Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DYSPNEA DI IGD RSUD BUNG KARNO SURAKARTA

Disusun Oleh :
AZ ZAHRA RIZQI ANISA
P27220021138

PROGRAM SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
TAHUN
2022
BAB 1

KONSEP TEORI

A. Definisi
Dipsnea atau sesak napas adalah gejala yang umum terlihat sebagai perasaan nyeri
karena kesulitan bernapas, napas menjadi pendek (sesak napas) dan pasien merasa tercekik
pada saat bernapas. Adanya penggunaan otot-otot pernapasan tambahan seperti otot sterno-
kleidomastoideus, scalenus, trapezius dan pectoralis mayor. Selain itu kadang-kadang juga
disertai pernapasan cuping hidung, akipnea dan hiperventilasi. Akipnea adalah
meningkatnya frekuensi pernapasan melebihi frekuensi pernapasan normal yaitu sampai
20 kali per menit, dan takipnea ini dapat muncul dengan a tau tampa dipsnea. Hiper
ventilasi adalah meningkatnya pentilasi untuk mempertahankan pengeluaran karbon
dioksida normal. (Bararah,2013).
Angka kejadian penyakit saluran pernapasan memiliki prevalensi yang cukup tinggi, di
Amerika sendiri kira-kira 35 juta warganya mengalami gangguan respirasi obstruktif.
gangguan ini menyebabkan angka morbitas yang tinggi, kira-kira ia menghabiskan uang
154 juta dolar Amerika untuk mengatasi efeknya. Selain itu gangguan ini merupakan
penyebab kematian ke-tiga tersering di dunia, setelah gangguan jantung dan kangker dan
angka ini terus naik. Pada tahun 2008 insiden mortalitasnya hingga 135.5/100.000
kematian.(Tryanni,2013).

B. Etiologi

Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara
O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga terjadi
sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak terlalu
penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka ruang
mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka
pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea. Dispnea juga
dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance paru, semakin
rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien tekanan
transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan paru
yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam salah satu nya adalah
digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi asbston atau iritan
yang sama.

C. Manifestasi Klinis
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang
pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding
dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson,
2006). Parenkim paru tidak sensitif terhadap nyeri, dan sebagian besar penyakit paru tidak
menyebabkan nyeri. Pleura parietalis bersifat sensitif, dan penyakit peradangan pada pleura
parietalis menimbulkan nyeri dada. Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal
ini disebabkan oleh : Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink,
Akumulasi sekret pada saluran pernapasan bawah. Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis,
dan pneumonia merupakan penyakit dengan gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma,
2006). Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit paru.
Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi.
Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi, dan
sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya. Hemoptisis adalah batuk darah atau
sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut
atau kronik, pneumonia, karsinoma bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli
paru. Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan kaki,
ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, dan ujung
jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker paru,
penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan. Sianosis adalah
berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya jumlah Hb terreduksi
dalam kapiler (Price dan Wilson, 2006). Ronki basah berupa suara napas diskontinu/
intermiten, nonmusikal, dan pendek, yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi
di saluran napas besar.
Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis. Wheezing/
mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang. Wheezing dapat terjadi
bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang mendatar/ menyempit.
Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit jantung. Stridor adalah wheezing
yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar lebih keras di leher dibanding di
dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial pada larink atau trakea. Pleural rub adalah
suara akibat pleura yang inflamasi. Suara mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono,
dkk, 2008)

D. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan
fungsi hepar normal. Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan
peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan
tidak nyaman pada perut kuadran kanan atas.

Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. Timbulnya
ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang belum
mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya
billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami
konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam
pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin. Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh
karena itu tinja tampak pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka
bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan
garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
E. Pathways

F. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan memantau analisa gas darah arteri dan
pemeriksaan diagnostik foto thorak, EKG

G. Penatalaksanaan

TERAPI DAN PENGOBATAN

- Oksigenasi

1) Penanganan Umum Dispnea

a) Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal yang tinggi.
b) Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya.

c) Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita.


2) Terapi Farmako

a) Olahraga teratur

b) Menghindari alergen

c) Terapi emosi

3) Farmako

a) Quick relief medicine

b) Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapasan, memudahkan


pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang. Contoh : bronkodilator

c) Long relief medicine

d) Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas, mengurangi odem
dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu yang lama. Contoh :
Kortikosteroid bentuk inhalasi
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas
a. Pasien
Data diri pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk, No. register, diagnosa medis penanggung
jawab
b. Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab pasien meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan pasien.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang terdapat pada pasien Diabetes Melitus
b. Riwayat kesehatan sekarang
Hal yang berhubungan dengan keluhan utama, munculnya keluhan, tanggal
munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba), perkembangannya
membaik, memburuk, atau tidak berubah.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat Penyakit yang dialami sejak dulu.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Anggota keluarga pasien memiliki riwayat penyakit menular atau keturunan atau tidak
e. Riwayat psikososial
Riwayat klien dengan berat badan yang semakin meningkat atau menurun dan
membuat harga diri rendah
3. Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Nutrisi
Kebiasaan makan dan minum sehari-hari, makanan yang dikonsumsi, jenis, jumlah
dan masalah yang dirasakan.
b. Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB dan BAK klien, apakah berpengaruh terhadap perubahan sistem
tubuhnya yang disebabkan oleh penyakit yang diderita.
c. Kebersihan diri
Upaya menjaga kebersihan pasien, terutama saat BAB dan BAK.
d. Pola Aktivitas
Dilihat dari gerakan aktif dan keadaan anak, apakah lemas dan sering tertidur atau
beraktivitas dengan baik
e. Pola tidur
Dilihat dari pola tidur klien, apakah sering merasa kesakitan atau ada keluahan
sehingga tidak bisa tidur selama sakit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum yang terdapat pada pasien Diabetes Melitus
b. Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital pada klien meliputi; Tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu, SpO2
c. Berat badan
Berat badan klien selama sebelum dan saat sakit apakah terjadi penurunan berat badan
secara bertahap maupun secara signifikan
d. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala , penyebaran rambut, perubahan warna rambut
Palpasi : Ada atau tidak benjolan
e. Mata
Inspeksi : Bentuk mata, konjugtiva anemis atau tidak, kondisi pupil, warna sklera,
lesi, edema
f. Hidung
Inspeksi : Bentuk hidung, kebersihan, ada tidaknya pernapasan cuping hidung,
perdarahan, apakah ada pembesaran polip
Palpasi : Ada tidaknya benjolan
g. Mulut :
Inspeksi : Bersih atau kotor, kelembaban, bau mulut, warna bibir, sianosis

h. Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada, simetris atau tidak, ada tidaknya sesak napas, lesi,
penggunaan otot bantu pernapasan
Perkusi : Suara dada saat diperkusi terdengar suara sono ataukah suara lainnya
Palpasi : Nyeri tekan, benjolan
Auskultasi : Suara yang terdengar vesikuler ronkhi, stridor, atau mengi atau kanpola
pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung
i. Jantung
Inspeksi : Denyutan ictus cordis terlihat atau tidak
Perkusi : Suara yang terdengar saat diperkusi apakah pekak atau tidak
Palpasi : Batas-batas jantung teraba pada ICS keberapa
Auskultasi : Pola pernapasan, bunyi napas, HR, RR, bunyi jantung
j. Abdomen
Inspeksi : Permukaan dinding
Auskultasi : Menilai adanya bising usus,
Perkusi : Suara abdomen saat diperkusi, terdengar bunyi gas atau tidak
Palpasi : Ada atau tidak pembesaran limfa dan hati
k. Kulit
Inspeksi : Sianosis, turgor kulit, warna kulit, terdapat lesi atau tidak
l. Genetalia
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada tidaknya gangguan pada area genetalia
m. Anus
Melakukan pemeriksaan untuk menemukan ada tidaknya gangguan pada area anus
n. Ekstremitas
Pemeriksaan tonus otot, CRT, dan akral
o. Aktivitas Kejang
Meliputi karakteristik kejang, lama kejang, dan frekuensi kejang

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis tentang respons dari klien terhadap
masalah keperawatan atau proses kehidupan yang didalamnya baik yang berlangsung actual
maupun potensial, (Tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016)
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), diagnose keperawatan mengenai dyspnea
yaitu : pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perkusi

C. Implementasi Keperawatan
DX Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi
berhubungan dengan keperawatan …x24 jam - Monitor pola napas
perkusi (D.0005) diharapkan dapat nyeri akut (frekuensi, kedalaman,
teratasi dengan kriteria hasil usaha napas)
1. Frekuensi nafas membaik - Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
2. Kedalaman nafas Gungling, mengi,
membaik wheezing, ronkhi kering)
3. Ekskursi dada membaik - Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
Terapeuntik
- Pertahankan kepatenan
jalan napas dengan head-
tilt (jaw-thrust jika
curiga trauma servikal)
- Posisikan semi Flowler
atau Fowler
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan
lender kurang dari 15
detik
- Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Keluarkan sumbatan
benda padat dengan
forsep McGill
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan asupan
- Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu.
D. Implementasi Keperawatan
Melakukan intervensi yang sudah direncanakan dengan pasien sesuai jadwal dan berharap
diperoleh hasil yang diinginkan.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan suatu tahap akhir dari proses perawatan untuk mengukur
keberhasilan dari rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan klien Bila mana masalah
tidak dipecahkan atau timbul masalah baru, oleh karena itu perawat harus berusaha untuk
mengurangi atau mengatasi beban masalah dengan meninjau kembali rencana perawatan
dengan menyesuaikan kembali terhadap keadaan masalah yang ada.
Metode SOAP yaitu : S : Subjective (Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya) O : Objectif
(Pendokumentasian dan hasil observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium,
catatan medis dapat dimasukkan dalam data objektif sebagai data penunjang) A :
Analysis/Assesment (Kesimpulan dari data objektif dan subjektif, analisis data mencakup
diagnosis/masalah keperawatan) P : Planning (Rencana asuhan saat ini dan yang akan
datang. Rencana disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana bertujuan
mengusahakan tercapainya kondisi optimal dan kesejahteraan pasien Rencana ini harus bisa
mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Planning dalam
soap juga mengadung implementasi dan evaluasi.( Endarti, 2021)
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Nur. 2019. “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A DI RUANG TULIP


RSUD SIMO BOYOLALI”

Salsa, Widya. 2017. “LAPORAN PENDAHULUAN PASIEN DENGAN SESAK


NAFAS”

Paramita, Anita. 2020. Woc dyspnea

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2017). Standar Diagnosa Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2019). Standar Luaran Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai