap

diabetes, karena gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat

menghasilkan insulin dengan baik.

2.1.3.2 Usia

Umumnya penderita diabetes mellitus tipe II mengalami perubahan

fisiologis yang secara drastis, DM tipe II sering muncul setelah usia

30 tahun ke atas dan pada mereka yang berat badannya berlebihan

sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

2.1.3.3 Gaya hidup stres

Stres kronis cenderung membuat seseorang makan makanan yang

manis-manis untuk meningkatkan kadar lemak serotinin otak.

Serotinin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan

stresnya.Akan tetapi gula dan lemak berbahaya bagi mereka yang

berisiko mengidap penyakit DM tipe II.

2.1.3.4 Pola makan yang salah

Pada penderita DM tipe II terjadi obesitas (gemuk berlebihan) yang

dapat mengakibatkan gangguan kerja insulin (resistensi insulin).

Obesitas bukan karena makanan yang manis atau kaya lemak, tetapi

lebih disebabkan jumlah konsumsi yang terlalu banyak, sehingga

7
cadangan gula darah yang disimpan dalam tubuh sangat berlebihan.

Sekitar 80% pasien DM tipe II adalah mereka yang tergolong gemuk.

2.1.4 Manisfestasi Klinis Diabtes Mellitus Tipe II

Seseorang yang menderita DM tipe II biasanya mengalami

peningkatan frekuensi buang air (poliuria), rasa lapar (polifagia), rasa haus

(polidipsi), cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit, kelelahan

yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya, mudah sakit

berkepanjangan, biasanya terjadi pada usia di atas 30 tahun, tetapi

prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan remaja.

Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai

keletihan akibat kerja, jika glukosa sudah tumpah kesaluran urin dan urin

tersebut tidak di siram, maka dikerubuti oleh semut yang merupakan tanda

dan gejala adanya gula (Smeltzer & Bare, 2008).

2.1.5 Komplikasi DM

Komplikasi DM terbagi menjadi dua berdasarkan lama terjadinya

yaitu: komplikasi jangka pendek dan komplikasi jangka panjang (Lemone

& Burke, 2008; Smeltzer & Bare, 2008; Black, 2014).

2.1.5.1 Komplikasi akut, pada pasien DM berhubungan dengan

ketidakseimbangan tingkat kadar glukosa darah yaitu, berupa:

Hipoglikemia, diabetic ketoasidosis, dan hiperglikemia

hiperosmolar nonketosis.

2.1.5.2 Komplikasi jangka panjang pada pasien DM saat ini sejalan dengan

penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Komplikasi jangka

8
panjang hampir mempebgaruhi semua system tubuh dan menjadi

penyebab utama ketidakmampuan pasien. Kategori umum

komplikasi jangka panjang terdiri dari penyakit makrovaskuler dan

penyakit mikrovaskuler dan neuropati.

2.1.5.2.1 Komplikasi makrovaskuler

Komplikasi makrovaskuler diabetes diakibatkan dari perubahan

pembuluh darah yang sedang hingga yang besar. Dinding

pembuluh darah menebal, sklerosis, dan menjadi oklusi oleh

plaqe yang menempel di dinding pembuluh darah. Biasanya

terjadi sumbatan aliran pembuluh darah. Perubahan aterosklerotik

ini cenderung dan sering terjadi pada pasien usia lebih muda, dan

DM tidak stabil. Jenis komplikasi makrovaskuler yang paling

sering terjadi adalah: penyakit arteri koroner, penyakit

cerebrovaskuler, dan penyakit vaskuler perifer atau Peripheral

Artheri Disease (PAD) yang didiagnosis melalui pengukuran

ankle brachial index (ABI).

2.1.5.2.2 Komplikasi mikrovaskuler

Perubahan mikrovaskuler pada penderita DM melibatkan kelainan

pada struktur dalam membran dasar pembuluh darah kecil dan

kapiler.Kelainan ini menyebabkan membran dasar kapiler

menebal, sering kali mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.

Perubahan membran dasar diyakini disebabkan oleh salah satu

atau beberapa proses berikut: adanya peningkatan jumlah sorbitol

9
(suatau zat yang dibuat sebagai langkah sementara dalam

perubahan glukosa menjadi fruktosa), perubahan glukoprotein

abnormal, atau masalah pelepasan oksigen dari hemoglobin

(Lemone dan Bruke, 2008). Peneliti meyakini bahwa peningkatan

glukosa bereaksi dengan berbagai respon biokimiawi,

menyebabkan penebalan membran dasar kapiler beberapa kali

dari ketebalan normal.Dua area yang dipengaruhi oleh perubahan

ini adalah retina dan ginjal. Komplikasi mikrovaskuler di retina

disebut retinopati diabetic. Sedangkan komplikasi mikrovaskuler

di ginjal disebut nefropati diabetik.

2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Tipe II

Tujuan utama pada penatalaksaan DM adalah menormalkan

aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi

terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik, pengobatan primer dari

diabetes tipe 1 adalah insulin, sedangkan untuk pengobatan utama DM tipe

II adalah penurunan berat badan (Smeltzer & Bare, 2008).

Pada pasien DM tipe II cukup dengan menurunkan berat badan

sampai mencapai berat badan ideal, tetapi bila harus dengan obat ada dua

jenis obat yaitu untuk pasien gemuk dan untuk pasien kurus. Beberapa

prinsip untuk pengolahan diabetes adalah : (1) Edukasi kepada pasien,

keluarga dan masyarakat agar menjalankan perilaku hidup sehat, (2) Diet

(nutrisi) yang sesuai dengan kebutuhan pasien, dan pola makan yang sehat,

(3) Olahraga seperti aerobic (berenang, bersepeda, jalan santai, jalan

10
cepat) tiga kali seminggu, setiap 15-60 menit sampai berkeringat dan

terengah-engah tanpa membuat nafas menjadi sesak atau sesuai dengan

petunjuk dokter, (4) Obat-obatan yang berkhasiat menurunkan kadar gula

darah, sesuai dengan petunjuk dokter, dan (5) pemantauan gula darah.

2.1.7 Aktivitas fisik dan Latihan

Aktivitas fisik/ jasmani adalah setiap gerakan tubuh yang

meningkatkan pengeluaran tenaga dan energy atau pembakaran kalori,

sedangkan latihan adalah suatu bentuk aktifitas fisik yang terancana,

terstruktur, dan berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh yang

berulang-ulang serta ditujukan untuk meningkatkan kebugaran jasmani

(Kemenkes RI, 2015). Aktivitas fisik disebut juga aktivitas eksternal, yaitu

seseuatu yang menggunakan tenaga atau energy untuk melakukan berbagai

kegiatan fisik, seperti berjalan, berlari, dan berolahraga (Haskell, 2007).

Aktivitas fisik dan latihan secara teratur bermanfaat menguatkan sistem

jantung dan pembuluh darah (Rahmawati, 2009).

Numalina (2011) menyebutkan bahwa aktivitas fisik dibagi

menjadi 3 tingkatan antara lain kegiatan ringan, kegiatan sedang, dan

kegiatan berat. Cara pengukuran aktivitas fisik yakni dengan

menggunakan IPAQ-SF (International Physichal Activity Quisionnare

Short Forms). IPAQ-SF didesain untuk mengukur aktivitas fisik seseorang

berusia 15-69 tahun, dan kuisioner ini berisi tentang 3 aktivitas fisik

seperti berjalan, aktivitas dengan intensitas sedang, dan aktivitas dengna

intensitas tinggi. Aktivitas fisik yang diukur dalam kuisioner ini adalah

11
yang dilakukan minimal 10 menit dalam 1 kali kegiatan (Fern Greenwell,

2014).

Selama latihan fisik kebutuhan energi akan meningkat dan ini

dipenuhi dari pemecahan glikogen dan pembongkaran trigliserida. Asam

lemak bebas dari jaringan lemak adipose serta pelepasan glukosa dan

hepar.Kadar glukosa dipertahankan normal untuk memenuhi kebutuhan

energi otak selama latihan fisik melalui mekanisme hormonal.

Menurunnya hormone insulin dan meningkatnya hormon glukagon

diperlukan untuk meningkatkan produksi glukosa hepar selama latihan

fisik yang lama akan terjadi peningkatan hormon glukagon dan

katekolamin. Pada pasien DM tipe 2 yang mendapat terapi insulin atau

golongan sulfonylurea terjadinya hipoglikemia selama latihan fisik tidak

terlalu menimbulkan masalah, bahwa latihan fisik pada DM tipe 2 akan

memperbaiki sensitivitas insulin dan membantu menurunkan kadar

glukosa darah (Tjokroprawiro, Murtiwi, 2014).

12
2.2 Kerangka Teori

Komplikasi Diabetes Melitus tipe 2


1. Komplikasi akut
- Hipoglikemia
- Ketoasidosis Diabetik
- Hiperglikemia hiperosmolar
nonketosis
2. Komplikasi jangka panjang
- Komplikasi mikrovaskuler
- Komplikasi makrovaskuler Peripheral Artery
Disease (PAD)

Penatalaksanaan
5 Pilar DM Indikator
1. Edukasi
PAD:
2. Diet nilai ABI
3. Aktivitas Fisik ;
4. Pengobatan
5. Pemantauan gula darah

Bagan 2.1 Kerangka Teori


Sumber: Maryam et al, 2008; Black & Hwaks 2014
Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

2.3 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen


Risiko PAD
Aktivitas fisik

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

13
Variable Penelitian

2.3.1 Variabel independen adalah variabel bebas

Aktivitas fisik

2.3.2 Variabel dependen adalah variabel tergantung

Risiko PAD

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada Hubungan antara tingkat aktivitas dengan risiko peripheral arterial

disease berdasarkan ankle brakhial index pada penderita diabetes melitus

tipe 2

14
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif analitik yaitu

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar

variabel bebas dan variabel terikat dimana peneliti mencoba menggali

bagaimana dan mengapa aktivitas fisik bisa mempengaruhi risiko peripheral

arterial disease dengan melakukan analisis dinamika korelasi antara kedua

variabel tersebut. Penelitian dilakukan dengan menggunakan cross sectional

yaitu merupakan rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau

pengamatan sekali waktu dan pada saat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010),

serta faktor aktivitas fisik dan peripheral arterial disease diukur menurut

keadaan atau status waktu diobservasi dilakukan secara bersamaan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus

tipe 2 yang berjumlah 63 orang sesuai dengan data bulan April 2019 yang

didapatkan dari Puskesmas Cempaka Putih

3.2.2 Sampel

Sampel pada proposal penelitian ini yaitu pasien yang mengalami

diabetes mellitus tipe 2. Pengambilan sampel pada penelitian ini adalah

15
menggunakan total sampling, yaitu semua populasi dijadikan sebagai

sampel.

Tehnik pengambilan sampling pada proposal penelitian ini

menggunakan tehnik total sampling, mengambil seluruh populasi pada

waktu penelitian.

3.2.2.1 Adapun kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

3.2.2.1.1 Penderita DM tipe 2 berdasarkan diagnose medis, dan

tercatat sebagai penderita DM tipe 2 pada PROLANIS

3.2.2.1.2 Bersedia menjadi responden

3.2.2.2 Adapun kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

3.2.2.2.1 Penderita diabetes mellitus yang tidak kooperatif yaitu

yang tidak mengikuti kegiatan secara penuh

3.2.2.2.2 Penderita Diabetes Mellitus yang memiliki luka di

bagian ekstremitas

3.2.2.2.3 Penderita yang memiliki kadar glukosa darah diatas 500

mg/dl.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di

Prolanis Puskesmas Cempaka Putih pada bulan Januari 2021

16
3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi Skala
Variabel Cara ukur Hasil ukur
operasional ukur
Independen : Kegiatan Mengukut tingkat Hasil ukur tingkat aktivitas Ordinal
aktivitas fisik yang aktivitas fisik fisik berdasarkan
menggunaka berdasarkan kuesioner IPAQ-SF yakni
n tenaga atau kuesioner IPAQ –SF sebagai berikut:
energi. ((International 1. Aktivitas intensitas
Physichal Activity berat: dinyatakan pada
Quisionnare Short pernyataan nomer 1
Forms). dan 2
2. Aktivitas intensitas
sedang: dinyatakan
pada pernyataan nomer
3 dan 4
3. Aktivitas intensitas
ringan: dinyatakan
pada pernyataan nomer
5,6 dan 7

Dependen : Risiko Mengukur resiko Nilai risiko terjadinya Ordinal


risiko PAD terjadinya PAD berdasarkan Peripheral Artery Disease
penyempitan nilai Ankle-brachial diindikatori oleh nilai
pembuluh index (ABI) dengan ABI:
darah perifer Sphigmomanometer 1. Normal: 1,00 – 1,4 :
terutama dan stetoskop 2. Kalsifikasi: 0,91 – 0,99
bagian dewasa untuk 3. Iskemia: 0,4 – 0,90
ekstremitas mengukur tekanan
bawah yang sistolik
ditandai
dengan
adanya
peningkatan
nilai ABI

17
3.5 Instrument Penelitian

3.5.1 Instrumen pengumpulan data

3.5.1.1 Aktivitas fisik

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data tingkat

aktivitas fisik yakni kuisioner IPAQ – SF yang sudah baku. IPAQ-SF

didesain untuk mengukur aktivitas fisik seseorang berusia 15-69 tahun,

dan kuisioner ini berisi tentang 3 aktivitas fisik seperti berjalan,

aktivitas dengan intensitas sedang, dan aktivitas dengna intensitas

tinggi. Aktivitas fisik yang diukur dalam kuisioner ini adalah yang

dilakukan minimal 10 menit dalam 1 kali kegiatan (Fern Greenwell,

2014).

3.5.1.2 ABI

Sphigmomanometer dan Stetoskop digunakan untuk

mengetahui nilai Ankle-Brachial Index (ABI) responden.

Sphigmomanometer dan stetoskop yang digunakan adalah

Sphigmomanometer dan stetoskop merek ABN untuk Dewasa yang

telah terstandarisasi. Tekanan darah responden dukur secara berurutan

dengan sphygmomanometer dari lengan kanan, kaki kanan, kaki kiri,

dan lengan kiri dalam posisi berbaring terlentang, dan stetoskop

digunakan untuk mendengar bunyi sistol pada setiap area pengukuran.

18
Nilai sistol tertinggi dari kedua lengan kemudian digunakan sebagai

pembagi nilai sistol tertinggi dari kedua kaki sebagai nilai Ankle-

Brachial Index. Adapun kriteria normalnya adalah dengan nilai ABI

1,00-1,40.

3.6 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan data sebagai berikut:

3.6.1 Peneliti akan melakukan persamaan persepsi kepada semua asisten

tentang pemeriksaan ABI dan pengisian kuesioner IPAQ – SF

3.6.2 Peneliti menentukan jumlah sampel dengan tekhnik sampling

yakni total sampling dan diambil berdasarkan kriteria inklusi dan

ekslusi

3.6.3 Data sampel yang didapatkan kemudian dikumpulkan dan

direncanakan untuk sosialisasi door to door

3.6.4 Peneliti dan asisten mengunjungi responden satu persatu secara

door to door dan mengadakan sosialisasi kepada responden,

memperkenalkan diri, memberi penjelasan tentang tujuan dan

manfaat penelitian, apakah klien memiliki riwayat atau sedang

mengalami penyakit kronis sesuai dengan kriteria inklusi dan

kriteria eksklusi.

3.6.5 Peneliti dan asisten peneliti melakukan validasi data sampel terkait

obat yang dikonsumsi (screening penggunaan obat insulin/ injeksi)

19
dan waktu terdeteksi menderita DM tipe 2 (tidak boleh terdeteksi

DM dibawah usia 30 tahun)

3.6.6 Peneliti bersama asisten peneliti melakukan sosialisasi kepada

calon-calon responden kemudian dimintai persetujuan sebagai

responden dengan disampaikan tujuan dan manfaat penelitia dan

menjelaskan aspek-aspek etik yang digunakan untuk melindungi

responden dari kerugian.

3.6.7 Jika responden yang diteliti mengatakan setuju untuk membantu

penelitian, maka dipersilahkan untuk membaca lembar persetujuan

kemudian menandatanganinya sebagai bukti bahwa sukarela ikut

berpartisipasi dalam penelitian

3.6.8 Peneliti dan asisten peneliti akan melakukan pengukuran ABI

3.6.9 Peneliti dan asisiten peneliti akan membagiakn kuesioner IPAQ –

SF

3.6.10 Setelah mendapatkan nilai ABI dan IPAQ – SF, peneliti dan

asisten peneliti melakukan pengkategorian tingkat PAD dan

aktivitas fisik

3.6.11 Setelah semua data terkumpul peneliti akan melakukan pengolahan

data.

3.7 Pengolahan Data

20
Berdasarkan hasil pengambilan data, dikumpulkan dan diolah manual,

tujuannya untuk menyederhanakan seluruh data yang terkumpul. Pengolahan

data dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu :

3.7.1 Editing

Peneliti memeriksa data yang diperoleh dan mengecek

kelengkapannya. Data yang dikumpulkan oleh peneliti dipastikan lengkap

dan tidak terdapat kesalahan

3.7.2 Scoring

Peneliti memberikan nilai pada masing-masing jawaban responden.

Peneliti memberikan penilaian untuk nilai pemeriksaan ABI yang

diperoleh

3.7.2.1 Tidak berisiko (normal) dengan skor ABI 1,0 - 1,4

3.7.2.2 Kalsifikasi kode dengan skor ABI 0,91 – 0,99

3.7.2.3 Iskemia kode 3 dengan skor ABI 0,4 – 0,90

3.7.3 Coding

Setelah semua data diedit atau disunting, selanjutnya peneliti dan

asisten peneliti melakukan peng”kodean” atau coding, dengan mengubah

data berbentuk kalimat menjadi data angka atau bilangan.

3.7.3.1 Indikator nilai ABI

3.7.3.1.1 Tidak berisiko (normal) kode 1

3.7.3.1.2 Kalsifikasi kode 2

3.7.3.1.3 Iskemia kode 3

21
3.7.3.2 Indikator aktivitas fisik

3.7.3.2.1 Aktivitas intensitas berat kode 1

3.7.3.2.2 aktivitas intensitas sedang kode 2

3.7.3.2.3 aktivitas intensitas ringan kode 3

3.7.4 Entering

Data, yakni dari jawaban-jawaban masing-masing responden yang

dalam bentuk “kode” dimasukkan kedalam software komputer yakni

program SPSS for Window.

3.7.5 Cleansing

Peneliti mengecek kembali data-data yang dimasukkan kedalam

program SPSS dan sudah sesuai dengan data yang sebenarnya atau untuk

mencari ada kesalahan atau tidak pada data yang sudah di entery.

3.8 Analisis Data

Data yang sudah diolah kemudian dilakukan analisis secara bertahap

sesuai dengantujuan peneliti, melipiuti :

3.8.1 Analisis Univariat

Analisa univariat yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel. Adapun

variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah :

3.8.1.1 Gambaran tingkat aktifitas fisik penderita Diabetes Mellitus

tipe 2

22
3.8.1.2 Gambaran tingkat risiko Peripheral Artery Disease (PAD)

berdasarkan Ankle Brachial Index(ABI) penderita Diabetes

Mellitus tipe 2

3.8.2 Analisis Bivariat

Berdasarkan hipotesis peneliti yakni “ada hubungan antara tingkat

aktivitas dengan risiko peripheral arterial disease pada penderita diabetes

melitus tipe 2 berdasarkan ankle brakhial index” dan skala penelitian

yakni ordinal-ordinal, peneliti menggunakan teknik uji Chi Square.

Menurut Sugiyono (2011), untuk memperjelas pembahasan serta

mengetahui hubungan antar variabel maka dilakukan uji statistik korelasi

dengan menggunakan uji chi square (x2) dengan rumus:

2 f 0 −f e
x =∑
fe

Keterangan :

X2= nilai chi square

f0 = frekuensi yang diobservasi

fe= frekuensi yang diharapkan

Syarat-syarat uji ini adalah frekuensi responden atau sampel yang

digunakan besar, sebab ada beberapa syarat dimana uji chi square dapat

digunakan yaitu :

3.8.2.1 Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut

juga Actual count (F0) sebesar (nol).

23
3.8.2.2 Bila bentuk tabel kontingensi 2 x 2, maka tidak boleh ada 1 sel

saja yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected count

(“Fh”)<5, gunakan continuity correction. Jika ada nilai E<5, maka uji

yang dipakai adalah fisher’s exact test.

3.8.2.3Bila bentuk tabel lebih dari 2 x 2, maka jumlah sel dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%,

gunakan pearson chi square. Jika ada nilai E<5, maka uji yang dipakai

adalah Kolmogorov Smirnov.

3.9 Etika Penelitian

Melaksanakan penelitian dengan menekankan masalah prinsip dan

etika yang meliputi :

3.9.1 Prinsip Manfaat

3.9.1.1 Bebas dari penderitaan

Selama melakukan penelitian, peneliti tidak menggunakan tindakan

yang dapat menimbulkan penderitaan pada responden.

3.9.1.2 Bebas dari eksploitasi

Data-data yang didapat oleh peneliti digunakan untuk manfaat bersama

dan tidak untuk merugikan responden. Dilihat dari data risiko PAD

berdasarkan hasil pemeriksaan ABI, penderita Diabetes Mellitus dapat

mengetahui risiko PAD

3.9.1.3 Justice

24
Penelitian harus memperhatikan rasa keadilan merujuk pada kewajiban

etik untuk memperlakukan orang sesuai dengan apa yang benar dan

layak secara moral, untuk memberikan kepada setiap orang apa yang

layak baginya.

3.9.1.4 Beneficiency

Peneliti mempertimbangkan keuntungan yang bisa ditimbulkan bagi

responden seperti penambahan wawasan dalam menurunkan risiko

PAD dengan aktivitas fisik teratur.

3.9.1.5 Protective from discomfort

Peneliti dalam melakukan penelitian mementingkan aspek

perlindungan dari ketidaknyamanan yang ditimbulkan dari penelitian

baik dari awal sampai terakhir penelitian.

3.9.2 Prinsip menghargai hak

3.9.2.1 Informed consents

Lembar persetujuan diberikan kepadacalon responden yang diteliti

yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, Peneliti menjelaskan

tujuan dari penelitian yaitu untuk mengetahui nilai ABI pada penderita

diabetes mellitus tipe 2 manfaat dari penelitian ini untuk menambah

pengetahuan penderita Diabetes bahwa aktivitas fisik ada hubungannya

dengan risiko PAD

3.9.2.2 Anonymity (Tanpa nama)

25
Menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak boleh mencantumkan

nama responden, namun hanya menulis inisial nama.

3.9.2.3 Confidentiality (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh

responden dan dijaga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

26
DAFTAR PUSTAKA

Black & J.M. 2014. Keperawatan Medical Bedah. Jilid 2. Jakarta : EGC.
Coffman & Eberhardt. 2003. Peripheral Artherial Disease. New Jersey : Humara
Press.
Cormo, dkk. 2008. Can We Measure The Ancle-Brachial Index Using Only A
Stethoscope? A Pilot Study. Fam Pract (1)
Chesbro,S.,Asongwed,E.,Brown,J.,& John,E. 2011. Reliability of doppler and
stethoscope methods of determining systolic blood pressure:
consideration for calculating an ankle brachial index. J Natl Med
Assoc.103;863-869.
Dachun, X.,Jue L.,Liling Z.,Yawei,X.,& et al. 2010. Sensitivity and specificity of
the ankle brachial index to diagnose peripheral artery disease; a
structural review. Vascular medicine. 15 (5); 361-369.
Corbin C, Le Masurier G. (2014). Cardiorespiratory Endurance: Fitness for Life
6th edition. USA: Human Kinetics
Darmono . 2007. Naskah Lengkap : Diabetes Mellitus Ditinjau Dari Berbagai
Aspek Penyakit Dalam. Semarang: CV. Agung Semarang
Dieter & Raymond A. 2009. Peripheral Arterial Disease. USA : Mc Graw Hill
Medical.
Fruth, Stacie J. 2014. Fundamentals Of The Physical Therapy Examination. USA:
Ascend Learning Company.
Fern Greenwell. (2014). Physical Activity Module
Guyton Arthur C dan Hall JE. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11.
EGC: Jakarta
Howley, Edward T., Scott K Powers. (2012). Exercise Physiology 8th edition. Mc
Graw Hall
Kementerian kesehatan RI (2013). Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:
Balitbangkes
…........ (2015). Pembinaan Kesehatan dan Olahraga di Indonesia
Lemone, P & Bruke. 20008. Medical Surgical Nursing: Critical Thinking in
Client Care.(4th ed). Pearson Prentice Hall : New Jersey
Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Dan Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.

27
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi 4. Jakarta :
Salemba Medika.
O’Donnell ME.,Reid JA, Lau LL,Hannon RJ & Lee B. 2011. Optimal
management of peripheral arterial disease for the non specialist. Ulster
Med J. ; 80(1): 33–41.
Smeltzer & Bare. 2008. Keperawatan Medical Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC
Soegondo, P Soewondo, I Subekti. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Terpaadu. Jakarta:FKUI
Sugiyono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV Alfabeta
Syilvia A. Price, Lorraine M. Wilson. 2005. Phatofisiologi: Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit/ Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty
Wilson; alih bahasa Indonesia, Brahm U, Pendit… [et, al.] ; editor edisi
bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto… [et, al.]. – Ed. 6 – Jakarta: EGC
Takakura H, Furuichi Y, Yamada T, et al. (2015). Endurance Training Facilitate
Myoglobin Desaturation during Contraction in Rat Sceletal Muscle.
Scientific Reports
Tjokroprawiro A, Murtiwi S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Tjokroprawiro,
Murtiwi editor Terapi Nonfarmakologi Pada Diabetes Melitus Jilid II
edisi VI, hal. 2336-2345. Jakarta : Interna Publishing
Watchie, Joanne. (2010). Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy 2nd
edition. Saunders Elsevier: St Louis Missouri

28
Lampiran 1

KUESIONER AKTIVITAS FISIK INTERNASIONAL


(INTERNATIONAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE / IPAQ)
(Screening confounding factors)

Ingat kembali semua aktivitas fisik dengan intensitas berat (vigorous-


intensity) yang anda lakukan dalam 7 hari terakhir. Aktivitas fisik disebut
memiliki intensitas berat apabila aktivitas tersebut memerlukan kerja fisik yang
lebih berat dan membuat anda bernafas lebih cepat dari biasanya. Pikirkan hanya
aktivitas yang anda lakukan minimal selama 10 menit.
1. Selama 7 hari terakhir, berapa hari anda mengerjakan aktivitas fisik dengan
intensitas berat (vigorous-intensity) seperti mengangkat beban berat,
menggali, aerobik, atau bersepeda cepat?
_____hari / minggu
Tidak melakukan aktivitas fisik dengan intensitas berat  Lewati
pertanyaan no.2, lanjut ke pertanyaan no.3
2. Berapa lama biasanya anda melakukan aktivitas fisik tersebut?
____ jam / hari
____ menit / hari
Tidak tahu / tidak yakin
Ingat kembali semua aktivitas fisik dengan intensitas sedang
(moderate-intensity) yang anda lakukan dalam 7 hari terakhir. Akvitas
fisik disebut memiliki intensitas sedang apabila aktivitas tersebut
memerlukan kerja fisik sedang dan membuat anda bernafas sedikit lebih
cepat dari biasanya. Pikirkan hanya aktivitas fisik yang anda lakukan
sedikitnya selama 10 menit.
3. Dalam 7 hari terakhir, berapa kali anda melakukan aktifitas fisik dengan
intensitas sedang (moderate-intensity) seperti membawa beban yang ringan,
bersepeda santai, atau tennis berpasangan?
____ hari / minggu
Tidak melakukan aktivitas fisik dengan intensitas sedang Lewati
pertanyaan no.4, lanjut ke pertanyaan no.5
4. Berapa lama biasanya anda melakukan aktivitas fisik tersebut?
____ jam / hari
____ menit / hari
Tidak tahu / tidak yakin
Ingat kembali tentang waktu yang anda gunakan untuk berjalan
(walking) dalam 7 hari terakhir, termasuk berjalan pada saat bekerja dan
di rumah, berjalan dari dan ke tempat lain, dan kegiatan berjalan lainnya

29
yang anda lakukan semata-mata untuk rekreasi, olahraga, atau mengisi
waktu luang.
5. Dalam 7 hari terakhir, berapa hari anda melakukan aktivitas berjalan kaki
selama ± 10 menit?
____ hari / minggu
Tidak melakukan aktivitas berjalan  Lewati pertanyaan no.6,
lanjut ke pertanyaan no.7
6. Berapa lama biasanya anda berjalan dalam satu hari?
____ jam / hari
____ menit / hari
Tidak tahu / tidak yakin
Pertanyaan terakhir mengenai lama waktu yang anda gunakan untuk
duduk (sitting) dalam sehari pada waktu 7 hari terakhir, termasuk duduk
di tempat kerja (sambil mengerjakan tugas maupun tidak), duduk di kursi,
duduk saat bertamu di rumah teman, membaca, atau bersantai sambil nonton
TV.
7. Dalam 7 hari terakhir, berapa lama biasanya anda duduk dalam satu hari?
____ jam / hari
____ menit / hari
Tidak tahu / tidak yakin

INI ADALAH AKHIR DARI KUESIONER


TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

Keterangan:
Kuisioner nomer 1 dan 2 menyatakan aktivitas intensitas berat
Kuisioner nomer 3 dan 4 menyatakan aktivitas intensitas sedang
Kuisioner nomer 5, 6, dan 7 menyatakan aktivitas intensitas ringan

30
31

Anda mungkin juga menyukai